HUKUM ACARA
PERDATA
Created by dhoni.yusra@indonusa.ac.id
Modified by : Heru Susetyo hsusetyo@ui.ac.id
Used by: henry.arianto@esaunggul.ac.id
Pendahuluan
Pengertian Hukum Acara Perdata
• Perlu inisiatif
ACARA
PERDATA
Tahapan Hukum Acara Perdata (menurut
Sudikno Mertokusumo)
Macam-Macam Pengadilan
Di samping Pengadilan Sipil seperti tersebut diatas lazimnya disebut
Pengadilan Umum di Indonesia terdapat pula :
Pengadilan Militer yang hanya berwenang untuk mengadili perkara
yang terdakwanya berstatus anggota ABRI.
Pengadilan Agama yang kewenangannya mengadili perkara-perkara
perdata yang kedua pihaknya baragama Islam dan menurut hukum
yang dikuasai Hukum Islam.
Pengadilan Administrasi yang termasuk wewenang Pengadilan
Administrasi adalah perkara yang tergugatnya pemerintah dan
penggugatnya perorangan pemerintah itu digugat dengan alsan
kesalahan dalam menjalankan administrasi.
Lingkup Peradilan (sambungan)
Kewenangan Pengadilan
Mengenai kewenangan mengadili dapat dibagi menjadi dua dalam Kekuasaan
Kehakiman, yaitu Kekuasaan Kehakiman atribusi (atributie van rechtsmacht) dan
Kekuasaan Kehakiman distribusi (distributie van rechtsmacht), bahwa :
Kekuasaan Kehakiman Atribusi disebut juga kewenangan mutlak atau kompetensi absolute.
Kewenangan Mutlak atau Kompetensi absolute adalah kewenangan badan pengadilan di dalam
memeriksa jenis perkara tertentu dan secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan pengadilan
lain, misalnya Pengadilan Negeri pada umumnya berwenang memeriksa jenis perkara tertentu
yang diajukan dan bukan Pengadilan Tinggi atau Pengadilan Agama biasanya kompentensi
absolute ini tergantung pada isi gugatan dan nilai daripada gugatan (lihat Pasal 6 UU No. 29 Tahun
1947).
Kekuasaan Kehakiman Distribusi disebut juga kewenangan nisbi atau kompetensi relative .
Kewenangan nisbi atau Kompetensi relative adalah bahwa Pengadilan Negeri di tempat tinggal
(domisili) yang berwenang memeriksa gugatan atau tuntutan hak. jadi gugatan harus diajukan
kepada Pengadilan Negeri tempat tergugat tinggal. apabila tergugat tidak diketahui tempat
tinggalnya atau tempat tinggalnya yang nyata tidak dikenali, maka gugatan diajukan kepada
Pengadilan Negeri di tempat tinggal tergugat sebenarnya.
Dikenali, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan Negeri di tempat tinggal tergugat
sebenarnya ( Pasal 18 HIR, Pasal 141 Ayat 1 Rbg)
Lingkup Peradilan (sambungan)
Tempat Kedudukan Pengadilan
Tempat kedudukan Pengadilan Negeri pada prinsipnya
berada di tiap Kabupaten, namun di luar Pulau Jawa masih
terdapat banyak Pengadilan Negeri yang wilayah
hukumnya meliputi lebih dari satu Kabupaten.
Kedudukan Pengadilan Negeri ada sebuah Kejaksaan
Negeri dan disamping tiap Pengadilan Tinggi ada
Kejaksaan Tinggi. Khusus di Ibukota Jakarta ada 5 instansi
Pengadilan Negeri yakni di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan,
Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara demikan pula
dengan Kejaksaannya Negerinya.
Lingkup Peradilan (sambungan)
Susunan Pejabat Pada Suatu Pengadilan
Di tiap pengadilan terdapat beberapa hakim. diantaranya menjabat sebagai ketua pengadilan
dan wakil ketua.
Para hakim bertugas untuk memeriksa dan mengadili perkara di persidangan.
disamping itu ada panitera yang bertugas memimpin bagian administrasi atau tata usaha
dibantu oleh wakil panitera, beberapa panitera pengganti dan karyawan-karyawan lainnya.
tugas dari pada panitera ialah menyelenggarakan administrasi perkara serta mengikuti semua
sidang serta musyawarah-musyawarah pengadilan dengan mencatat secara teliti semua hal
yang dibicarakan (Pasal 58,59 UU no. 2 Tahun 1986, Pasal 63 RO). ia harus membuat Berita
Acara (proses verbal) sidang pemeriksaan dan menandatanganinya bersama-sama dengan
ketua sidang (Pasal 186 HIR, Pasal 197 Rbg). karena ia tidak mungkin mengikuti semua
sidang-sidang pemeriksaan perkara, maka di dalam praktik, tugas tersebut dilakukan oleh
panitera pengganti.
Di samping hakim dan panitera masih ada petugas yang dinamakan jurusita (deurwaarder) dan
jurusita pengganti (Pasal 38 UU No.21 Tahun 1986). adapun tugas dari pada jurusita dalai
melaksanakan perintah dari ketua sidang dan menyampaikan pengumuman-pengumuman,
teguran-teguran, pemberitahuan putusan pengadilan, panggilan-panggilan resmi para Tergugat
dan Penggugat dalam perkara perdata dan para saksi, dan juga melakukan penyitaan-
penyitaan atas perintah hakim.
Cara Mengajukan Gugatan
Pengertian Permohonan dan Gugatan
Dalam Pokok Perkara Jawaban dalam pokok perkara ini merupakan bantahan
terhadap dalil-dalil atau fundamentum petendi yang diajukan penggugat.
Misalnya : A (Penggugat) menuntut B (Tergugat) agar meninggalkan tanah
yang dikerjakan B dengan dalih :
Tanah tersebut adalah milik A sebagai ahli waris bapaknya C pemilik tanah asal yang
sudah meninggal dunia.
Adanya petok D dan letter C yang masih atas nama C.
A tidak pernah melihat atau mengetahui adanya transaksi antara B dan C atas tanah
tersebut.
Dalam contoh tersebut, B dapat membantah dalih A dengan alasan :
A diragukan sebagai ahli waris karena tidak fatwa waris.
Petok D dan letter C bukan bukti kepemilikan.
B mempunyai akte jual beli.
Berdasarkan bantahan atau tangkisan tersebut B dapat meminta kepada hakim
agar gugatan ditolak
JAWABAN TERGUGAT (sambungan)
Susunan Persidangan, Hakim tunggal atau Hakim Majelis terdiri dari satu ketua dan dua hakim
anggota, yang dilengkapi oleh Panitera sebagai pencatat jalannya persidangan.Pihak Penggugat dan
Tergugat duduk berhadapan dengan hakim dan posisi Tergugat disebelah kanan dan Penggugat
disebelah kiri Hakim. Apabila persidangan berjalan lancar maka jumlah persidangan lebih kurang 8
kali yang terdiri dari sidang pertama sampai dengan putusan hakim
Sidang Pertama, Setelah hakim ketua membuka sidang dengan menyatakan “sidang dibuka untuk
umum” dengan mengetuk palu. hakim memulai dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan kepada
Penggugat dan Tergugat :
Identitas Penggugat
Identitas Tergugat
Apa sudah mengerti maksud didatangkannya para pihak, di muka sidang pengadilan.
Hakim menghimbau agar dilakukan perdamaian. dalam hal ini meskipun para pihak menjawab
bahwa tidak mungkin damai Karen usaha penyelesaian perdamaian sudah dilakukan berkali – kali,
hakim meminta agar dicoba lagi. Jadi pada sidang pertama ini sifatnya merupakan checking
identitas para pihak dan apakah para pihak sudah mengerti mengapa mereka dipanggil untuk
menghadiri
sidang. sebagai bukti identitasnya, para pihak menunjukkan KTP masing – masing. apabila tidak
ditemukan kekurangan atau cacat maka sidang dilanjutkan. setelah para pihak dianggap sudah
mengerti maka hakim menghimbau agar kedua belah pihak mengadakan perdamaian, kemudian
sidang ditangguhkan
JALANNYA PERSIDANGAN (sambungan)
Sidang Kedua (Jawaban Tergugat), Apabila para pihak dapat berdamai maka
ada dua kemungkinan:
Gugatan dicabut
Mereka mengadakan perdamaian di luar atau di muka sidang
Apabila perdamaian dilakukan di luar sidang, maka hakim tidak ikut campur. belah
pihak berdamai sendiri. ciri daripada perdamaian diluar pengadilan ialah:
Dilakukan para pihaknya sendiri tanpa ikut campurnya hakim.
Apabila salah satu pihak ingkar janji permasalahannya dapat diajukan lagi kepada Pengadilan
Negeri
Apabila perdamaian dilakukan di muka hakim, maka ciri-cirinya adalah :
Kekuatan perdamaian sama dengan putusan pengadilan.
Apabila salah satu pihak melakukan ingkar janji, perkara tak dapat diajukan kembali. (bentuk
perdamaian dimuka pengadilan dapat dilihat dalam lampiran)
Apabila tidak tercapai suatu perdamaian, maka sidang dilanjutkan dengan
penyerahan jawaban dari pihak tergugat. jawaban ini dibuat rangkap tiga, lembar
pertama untuk penggugat , lembar kedua untuk hakim dan lembar ketiga untuk arsip
tergugat sendiri
JALANNYA PERSIDANGAN (sambungan)
Sidang Kedelapan :
Sidang ini dinamakan sidang putusan hakim. dalam
sidang kedelapan ini hakim membaca putusan yang
seharusnya dihadiri olehpara pihak. setelah selesai
membaca putusan maka hakim menetukkan hakim palu
tiga kali dan para pihak diberi kesempatan untuk
mengajukan banding apabila tidak puas dengan putusan
hakim. pertanyaan banding ini harus dilakukan dalam
jangka waktu 14 hari terhitung ketika putusan dijatuhkan
PUTUSAN HAKIM
Banding
Upaya Banding merupakan suatu Upaya Hukum yang diajukan oleh para pihak yang tidak puas atas
putusan yang dijatuhkan oleh hakim atas perkara yang diperiksa. Lazimnya yang mengajukan banding
adalah pihak yang kalah. Dalam perkara banding ini ditimbul istilah pembanding bagi yang
mengajukan banding sedang lawannya dinamakan terbanding. pernyataan banding ini harus
dilakukan dalam waktu 14 hari terhitung mulai sehari sesudah tanggal putusan hakim. (Pasal 7 UU
No. 20/1947, 199 Rbg) atau diberitahukan putusan kepada pihak yang bersangkutan. Pihak yang
mengajukan banding (pembanding) harus mengajukan memori banding yang kemudian ditanggapi
oleh pihak lawan (terbanding) dengan mengirimkan kontra memori banding. pengiriman memori
banding dan kontra memori banding yang ditunjukan kepada Ketua Pengadilan Tinggi dikirimkan lewat
Pengadilan Negeri yang dulu memutuskan perkara yang bersangkutan. Perlu diketahui pula, bahwa
dalm memori dan kontra memori banding misalnya pihak penggugat yang mengajukan banding, maka
ia menyebut dirinya sebagai “pembanding semula tergugat” dan lawannya disebut “terbanding semula
tergugat”, bila yang mengajukan banding pihak tergugat, maka ia menyebut dirinya sebagai
pembanding semula tergugat” dan lawannya disebut “terbanding semula penggugat”.
Dengan adanya banding tersebut, Pengadilan Tinggi mengadakan sidang yang dilakukan oleh majelis
hakim. Sidang tingkat bandingjuga disebut sidang tingkat kedua, karena cara pemeriksaannya sama
dengan pada sidang pemeriksaan tingkat pertama di Pengadilan Negeri. Di sini yang diperiksa adalah
pokok perkaranya. Hasil sidang banding tersebut merupakan putusan Pengadilan Tinggi. Putusan
Pengadilan Tinggi dapat berupa memperkuat Putusan Pengadilan Negeri, membatalkan, menjatuhkan
putusannya sendiri
Upaya Hukum
Kasasi
Kasasi adalah pembatalan oleh Mahkamah Agung atas Putusan Pengadilan Negeri dan Putusan
Pengadilan Tinggi (Judex Factie) yang dianggap bertentangan dengan hukum yang berlaku atau salah
menerapkan hukum. pemeriksaan kasasi meliputi seluruh putusan hakim yang mengenai hukum, baik
yang meliputi bagian daripada putusan yang merugikan maupun yang menguntungkan pemohon
kasasi. jadi pada tingkat kasasi tidak dilakukan pemeriksaan ulang mengenai duduk perkara atau
penskorannya dan oleh karenanya pemeriksaan tingkat kasasi tidak dianggap sebagai pemeriksaan
tingkat ke 3.
Dari hal-hal tersebut, jelaslah seperti apa yang dikatakan oleh Prof. Subekti dalam Buku Hukum Acara
Perdata, BPHN 1977, bahwa tugas Pengadilan Kasasi dalai menguji atau meneliti Putusan
Pengadilan di bawahnya (Judex Factie). Dasar daripada pembatalan suatu putusan adalah “kesalahan
penerapan hukum” yang dilakukan oleh Pengadilan di bawahnya (judex Factie). Putusan dan
Penetapan Pengadilan yang lebih rendah dapat dibatalkan oleh Putusan Kasasi Mahkamah Agung,
dikarenakan :
Karena lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh Peraturan Perundang-Undangan yang mengancam
kelalaian itu dengan batalnya putusan tersebut, misalnya apabila dalam putusan tidak memuat kalimat kepala
putusan “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Melampaui batas wewenangnya apabila yang dilanggar wewenang pengadilan secara absolute. Salah
menerapkan atau melanggar peraturan-peraturan hukum yang berlaku. hal ini yang sering terjadi
dalam praktek. Pengertian salah menerapkan hukum banyak terjadi karena perkembangan hukum
meningkat sedangkan buku-buku terutama buku yurisprudensi masih jarang diterbitkan
Upaya Hukum
Kasasi
Sebagai gambaran yang jelas mengenai putusan yang bertentangan dengan hukum apabila peraturan
hukum tidak dilaksanakan atau ada kesalahan pada pelaksanaannya dan pemeriksaan pekara tidak
dilaksanakan menurut hukum acara yang berlaku
Selanjutnya menurut UU No. 13 Tahun 1965 menyebutkan bahwa permohonan kasasi oleh pihak yang
bersangkutan atau oleh pihak ketiga yang dirugikan hanya dapat diterima apabila upaya-upaya hukum
biasa telah dipergunakan sebagaimana mestinya. Tenggang waktu pengajuan permohonan kasasi
adalah 3 minggu bagi daerah Jawa dan Madura dan 6 minggu bagi daerah luar Jawa dan Madura.
Mengenai permohonan pencabutan kembali kasasi dalai beda dengan tata cara pencabutan dalam
tingkat banding. Dalam pemeriksaan banding dapat sewaktu-waktu dicabut kembali selama perkara
belum diputus oleh Pengadilan Tinggi, sedangkan pencabutan dalam kasasi hanya diperkenankan
untuk dicabut apabila berkas tersebut masih ada pada Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
Berbeda dengan alasan dalam tingkat pemeriksaan banding, maka permohonan kasasi mutlak disertai
memori kasasi ini merupakan syarat formal sedangkan pihak lawan dapat mengajukan kontra memori
kasasi. Tenggang waktu diajukan memori kasasi adalah 14 hari terhitung mulai hari diterimanya
permohonan kasasi
Upaya Hukum
Peninjauan Kembali
Peninjauan Kembali menurut Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, SH, merupakan
upaya hukum terhadap putusan tingkat terakhir dan putusan yang dijatuhkan
diluar hadir tergugat (verstek) dan yang tidak lagi terbuka kemungkinan untuk
mengajukan perlawanan. Istilah peninjuan kembali ini dapat dijumpai dalam UU
No. 14 Tahun 1970 Jo UU No. 35 Tahun 1999 Jo UU No. 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman dan dalam Rv yang disebut Request Civil (Pasal 385-
401). Dalam UU Mahkamah Agung sendiri mengatur tentang peninjauan
kembali diatur dalam Pasal 66 s/d 77
Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan secara lisan maupun tertulis
(Pasal 71) oleh para pihak sendiri (Pasal 68 Ayat 1) kepada Mahkamah Agung
melalui Ketua Pengadilan yang memutus perkara pada tingkat pertama. yang
berhak mengajukan peninjauan kembali adalah pihak yang berperkara, pihak
yang berkepentingan misalnya pihak yang kalah perkaranya atau ahli warisnya
atau seseorang wakilnya yang dikuasakan secara khusus. (PERMA No. 1
Tahun 1980) yang disempurnakan
Upaya Hukum
Pelaksanaan putusan hakim dalam sengketa perdata disebut eksekusi yang pada
hakikatnya merupakan penyelesaian perkara bagi para pihak yang bersengketa. putusan
hakim tanpa perintah eksekusi sangat tidak berarti bagi keadilan pihak yang
dimenangkan dalam perkara tersebut. Eksekusi itu dapat dilaksanakan setelah putusan
hakim mempunyai kekuataan hukum tetap (inkracht van gewijsde). Pelaksanaannya
dapat dilakukan secara sukarela namun seringkali pihak yang dikalahkan tidak mau
melaksanakannya, sehingga diperlukan bantuan dari pengadilan untuk melaksanakan
secara paksa. Dalam hal ini pihak yang dimenangkanlah yang mengajukan permohonan
tersebut.
Berdasarkan permohonan tersebut, Ketua Pengadilan Negeri memanggil pihak yang
dikalahkan untuk ditegur agar memenuhi keputusan dalam jangka waktu 8 hari setelah
teguran tersebut diberitahukan oleh Juru Sita Pengadilan Negeri (Pasal 196 HIR, 207
Rbg). Jika dalam jangka waktu tersebut sudah lewat putusan pengadilan tetap belum
dilaksanakan maka Ketua Pengadilan Negeri karena jabatannya memberi perintah agar
putusan hakim dilaksanakan dengan paksa dan bila perlu dengan bantuan alat Negara.
Belum disyahkan BP.LPHN,
Ke 13 tanggal 12 Juni 1967
Kaedah-kaedah Hukum Acara ______________________
HUKUM ACARA PERDATA POSITIF
Perdata HIR/RBG Konsep RUU Hukum Acara Perdata
dalam LingkunganPeradilan Umum
_________________
I Gugat PLN = Bergerlijk VOR Pasal : 199
=Yang penting = . TEORI Penyusunan
Tertulis dering, Civil Suit HIR/143 RBG
1. Identitas Gugatan
Hakim dapat memberi
II Orangnya = Eischer, Plaintif 2. A. Dasar Gugatan 1. Substantierings thecrie
Petunjuk untuk
(fundamental patendi) Mis : p, pemilik barang
Yang digugat = Gedangde Memperbaiki
III B. Uraian Kejadian p, pemilik barang
Dependant Gugatan
(Faitelijkegranden Karena telah membeli
Gugat Tak Tertulis = Factual grounds) (Bid – Ru) tertulis
Pasal 120
IV Schriftelijk Vondering C. Isi Tuntutan (Petitum 2. Individualiserings
HIR/144 RBG
Written Suit Petition) theorie
Gugatan Lisan, dapat
______________________ Cukup disebutkan
- Dibantu hakim
- Tuntutan Primer mempunyai hubungan
- memenuhi bea
- Tuntutan Subsidair Hukum dengan barang
materai
(Indonesia) - lisan
Kepentingan
Pengadilan
Subyek Hukum
Hukum Acara
Positive
Gugatan
A.
PENGGUGAT
Nama
- KTP
Pekerjaan - SIM
- Identitas lain
TERGUGAT Tempat Tinggal
THEORY PENYUSUNAN GUGATAN
adalah dalil-dalil posita kongkrit tentang adanya hubungan yang merupakan dasar serta
ulasan daripada tuntutan
Fundamental Petendi
=PERUBAHAN GUGATAN=
Pasal 127 BRV
Penggugat boleh mengubah atau mengurangi tuntutan sepanjang pemeriksaan
Perkara, asal saja tidak merubah atau menambah het onder werp van den eisch
Itu, juga dasar tuntutan (soepomo)
Alasan Gugatan ( Posita )
- Didasarkan pada alasan hukum
seperti piramida terbalik
- Rentetan peristiwa hukum yang
terjadi dan atau dialami sampai
terjadinya suatu fakta hukum.
a. Fakta hukum yang terjadi dan dialami P.
b. Fakta hukum terjadinya benturan
kepentingan.
Bea Materai
-UU No: 13/1985 (psl.2).
-PP No: 7/1995
-PP No: 24/2000
Lampiran-lampiran Gugatan
Syarat Mengajukan
Gugatan secara teori
1. Adanya kepentingan
langsung yang cukup
layak mempunyai dasar
Gugatan Penggugat Tertulis hukum.
(Eiser/Planatif) A. Yurisprudensi MARI No :
Tuntutan, dakwaan 294K/SIP/1971 tgl 7 Juli 1971.
atau eis Dibuatkan Mensyaratkan :
__________________ Ketua PN Gugatan harus mempunyai
1. Sifat Condemnatoir (388 HIR) Hubungan hukum.
2. Eksekusi (321 RBG) B. UU 4/1982, tentang
lingkungan hidup LSM →
Kerusakan lingkungan.
Permohonan Gugatan Wahli lawan PT.IIU
Hak di PN No.820/PDT/1988/PN.JKT
PUS tgl 30 Des 1988.
Permohonan
Pemohon sifatnya
Isi Gugatan
Deklatoir
1. Tanggal Suratan Gugatan
_________________
2. Nama dan alamat Penggugat
Seseorang atau lebih
(kuasa). Tergugat (kuasa) →
Identitas
3. Posita Gugatan
4. Petitum Gugatan yang diminta
Untuk dikabulkan oleh PN.
5. Bermaterai cukup
6. Ditandatangani
D. Kompetensi Pengadilan
1. Peradilan Umum Diperiksa oleh Majelis Hakim
2. Peradilan Agama diminta oleh pihak atau tidak ;
1. Kompetensi Absolut 3. Peradilan Militer Diputus sebelum pemeriksaan
4. Peradilan TUN Pokok perkara.