UNIVERSITAS PEKALONGAN
BAB 1
A. Istilah dan Pengertian Hukum Acara Pidana
Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana adalah dua pilar yang tidak dapat
dipisahkan dalam proses penegakan hokum pidana. (Lubis 2003:7)
Ketentuan pasal 285 Undang Undang no 8 tahun 1981 tentang kitab Undang
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 285 berbunyi : “Undang undang ini
disebut Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana”. Sedangkan ketentuan pasal
285 RUU-KUHAP berbunyi : “Undang undang tentang Hukum Acara Pidana ini
merupakan kodifikasi yang disebut denganKitab Undang Undang Hukum Acara
Pidana”.
Iatilah Hukum Acara Pidana itu sudah tepat dari “Hukum proses Pidana” atau
“Hukum tuntutan Pidana”. (Hamzah, 2002:1). Adapun istilah lainya dalam bahasa
Belanda, Strafprocesreht, formeel strafrecht. (Predjodikoro, 1985:20) dalam
bahasa inggris, Criminal Procedu Law dalam bahasa Prancis Code d’instruction
Criminelle sedangkan istilah yang dipakai di Amerika Serikat adalah Criminal
Procedure Rules. (Hamzah, 2002:2)
Di Indonesia terdapat istilah yang popular yaitu criminal justice system (system
peradilan pidana) kemudian menjadi integrated criminal justice system (system
peradilan pidana terpadu). Istilah hukuam acara pidana dan system peradilan
pidana berbeda ruang lingkupnya. Hukum acara pidana mempelajari hal-hal yang
terkait dengan “hukum” saja tetapi system peradilan pidana lebih luas seperti
dikatakan Joan Miller yaitu Materi system peradilan pidana mulai dari
pembentukan undang undang di DPR sampai pembinaan narapidana hingga
keluar dari lembaga pemasyarakatan, (Hamzah, 2002:3).
Hukum Pidana dibedakan menjadi 2 macam, yaitu hukum pidana materiil (hukum
pidana susbstansif) atau biasa disebut dengan hukum pidana dan hukum pidana
formil (hukum acara pidana). Hukum pidana adalah hukum yang mengatur
tentang perbuatan-perbuatan yang dapat dipidana , syarat-syarat untuk
menjatuhkan pidana dan pidana. Sedangkan hukum acara pidana adalah hukum
yang mempelajari peraturan yang diciptakan Negara karena adanya pelanggaran
undang undang pidana. (Sutarto, 1991:1). Dengan demikian dapat disimpulkan,
hukum pidana formil (hukum acara pidana) fungsinya adalah untuk menegakan
hukum pidana materiil (hukum pidana) . dengan kata lain hukum pidana (materiil)
tidak mempunyai arti sama sekali tanpa adanya hukum acara pidana.
Selain itu terdapat pula Undang Undang diluar KUHP yang memuat hukum pidana
materiil dan hukum pidana formil sekaligus, antara lain:
Hukum acara pidana merupakan dasar bagi pemeriksaan perkara pidana kecuali
undang undang tersebut secara tegas menentukan lain sesuai dengan asas lex
specialis derogate legi generali yaitu :
Hukum acara pidana mengatur tentang cara bagaimana atau tindakan apa yang
harus dilakukan apabila terjadi pelanggaran terhadap hukum pidana yang
meliputi hal-hal (Sutarto, 1991:8) sebagai berikut :
Fungsi hukum acara pidana adalah untuk menegakkan hukum pidana. Tugas
pokok hukum acara pidana, yaitu mencari dan mendapatkan kebenaran materiil,
memberikan suatu putusan hakim, melaksanakan putusan hakim.
Dari ketiga tufas pokok tersebut, maka penekananya diletakkan kepada tugas
mencari serta mendapatkan kebenaran materiil (matriele waarheid) sebagai dasar
putusan hakim. Sedangkan tujuan hukum acara pidana adalah mencari
kebenaran materiil (substantial truth) sekaligus memberikan perlindungan
terhadap hak asasi manusia (protection of human right).
D. Pihak yang Terlibat dalam Hukum Acara Pidana
Hukum acara pidana adalah tata cara dan pedoman penegakan hukum dalam
melaksanakan tugasnya dan petunjuk bagi pihak yang terlibat di dalamnya
(dramatis personae) yaitu:
1. Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban dalam hukum acara pidana
seperti tersangka, terdakwa, saksi dan ahlu
2. Pejabat Kepolisian (penyelidik, penyidik, dan penyidik pembantu) dan
pejabat PPNS tertentu yang diberikan wewenang khusu oleh Undang
Undang
3. Pejabat kejaksaan bertugas melakukan penuntutan dan eksekusi putusan
pengadilan seperti jaksa dan penuntut umum
4. Pejabat Pengadilan yang bertugas memeriksa dan memutus perkara di
sidang pengadilan seperti hakim, panitera, wakil panitera, panitera muda
dan panitera pengganti
5. Advokad yaitu orang yang memenuhi syarat yang ditentukan undang
undang untuk memberikan bantuan hukum
6. Pejabat aparat panitensier yang bertugas melaksanakan undang undang
pelaksanaan pidana (panitentiaire reht) seperti pejabat Lapas yang bertugas
melaksanakan pidana penjara dan kurungan. (sutarto, 1991:10)
Rangkuman
Fungsi hukum acara pidana adalah untuk menegakan hukum pidana. Tugas pokok
hukum acara pidana, pertama mencari dan mendapatkan kebenaran materiil,
kedua memberikan suatu putusan hakim, ketiga melaksanakan putusan hakim.
BAB 2
a. Asas insonomia atau equality before the law yaitu, setiap orang
mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum dan tidak ada
perbedaan perlakuan
b. Asas principle of legality, yaitu penangkapan, penahanan, penggledahan,
dan penyitaan dilakukan berdasarkan perintah tertulis pejabat
berwenang menurut cara yang diatur dalam undang undang
c. Asas presumption of innoncence (praduga tak berslah), yaitu setiap
orang yang disangka, ditangkap, ditahan, diituntut dan diadili harus
dianggap tak bersalah sampai adanya putusan hakim yang menyatakan
kesalahannya dan mempunyai kekuatan hukum tetap
d. Asas remedy and rehabilitation (pengembalian nama baik) yaitu, hak
atas ganti rugi atau kesengajaan atau kelalaian penegak hukum apabila
terjadi salah tangkap maupun penahanan
e. Asas contante justitie atau speed trial dan fair trail yaitu peradilan harus
dilakukan dengan cepat, sederhanaan, dan biaya ringan bebas, jujur,
serta tidak memihak
f. Asas legal assistance untuk memperoleh bantuan hukum bagi
kepentingan pembelaan atas dirinya (terdakwa)
g. Asas mirande rule, yaitu hak menghubungi advokad dan minta bantuan
hukum sejak dilakukan penangkapan dan penahanan
h. Asas presentasi atau onmiddelijkheid van het onderzoek yaitu
pengadilan memeriksa dengan hadirnya terdakwa
i. Asas openbaarheid van het process yaitu, sidang pengadilan terbuka
untuk umum kecuali undang undang menentukan lain
j. Asas pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan bagi perkara pidana
yang dilakukan ketua pengadilan negeri yang bersangkutan
1. Logika, yaitu berpikir dengan akal sehat berdasar atas hubungan beberapa
fakta (beripikir rasional) . Peranan hukum acara pidana sangat penting
terkait persangkaan atau pembuktian ysng dilakukan melalui tahapan:
a. Orientasi yaitu tindakan yang dilakukan penegakan hukum (penyidik)
untuk mencari dan mengumpulkan bukti bukti yang selengkap-
lengkapnya di tempat kejadian (TKP)
b. Hipotesa, yaitu bukti bukti yang terkumpul kemudian disusun dan
dibuat hipotesa apakah kejadian tersebut merupakan penganiyaan,
pembunuhan, atau bunuh diri.
c. Verifikasi, yaitu mencocokan bukti bukti yang dikumpulkan dengan
keterangan-keterangan yang diperoleh di TKP baik saksi maupun ahli
dengan fakta fakta sesudahnya termasuk kalau ada bukti-bukti atau
keterangan maupun fakta fakta baru
d. Konstruksi yaitu menyusun dan merangkai bukti bukti yang ada
dengan keterangan yang diperoleh menjadi suatu konstruksi yang
logis tentang ada atu tidaknya atau sesuai dengan tindak pidana yang
dipersangkakan
e. Rekonstruksi yaitu tindakan menggambarkan kembali tindak pidana
yang terjadi melalui reka ulang perbuatan yang dilakukan dengan
membawa pelaku, korban dan saksi saksi ke TKP sehingga diperoleh
gambaran dan kesimpulan lebiha jelas tentang tindak pidana yang di
persangkakan.
2. Psikologi yaitu,ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan
mendalami jiwa manusia (orang yang diperiksa) dengan tujuan untuk
memperlakukanya secara tepat dan bauk. Penegakan hukum (penyidik,
penuntut umum, dan hakim) pada saat memeriksa tersangka dan terdakwa
maupun ahli harus benar benar orang dewasa, pelajar, atau mahasiswa,
pendidikan serta budayanya
3. Kriminalistik yaitu, ilmu yang mempelajari kejahatan sebagai maslah tehnik
terkait bagaimana kejahatan itu dilakukan dan dengan apa pelaku
melakukan kejahatan tersebut serta penyelidikan ilmu pengetahuan alam
mengenai segala sesuatu yang menjadi bukti tentang suatu tindak pidana
yang dalam bekerjanya harus didukung ilmu forensic yaitu ilmu
pengetahuan yang dapat memberikan keterangan atau kesaksian bagi
pengadilan secara meyakinkan terkait kebenaran ilmiah yang dapat
mendukung pengadilan dalam menetapkan keputusanya.
Ilmu forensic terdiri dari ilmu kedokteran forensic, ilmu alam forensic, dan ilmu
alam forensic
6. Hukum Pidana (Hukum Pidana Materiil) yaitu hukum pidana formil atau hukum
acara pidana dengan sendirinya membutuhkan ilmu pengetahuan hukum pidana
sesuai dengan fungsinya bahwa hukum acara pidana adalah untuk menegakkan
hukum pidana.
HIR berasal dari IR (Inlands Reglement S. 1848 nomor 16) yang telah
diumumkan pertama tahun 1948 telah mengalami perubahan terakhir tahun
1941 tentang acara perdata dan acara pidana bagi orang Indonesia asli
(Bumiputera) dan Timur asing (China, arab dan india) dan hukum acara pidana
dan acara perdata yang berlaku bagi orang eropa adalah Reglement op de
strafvordering (S.1847 nomor 40) dan Reglement op de Burgerlijke
Rechtsvordering (S.1847 nomor 52) yang lebih sempurna dari Inlands
Reglement. (Hamzah, 2002:1)