Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL


TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Mata Kuliah : Hukum Acara Perdata


Program Studi : ILMU HUKUM
Dosen : Tim Dosen Hukum Acara Perdata
Hari/Tanggal : Selasa, 02 November 2021
Kelas : A, B, C, D
Waktu : 07.00 – 08.50
Sifat Ujian : CLOSE BOOK

No Soal Bobot CPMK-CPL


a. Apa yang dimaksud dengan pengertian Hukum Acara Perdata menurut R.
1. Subekti? 10 point
Jawaban :
R. Subekti (Mantan Ketua Mahkamah Agung) berpendapat : Hukum acara
itu mengabdi kepada hukum materiil, setiap perkembangan dalam hukum
materiil itu sebaiknya selalu diikuti dengan penyesuaian hukum acaranya.
Oleh karena itu Hukum Perdata diikuti dengan penyesuaian hukum acara
perdata dan Hukum Pidana diikuti dengan penyesuaian hukum acara
pidana.

b. Apakah fungsi dan sifat dari hukum acara perdata?


Jawaban :
hukum acara perdata merupakan peraturan hukum yang berfungsi untuk
mempertahankan berlakunya hukum perdata Karena tujuannya
memintakan keadilan lewat hakim, hukum acara perdata dirumuskan
sebagai peraturan hukum yang mengatur proses penyelesaian perkara
perdata lewat hakim (pengadilan) sejak dimajukannya gugatan sampai
dengan pelaksanaan putusan hakim.

c. Sebutkan Sumber Hukum Acara Perdata! Jelaskan!


Jawaban :
 HIR (Herziene Inlandsch Reglement)
HIR, yaitu hukum acara perdata yang berlaku untuk daerah Jawa dan
Madura, tidak hanya memuat ketentuan-ketentuan hukum acara
perdata, tetapi juga memuat ketentuan ketentuan hukum acara pidana.
 RBg (Rechtsreglement voor Buitengewesten)
RBg, yaitu hukum acara perdata yang berlaku diluar Jawa dan Madura
 B.W (Burgerlijk Wetboek)
BW, adalah kodifikasi hukum perdata material, yang juga memuat
hukum acara perdata (formal)
 Ordonansi Tahun 1867 No.29
Ordonansi ini memuat ketentuan-ketentuan tentang pembuktian
tulisan-tulisan dibawah tangan dari orang-orang Indonesia
(Bumiputera).
 W.v.K (Wetboek van Koophandel)
WvK adalah kodifikasi hukum perdata material tentang perdagangan
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

tetapi juga memuat ketentuan-ketentuan hukum acara perdata.


 R.O. (Reglement of de Rechterlijke Ordornantie in het beleid der Justitie
in Indonesie)
 R.v (Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering)
Rv adalah ketentuan hukum acara perdata yang berlaku pada R.v.J
(Raad vanJustitie) dan (Hooggerechtshof), yaitu peradilan bagi golongan
Eropa pada jaman Hindia Belanda. Menurut Pasal 3 ayat (2) HIR,
peraturan tuntutan hukum perdata dihadapan pengadilan Eropa,
dipergunakan di pengadilan negeri yang lain jika sangat diperlukan.
 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1947 tentang Peradilan Ulangan
(hukum acara perdata yg mengatur banding untuk daerah Jawa &
Madura).
 Undang-Undang Nomor 14 tahun 1985 jo Undang-Undang Nomor 5
tahun 2004 jo.
 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung.
 Undang-Undang No. 2 tahun 1986, jo Undang-Undang No. 8 Tahun
2004 jo UndangUndang No 49 tahun 2009 tentang Peradilan Umum
 Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
 Peraturan/Surat Edaran Mahkamah Agung R.I.

Mahkamah Agung R.I. dapat mengeluarkan Peraturan-peraturan/Instruksi


yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan.
 Yurisprudensi
Yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan Mahkamah Agung R.I. juga
memuat ketentuan hukum acara perdata, Yurisprudensi-yurisprudensi
yang sama atas perkaraperkara yangsama disebut yurisprudensi tetap.
 Pendapat Pakar
 Pendapat-pendapat para pakar (yang terkemuka) dapat juga
dipergunakan sebagai sumber hukum acara perdata.

d. Sebutkan dan jelaskan macam-macam asas Hukum Acara Perdata!


Jawaban:
Azas-Azas Hukum Acara Perdata
1. Hakim Bersifat Menunggu
Asas dari hukum acara perdata (sebagaimana halnya asas hukum acara pada
umumnya) bahwa pelaksanaannya, yaitu inisiatif untuk mengajukan
gugatan, sepenuhnya diserahkan kepada mereka yang berkepentingan. Ini
berarti bahwa apakah akan ada proses atau tidak, apakah suatu perkara
atau gugatan akan diajukan atau tidak, sepenuhnya diserahkan kepada
mereka yang berkepentingan (yang merasa dirugikan). Kalau tidak ada
gugatan atau penuntutan, tidak ada hakim. Jadi, yang mengajukan gugatan
adalah pihak-pihak yang berkepentingan, sedangkan hakim bersikap
menunggu diajukannya suatu perkara atau gugatan (periksa Pasal 118 HIR,
Pasal 142 RBg). Ini berarti bahwa hakim tidak boleh aktif mencari-cari
perkara (menjemput bola) di masyarakat, sedangkan yang
menyelenggarakan proses adalah negara. Akan tetapi, sekali suatu perkara
diajukan kepada hakim, hakim tidak boleh menolak untuk memeriksa dan
mengadilinya dengan alasan apa pun Undang Undang Nomor 48 tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman.
2. Hakim Pasif
Hakim dalam memeriksa suatu perkara bersikap pasif. Maksudnya, ruang
lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan kepada hakim untuk
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

diperiksa pada asasnya ditentukan oleh pihak-pihak yang beperkara dan


bukan oleh hakim. Dengan perkataan lain, pihak yang merasa haknya
dirugikanlah (penggugat) yang menentukan apakah ia akan mengajukan
gugatan, seberapa luas (besar) tuntutan, serta juga tergantung pada (para)
pihak (penggugat dan/atau tergugat) perkara akan dilanjutkan atau
dihentikan (karena terjadi perdamaian atau karena gugatan dicabut).26
Semuanya tergantung pada (para) pihak, bukan pada hakim. Hakim terikat
pada peristiwa yang diajukan oleh para pihak (secundum allegat iudicare).
Hakim hanya membantu para pencari keadilan dan berusaha mengatasi
segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan,
demikian ditentukan dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009).
Hakim terikat pada peristiwa yang menjadi sengketa yang diajukan oleh
para pihak. Dalam pembuktian para pihaklah yang diwajibkan membuktikan
dan bukan hakim, hakim hanya menilai siapa di antara para pihak yang
berhasil membuktikan kebenaran dalilnya dan apa yang benar dari dalil
yang dikemukakan pihak tersebut.
3. Hakim Aktif
Dalam beracara dengan HIR/RBg, hakim Indonesia harus aktif sejak perkara
dimasukkan ke pengadilan,27 memimpin sidang, melancarkan jalannya
persidangan, membantu para pihak dalam mencari kebenaran, penjatuhan
putusan, sampai dengan pelaksanaan putusannya (eksekusi). Karena dalam
sistem HIR/RBg tidak ada keharusan menunjuk kuasa hukum, seorang yang
buta hukum pun dapat menghadap sendiri ke muka pengadilan. Keharusan
hakim aktif dalam beracara dengan HIR/RBg mulai tampak pada saat
penggugat mengajukan gugatannya. Pasal 119 HIR, 143 RBg menentukan
bahwa ketua pengadilan negeri berwenang memberi nasihat dan
pertolongan waktu dimasukkannya gugatan tertulis, baik kepada penggugat
sendiri maupun kuasanya. Hal ini tidak berarti bahwa hakim memihak. Di
sini, hakim hanya menunjukkan bagaimana seharusnya bentuk dan isi
sebuah surat gugat. Selain itu, dalam sidang pemeriksaan perkara, hakim
memimpin jalannya sidang agar dapat tercapai peradilan yang tertib dan
lancar sehingga asas peradilan cepat dapat tercapai. Dalam menjatuhkan
putusan, hakim wajib menambahkan dasar hukum yang tidak dikemukakan
oleh para pihak, Pasal 178 ayat (1) HIR, 189 ayat (1) RBg. Dalam pelaksanaan
putusan pengadilan (eksekusi), sebagaimana ditentukan dalam Pasal 195
ayat (1) HIR, 206 ayat (1) RBg, bahwa ketua pengadilan memimpin jalannya
eksekusi. Dalam penyelesaian suatu perkara yang diajukan ke pengadilan,
hakim wajib mengadili seluruh gugatan dan dilarang menjatuhkan putusan
atas perkara yang tidak dituntut atau mengabulkan lebih dari yang dituntut
(Pasal 178 ayat 2 dan 3 HIR, 189 ayat 2 dan 3 RBg). Demikian pula halnya
apakah pihak yang bersangkutan akan mengajukan banding atau tidak
bukanlah kepentingan dari pada hakim (Pasal 6 UU Nomor 20 tahun 1947,
Pasal 199 RBg). Asas hakim pasif dan aktif dalam hukum acara perdata
disebut verhandlungsmaxime. Asas ini mengandung beberapa makna
berikut:
a. Inisiatif untuk mengadakan acara perdata ada pada pihak-pihak yang
berkepentingan dan tidak pernah dilakukan oleh hakim. Hakim hanyalah
membantu para pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala rintangan
untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan
(Pasal 4 ayat (2) UU Nomor 48 Tahun 2009). Hal ini mengatur cara-cara
bagaimana para pihak mempertahankan kepentingan pribadi. Berbeda
dengan hukum acara pidana yang mengatur cara bagaimana
mempertahankan kepentingan publik, inisiatif dalam acara pidana dilakukan
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

oleh pemerintah yang diwakili oleh jaksa sebagai penuntut umum serta alat-
alat perlengkapan negara yang lain (kepolisian). Kalau dalam perkara
perdata pihak-pihak yang berhadapan adalah pihak-pihak yang
berkepentingan, yaitu penggugat dan tergugat; dalam perkara pidana pihak-
pihak yang berhadapan bukan orang-orang yang melakukan tindak pidana
(terdakwa) dengan orang yang menjadi korban, tetapi terdakwa
berhadapan dengan jaksa/penuntut umum selaku wakil negara.
Selanjutnya, dalam perkara perdata, para pihak yang beperkara dapat
secara bebas mengakhiri sendiri perkara yang mereka ajukan untuk
diperiksa di pengadilan dan hakim tidak dapat menghalanginya.
Berakhirnya, pemeriksaan perkara perdata dapat dilakukan dengan
pencabutan gugatan atau dengan perdamaian pihak-pihak yang beperkara
(Pasal 178 HIR/ 189 RBg). Dalam perkara pidana, kalau perkara sudah
diperiksa oleh pengadilan (hakim), perkara tersebut tidak dapat dicabut lagi,
melainkan harus diperiksa terus sampai selesai (ada putusan pengadilan).
b. Hakim wajib mengadili seluruh gugatan/tuntutan dan dilarang
menjatuhkan putusan terhadap sesuatu yang tidak dituntut atau
mengabulkan lebih dari yang dituntut (Pasal 178 ayat 2 dan 3 HIR/ Pasal 189
ayat 2 dan 3 RBg).
c. Hakim mengejar kebenaran formal, yakni kebenaran yang hanya
didasarkan pada bukti-bukti yang diajukan di depan persidangan, tanpa
harus disertai keyakinan hakim. Jika salah satu pihak yang beperkara
mengakui kebenaran suatu hal yang diajukan oleh pihak lawan, hakim tidak
perlu menyelidiki apakah yang diajukan itu sungguh-sungguh benar atau
tidak. Berbeda dengan perkara pidana, hakim dalam memeriksa dan
mengadili perkara pidana mengejar kebenaran materiil, yaitu kebenaran
yang harus didasarkan pada alat-alat bukti yang sah menurut undang-
undang dan harus ada keyakinan hakim.
d. Para pihak yang beperkara bebas pula untuk mengajukan atau untuk
tidak mengajukan verset, banding, dan kasasi terhadap putusan pengadilan.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa makna hakim bersifat pasif dalam
perkara perdata, yaitu hakim tidak menentukan luasnya pokok perkara.
Hakim tidak boleh menambah atau menguranginya, tetapi tidaklah berarti
hakim tidak berbuat apa-apa. Sebagai pimpinan sidang pengadilan, hakim
harus aktif memimpin jalannya persidangan sehingga berjalan lancar.
Hakimlah yang menentukan pemanggilan, menetapkan hari persidangan,
serta memerintahkan supaya alat-alat bukti yang diperlukan disampaikan ke
depan persidangan. Bahkan, jika perlu, hakim karena jabatan (ex officio)
memanggil sendiri saksi-saksi yang diperlukan. Selain itu, hakim juga berhak
memberi nasihat, menunjukkan upaya hukum, dan memberikan keterangan
kepada pihak-pihak beperkara (Pasal 132 HIR/ 156 RBg). Karena itu, sering
dikatakan oleh sementara ahli bahwa hakim dalam sistem HIR adalah aktif,
sedangkan dalam sistem Rv adalah pasif (Prodjodikoro, 1975).
4. Sidang Pengadilan Terbuka untuk Umum
Sidang pemeriksaan perkara di pengadilan pada asasnya adalah terbuka
untuk umum. Ini berarti bahwa setiap orang dibolehkan menghadiri dan
mendengarkan pemeriksaan perkara di persidangan. Adapun tujuan asas ini
tidak lain adalah memberikan perlindungan hak hak asasi manusia dalam
bidang peradilan serta menjamin objektivitas peradilan dengan
mempertanggungjawabkan pemeriksaan yang fair, tidak memihak, serta
putusan yang adil kepada masyarakat. Asas ini dapat kita jumpai dalam
Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009.31 Mengumumkan
putusan hakim dalam sidang yang dinyatakan terbuka untuk umum 48
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

Tahun 2009.32 Tidak dipenuhinya syarat ini mengakibatkan putusan tidak


sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum dengan akibat putusan adalah
batal demi hukum. Dalam praktiknya, meskipun hakim tidak menyatakan
persidangan terbuka untuk umum, kalau dalam berita acara persidangan
dicatat bahwa persidangan dinyatakan terbuka untuk umum, putusan yang
telah dijatuhkan tetap sah. Namun demikian, untuk kepentingan kesusilaan,
hakim dapat menyimpang dari asas ini, misalnya dalam perkara perceraian
karena perzinaan. Secara formil, asas ini membuka kesempatan untuk social
control. Asas terbukanya persidangan tidak mempunyai arti bagi acara yang
berlangsung secara tertulis. Kecuali, ditentukan lain oleh undang-undang
atau apabila berdasarkan alasan-alasan yang penting dan yang dimuat
dalam berita acara yang diperintahkan oleh hakim maka persidangan dapat
dilakukan dengan pintu tertutup. Dalam pemeriksaan perkara perceraian
atau perzinaan, sering persidangan dilakukan dengan pintu tertutup.
Meskipun sidang pemeriksaan perkara dapat dilaksanakan secara tertutup,
setiap persidangan harus dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum
terlebih dahulu sebelum dinyatakan tertutup.
5. Mendengar Kedua Belah Pihak
Dalam hukum acara perdata, kedua belah pihak haruslah diperlakukan
sama, tidak memihak, dan didengar bersama-sama. Pengadilan mengadili
menurut hukum dengan tidak membedakan orang sebagaimana termuat
dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970. Hal tersebut
mengandung arti bahwa dalam hukum acara perdata, pihak-pihak
beperkara harus sama-sama diperhatikan, berhak atas perlakuan yang sama
dan adil, serta masing-masing harus diberi kesempatan untuk memberikan
pendapatnya. Asas bahwa kedua belah pihak harus didengar lebih dikenal
dengan asas audi et alteram partem atau eines mannes rede ist keines
mannes rede, man soll sie horen alle beide. Halini berarti bahwa hakim tidak
boleh menerima keterangan dari salah satu pihak sebagai benar apabila
pihak lawan tidak didengar atau tidak diberi kesempatan untuk
mengeluarkan pendapatnya. Hal ini berarti juga bahwa pengajuan alat bukti
harus dilakukan di muka sidang yang dihadiri oleh kedua belah pihak (Pasal
158 ayat (1) dan ayat (2).
6. Putusan Harus Disertai Alasan-Alasan
Semua putusan hakim (pengadilan) harus memuat alasan-alasan putusan
yang dijadikan
dasar untuk mengadili (Pasal 23 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970,
Pasal 184 ayat (1) HIR, Pasal 195 RBg, 61 Rv).
7. Hakim Harus Menunjuk Dasar Hukum Putusannya
Seandainya dalam memeriksa suatu perkara hakim tidak dapat menemukan
hukum tertulis, hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai
hukum yang hidup dalam masyarakat (Pasal 27 Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1970). Hal ini didasarkan pada Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor
14 Tahun 1970 yang menentukan bahwa hakim harus mengadili menurut
hukum.
8. Hakim Harus Memutus Semua Tuntutan
Selain hakim dalam putusan harus menunjuk dasar hukum yang dipakai
sebagai dasar putusannya, hakim harus pula memutus semua tuntutan dari
pihak (Pasal 178 ayat (2) HIR, 189 ayat (2) RBg).
9. Beracara Dikenakan Biaya
Seseorang yang akan beperkara di pengadilan pada asasnya dikenakan biaya
(Pasal 182, 183 HIR, 145 ayat (4), 192—194 RBg). Biaya perkara ini meliputi
biaya kepaniteraan dan biaya untuk panggilan, pemberitahuan para pihak,
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

serta biaya materai. Di samping itu, apabila diminta bantuan seorang


pengacara, harus dikeluarkan biaya.
10. Tidak Ada Keharusan Mewakilkan
HIR tidak mewajibkan orang untuk mewakilkan kepada orang lain apabila
hendak beperkara di muka pengadilan, baik sebagai penggugat maupun
sebagai tergugat, sehingga pemeriksaan di persidangan dapat terjadi secara
langsung terhadap para pihak yang berkepentingan. Namun demikian, para
pihak dapat juga dibantu atau diwakili oleh kuasanya apabila dikehendaki
(Pasal 123 HIR/ Pasal 147 RBg).

e. Jelaskan mengenai sejarah HIR/RBg!


Jawaban :
Sejarah hukum acara perdata Indonesia tidak dapat lepas dari sejarah
peradilan di Indonesia yang pada zaman Hindia Belanda terdiri atas
beberapa lembaga peradilan, yaitu peradilan gubernemen (lembaga
peradilan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Hindia Belanda) dan
peradilan-peradilan lain yang telah ada sebelum datangnya Belanda ke
Indonesia. Peradilan gubernemen terdiri atas dua peradilan, yaitu peradilan
yang diperuntukkan bagi golongan Eropa dan yang dipersamakan dan
peradilan yang diperuntukkan golongan bumiputra. Dengan adanya
pluralisme dalam peradilan ini, hukum acaranya juga ada beberapa.
Peradilan yang diperuntukkan bagi golongan Eropa dan yang dipersamakan
mempergunakan hukum acara perdata BRv, sedangkan peradilan yang
diperuntukkan bagi golongan bumiputra mempergunakan dua macam
hukum acara, yaitu HIR bagi Jawa dan Madura serta RBg bagi luar Jawa dan
Madura (tanah seberang). Sumber hukum acara perdata adalah HIR, RBg,
dan perma atau SEMA Mahkamah Agung RI dan beberapa peraturan
lainnya.
a. Mengatur mengenai apakah pasal 118 HIR? Jelaskan!
Jawaban : 15 point
pasal 118 (1) HIR)
Pengadilan Negeri berwenang memeriksa gugatan yang daerah hukumnya,
meliputi: Dimana tergugat bertempat tinggal. Dimana tergugat sebenarnya
berdiam (jikalau tergugat tidak diketahui tempat tinggalnya). Pengaturan
mengenai kewenangan relatif ini diatur pada Pasal 118 HIR. Kewenangan
relatif ini menggunakan asas actor sequitor forum rei yang berarti yang
berwenang adalah Pengadilan Negeri tempat tinggal Tergugat.

b. Apa sajakah syarat surat kuasa khusus? Sebutkan dasar hukumnya


2. Jawaban :

c. Sebutkan syarat formil dan syarat substansi dari surat gugatan! Jelaskan
Jawaban :

d. Apakah perbedaan upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa?
Sebutkan jenis-jenis upaya hukum tersebut.
Jawaban :
Perbedaan yang ada antara keduanya adalah bahwa pada azasnya upaya
hukum biasa menangguhkan eksekusi (kecuali bila terhadap suatu putusan
dikabulkan tuntutan serta mertanya), sedangkan upaya hukum luar biasa
tidak menangguhkan eksekusi.
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

Apa saja syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengajukan gugatan secara 5 point
class action?

Jawaban :

Syarat pengajuan class action tertuang dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2002 dan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen :

1. Syarat jumlah (numerosity)

Gugatan perwakilan harus menyangkut kepentingan banyak orang. Maksud


banyak orang di sini haruslah berjumlah sekurang-kurangnya 10 orang. Hal
ini ditujukan untuk menciptakan efisiensi dalam proses gugatan.

2. Syarat kesamaan fakta (commonality)


3.
Baik pihak perwakilan maupun anggota kelas yang diwakilkan harus
memiliki kesamaan dasar hukum (question of law) dan kesamaan fakta
(question of fact) yang bersifat substansial. Misalnya, dalam kasus
pencemaran, penyebabnya berasal dari sumber yang sama, waktu yang
sama, serta perbuatan dari pihak tergugat berdampak di lokasi yang sama.

3. Syarat kesamaan jenis tuntutan (typicality)

Pihak penggugat dan anggota kelas yang diwakilkan harus memiliki


kesamaan jenis tuntutan. Persyaratan ini tidak selalu mewajibkan
penggugat mengajukan besaran kerugian yang sama. Pokok dari syarat ini
adalah adanya kesamaan jenis tuntutan, misalnya tuntutan biaya pemulihan
kesehatan, tempat tinggal, atau pengembalian barang hilang yang
jumlahnya tentu berbeda antara satu anggota dan anggota lainnya.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan:


4. a. Voeging 10 point
Jawaban :
Keadaan dimana masuknya pihak ketiga untuk turut serta atas inisiatifnya
sendiri dalam pemerikasaan sengketa perdata dalam proses peradilan guna
membela salah satu pihak bisa penggungat ataupun tergugat, pihak ketiga
ini tidak bersifat netral. (279RV)

b. Replik-Duplik
Jawaban :
Replik adalah jawaban penggugat atas jawaban tergugat atas gugatanya
yang diajukan baik secara tertulis maupun lisan sedangkan duplik adalah
jawaban tergugat atas replik yang dikeluarkan oleh penggugat.

c. Actor Sequitur Forum Rei


Jawaban :
Adalah asas hukum acara perdata mengenai kompetensi relatif suatu
pengadilan untuk mengadili dimana disebutkan dalam pasal 118 HIR bahwa
Gugatan harus diajukan di pengadilan negeri dalam wilayah hukum tempat
tinggal tergugat.
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

d. Contentiosa Jurisdiction
Jawaban :
Adalah kewenangan mengadili dalam memeriksa sengketa perkara perdata
untuk kemudian hakim memberikan putusanya dalam sengketa gugatan
kontentiosa dengan demikian hakim harus bersikapa adil tanpa dipengaruhi
pihak manapun.

e. Audi et Arteram Partem


Jawaban :
Asas yang menerangkan bahwa hakim dalam pemerikasaaan sidang perkara
perdata dalam hal ini gugatan kontentiosa harus menderngar pendapat
kedua pihak atau para pihak yang bersengketa.

5. Pada tanggal 1n November 2021 telah terjadi perjanjian jual beli 1 unit Ruko 60 point
(rumah toko) seluas 1000 m2 seharga Rp.10.000.000.000,- (Sepuluh Milyar
Rupiah) yang terletak di Jalan Antariksa Kabupaten Karawang, antara Pak Somat
yang beralamat di Jalan Tamansari, Kota Bandung sebagai penjual dan Bu Susis
yang beralamat di Jalan Bojong Kidul, Kota Bogor sebagai pembeli dan
disaksikan oleh Pak Deden selaku RT dan Pak Gofar selaku tetangga. Dengan
Cara pembayaran dicicil kemudian Bu Susis sudah membayar DP (uang muka)
sebesar Rp. 5.000.000.000,- (Lima Milyar Rupiah) yang sisanya akan dibayarkan
dengan cara dicicil sebanyak 12 bulan. Ternyata pada saat cicilan ke-5 pihak
pembeli belum membayar sampai dengan keterlambatan selama 5 bulan. Pihak
penjual sudah berusaha untuk meminta namun tetap belum dibayarkan. Anda
kemudian ditunjuk sebagai kuasa hukum Pak Somat selaku penjual.

Dari soal kasus tersebut diatas, kerjakan soal-soal sebagai berikut:

a. Buatlah surat kuasa antara anda dengan Pak Somat atas kasus di atas!
Jawaban : (LAMPIRAN)

b. Menurut saudara, langkah hukum seperti apa yang dapat Tuan Amir lakukan
dalam mengatasi masalah hukum tersebut secara runut dan prosedural?
Jelaskan dan sebutkan dasar hukumnya!
Jawaban :
Masalah yang dialami oleh Pak Somat dan Bu Susis tergolong dalam sengketa perkara
Perdata. Dapat diketahui pihak yang bersengketa berada di dua wilayah yurisdiksi
pengadilan yang berbeda, domisili Pak Somat merupakan yurisdiksi pengadilan
negeri Bandung, sedangkan domisili Bu Susis merupakan yurisdiksi pegadilan negeri
Bogor. Maka langkah hukum yang dapat Pak Somat lakukan untuk mengatasi
masalah hukum ialah :
i. Pak Somat bisa mendaftarkan sendiri/oleh kuasanya terlebih dahulu
gugatannya pada Pengadilan Negeri Bogor karena mengingat domisili
tergugat adalah yurisdiksi dari Pengadilan Negeri Bogor sebagaimana
diatur dalam Pasal 118 HIR;
ii. Kemudian gugatan tersebut akan dicheck persyaratan pendaftaran
gugatannya oleh kepaniteraan pengadilan bersangkutan, yang
kemudian setelah registrasi perkara selesai maka gugatan tersebut
dicatatkan dalam buku register perkara untuk mendapatkan nomor
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

gugatan untuk dapat diproses langsung, serta berkas perkara akan


dilimpahkan ke ketua pengadilan;
iii. Penetapan majelis hakim untuk memeriksa perkara Pak Somat dan Bu
Susis, serta penetapan panitera pengganti untuk membantu hakim;
iv. Kemudian prosedur berikutnya ialah penetapan hari sidang;
v. Setelah itu akan diadakan pemeriksaan sidang pertama dan
diupayakan untuk mengadakan perdamaian sebagaimana dalam Pasal
130 HIR dan PERMA No. 1 Tahun 2016;
vi. Lalu masuk pada pembacaan petitum yang kemudian disusul jawaban
tergugat (konvensi dan rekonvensi), selanjutnya pembacaan replik-
duplik oleh Pak Somatdan Bu Susis;
vii. Kemudian masuk pada tahap pembuktian, yang dimana para pihak
memaparkan bukti-bukti, berupa bukti surat, bukti saksi, persangkaan
Pak Somat, dan/atau sumpah, yang akhirnya akan disimpulkan
kemudian;
viii. Setelah itu majelis akan berunding untuk dapat membuat putusan
mengenai sengketa Pak Somat dan Bu Susis, yang kemudian akan
dibacakan di muka persidangan.

c. Jelaskan kemungkinan-kemungkinan apa saja yang terjadi pada sidang hari


pertama!
Jawaban :
1) Pada hari pertama agenda persidangan adalah pemanggilan dan
pemeriksaan, persidangan dibuka untuk umum dan Hakim akan
memanggil para pihak penggugat maupun tergugat untuk kemudian
agenda pemeriksaan para pihak mulai dari nama, tempat tinggal, dll,
pemeriksaan surat kuasa kuga surat izin kuasa korban sebagai advokat.
2) Bilamana pihak tergugat tidak hadir sebagaimana pasal 127 HIR
(151RBg) hakim akan menunda persidangan hingga sampai satu hari
atau dekat memanggil tergugat untuk hadir dipersidangan. Namun
bilamana penggugat yang tidak hadir pada persidangan pertama maka
gugatan prnggugat dainggap gugur dan menghukum penggugat
membayar biaya perkara sebagaimana pasal 124 HIR (148 RBg)
sebutkan.
3) Bila penggugat hadir dan tergugat tidak hadir dalam sidang pertama
gugatan penggugat dapat dikabulkan sebagai putusan verstek, putusan
versterk dilakukan bilamana tergugat setelah diperingati dengan
penundaan sidang (126HIR) untuk hadir seterusnya dengan tidak
menghadiri persidangan sebagaimana pasal 125 HIR dan sema nomor 9
tahun 1964 hakim dapat menjatuhkan putusan verstek.
4) Kemudian sebagaimana disebutkan dalam PERMA RI No.1 Tahun 2008
yang diperbarui dengan Perma Nomor 1 tahun 2016 maka hakim akan
menawarkan kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui
mediasi dengan proses perdamaian. Hakim pun akan menawarkan
apakah melalui mediator darin linkungan PN atau luar.
5) Apabila para pihak setuju maka akan melalui proses mekanisme
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

mediasi, bila tidak maka persidangan har pertama adalah pembacaan


surat gugatan oleh kuasa hukum tuan Amir yaitu pengacara Asep and
partners. Itulah kmungkinan pertama dalam agenda hari pertama
persidangan berikutnya lebih jauh akan menderngat jawaban tergugat
dan seterusmya.

d. Jelaskan kaitannya “Asas Point D’Interet Point’ D’Action” terhadap kasus di


atas!
Jawaban :
Asas ini berlaku pada saat peradilan berjalan.
- Interest itu kepentingan yg ada kepentingan dia harus
membuktikan, ddari sisi penggugat berarti Pak Somat memohon
untuk Bu Susis untuk menjalankan prestasinya, sedangkan Bu Susis
sudah memenuhi prestasinya

Interest D Action yaitu Aksi

Dibuat Tanggal : 31 Oktober 2021 Diverifikasi Tanggal : 31 Oktober 2021


Dosen Pengampu/Koordinator MK, Yang memverifikasi,
Kabag Perdata,

Prof.Dr.Toto Tohir, SH., MH. Frency Siska, SH., MH.

SURAT KUASA
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
Pekerjaan
No. KTP
Alamat
Yang selanjutnya disebut dengan Pemberi Kuasa.

Dalam hal ini telah memilih domisili hukum pada kantor kuasanya yaitu Law Firm Asep&Partners tersebut di
bawah ini, dan memberikan kuasa dengan hak substitusi (melimpahkan) kepada:
Nama
Tempat/Tanggal Lahir
Agama
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

Pekerjaan
No. KTP
Alamat
Yang selanjutnya disebut dengan Pemberi Kuasa.
---------------------------------------------------------- KHUSUS -------------------------------------------------------------------
Guna mewakili untuk dan atas nama Pemberi Kuasa mewakilinya mengurus kepentingan mengajukan
Gugatan Wanprestasi Terhadap Transaksi Jual Beli ke Pengadilan Negeri Bogor.

Untuk itu yang diberi kuasa dikuasakan untuk menghadap ke pengadilan, instansi-instansi pemerintah/swasta,
membuat, menandatangani, dan menyerahkan semua surat, formulir, atau surat- surat lain, pada pokoknya
mengerjakan segala suatu pekerjaan yang pada umumnya dikerjakan oleh seorang kuasa guna kepentingan
tersebut sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Surat Kuasa Khusus ini diberikan dengan upah menurut Pasal 1812 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
dengan diberikan secara tegas hak retentie, dan hak untuk melimpahkan kuasa ini (substitusi) kepada orang lain
baik seluruh maupun sebagian dalam hal tertentu dan menarik kembali kuasa ini.

Demikian Surat Kuasa ini diberikan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.


Bandung, 01 November 2021

Penerima Kuasa Pemberi Kuasa

Anda mungkin juga menyukai