Anda di halaman 1dari 10

MATERI KULIAH

HUKUM ACARA PERDATA

Team Teaching

PERTEMUAN
II
Pengertian Hukum Acara Perdata
Menurut L.J. van Apeldoorn, hukum perdata dibagi dalam
hukum perdata materil dan hukum perdata formil. Hukum
perdata materil mengatur kepentingan-kepentingan perdata,
sedangkan hukum perdata formil mengatur pertikaian hukum
mengenai kepentingan-kepentingan perdata atau dengan
perkataan. lain, cara mempertahankan peraturan-peraturan
hukum perdata materiil dengan pertolongan hakim.

R. Subekti,, Wirjono Prodjodikoro,,

Hukum Acara Perdata adalah Hukum Acara Perdata adalah rangkaian


mengabdi kepada hukum materiil, peraturan yang memuat cara bagaimana
setiap perkembangan dalam hukum orang harus bertindak dihadapan
materiil itu, sebaiknya selalu diikuti pengadilan dan cara bagaimana
dengan penyesuaian hukum pengadilan itu harus bertindak, satu sama
acaranya. lain untuk melaksanakan berjalannya
peraturan hukum perdata.
Sudikno Mertokusumo,

Hukum Acara Perdata ialah peraturan hukum yang mengatur


bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan
perantaraan hakim atau peraturan hukum yang menentukan bagaimana
caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil. Hukum
Acara Perdata mengatur tentang bagaimana caranya mengajukan
tuntutan hak, cara memeriksa dan cara memutusnya, serta bagaimana
pelaksanaan daripada putusannya.

Retnowulan Sutantio dan


Iskandar
Tirraamidjaja
Oeriepkartaprawira)

Hukum Acara Perdata adalah Hukum Hukum Acara Perdata adalah


Perdata Formil, yaitu kaidah hukum yang suatu akibat yang ditimbulkan
menentukan dan mengatur cara bagaimana dari hukum perdata materiil
hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata
sebagimana yang diatur dalam hukum
perdata materil
LANJUTAN

Hukum acara perdata juga merupakan Kaidah hukum yang mengatur cara dan
prosedur hukum dalam mengajukan, memeriksa, memutuskan, dan
melaksanakan putusan tentang tuntutan hak dan kewajiban tertentu sehingga
menjamin tegaknya hukum perdata materiil melalui lembaga peradilan.
Bertolak kepada aspek toeritis dalam praktek peradilan, maka pada dasarnya
hukum acara perdata adalah :
1. Peraturan hukum yang mengatur dan menyelenggarakan bagaimana
proses seseorang mengajukan perkara perdata kepada hakim/pengadilan.
Dalam konteks ini, pengajuan perkara perdata timbul karena adanya orang
yang merasa haknya dilanggar orang lain, kemudian dibuatlah surat gugatan
sesuai syarat peraturan perundang-undangan.
2. Peraturan hukum yang menjamin, mengatur dan menyelenggarakan
bagaimana proses hakim mengadili perkara perdata. Dalam mengadili perkara
perdata, hakim harus mendengar kedua belah pihak berperkara. Disamping itu
juga, proses mengadili perkara, hakim juga bertitik tolak kepada peristiwanya
hukumnya, hukum pembuktian dan alat bukti kedua belah pihak sesuai
ketentuan perundang-undangan selaku positif (Ius Constitutum)
3. Peraturan hukum yang mengatur proses bagaimana caranya hakim
memutus perkara perdata.
LANJUTAN

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa, Hukum Acara Perdata adalah: Peraturan hukum yang
mengatur bagaimana cara mempertahankan dan memelihara hukum
perdata materiil dan bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak di
pengadilan untuk memberikan perlindungan hukum kepada subjek
hukum dalam mempertahankan hak-haknya dengan cara memeriksa,
memutusnya dan bertujuan untuk mencegah tindakan main hakim
sendiri atau perbuatan sewenang-wenang sehingga akan tercipta
suasana tertib hukum di dalam kehidupan bermasyarakat.
SUMBER-SUMBER HUKUM ACARA PERDATA
Hukum Acara Perdata Indonesia sampai kini masih tetap berpedoman sebagai
pedoman utama pada hukum acara perdata kolonial.
Sumber hukum acara perdata adalah tempat dimana dapat
ditemukannyaketentuan-ketentuan hukum acara perdata. Pengaturannya masih
tersebar di dalam berbagai peraturan perundang-undangan, yaitu :
1. HIR (Het Herziene Indonesche Reglement),
Herziene Indonesich Reglement (HIR) berasal dari Inlandsche Reglement (IR) dimuat
dalam Lembaran Negara No. 16 jo. 57/1848 yang judul lengkapnya adalah Reglement
op de uit oefening van de politie, de Burgelijke rechtspleging en de strafvordering
onder de Inlanders en de Vremde Oosterlingen op Java en Madura (Peraturan tentang
pelaksanaan tugas kepolisian, perkara perdata dan hukum acara pidana terhadap
golongan pribumi dan golongan Timur Asing di Jawa dan Madura)
2. RBg (Het Rechtsreglement Buitengewesten)
RBg (reglement tot regeling van het rechtswezen in de gewesten buiten java en
madura) reglement tentang hukum acara perdata yang berlaku untuk daerah luar
Jawa dan Madura dengan Staatsblad 1927 Nomor 227.
3. Rv (Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering)
Berlaku dengan Staatsblaad. 1847 nomor 52 dan S.1849 nomor 63. Rv lazim disebut
dengan Reglemen Hukum Acara Perdata untuk Golongan Eropa.
LANJUTAN

4. Kitab Undang Undang Hukum Perdata (BW), khususnya Buku ke IV tentang


Pembuktian dan Daluarsa.
5. WvK (Kitab Undang Undang Hukum Dagang).
6. Berbagai Undang Undang yang berkaitan antara lain:
 UU tentang Peradilan Ulangan / Acara Banding ( UU Nomor 20/1947).
 UU tentang Kekuasaan Kehakiman (UU Nomor 48 / 2009).
UU tentang Peradilan Umum (UU Nomor 2 / 1986, jo. UU Nomor 8 / 2004, jis.
UU Nomor 49 / 2009).
UU tentang Mahkamah Agung ( UU Nomor 14 / 1985, jo. UU Nomor 5 / 2004,
UU Nomor 3 / 2009).
 UU tentang Advokat (UU Nomor 18 / 2003).
UU Nomor 1 / 1974, jo UU Nomor 16 tahun 2019 tentang Perkawinan dan
peraturan pelaksanaannya seperti: PP Nomor 9 /1975 dan PP Nomor 10 / 1983.
UU tentang Kepailitan dan Penundaan Pembayaran Utang (UU Nomor
37/2004).
LANJUTAN

7. Yurisprudensi.
Yurisprudensi merupakan sumber pula dari pada hukum acara perdata, antara
lain dapat disebutkan putusan Mahakamh Agung tertanggal 14 April 1971 Nomor 99
K/Sip/197122 yang menyeragamkan hukum acara dalam perceraian bagi mereka
yang tunduk pada BW dengan tidak membedakan antara permohonan untuk
mendapatkan izin guna mengajukan gugat perceraian dan gugatan perceraian itu
sendiri yang berarti bahwa hakim harus mengusahakan perdamaian di dalam
persidangan, sebagaimana diatur dalam Pasal 53 HOCI.

8. Peraturan Mahkamah Agung (PERMA).

9. Instruksi dan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA).


 Instruksi dan surat edaran Mahkamah Agung (SEMA) sepanjang mengatur hukum
acara perdata dan hukum perdata materiil tidaklah mengikat hakim sebagaimana
halnya undang-undang. Akan tetapi, instruksi dan surat edaran MA merupakan
sumber tempat hakim yang dapat menggali hukum acara perdata ataupun hukum
perdata materiil.
LANJUTAN

10. Perjanjian Internasional.


Salah satu sumber hukum acara perdata ialah perjanjian internasional,
misalnya ”perjanjian kerja sama di bidang peradilan antara Republik
Indonesia dan Kerajaan Thailand”. Di dalamnya, terdapat kesepakatan
mengadakan kerja sama dalam menyampaikan dokumen-dokumen pengadilan
dan memperoleh bukti-bukti dalam hal perkara-perkara hukum perdata dan
dagang. Warga negara kedua belah pihak akan mendapat keleluasaan
beperkara dan menghadap ke pengadilan di wilayah pihak yang lainnya
dengan syarat-syarat yang sama, seperti warga negara pihak itu.
11.Doktrin
Doktrin atau ilmu pengetahuan merupakan sumber hukum acara perdata juga
atau sumber tempat hakim dapat menggali hukum acara perdata.
Akan tetapi, doktrin itu sendiri bukanlah hukum. Kewibawaan ilmu
pengetahuan karena didukung oleh para pengikutnya serta sifat objektif dari
ilmu pengetahuan itu menyebabkan putusan hakim bernilai objektif juga.
12. Adat Kebiasaan.
Adat kebiasaan sebagaimana yang dianut oleh para hakim dalam melakukan
pemeriksaan perkara perdata sebagai sumber hukum acara perdata.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai