Anda di halaman 1dari 4

Nama : Baitul Dawiyah

Prodi : Hukum Tata Negara


Semester : V (Lima)
Mata Kuliah : Hukum Acara Pidana
Dosen Pengampu : Reza Noor Ihsan, S.H., M.H.

Tugas : Analisis Kasus Pidana di Pengadilan

KASUS DUGAAN KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH BUPATI


KAPUAS
BEN BRAHIM S BAHAT DAN ISTRINYA ARY EGAHNI

Tersangka Bupati Kapuas Ben Brahim S Bahat dan anggota DPR Fraksi NasDem, Ary Egahni tampak
mengenakan rompi tahanan usai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Selasa, 28 Maret
2023. KPK menetapkan pasangan suami istri itu sebagai tersangka kasus dugaan pemerasan.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memperkirakan uang yang


didapatkan Ben dan Ary dari praktik korupsi sekitar Rp8,7 miliar.
Uang tersebut diduga berasal dari pemotongan anggaran dari
berbagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di Pemkab Kapuas,
Kalimantan Tengah, serta dari pihak swasta. Menurut peneliti di
Divisi Korupsi ICW, Kurnia Ramadhana, hal yang diduga dilakukan
oleh Ben dan Ary adalah salah satu modus korupsi kepala daerah
untuk menebus biaya kontestasi politik elektoral. “Dalam banyak
perkara yang ditangani oleh KPK dan berkaitan dengan kontestasi
politik elektoral, itu selalu ada kejadian di mana kepala daerah
meminta anggaran yang sebenarnya bukan haknya untuk
kebutuhan pendanaan politik pada saat pelaksanaan Pemilu, baik
untuk kontestasi kepala daerah maupun untuk kontestasi
legislatif,” kata Kurnia kepada BBC News Indonesia. Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu) mengatakan pihaknya bekerja sama
dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
dalam mengawasi laporan dana kampanye. Namun demikian,
lembaga pengawas dan penyelenggara pemilu perlu mengevaluasi
strategi pengawasan, karena pola korupsi politik menjelang
pemilihan selalu berulang, kata pegiat antikorupsi. Saat ini, tim
penyidik masih terus melakukan pendalaman dan penyidikan atas
kasus korupsi pasangan suami-istri ini. Sebab, masih ada dugaan
penerimaan lain yang diperoleh Ben Brahim dan Ary dari pihak lain.
"Tim Penyidik masih terus melakukan pendalaman dan penelusuran
terkait dugaan adanya penerimaan-penerimaan lain oleh BBSB dan
AE dari berbagai pihak," kata Tanak. Atas perbuatannya tersebut,
Tanak menyatakan bahwa Bupati Kapuas dan sang istri, Ben
Brahim S Bahat dan Ary Egahni dijerat Pasal 12 huruf f dan Pasal 11
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.

Catatan:
(1) Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda
paling sedikit Rp. 200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah). Ditegaskan juga pada ayat (2) dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu pidana mati dapat dijatuhkan.
(2) Berdasarkan Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang dimaksud tersangka adalah seorang
yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai
pelaku tindak pidana.
(3) Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, maka Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh
Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya
dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh
Barang/Jasa.
(4) Berdasarkan Pasal 1 ayat (26) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), pengertian saksi adalah orang yang dapat
memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan , penuntutan, dan peradilan tentang suatu
perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Selanjutnya dijelaskan
dalam Pasal 1 ayat (1) UndangUndang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
bahwa saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang
ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan/atau ia alami sendiri.
(5) Berdasarkan Pasal 1 angka 7 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
(6) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), intervensi berarti adanya campur tangan dalam
perselisihan antara dua pihak.
(7) Pengadilan Tipikor merupakan singkatan dari Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan
Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi merupakan pengadilan khusus yang berada di
lingkungan Peradilan Umum. Lebih lanjut dijelaskan dalam Pasal 5 peraturan yang sama bahwa
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi merupakan satu-satunya pengadilan yang berwenang
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana korupsi.
(8) Berdasarkan Pasal 1 Ayat (22) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan
barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai. Pengertian kerugian Negara ini juga dipertegas dalam Pasal 1 ayat (15) Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Selanjutnya, Penjelasan Pasal
32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “secara nyata telah ada kerugian keuangan negara”
adalah kerugian yang sudah dapat dihitung jumlahnya berdasarkan hasil temuan instansi yang
berwenang atau akuntan publik yang ditunjuk.
(9) Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), penyidik adalah pejabat polisi negara
Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang untuk melakukan penyidikan, ketentuan ini dipertegas lagi oleh Pasal 6 ayat (1)
KUHAP yang menyebutkan bahwa penyidik adalah : 1. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia 2.
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undangundang.
(10) Berdasarkan Pasal 1 ayat 14 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah daerah kepada
pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan
tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang
penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.
(11) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekspos berarti memaparkan.

Anda mungkin juga menyukai