Dan dipertegas lagi pada pasal 6 ayat (1) huruf b yang berbunyi
penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang
Dasar:
2. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2012 pasal 1 ayat (5)
Pengertian Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tentang Tata
Cara Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan, dan Pembinaan
Teknis Terhadap Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai Negeri
Sipil, dan bentuk-bentuk Pengamanan Swakarsa bahwa yang
dimaksud dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan ditunjuk selaku penyidik dan mempunyai
wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam
lingkup undang-undang yang mejadi dasar hukumnya masing-
masing.
Kewenangan dan Tugas Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS)
Kewenangan pejabat penyidik ditetapkan dalam pasal 7 KUHAP (Undang-undang No. 8
Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana). Kewengan tersebut antara lain;
❑ Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana,
❑ melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian, menyuruh berhenti
seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka,
❑ melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan,
❑ melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat, mengambil sidik jari dan memotret
seseorang, memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi, mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubunganya dengan
pemeriksaan perkara,
❑ mengadakan penghentian penyidikan dan mengadakan tindakan lain menurut hukum
yang bertanggung jawab.dari redaksi pasal 7 ayat (1) ditas adalah kewenangan yang
diatur dalam pasal tersebut adalah kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud
pasal 6 ayat (1) huruf a KUHAP, yaitu POLRI,
d) Barang siapa memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri seperti
dimaksud pasal 2 dengan mengingat sesuatu kekuasaan sesuatu kewenangan
yang melekat pada jabatan atau kedudukannya atau oleh sipemberi hadiah
atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan itu;
e) Barang siapa tanpa alasan yang wajar, dalam waktu yang sesingkat-sin
gkatnya setelah memnerima pemberian atau janji yang diberikan kepada
seperti yang tersebut dalam pasal-pasal 418, 419, dan 420 KUHP tidak
melaporkan pemberian atau janji tersebut kepada yang berwajib
3. Macam-macam tindak pidana korupsi (Tipikor) Merujuk pada UU No.
31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001.
Ruang lingkup Tipikor dapat dikelompokan kedalam beberapa
rumusan delik sebagai berikut;
a. Kelompok delik/Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) yang dapat
merugikan keuangan negara/perekonomian negara (pasal 2 dan 3 UU
No. 31 Tahun 1999)
b. Kelompok delik/ Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) dalam hal
Penyuapan, baik aktif (yang menyuap) maupun pasif (yang menerima
suap) (pasal 5, 6, 11, 12, dan 12 B UU No. 20 Tahun 2001)
c. Kelompok delik/Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) dalam hal
Penggelapan dalam jabatan (pasal 8, 9, dan 10 UU No. 20 Tahun 2010)
d. Kelompok delik/Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) dalam hal
Pemerasan dalam jabatan (pasal 12 E dan f UU No. 20 Tahun 2001)
e. Kelompok delik/Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) yang berkaitan
dengan perbuatan curang (pasal 7 UU No. 20 Tahun 2001
f. Kelompok delik/Tindak Pidana Korupsi dalam hal pengadaan (pasal 12 huruf I UU No. 20
Tahun 2001).17
g. Gratifikasi (pasal 12 B UU No. 20 Tahun 2001) Selain definisi tindak pidana yang telah
dijelaskan diatas, masih ada tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana
korupsi. Jenis tindak pidana lain itu tertuang pada pasal 21, 22, 23, dan 24 Bab III Undang –
undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Jenis tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi
diatas:
❑ Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi (pasal 21)
❑ Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar (pasal 22 jo. pasal
28)
❑ Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka (pasal 22 jo. Pasal 29)
❑ Saksi atau saksi ahli yang memberi keterangan atau memberi keterangan palsu (pasal 22
jo. pasal 35)
❑ Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau memberi
keterangan palsu (pasal 22 jo. pasal 36)
❑ Saksi yang membuka identitas pelapor (pasal 24 jo. pasal 31)
4. Sanksi hukum pelaku tindak pidana korupsi (Tipikor)
Pidana mati;
Dapat dipidana mati kepada setiap orang yang secara melawan
hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara sebagaimana ditentukan pasal 2 ayat
(2) Undang undang Nomor 31 Tahun 1999 yang dilakukan dalam
keadan tertentu.
Adapun yang dimaksud dengan keadaan tertentu adalah
pemberatan bagi pelaku tindak pidana korupsi apabila tindak
pidana terebut dilakukan pada waktu negara dalam keadan
bahaya sesuai dengan undang-undang yang berlaku, pada waktu
terjadi bencana alam nasional, sebagaimana pengulangan tindak
pidana korupsi, atau pada saat negara dalam kedaan krisis
ekonomi (moneter)
4. Sanksi hukum pelaku tindak pidana korupsi
(Tipikor)
Pidana penjara.
Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda
paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah) bagi setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugukan
keuangan negara atau perekonomian negara.
Pidana tambahan
1) Perampsan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau
barang yang tidak bergeraj yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari
tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana dimana tindak
pdana korupsi dilakukan, begitu pula dari barang yang menggantikan
barang-barang tersebut.
Terdapat dalam pasal 12 B ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 huruf
a “yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta) rupiah atau lebih, pembuktian
bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima
gratifikasi dan pasal 37 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001
a. Terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan
tindak pidana korupsi.
Y O U
BAB I
PERKAP 20 Tahun 2010
• Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat Negara
1 yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan
hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri;
• Penyidik adalah pejabat Polri yang diangkat dan diberi wewenang khusus oleh
2 undangundang untuk melakukan peyidikan;
• Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah Pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu yang berdasarkan peraturan perundang-undangan ditunjuk selaku
3 Penyidik dan mempunyai wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam
lingkup undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing;
PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL
• Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta
4 mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya;
• Bantuan upaya paksa adalah bantuan yang diberikan oleh penyidik Polri
kepada PPNS berupa kegiatan penindakan secara hukum dalam rangka
11 penyidikan baik kepada PPNS yang memiliki kewenangan maupun yang
tidak memiliki kewenangan penindakan;
• Laporan kejadian adalah laporan tertulis yang dibuat oleh PPNS tentang adanya
suatu peristiwa pidana yang sedang dan telah terjadi, baik yang ditemukan
12 sendiri maupun melalui pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang
karena hak dan kewajiban berdasarkan undang-undang;
Kemandirian
Legalitas
Kebersamaan
Akuntabilitas
Transparansi
Efektif dan
Efisien
Kewajiban
PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL
Tujuan Dari Lahirnya
Peraturan Kapolri
TUGAS DAN
WEWENANG
PPNS
Psikologi
Pengerahan
Penyidik kekuatan
Bantuan Taktis
dalam Rangka
Penyidik yang
dilakukan oleh
PPNS
Penyitaan
c. teknis pemeriksaan;
c. Kapoltabes/Kapolresmetro/Kapolres/kapolresta melalui
Kasat Reskrim
Bantuan
lainnya
Korwas
terhadap
PPNS
Bantuan
Bantuan
upaya
peralatan
paksa