Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME

KAPITA SELEKTA HUKUM ACARA

Disusun Oleh :

Nama : Alex Sander

Nim : 1800874201306

Dosen Pengampu :

Nurhasan,S.H,M.H.
Pengertian Hukum Acara Perdata

 Hukum Acara Perdata adalah Hukum Perdata Formil, yaitu


kaidah hukum yang menentukan dan mengatur cara bagaimana
hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata sebagimana yang
diatur dalam hukum perdata materil
(Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeriepkartaprawira)

 Hukum Acara Perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan


yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap
pihak orang lain di muka pengadilan itu harus bertindak untuk
melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan hukum perdata
(Wirjono Prodjodikoro)

Kaidah hukum yang mengatur cara dan prosedur hukum dalam


mengajukan, memeriksa, memutuskan, dan melaksanakan putusan
tentang tuntutan hak dan kewajiban tertentu sehingga menjamin
tegaknya hukum perdata materiil melalui lembaga peradilan

 Dalam Hukum acara perdata, orang yang merasa haknya


dilanggar disebut sebagai Penggugat, sedangkan orang yang
ditarik ke muka pengadilan karena dirasa telah melanggar hak
penggugat disebut sebagai tergugat.
 Turut tergugat dipergunakan bagi orang-orang yang tidak
menguasai barang sengketa atau tidak berkewajiban untuk
melakukan sesuatu, namun demi lengkapnya suatu gugatan,
mereka harus diikutsertakan
Sifat Hukum Acara Perdata

 Inisiatif ada tidak ada perkara ada pada orang/ beberapa orang
yang merasa haknya dilanggar (penggugat/ para penggugat)
 Berbeda dengan Hukum Acara Pidana yang tidak tergantung
ada/ tidak adanya inisiatif
 Ada Hukum acara pidana yang mirip dengan Hukum acara
perdata, yaitu Tindak Pidana Aduan

ahapan Hukum Acara Perdata (menurut Sudikno Mertokusumo)

 Tahap Pendahuluan : tahap persiapan menuju tahap penentuan


dan pelaksanaan, yaitu ada sejumlah kegiatan yang harus
dilakukan seperti membuat gugatan,mendaftarkan gugatan,
membayar biaya perkara dll.
 Tahap Penentuan : Tahap pemeriksaan peristiwa, pembuktian
dan penjatuhan putusan.
 Tahap Pelaksanaan : Tahap dilakukannya tindakan pelaksanaan
putusan (eksekusi) yang telah dijatuhkan oleh hakim.

 Pencabutan gugatan oleh penggugat/ para penggugat tidak dapat


dilakukan sesuka hati, Pencabutan gugatan dapat dilakukan
apabila tergugat menyetujui pencabutan gugatan, namun
kadangkala persetujuan itu tidak dipenuhi, bahkan malah
menggugat balik (rekonpensi)

 Hukum acara perdata nasional hingga saat ini belum diatur


dalam undang-undang, sampai saat ini ketentuan yang masih
dipakai sebagai rujukan adalah het Herziene Indonesich
Reglement (HIR) yang dulu diberlakukan untuk wilayah Jawa-
Madura, sedangkan diluar itu berlaku RechtsReglement
Buitengewestem (RBg)
 Sejarah Hukum Acara Perdata/ terbentuknya HIR dapat dibaca
pada buku Retnowulan Sutantio

Sumber Hukum Acara Perdata (Hukum Positif) Berdasarkan Pasal 5


Ayat 1 dan Pasal 6 UU No. 1 Drt Tahun 1951 Tentang Tindakan-
tindakan sementara untuk menyelenggarakan Kesatuan Susunan
Kekuasaan dan Acara Pengadilan Sipil

 HIR, Het Herziene Indonesisch Reglement (Bab IX, 7 Bagian)

 RBg (Reglemen Buitengewesten, S. 1927 Nomor 227)

 RV (Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering) disebut juga


Hukum Acara Perdata untuk Gol. Eropa, namun menurut Prof.
Soepomo, sudah tidak berlaku sejak Raad van Justitie dan
Residentiegerecht dihapus.
 RO (Reglement op de Rechterlijke Organisatie in Het Beleid der
Justitie in Indonesie)
 Undang-undang yang telah dikodifikasi (KUHPerdata dan
KUHDagang)
 Undang-undang yang belum dikodifikasi ( UU No. 20 Tahun
1947, tentang acara banding, UU No. 14 Tahun 1970 Jo UU No.
35 Tahun 1999 Jo UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman.dll
 Yurisprudensi

 Perjanjian Internasional

 Doktrin

 Hakim Bersifat Menunggu (iudex no procedat ex officio)


diatur dalam Pasal 118 HIR dan 142 RBg, artinya bila tidak
tuntutan dari pihak, maka tidak ada hakim (Wo Kein klager ist,
ist kein rechter ; nemo judex sine actor)
 Ada konsekuensi bagi seorang hakim, yaitu harus mengadili
semua perkara, karena hakim dianggap tahu semua (ius
curia novit)

 Hakim Bersifat Pasif (Lijdelijkeheid van Rechter), artinya hakim


hanya bertitik tolak pada peristiwa yang diajukan oleh para
pihak saja (secundum allegat iudicare)
 Peradilan Terbuka untuk umum (Openbaarheid van
rechtspraak), konsekuensi yang terjadi apabila asas ini tidak
dilaksanakan adalah putusan dapat menjadi tidak sah dan tidak
memiliki kekuatan hukum.
 Hakim mengadili kedua belah pihak (Horen van beide partijen)
Perihal Kekuasaan Mutlak dan Kekuasaan relatif

 Kewenangan Mutlak/ absolute compententie menyangkut


pembagian kekuasaan antar badan-badan peradilan, berdasarkan
macamnya pengadilan yang memberikan kekuasaan untuk
mengadili
 Kewenangan Relatif/ relative compententie mengatur
pembagian kekuasaan mengadili antara pengadilan yang serupa
 Asas yang berlaku dalam kewenangan relatif adalah Actor
sequitur forum rei
Macam-Macam Pengadilan
 Di samping Pengadilan Sipil seperti tersebut diatas lazimnya
disebut Pengadilan Umum di Indonesia terdapat pula :
 Pengadilan Militer yang hanya berwenang untuk mengadili
perkara yang terdakwanya berstatus anggota ABRI.
 Pengadilan Agama yang kewenangannya mengadili perkara-
perkara perdata yang kedua pihaknya baragama Islam dan
menurut hukum yang dikuasai Hukum Islam.
 Pengadilan Administrasi yang termasuk wewenang Pengadilan
Administrasi adalah perkara yang tergugatnya pemerintah dan
penggugatnya perorangan pemerintah itu digugat dengan alsan
kesalahan dalam menjalankan administrasi.

Anda mungkin juga menyukai