Anda di halaman 1dari 21

MATERI KULIAH TINDAK PIDANA KORUPSI

PENGERTIAN KORUPSI

Korupsi berasal dari bahasa Latin : corruption dari kata kerja


corrumpere yang berarti busuk, rusak menggoyahkan,
memutar balik, menyogok.

TRANSPARENCY INTERNASIONAL.

Korupsi adalah prilaku pejabat publik, baik politikus/politisi


maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan
tidak legal memperkaya diri sendiri atau memperkaya
mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepadanya.

KAMUS BAHASA INDONESIA.

Secara harfiah berarti : buruk, rusak, suka memakai barang


(uang) yang dipercaya padanya, dapat disogok (melalui
kekuasaan pribadi)

SECARA ARTI TERMINOLOGINYA.

Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang


negara atau perusahaan) untuk kepentingan pribadi atau
orang lain.

SUDOMO. Pengertian Korupsi :

- Menguasai dan mendapatkan uang dari negara untuk


kepentingan pribadi.
- Menyalahgunakan wewenang.
- Pungutan liar.

ROBERT KLITGAARD. Pengertian Korupsi :

- Suatu tingkah laku yang menyimpang dari tugas jabatan


Resmi dalam negara
- Memperoleh keuntungan karena status
pribadi/perorangan dan keluarga dekat
- Melanggar aturan.

1
SEJARAH PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA

TAHUN 1957 : Peraturan Penguasa Meliter Nomor PRT/PM/06/1957, Tentang


Pemberantasan Korupsi, yang dibuat oleh Penguasa Meliter
Angkatan Darat dan Angkatan Laut.

TAHUN 1967: Kepres Nomor 28 Tahun 1967, Tentang Pembentukan Tim


Pemberantasan Korupsi :
- Pada awal Orde Baru
- Tidak bisa melakukanya secara maksimal
- Hampir tidak berfungsi
- Korupsi di Indonesia membudaya (Bung Hatta).
- Demontrasi besar-besaran tahun 1969 dan puncaknya 1970
- Dibentuk Komisi IV bertugas menganalisa permasalahan
dalam birokrasi dan rekomendasi untuk mengatasinya.

MASA ORDE BARU : Banjir Peraturan Pemberantasan Korupsi :


1. GBHN 1973 Tentang Pembinaan Aparatur Negara Yang
berwibawa dan Bewrsih dalam Pengelolaan Negara;
2. GBHN 1978 Tentang Kebijakan dan langkah-langkah dalam
rangka Penertiban Aparatur Negara dari Masalah Korupsi,
Penyalahgunaan wewenang, Kebocoran dan Pemborosan
Kekayaan dan Keuangan Negara, Pungutan-Pungutan Liar
serta berbagai bentuk penyelewengan lainnya yang
Menghambat Pelaksanaan Pembangunan;
3. Undang-Undang No. 3 Tahun 1971 tentang Tindak Pidana
Korupsi;
4. Keppres No. 52 Tahun 1971 Tentang Pelaporan Pajak para
Pejabat dan PNS;
5. Inpres No.9 tahun 1977 Tentang Operasi Penertiban;
6. Undang-undang No. 11 Tahun 1980 Tentang Tindak Pidana
Suap;
7. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
8. Undang-undang No. 20 Tahun 2001 Tentang
Perubahan Atas Undang-undang No. 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
9. Undang-Undang No. 30 Tentang KPK
10. Undang-undang No. 19 Tahun 2019 Tentang KPK;

2
KESEJAHTERAAN YANG HENDAK DICAPAI OLEH NEGARA

INDONESIA ADALAH NEGARA KESEJAHTERAAN :

Pasal 27 UUD 1945, ayat (1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya
didalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya;

ayat (2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan


penghidupan yang layak bagi kemanusiaan;

Pasal 28 UUD 1945, Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,mengeluarkan pikiran


dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang;

Pasal 28 A TENTANG HAK AZASI MANUSIA dari 28 A sampai dengan 28 J

Pasal 29 UUD 1945, Tentang Agama .

Ayat (1) Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

Ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk


untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya;

Pasal 33 UUD 1945, Tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial

Ayat (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama


berdasar asas kekeluargaan;

Ayat (2) Cabang-cabang pruduksi yang penting bagi negara


dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai negara;

Ayat (3) bumia dan air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat

Pasal 34 UUD 1945, Ayat (1) Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara negara

Ayat (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial


bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang
lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan.

3
BENTUK-BENTUKKORUPSI

1. Kerugian Keuangan Negara

Unsur dapat merugikan keuangan negara’ seharusnya diartikan


merugikan negara dalam arti langsung maupun tidak langsung.
Artinya, suatu tindakan otomatis dapat dianggap merugikan keuangan
negara apabila tindakan tersebut berpotensi menimbulkan kerugian
negara.
 
Pasal 2 ayat (1) UU Tipikor jo. Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 25/PUU-XIV/2016 mengatur bahwa:
 
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
yang DAPAT merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
 
Kata ‘dapat’ sebelum frasa ‘merugikan keuangan atau perekonomian
negara’ menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik
formal.
 
Adanya tindak pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur
perbuatan yang sudah dirumuskan, bukan dengan timbulnya akibat.
 
2. Suap-menyuap

Contoh perbuatan suap dalam UU Tipikor dan perubahannya di


antaranya diatur dalam Pasal 5 UU 20/2001, yang berbunyi:
 
1. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling
sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
setiap orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri
atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat
sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya; atau
b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang
bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan
dalam jabatannya.

4
2. Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
a atau huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).
 
3. Penggelapan dalam Jabatan

Contoh Pasal 8 UU No. 20/2001 berbunyi : 


Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), pegawai negeri
atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu,
dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang
disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat
berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau
membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.
 
Menurut R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi
Pasal (hal. 258), penggelapan adalah kejahatan yang hampir sama
dengan pencurian.
 
Bedanya ialah pada pencurian, barang yang dimiliki itu belum berada di
tangan pencuri dan masih harus ‘diambilnya’.
 
Sedangkan pada penggelapan, waktu dimilikinya barang itu sudah ada
di tangan si pembuat, tidak dengan jalan kejahatan.
 
Penggelapan dalam jabatan dalam UU Tipikor dan perubahannya,
menurut hemat kami, merujuk kepada penggelapan dengan
pemberatan, yakni penggelapan yang dilakukan oleh orang yang
memegang barang itu berhubungan dengan pekerjaannya atau
jabatannya (beroep) atau karena ia mendapat upah (hal. 259).
 
4. Pemerasan

Pemerasan dalam Pasal 12 huruf e, g dan h, UU Tipikor no. 20/2001


berbentuk tindakan:
1. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau
untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
2. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau

5
penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya,
padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;
atau
3. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara yang di
atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, telah merugikan orang yang berhak,
padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.
 
5. Perbuatan Curang

Perbuatan curang dalam Pasal 7 ayat (1) UU Tipikor No. 20/2001


dan perubahannya di antaranya berbentuk:
pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan,
atau penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan
bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan
negara dalam keadaan perang;
1. setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau
penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan
curang di atas;
2. setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan
Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik
Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang;
atau
3. setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang
keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian
Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan
perbuatan curang di atas.
 
6. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan

Benturan kepentingan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah


adalah situasi di mana seorang pegawai negeri atau penyelenggara
negara, baik langsung maupun tidak langsung, dengan sengaja
turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan,
yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau
sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
  (Pasal 12 UU Tipikor No. 20/20021)

7. Gratifikasi (Pasal 12 huruf B UU Tipikor No. 20/2001)


Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya,
dengan ketentuan:

6
1. Yang nilainya Rp10 juta atau lebih, pembuktiannya bahwa
gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh
penerima gratifikasi.

2. Yang nilainya kurang dari Rp10 juta, pembuktian bahwa


gratifikasi tersebut suap dibuktikan oleh penuntut umum.
 
Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima gratifikasi adalah pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat empat tahun dan paling lama 20
tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp200 juta dan paling
banyak Rp1 miliar.
 
Namun, ketentuan ini tidak berlaku apabila penerima
melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi, paling lambat 30 hari sejak tanggal
gratifikasi tersebut diterima.

Korupsi Proyek
Modus korupsi yang mungkin dilakukan di sekitarnya dapat
berupa suap menyuap, gratifikasi, atau penggelapan dalam
jabatan, dalam proses lelang atau pengadaan proyek tersebut.
 
Di sisi lain, prosedur pengadaan proyek tersebut juga dapat
merugikan keuangan negara atau terdapat indikasi konflik
kepentingan. Bisa jadi juga terjadi pemerasan di dalamnya.
 
Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat
bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada waktu
menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang
yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau
keselamatan negara dalam keadaan perang, juga dapat
dianggap melakukan korupsi.

7
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

Faktor- Faktor Penyebab Korupsi antara lain sebagai berikut :

Faktor Internal, merupakan faktor pendorong korupsi yang berasal dari dalam diri
setiap individu. Faktor internal dapat diperinci menjadi:

1. Sifat tamak/rakus manusia 

Sifat tamak merupakan sifat yang berasal dari dalam diri


setiap individu. Hal itu terjadi ketika seseorang mempunyai
hasrat besar untuk memperkaya diri dan tidak pernah merasa
puas terhadap apa yang telah dimiliki

2. Gaya hidup konsumtif

Pada era-modern ini, terutama kehidupan dikota- kota besar


merupakan hal yang sering mendorong terjadinya gaya hidup
konsumtif. Oleh karena itu, apabila Perilaku konsumtif tidak di
imbangi dengan pendapatan yang memadai,maka hal
tersebut akan membuka peluang seseorang untuk melakukan
berbagai tindakan demi memenuhi hajatnya. Salah satu
kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.

3. Moral yang kurang kuat

Seseorang yang mempunyai moral lemah cenderung mudah


tergoda untuk melakukan tindakan korupsi. Godaan itu bisa
berasal dari atasan, teman setingkat, bawahan, atau pihak
lain yang memberi kesempatan untuk melakukan korupsi.

Faktor Eksternal, merupakan faktor pemicu terjadinya tindakan korupsi yang


berasal dari luar diri pelaku. Faktor eksternal dapat dibagi
menjadi empat, yaitu:

1. Faktor Politik

Politik merupakan salah satu sarana untuk melakukan


korupsi. Hal ini dapat dilihat ketika terjadi intrabilitas politik
atau ketika politisi mempunyai hasrat untuk mempertahankan
kekuasaannya.

2. Faktor Hukum

Hukum bisa menjadi faktor terjadinya korupsi dilihat dari dua


sisi, disatu sisi dari aspek perundang – undangan, dan disisi
lain dari lemahnya penegak hukum. 

8
Hal lain yang menjadikan hukum sebagai sarana korupsi
adalah tidak baiknya substansi hukum, mudah ditemukan
aturan – aturan yang diskrimatif dan tidak adil, rumusan yang
tidak jelas dan tegas sehingga menumbulkan multi tafsir,
serta terjadinya kontradiksi dan overlapping dengan aturan
lain.

3. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab


terjadinya korupsi. Hal itu dapat dilihat ketika tingkat
pendapat atau gaji yang tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhannya, maka seseorang akan mudah untuk
melakukan tindakan korupsi demi terpenuhinya semua
kebutuhan.

4. Faktor Organisasi

Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang


luas, tidak hanya organisasi yang ada dalam suatu lembaga,
tetapi juga sistem pengorganisasian yang ada didalam
lingkungan masyarakat. 

Faktor - faktor penyebab terjadinya korupsi dari sudut


pandang organisasi meliputi:

- Kurang adanya teladan dari pemimpin


- Tidak adanya kultur organisasi yang benar
- Sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang
memadai
- Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam
organisasi
- Lemahnya pengawasan.

9
DAMPAK MASIF KORUPSI

Bahwa hidup selalu merasa kurang dan selalu tidak puas dengansemua harta atau
materi yang mereka punya. Oleh karena itu seseorang melakukan berbagai cara
agar kebutuhan hidupnya terpenuhi, seperti halnya korupsi. Dan ketika seseorang
sudah melakukan korupsi berbagaai dampak akan terjadi seperti :

1. Dampak korupsi terhadap ekonomi :

- Tidak adanya motivasi pertumbuhan ekonomi dan investasi

- Berkurangnya legitimasi dari peran pasar

- Barang dan jasa berkualitas rendah

- Mereduksi peran pundamental pemerintah (misalnya pada


penerapan dan pembuatan kontak proteksi)

- Hutang negara semakin meningkat

- Angka kemiskinan semakin meluas      

2. Dampak korupsi terhadap sosial dan kemiskinan masyarakat :

- Perilaku korupsi yang tertanam pada anak dibawah umur 

- Mahalnya harga jasa dan pelayanan publik

- Akses bagi masyarakat miskin semakin terbatas

- Kriminalitas semakin meningkat

- Lambatnya pengentasan kemiskinan 

3. Dampak korupsi terhadap birokrasi pemerintahan :

- Peraturan dan perundang-undangan yang tidak efektif

- Etika sosial politik yang kurang hidup

- Tidak efisiennya birokrasi

- Memperlambat peran negara dalam pengaturan alokasi

4. Dampak korupsi terhadap politik dan demokrasi :

- Kepemimpinan yang berjiwa korup

- Mahalnya biaya politik

10
- Hilangnya rasa kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
negara

- Hancurnya kedaulatan rakyat

5. Dampak korupsi terhadap penegakan hukum :

- Tidak terwujudnya suatu keadilan dalam masyarakat

- Fungsi pemerintahan tidak dapat berjalan dengan maksimal

- Hilangnya kepercayaan publik terhadap proses dan lembaga


hukum

- Hukum yang bisa dibeli 

6. Dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan :

- Lemahnya alusista sehingga dapat menimbulkan Kerawanan


Hankamnas

- Kekerasan dalam masyarakat semakin menguat

7. Dampak korupsi terhadap kerusakan lingkungan :

- Menurunnya ekosistem bagi tumbuhan dan hewan

- Berkurangnya kualitas lingkungan

- Kualitas hidup yang rendah


- Merosotnya kualitas tanah

11
NILAI DAN PRINSIP ANTI KORUPSI

Dalam berbagai buku dan pembahasan disebutkan bahwa nilai-nilai anti korupsi
berjumlah 9 buah, yaitu :

1.   Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan
sebagai sebuah tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak
berbohong dan tidak curang. Bagi seorang mahasiswa
kejujuran sangat penting dan dapat diwujudkan dalam
bentuk tidak melakukan kecurangan akademik, misalnya
tidak mencontek, tidak melakukan plagiarisme dan tidak
memalsukan nilai. Lebih luas, contoh kejujuran secara
umum dimasyarakat ialah dengan selalu berkata jujur, jujur
dalam menunaikan tugas dan kewajiban, misalnya sebagai
seorang aparat penegak hukum ataupun sebagai
masyarakat umum dengan membaya pajak.

2.  Kepedulian
Arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Rasa kepedulian dapat dilakukan terhadap
lingkungan sekitar dan berbagai hal yang berkembang
didalamnya.Nilai kepedulian sebagai mahasiswa dapat
diwujudkan dengan berusaha memantau jalannya proses
pembelajaran, memantau sistem pengelolaan sumber daya
dikampus serta memantau kondisi infrastruktur di kampus.
Selain itu, secara umum sebagai masyarakat dapat
diwujudkan dengan peduli terhadap sesama seperti dengan
turut membantu jika terjadi bencana alam, serta turut
membantu meningkatkan lingkungan sekitar tempat tinggal
maupun di lingkungan tempat bekerja baik dari sisi
lingkungan alam maupun sosial terhadap individu dan
kelompok lain.

3.  Kemandirian
Di dalam beberapa buku pembelajaran, dikatakan bahwa
mandiri berarti dapat berdiri diatas kaki sendiri, artinya tidak
banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal.
Kemandirian dianggap sebagai suatu hal yang penting harus
dimiliki oleh seorang pemimpin, karena tampa kemandirian
seseorang tidak akan mampu memimpin orang lain.

12
4.    Kedisiplinan
Definisi dari kata disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan
kepada peraturan. Sebaliknya untuk mengatur kehidupan
manusia memerlukan hidup yang disiplin. Manfaat dari
disiplin ialah seseorang dapat mencpai tujuan dengan waktu
yang lebih efisien. Kedisiplinan memiliki dampak yang sama
dngan nilai-nilai antikorupsi lainnya yaitu dapat
menumbuhkan kepercayaan dari orang lain dalam berbagai
hal.

5.  Tanggung Jawab

Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung


segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan dan diperkarakan). Seseorang yang memiliki
tanggung jawab akan memiliki kecenderungan
menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Seseorang yang
dapat menunaikan tanggung jawabnya sekecil apa-pun itu
dengan baik akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain.

6.    Kerja Keras

Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam


kemauan terkandung ketekadan, ketekunan, daya tahan,
daya kerja, pendirian keberanian, ketabahan, keteguhan dan
pantang mundur. Bekerja keras merupakan hal yang penting
guna tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan
tetapi bekerja keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa
adanya pengetahuan.

7.    Kesederhanaan
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
interaksi dengan masyarakat disekitar. Dengan gaya hidup
yang sederhana manusia dibiasakan untuk tidak hidup
boros, tidak sesuai dengan kemampuannya. Dengan gaya
hidup yang sederhana, seseorang juga dibina untuk
memprioritaskan kebutuhan diatas keinginannya.

8.    Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani

13
mengatakan dan membela kebenaran, berani mengakui
kesalahan, berani bertanggung jawab, dan sebagainya.
Keberanian sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan
dan keberanian akan semakin matang jika diiringi dengan
keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika
pengetahuannya juga kuat.

9.    Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak
berat sebelah dan tidak memihak. Keadilan dari sudut
pandang bangsa Indonesia disebut juga keadilan sosial,
secara jelas dicantumkan dalam pancasila sila ke-2 dan ke-5,
serta UUD 1945. Keadilan adalah penilaian dengan
memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang
menjadi haknya, yakni dengan bertindak proposional dan
tidak melanggar hukum

14
PRINSIP-PRINSIP ANTI KORUPSI

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan


pelaksanaan kerja. Semua lembaga mempertanggung
jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk
konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada
level budaya (individu dengan individu) maupun pada level
lembaga.

2. Transparansi

Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi


dimulai dari transparansi dan mengharuskan semua
proseskebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala
bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Dlam
bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada
keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi
kepercayaan (trust). Proses penganggaran bersifat bottom up
:

- mulai dari penyusunan anggaran

- Proses penyusunan kegiatan

- Proses Pembahasan

- Proses Pengawasan

- Proses Evaluasi

3.    Kewajaran

Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk


mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam
penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun
ketidakwajaran dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat prinsip
ketidakwajaran ini terdiri dari lima hal penting :komperehensif
dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran dan informatif.

15
3. Kebijakan

Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar


tidak terjadi penyimpangan yang dapat merugikan negara dan
masyarakat antara lain :

- undang-undang kebebasan mengakses informasi,

- undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-


monopoli,

- Kebijakan yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui


sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan
anggaran negara oleh para pejabat negara yang terdiri dari
: isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan,
kultur kebijakan.

5. Kontrol Kebijakan

Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang


dibuat betul-betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk
korupsi. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi
dan reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yaitu melakukan
kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam
penyusunan dan pelaksanaannya. Kontrol kebijakan evolusi
yaitu dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang
dianggap lebih layak. Kontrol kebijakan reformasi yaitu
mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak
sesuai.

16
UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

Komitmen pemerintah Indonesia dalam pemberantasan korupsi juga diaktualisasikan


dalam bentuk strategi komprehensif. Upaya-upaya pemberantasan tindak pidana
korupsi mencakup aspek preventif, detektif dan represif.

Upaya preventif Strategi preventif

Adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk menghilangkan atau


meminimalkan faktor-faktor penyebab atau peluang terjadinya korupsi. Upaya
preventif dilakukan dengan cara :

- Pemberlakuan berbagai undang-undang yang mempersempit


peluang korupsi, Pembentukan berbagai lembaga yang diperlukan
untuk mencegah korupsi, misalnya Komisi Pemeriksa Kekayaan
Penyelenggaraan Negara (KPKPN),
- Pelaksanaan sistem rekrutmen aparat secara adil dan terbuka,
- Peningkatan kualitas kerja berbagai lembaga independen
masyarakart untuk memantau kinerja para penyelenggara negara,
- Kampanye untuk menciptakan nilai anti korupsi secara nasional.

Upaya detektif Strategi detektif

Adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi terjadinya


kasus-kasus korupsi dengan cepat, tepat dan biaya murah sehingga dapat
ditindaklanjuti. Upaya detektif dilakukan dengan cara :

- Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan masyarakat,


- Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu,
- Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi
publik,
- Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti
pencucian uang di masyarakat internasional,
- Peningkatan kemampuan Aparat Pengawasan Fungsional
Pemerintah (APFP) atau Satuan Pengawas Intern (SPI) dalam
mendeteksi tindak pidana korupsi. Baca juga: Perjuangan Lawan
Korupsi adalah Perjuangan Melawan Kemiskinan

Upaya represif Strategi represif

adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi yang telah diidentifikasi
dapat diproses secara cepat, tepat dengan biaya murah sehingga kepada para
pelakunya dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Upaya represif dapat dilakukan dengan cara :
17
- Pembentukan Badan atau Komisi Anti Korupsi. Pemerintah pada
2003 dengan membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
- Penyidikan, penuntutan, peradilan dan penghukuman koruptor
besar, Penentuan jenis-jenis atau kelompok-kelompok korupsi
yang diprioritaskan untuk diberantas,
- Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi
dalam sistem peradilan pidana secara terus menerus,
- Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak
pidana korupsi secara terpadu, Publikasi kasus-kasus tindak
pidana korupsi beserta analisisnya. Baca juga: Data Litbang
Kompas, Kepala Daerah Jebolan S1 Paling Banyak Terjerat
Korupsi Tiga strategi Pemberantasan Korupsi KPK Dikutip dari
kpk.go.id, pemberantasan korupsi membutuhkan kesamaan
pemahaman mengenai tindak pidana korupsi itu sendiri. Dengan
kesamaan persepsi, pemberantasan korupsi bisa dilakukan secara
tepat dan terarah.

18
4 Peranan Mahasiswa
Dalam Pemberantasan Korupsi

Korupsi menjadi salah satu masalah terbesar yang dimiliki oleh Negara Indonesia,
yang sangat berpengaruh terhadap upaya untuk mencapai masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur seperti dimaksud dalam pembukaan UUD 1945.

Faktor terjadinya korupsi :


1. politik – Faktor politik merupakan salah satu faktor yang paling umum yang
mendasari suatu tindakan penyebab korupsi. Tindakan korupsi berupa suap atau
yang biasa kita kenal sebagai tindakan sogok menyogok sangat sering terjadi.
Korupsi suap biasa terjadi untuk kepentingan khusus seperti suap untuk “naik
jabatan”, suap untuk “menutupi” sesuatu.

2. Ekonomi – Desakan ekonomi membuat seorang karyawan yang merasa gajinya


kurang mencukupi melakukan korupsi, tindakan yang dilakukan biasanya berupa
pencurian uang Negara atau uang rakyat. Korupsi yang dilandasi oleh faktor
ekonomi inilah yang membuat Negara kita tak kunjung maju, karena uang yang
seharusnya digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyat justru
digunakan untuk kepentingan pribadi. Mirisnya, mengambil uang Negara cukup
mudah dilakukan karena kurangnya pengawasan pemerintah, hukuman yang
diberikan kepada para pencuri uang Negara pun tidak setimpal dengan
kesengsaraan yang mereka sebabkan.

3. hukum – Tindakan korupsi berupa penyuapan penegak hukum juga sangat


umum terjadi di Indonesia, dengan tujuan meringankan bahkan menghapus
hukuman, melegalkan yang illegal, untuk merubah atau meniadakan suatu
peraturan, korupsi suap hukum bukan hal yang jarang terjadi. Kemudahan
melakukan suap hukum yang terjadi di Indonesia menggambarkan betapa
lemahnya penegakkan hukum di Negara ini.

4. Faktor interpersonal – Faktor ini merupakan perluasan dari ketiga faktor


diatas dimana penyebab tindakan korupsi adalah karena sifat manusia yang
tidak pernah puas, minimnya moral masyarakat Indonesia, dan gaya hidup yang
tinggi. Kasus korupsi di Indonesia mencapai tingkat yang memprihatinkan,
namun seiring berjalannya waktu, peluang yang kita miliki untuk memberantas

19
korupsi pun kian besar, salah satu caranya adalah melalui mahasiswa. Dari
faktor faktor penyebab korupsi diatas bisa disimpulkan mengenai
bagaimana peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi?

Berikut adalah peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi :

1. Moralitas
Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa diharapkan
memiliki kemampuan interpersonal yang lebih tinggi sehingga
memiliki moral, rasa peduli dan rasa bertanggung jawab untuk
turut memajukan Negara Indonesia dengan memberantas
korupsi. Mahasiswa yang menyelesaikan pendidikannya
cenderung memiliki tenggang rasa yang lebih baik terhadap
Negara dan masyarakat sekitarnya dan cenderung benci
terhadap tindakan korupsi.

2. Identifikasi korupsi
Mahasiswa fakultas tertentu (khususnya hukum dan ekonomi)
memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa
suatu tindakan korupsi lebih baik daripada masyarakat pada
umumnya. Mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai standar
standar identifikasi dan analisis korupsi dari segi finansial
maupun hukum. Dengan kemampuan ini mahasiswa
diharapkan dapat memperbaiki kualitas penegakkan hukum di
Indonesia.

3. Pelaporan
Seorang mahasiswa yang telah mengidentifikasi adanya
tindakan korupsi oleh suatu entitas, cenderung berhasil
melaporkan tindakan korupsi tersebut kepada pemerintah
karena mahasiswa dianggap memiliki suara yang lebih
didengarkan oleh pemerintah dan mampu menekan
pemerintah. Selain itu mahasiswa cenderung lebih berani untuk
melaporkan tindakan korupsi tersebut karena mereka memiliki
pengetahuan akan prosedur dan langkah hukum untuk
melaporkan suatu tindakan korupsi.

4. Generasi masa depan

20
Ketika mahasiswa yang memiliki moralitas tinggi dan memiliki
kemampuan interpersonal tinggi naik dan menggantikan
generasi sekarang yang dianggap penuh dengan koruptor,
Tindakan korupsi diharapkan dapat ditekan bahkan dihapuskan
karena adanya kesadaran dalam diri mahasiswa untuk turut
memajukan Negara dengan tidak melakukan korupsi.

Kualitas kualitas professional maupun interpersonal yang


ditanamkan pada mahasiswa saat ini diharapkan mampu untuk
memberantas korupsi yang terus menggerogoti Negara
Indonesia. Dengan artikel peran mahasiswa dalam
pemberantasan korupsi ini, kami harapkan anda dapat lebih
mengerti pentingnya pendidikan bukan hanya untuk
memperoleh hard skill, namun juga untuk mendapatkan
kemampuan interpersonal dan moralitas yang lebih baik.

21

Anda mungkin juga menyukai