Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Acara Perdata di dalam struktur hukum di Indonesia


merupakan salah satu bagian penting karena merupakan petunjuk
bagaimana caranya melaksanakan hukum perdata, sebagaimana hukum
pidana dengan hukum acara pidana.

Hukum Acara adalah kumpulan ketentuan-ketentuan dengan tujuan


memberikan pedoman dalam usaha mencari kebenaran dan keadilan bila
terjadi pelanggaran atas suatu ketentuan hukum dalam hukum materiil
yang berarti memberikan kepada hukum dalam hukum acara suatu
hubungan yang mengabdi kepada hukum materiil.

Hukum Acara Perdata adalah Hukum Perdata Formil, yaitu kaidah


hukum yang menentukan dan mengatur cara bagaimana hak-hak dan
kewajiban-kewajiban perdata sebagimana yang diatur dalam hukum
perdata materiil.

Dalam makalah ini akan membahas tentang Ruang Lingkup Peradilan


Acara Perdata, dimana makalah ini kami buat bertujuan agar kami sebagai
mahasiswa mengetahui lebih jauh dan lebih dalam perihal hukum acara
perdata melalui pembahasan Ruang Lingkup Peradilan Acara Perdata.

Dalam penyusunan makalah ini juga berisi materi yang mana dapat
membuat pembaca lebih memahami lagi tentang hukum acara perdata dan
juga makalah ini berisi tentang Ruang Lingkup Peradilan Acara Perdata
seperti; Pengertian Hukum Acara Perdata, Karakteristik Hukum Acara
Perdata, Sifat Hukum Acara Perdata, Tahapan Hukum Acara Perdata dan
lain sebagainya.

Page | 1
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian dari Hukum Acara Perdata?

2. Apa saja isi Ruang Lingkup Hukum Acara Perdata

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini dibuat bertujuan untuk menambah wawasan dan keilmuan


kami terkait mata kuliah Hukum Acara Perdata, dalam hal pembahasan
Ruang Lingkup Peradilan Hukum Acara Perdata. Dimana dengan
selesainya makalah ini juga kami berharap bisa lebih memahami praktek
hukum acara perdata.

Page | 2
BAB II

KAJIAN UMUM TEORITIS

1. Pengertian Hukum Acara Perdata

Pengertian Hukum Acara Perdata menurut para ahli :

Hukum Acara Perdata menurut Dr. Wirjono adalah rangkaian


peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak
terhadap dan/atau dimuka pengadilan dan bagaimana cara pengadilan itu
harus bertindak, satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan-
peraturan hukum perdata.

Sudikno menyatakan bahwa Hukum Acara Perdata adalah peraturan-


peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya
hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim. Dengan kata lain,
hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang menentukan bagaimana
caranya menjamin pelaksanaan hukum materiil. Lebih kongkritnya lagi
dikatakan bahwa hukum acara perdata adalah mengatur bagaimana caranya
mengajukan tuntutan hak, memeriksa serta memutusnya dan pelaksanaan
dari putusan.

Menurut Cst Kansil, Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum


yang mengatur bagaimana cara memelihara dan mempertahankan hukum
perdata materiil atau peraturan yang mengatur bagaimana cara mengajukan
suatu perkara perdata ke muka pengadilan perdata dan bagaimana cara
hakim perdata memberikan putusan.

Hukum acara perdata adalah kaidah hukum yang mengatur cara dan
prosedur hukum dalam mengajukan, memeriksa, memutuskan, dan
melaksanakan putusan tentang tuntutan hak dan kewajiban tertentu

Page | 3
sehingga menjamin tegaknya hukum perdata materiil melalui lembaga
peradilan.

2. Karakteristik Hukum Acara Perdata

 Dalam Hukum acara perdata, orang yang merasa haknya dilanggar


disebut sebagai Penggugat, sedangkan orang yang ditarik ke muka
pengadilan karena dirasa telah melanggar hak penggugat disebut
sebagai tergugat.

 Turut tergugat dipergunakan bagi orang-orang yang tidak menguasai


barang sengketa atau tidak berkewajiban untuk melakukan sesuatu,
namun demi lengkapnya suatu gugatan, mereka harus diikut sertakan.

3. Sifat Hukum Acara Perdata

 Inisiatif ada tidak ada perkara ada pada orang/beberapa orang yang
merasa haknya dilanggar (penggugat/ para penggugat).

 Berbeda dengan Hukum Acara Pidana yang tidak tergantung ada/ tidak
adanya inisiatif.

 Ada Hukum acara pidana yang mirip dengan Hukum acara perdata,
yaitu Tindak Pidana Aduan.

Pencabutan gugatan oleh penggugat/para penggugat tidak dapat dilakukan


sesuka hati, Pencabutan gugatan dapat dilakukan apabila tergugat
menyetujui pencabutan gugatan, namun kadangkala persetujuan itu tidak
dipenuhi, bahkan malah menggugat balik (rekonpensi).

Page | 4
4. Tahapan Hukum Acara Perdata Menurut Sudikno Metrokusumo

 Tahap Pendahuluan : Tahap persiapan menuju tahap penentuan dan


pelaksanaan, yaitu ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan seperti
membuat gugatan, mendaftarkan gugatan, membayar biaya perkara.

 Tahap Penentuan : Tahap pemeriksaan peristiwa, pembuktian dan


penjatuhan putusan.

 Tahap Pelaksanaan : Tahap dilakukannya tindakan pelaksanaan putusan


(eksekusi) yang telah dijatuhkan oleh hakim.

5. Hukum Acara Perdata Positif

 Hukum acara perdata nasional hingga saat ini belum diatur dalam
undang-undang, sampai saat ini ketentuan yang masih dipakai sebagai
rujukan adalah het Herziene Indonesich Reglement (HIR) yang dulu
diberlakukan untuk wilayah Jawa-Madura, sedangkan diluar itu
berlaku RechtsReglement Buitengewestem (RBg).

 Sejarah Hukum Acara Perdata/ terbentuknya HIR dapat dibaca pada


buku Retnowulan Sutantio.

6. Sumber Hukum Acara Perdata (Hukum Positif)

Berdasarkan Pasal 5 Ayat 1 dan Pasal 6 UU No. 1 Drt Tahun 1951 Tentang
Tindakan-tindakan sementara untuk menyelenggarakan Kesatuan Susunan
Kekuasaan dan Acara Pengadilan Sipil.

 HIR, Het Herziene Indonesisch Reglement (Bab IX, 7 Bagian)

Page | 5
 RBg (Reglemen Buitengewesten, S. 1927 Nomor 227)

 RV (Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering) disebut juga


Hukum Acara Perdata untuk Gol. Eropa, namun menurut Prof.
Soepomo, sudah tidak berlaku sejak Raad van Justitie dan
Residentiegerecht dihapus.

 RO (Reglement op de Rechterlijke Organisatie in Het Beleid der


Justitie in Indonesie)

 Undang-undang yang telah dikodifikasi (KUHPerdata dan


KUHDagang)

 Undang-undang yang belum dikodifikasi ( UU No. 20 Tahun 1947,


tentang acara banding, UU No. 14 Tahun 1970 Jo UU No. 35 Tahun
1999 Jo UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

 Yurisprudensi

 Perjanjian Internasional

 Doktrin

7. Asas-Asas Hukum Acara Perdata

 Hakim Bersifat Menunggu (iudex no procedat ex officio) diatur dalam


Pasal 118 HIR dan 142 RBg, artinya bila tidak tuntutan dari pihak,
maka tidak ada hakim (Wo Kein klager ist, ist kein rechter ; nemo
judex sine actor)

 Ada konsekuensi bagi seorang hakim, yaitu harus mengadili semua


perkara, karena hakim dianggap tahu semua (ius curia novit)

Page | 6
 Hakim Bersifat Pasif (Lijdelijkeheid van Rechter), artinya hakim hanya
bertitik tolak pada peristiwa yang diajukan oleh para pihak saja
(secundum allegat iudicare)

 Peradilan Terbuka untuk umum (Openbaarheid van rechtspraak),


konsekuensi yang terjadi apabila asas ini tidak dilaksanakan adalah
putusan dapat menjadi tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum.

 Hakim mengadili kedua belah pihak (Horen van beide partijen).

 Pemeriksaan dalam dua tingkat (Onderzoek in twee instanties), hanya


Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggijudex factie dilaksanakan.

 Pengawasan Putusan Pengadilan melalui Kasasi (Toezicht op de


rechtspraak door van cassatie).

 Mahkamah Agung adalah Puncak Peradilan di Indonesia (Pasal 10 Ayat


2 UU No. 14 Tahun 1970 jo Pasal 2 UU No. 4 tahun 2004).

 Putusan Hakim harus disertai alasan (Pasal 23 UU No. 14 tahun 1970


jo Pasal 25 UU No. 4 Tahun 2004, Pasal 184 Ayat 1 , dan 319 HIR)

 Berperkara dikenakan biaya (Niet-kosteloze rechtspraak) Pasal 4, 5 UU


No. 14 Tahun 1970 jo Pasal 4 dan Pasal 5 UU No. 4 Tahun 2004)

 Tidak ada keharusan mewakilkan dalam Beracara.

 Majelis hakim di Persidangan (Pasal 15 UU No. 14 Tahun 1970 jo


Pasal 17 UU No. 4 Tahun 2004)

 Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 4 UU


No. 14 Tahun 1970 jo Pasal 4 UU No. 4 Tahun 2004).

 Proses Peradilan Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan Pasal 4 Ayat 2


UU No. 4 Tahun 2004

Page | 7
 Hak menguji Materiil UU hanya ada pada MK dan dibawah UU oleh
MA (Pasal 11, 12 UU No. 4 Tahun 2004).

 Asas Obyektifitas, Pasal 5 UU No. 4 Tahun 2004.

8. Perihal Kekuasaan Mutlak Dan Kekuasaan Relatif

 Kewenangan Mutlak/absolute compententie menyangkut pembagian


kekuasaan antar badan-badan peradilan, berdasarkan macamnya
pengadilan yang memberikan kekuasaan untuk mengadili

 Kewenangan Relatif/relative compententie mengatur pembagian


kekuasaan mengadili antara pengadilan yang serupa

 Asas yang berlaku dalam kewenangan relatif adalah Actor sequitur


forum rei.

9. Lingkup Pengadilan

Macam-macam pengadilan:

 Di samping Pengadilan Sipil seperti tersebut diatas lazimnya disebut


Pengadilan Umum di Indonesia terdapat pula :

 Pengadilan Militer yang hanya berwenang untuk mengadili perkara


yang terdakwanya berstatus anggota ABRI.

 Pengadilan Agama yang kewenangannya mengadili perkara-perkara


perdata yang kedua pihaknya beragama Islam dan menurut hukum
yang dikuasai Hukum Islam.

Page | 8
 Pengadilan Administrasi yang termasuk wewenang Pengadilan
Administrasi adalah perkara yang tergugatnya pemerintah dan
penggugatnya perorangan pemerintah itu digugat dengan alsan
kesalahan dalam menjalankan administrasi.

Susunan badan-badan pengadilan:

 Pengadilan Negeri sebagai pengadilan tingkat pertama yang berwenang


mengadili semua perkara baik perdata maupun pidana.

 Pengadilan Tinggi atau Pengadilan tingkat banding yang juga


merupakan Pengadilan tingkat kedua. dinamakan Pengadilan tingkat
kedua karena cara pemeriksaannya sama seperti pemeriksaan di
Pengadilan tingkat pertama (Pengadilan Tinggi).

 Mahkamah Agung yang merupakan Pengadilan tingkat akhir dan


bukan Pengadilan tingkat ketiga. Mahkamah Agung memeriksa
perkara-perkara yang dimintakan Kasasi, karena tidak puas dengan
dengan putusan banding dari Pengadilan Tinggi. Pada tingkat kasasi
yang diperiksa adalah penerapan hukumnya saja.

Kewenangan pengadilan:

Mengenai kewenangan mengadili dapat dibagi menjadi dua dalam


Kekuasaan Kehakiman, yaitu Kekuasaan Kehakiman atribusi (atributie van
rechtsmacht) dan Kekuasaan Kehakiman distribusi (distributie van
rechtsmacht), bahwa :

1. Kekuasaan Kehakiman Atribusi disebut juga kewenangan mutlak atau


kompetensi absolute. Kewenangan Mutlak atau Kompetensi absolute
adalah kewenangan badan pengadilan di dalam memeriksa jenis
perkara tertentu dan secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan
pengadilan lain, misalnya Pengadilan Negeri pada umumnya

Page | 9
berwenang memeriksa jenis perkara tertentu yang diajukan dan bukan
Pengadilan Tinggi atau Pengadilan Agama biasanya kompentensi
absolute ini tergantung pada isi gugatan dan nilai daripada gugatan
(lihat Pasal 6 UU No. 29 Tahun 1947).

2. Kekuasaan Kehakiman Distribusi disebut juga kewenangan nisbi atau


kompetensi relative . Kewenangan nisbi atau Kompetensi relative
adalah bahwa Pengadilan Negeri di tempat tinggal (domisili) yang
berwenang memeriksa gugatan atau tuntutan hak. jadi gugatan harus
diajukan kepada Pengadilan Negeri tempat tergugat tinggal. apabila
tergugat tidak diketahui tempat tinggalnya atau tempat tinggalnya yang
nyata tidak dikenali, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan Negeri
di tempat tinggal tergugat sebenarnya.

3. Dikenali, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan Negeri di tempat


tinggal tergugat sebenarnya ( Pasal 18 HIR, Pasal 141 Ayat 1 Rbg).

Tempat kedudukan pengadilan:

 Tempat kedudukan Pengadilan Negeri pada prinsipnya berada di tiap


Kabupaten, namun di luar Pulau Jawa masih terdapat banyak
Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi lebih dari satu
Kabupaten.

 Kedudukan Pengadilan Negeri ada sebuah Kejaksaan Negeri dan


disamping tiap Pengadilan Tinggi ada Kejaksaan Tinggi. Khusus di
Ibukota Jakarta ada 5 (lima) instansi Pengadilan Negeri yakni di
Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta
Utara demikan pula dengan Kejaksaannya Negerinya.

Susunan pejabat pada suatu pengadilan:

Page | 10
 Di tiap pengadilan terdapat beberapa hakim. diantaranya menjabat
sebagai ketua pengadilan dan wakil ketua.

 Para hakim bertugas untuk memeriksa dan mengadili perkara di


persidangan.

 Disamping itu ada panitera yang bertugas memimpin bagian


administrasi atau tata usaha dibantu oleh wakil panitera, beberapa
panitera pengganti dan karyawan-karyawan lainnya.

 Tugas dari pada panitera ialah menyelenggarakan administrasi perkara


serta mengikuti semua sidang serta musyawarah-musyawarah
pengadilan dengan mencatat secara teliti semua hal yang dibicarakan
(Pasal 58,59 UU no. 2 Tahun 1986, Pasal 63 RO). ia harus membuat
Berita Acara (proses verbal) sidang pemeriksaan dan
menandatanganinya bersama-sama dengan ketua sidang (Pasal 186
HIR, Pasal 197 Rbg). karena ia tidak mungkin mengikuti semua
sidang-sidang pemeriksaan perkara, maka di dalam praktik, tugas
tersebut dilakukan oleh panitera pengganti.

Di samping hakim dan panitera masih ada petugas yang dinamakan


jurusita (deurwaarder) dan jurusita pengganti (Pasal 38 UU No.21 Tahun
1986).adapun tugas dari pada jurusita dalai melaksanakan perintah dari
ketua sidang dan menyampaikan pengumuman-pengumuman, teguran-
teguran, pemberitahuan putusan pengadilan, panggilan-panggilan resmi
para Tergugat dan Penggugat dalam perkara perdata dan para saksi, dan
juga melakukan penyitaan-penyitaan atas perintah hakim.

Page | 11
10. Ruang Lingkup Hukum Acara Perdata

Ruang lingkup Hukum Acara Perdata, peraturan hukum yang mengatur


tentang :

 Bagaimana mengajukan tuntutan hak atau gugatan

 Cara memeriksa tuntutan hak

 Bagaimana mempertahankan tuntutan hak para pihak

 Bagaimana mengajukan barang bukti dan menilai bukti

 Cara melawan putusan hakim dengan upaya hokum

11. Sumber Hukum Acara Perdata

Sumber Hukum Acara Perdata

 HIR / RIB berlaku untuk daerah jawa dan Madura & RBG berlaku
diluar jawa dan madura

 RV lazim disebut Reglement hukum acara perdata untuk golongan


eropa

 Ro (Reglement tentang organisasi kehakiman ) dasar penerapan hukum


acara perdata dalam praktek peradilan

 Undang – Undang

o Undang – Undang No. 4 tahun 2004 telah dicabut diganti dengan


UU No.48 tahun 2009 ttg Kekuasaan kehakiman

o Undang – Undang No.8 tahun 2004 tlah dicabut diganti dengan UU


No.49 tahun 2009 tentang Peradilan Umum

Page | 12
o Undang-Undang No. 5 tahun 2004 telah dicabut diganti dengan UU
No. 3 tahun 2009 tentang Mahkamah Agung

 5PERMA No. 2 tahun 2002 tentang Mediasi

 Yurisprudensi MA

 Doktrin Hukum (pendapat para ahli)

Hakim tidak terikat Yurisprudensi, tidak menganut asas THE BINDING


FORCE OF PRECEDENT.

12. Asas – Asas Hukum Acara Perdata

Asas – Asas Hukum Acara perdata

 Hakim bersifat menunggu (Nemo judex Sine Actore)

 Hakim bersifat Pasif (Verhandlungs Maxime)

 Sidang terbuka untuk umum

 Hakim mendengar kedua belah pihak (audi et alterm patrem)

 Ketidakharusan mewakilkan

 Putusan harus disertai dengan alasan

 Berperkara harus dengan biaya

 Pemeriksaan dalam dua tingkat

 Pemeriksaan secara sederhana cepat biaya ringan

 Peradilan dilakukan dengan berdasarkan ketuhanan yang maha esa

Page | 13
IUS CURIA NOVIT (hakim dianggap tahu hukumnya)

(Pasal 16 ayat 1 UU No.4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman,


hakim tidak boleh menolak memeriksa, memutus perkara dengan dalih
tidak ada hukumnya atau kurang jelas melainkan wajib memeriksa dan
mengadilinya).

13. Perkara Perdata

Perkara Perdata dibagi menjadi :

a. Permohonan (Voluntaire Yuridictie)

 Hanya satu pihak (pemohon)

 Tugas Hakim Administratif

 Kebebasan Hakim menggunakan kebijaksanaan

 Putusan mengikat semua orang

b. Sengketa Perdata (Contentieus Yuridictie)

 Ada dua pihak atau lebih (Penggugat, Tergugat)

 Tugas Hakim bersifat menyelesaikan dan memutus sengketa


terbatas apa yang dituntut para pihak

 Hakim terikat hukum positif

 Putusan hakim hanya mengikat para pihak

Page | 14
14. Pihak – Pihak dalam sengketa Perdata

a. Pihak langsung berkepentingan

 Peran sebagai pihak berkepentingan

 Peran menghadapi sidang (bisa dengan kuasa)

b. Pihak tidak secara langsung tapi dianggap pihak yang berkepentingan


misalnya :

 Bertindak sebagai wali yang belum dewasa

 Pihak dalam mewakili sebagai Pengampu

c. Pihak merupakan utusan atau wakil pihak yang berkepentingan

 Mewakili perusahaan, atau instansi

15. Kompetensi Pengadilan

 Kompetensi Absolut (atributie van rechtsmacht) : Kewenangan


mengadili antar badan-badan peradilan

 Kewenangan Relatif (Distributie van rechsmacht) : Kewenangan


antar Pengadilan Negeri mana yang berwenang

ACTOR SEQUITOR FORUM REI : pada asasnya yang berwenang


mengadili adalah Pengadilan Negeri dimana tempat tinggal tergugat

Page | 15
16. Teori Menyusun Gugatan

 Teori Substansi : kejadian nyata yang mendahului peristiwa hukum


dan menjadi dasar gugatan, harus disebutkan dalam POSITA

 Teori Individualisasi : asal – usul kejadian nyata tidak perlu


dikemukakan dalam gugatan sebab dapat dibuktikan nanti dalam
persidangan

17. Kemungkinan Yang Terjadi Pada Persidangan

 Jika pada hari sidang Penggugat dan Tergugat hadir, sengketa akan
diperiksa sesuai hukum acara

 Jika Penggugat dan Tergugat tidak hadir, maka gugatan dicoret /


dianggap tidak ada

 Jika Penggugat tidak hadir, maka perkara digugurkan

 Jika Tergugat tidak hadir, maka akan dipanggil sekali lagi tetap
juga tidak hadir, perkara di putus tanpa hadirnya tergugat (verstek)

18. Mengajukan Gugatan Kepengadilan Negeri

Setelah gugatan selesai disusun, maka gugatan tersebut diajukan


sendiri atau oleh kuasanya kepada Ketua Pengadilan Negeri, melalui
Panitera. Panitera mencatat setiap gugatan atau permohonan dalam suatu
daftar (register) perkara. Pendaftaran perkara dimaksudkan untuk
mendapat nomor perkara.

Page | 16
19. Menyusun surat gugatan

Pengertian surat gugatan : surat gugatan adalah surat biasa yang


ditujukan pada ketua pengadilan yang berisi identitas para pihak, tuduhan
dan tuntutan.

Isi surat gugatan memuat :

 Identitas Para Pihak

 Posita/Fondamentum Petendi

 Petitum

Yang harus diperhatikan dalam surat gugatan adalah :

 Alamat kompetensi pengadilan

 Identitas para pihak harus lengkap

 Penyusunan posita runtut

 Apa yang terdapat dalam Petitum harus ada di posita

 Petitum subsidair

 Tanggal kuasa harus lebih dulu dari tanggal gugatan

20. Tahap penentuan sidang di pengadilan

Ketidak hadiran para pihak pada hari sidang pertama :

 Jika pada hari sidang Penggugat dan Tergugat hadir, sengketa akan
diperiksa sesuai hukum acara.

Page | 17
 Jika Penggugat dan Tergugat tidak hadir, maka gugatan dicoret /
dianggap tidak ada.

 Jika Penggugat tidak hadir, maka perkara di gugurkan, upaya


hukumnya adalah memasukkan gugatan baru.

 Jika Tergugat tidak hadir , akan dipanggil sekali lagi tetap juga
tidak hadir , perkara di putus tanpa hadirnya tergugat ( verstek )
upaya hukumnya adalah Verzet.

21. Perdamaian

Dalam PERMA No. 2 tahun 2003 mengharuskan diadakan proses


MEDIASI untuk memfasilitasi proses PERDAMAIAN

Tata cara perdamaian (Pasal 130 HIR)

 Jika kedua belah pihak hadir pengadilan mengusahakan


perdamaian dengan perantara Ketua

 Jika perdamaian tercapai, maka dibuatkan akta perdamaian yang


mempunyai kekuatan seperti Putusan hakim biasa

 Tidak diperkenankan banding terhadap putusan perdamaian

 Juru bahasa dapat digunakan pada waktu usaha perdamaian

Kalimat yang selalu tercantum dalam akta perdamaian :

 Menghukum kedua belah pihak untuk menepati perjanjian yang


dibuat dipersidangan

 Menghukum pada kedua belah pihak untuk membayar biaya


perkara

Page | 18
Kekuatan akta perdamaian sama seperti putusan hakim yang
mempunyai kekuatan hukum tetap.

22. Pencabutan Dan Perubahan Gugatan

Alasan pencabutan gugatan umumnya :

 Pemenuhan tuntutan oleh Penggugat

 Adanya kekeliruan dalam menyusun gugatan

Syarat pencabutan Gugatan ;

 Diajukan sebelum gugatan diperiksa/sebelum tergugat mengajukan


jawaban tanpa persetujuan Tergugat

 Diajukan setelah perkara diperiksa/tergugat sudah mengajukan


jawaban dapat dicabut dengan seijin tergugat

23. Perubahan gugatan

Perubahan gugatan di izinkan dengan syarat tertentu kecuali pemeriksaan


sudah dalam taraf kesimpulan .

Syarat-syarat perubahan gugatan :

 Sebelum Tergugat menjawab ( tanpa ijin tergugat )

 Setelah Tergugat menjawab ( harus ijin Penggugat )

 Perubahan tidak menyimpang dari tuntutan / petitum yang menjadi


pokok sengketa

Page | 19
24. Jawaban Tergugat

Pasal 121 ayat 2 HIR menentukan bahwa Tergugat dapat menjawab


Gugatan Penggugat, baik secara lisan maupun secara tertulis.

25. Eksepsi / Sanggahan

Jawaban Tergugat yang tidak mengenai pokok perkara disebut Eksepsi


atau Tangkisan

26. Pembuktian

Unsur pembuktian :

 Mengajukan kebenaran tentang dasar gugatan dan sanggahan


gugatan

 Tujuan memberikan kepastian dan keyakinan pada hakim

Apa yang harus dibuktikan :

Hal –hal yang harus dibuktikan adalah segala sesuatu yang menjadi
pokok sengketa, pokok sengketa adalah segala sesuatu yang diajukan
atau didalilkan oleh salah satu pihak, tetapi disanggah atau disangkal
oleh pihak lawannya.

Beberapa hal yang tidak perlu dibuktikan :

 Segala sesuatu yang diakui atau segala sesuatu yang tidak


disangkal oleh tergugat

Page | 20
 Segala sesuatu yang telah dilihat hakim dalam persidangan

 Peristiwa Notoir ( Notoir Feiten ) : peristiwa yang tidak perlu


dibuktikan, karena sudah diakui oleh umum misalnya : Jika hari
minggu kantor pemerintah pada umumnya tutup dst.

Page | 21
KESIMPULAN

Dari pembahasan tersebut diatas dapat kami simpulkan bahwa Hukum


acara perdata adalah kaidah hukum yang mengatur cara dan prosedur hukum
dalam mengajukan, memeriksa, memutuskan, dan melaksanakan putusan
tentang tuntutan hak dan kewajiban tertentu sehingga menjamin tegaknya
hukum perdata materiil melalui lembaga peradilan.

Disamping itu juga berisi tentang tata cara bagaimana melakukan gugatan,
membuat surat gugatan, menarik surat gugatan, melakukan perubahan surat
gugatan hingga pembuktian dalam persidangan yang menjadi putusan hakim
nantinya.

Page | 22
DAFTAR PUSTAKA

Riduan Syahrani, 2009. Buku Materi Dasar hukum Acara Perdata.


Penerbit PT Citra Aditya Bakti : Bandung.
Moh. Taufik Makarso.2004.Pokok-pokok Hukum Acara Perdata, PT
AsdiMahasatya,Jakarta.
Tresna, R. Wantjik. 1981. Hukum Acara Perdta, HIR/RBG. Jakarta:
GhaliaIndonesia

Page | 23
Page | 24

Anda mungkin juga menyukai