ALMANORA (160300035 )
WIDYA ASTRI CAROLINA .T (160300025)
dengan baik.
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak serta referensi dari berbagai buku yang berkaitan dengan judul
kami ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat,tata bahasanya maupun hal pendukung
lainnya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah Hukum Tata Negara
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................... 10
B. Saran .......................................................................... 10
A. Latar Belakang
dengan Mahkamah Agung merupakan hal yang relatif baru dsi Indonesia.
pengakuan dan jaminan dari Negara Indonesia melalui Perubahan Ketiga Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Pasal 1 yang
kontitusi.
Hal ini secara tegas dinyatakan pada Penjelasan Umum Undang-Undang
untuk dapat saling mengoreksi kinerja antar lembaga Negara, serta merupakan
B. Rumusan Masalah
Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C, dan Pasal
dicantumkan dalam Pasal 7B ayat (1), (3), (4), (5), dan Pasal 24 ayat (2), Pasal
24C ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan ayat (6) sebagai hasil perubahan ketiga UUD
1945 pada tahun 2001. Kemudian ditambah Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945
hasil perubahan keempat UUD 1945 pada tahun 2002. Berdasarkan Aturan
ketentuan mengenai mahkamah ini selesai disusun dan disahkan pada tanggal 13
Konstitusi (LN-RI Tahun 2003 No. 98, dan TLN-RI No. 4316), dan Keputusan
Presiden yang menetapkan 9 (sembilan) orang hakim konstitusi yang pertama kali
Pasal III UUD 1945 ditentukan pula bahwa “Mahkamah Konstitusi dibentuk
naskah Perubahan Keempat UUD 1945 pada tanggal 10 Agustus 2002 sampai
untuk sementara waktu dijalankan oleh Mahkamah Agung yang bertindak selaku
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada
Salah satu fungsi Mahkamah Konstitusi adalah untuk mengawal (to guard
maupun warga negara. Selain itu juga Mahkamah Konstitusi juga sebagai penafsir
dalam arti melindungi hak-hak asasi manusia (fundamental rights) juga benar
1
Penjelasan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Bagian
Umum
sekaligus untuk menjaga terselenggaranya pemerintahan Negara yang stabil, dan
ayat (1) UUD 1945 yang menentukan bahwa MK mempunyai empat kewenangan
1945;
Sementara, berdasarkan Pasal 7 ayat (1) sampai dengan (5) dan Pasal 24 C
ayat (2) UUD 1945 yang ditegaskan dalam Pasal 10 ayat (2) UU Nomor 24 Tahun
Presiden dan atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum, atau
perbuatan tercela, atau tidak memenuhi syarat sebagai Presiden dan atau Wakil
Tahun 2003 dari Pasal 50 sampai dengan Pasal 602 .Undang-undang adalah
kepentingan yang tidak sejalan atau melanggar konstitusi. Sesuai prinsip hierarki
hukum, tidak boleh isi suatu peraturan undang-undang yang lebih rendah
bagian di dalamnya itu dinyatakan terbukti tidak selaras dengan konstitusi, maka
menjadi lembaga negara yang mengawal agar tidak lagi terdapat ketentuan hukum
2
Pasal 50 tidak lagi memiliki kekuatan hukum mengikat setelah dibatalkan MK.
3
Judicial review merupakan hak uji (toetsingrechts) baik materiil maupun formil yang
diberikan kepada hakim atau lembaga peradilan untuk menguji kesahihan dan daya laku
produk-produk hukum yang dihasilkan oleh eksekutif legislatif maupun yudikatif di hadapan
peraturan perundangan yang lebih tinggi derajat dan hierarkinya. Pengujian biasanya
dilakukan terhadap norma hukum secara a posteriori, kalau dilakukan secara a priori disebut
judicial preview sebagaimana misalnya dipraktekkan oleh Counseil Constitusional (Dewan
Konstitusi) di Prancis. Judicial review bekerja atas dasar adanya peraturan perundang-
undangan yang tersusun hierarkis.
yang dimiliki oleh masing-masing lembaga negara tersebut. Hal ini mungkin
terjadi mengingat sistem relasi antara satu lembaga dengan lembaga lainnya
menganut prinsip check and balances, yang berarti sederajat tetapi saling
mengendalikan satu sama lain. Sebagai akibat relasi yang demikian itu, dalam
perselisihan dalam menafsirkan amanat UUD., MK dalam hal ini, akan menjadi
wasit yang adil untuk menyelesaikannya. Kewenangan mengenai ini telah diatur
demokrasi. Partai politik dapat dibubarkan oleh MK jika terbukti ideologi, asas,
Perselisihan hasil pemilu dapat terjadi apabila penetapan KPU mempengaruhi 1).
Terpilihnya anggota DPD, 2). Penetapan pasangan calon yang masuk pada
putaran kedua pemilihan presiden. dan wakil presiden serta terpilihnya pasangan
presiden dan wakil presiden, dan 3). Perolehan kursi partai politik peserta pemilu
di satu daerah pemilihan. Hal ini telah ditentukan dalam Bagian Kesepuluh UU
Wakil Presiden.
dasarnya presiden tidak dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya habis,
ini dikarenakan presiden dipilih langsung oleh rakyat. Namun, sesuai prinsip
supremacy of law dan equality before law, presiden dapat diberhentikan apabila
prinsip negara hukum. Hal ini berarti, sebelum ada putusan pengadilan yang
Dalam hal ini hanya DPR yang dapat mengajukan ke MK. Namun dalam
pengambilan sikap tentang adanya pendapat semacam ini harus melalui proses
pengambilan keputusan di DPR yaitu melalui dukungan 2/3 (dua pertiga) jumlah
seluruh anggota DPR yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri sekurang-
4
Lihat Pasal 7 B ayat (3) UUD 1945.
Putusan Final dan Mengikat
Putusan MK bersifat final dan mengikat (final and binding). Pasal 24C ayat
(1) UUD 1945 menyatakan bahwa putusan MK bersifat final. Artinya, tidak ada
Kembali (PK). Selain itu juga ditentukan putusan MK memiliki kekuatan hukum
tetap sejak dibacakan dalam persidangan MK. Putusan pengadilan yang telah
ketentuan yang diputus oleh MK harus patuh dan tunduk terhadap putusan MK.5
sebagai tergugat atau termohon yang harus bertanggungjawab atas kesalahan yang
dimohonkan. Hal itu dimaksudkan agar ketentuan yang diuji tidak ditafsirkan
menurut pandangan pemohon atau MK saja, tetapi juga menurut pembentuk UU,
5
Lihat Pasal 10 dan Pasal 47 UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
konstitusi. Oleh karena itu, yang terikat dan harus melaksanakan Putusan MK
tidak hanya dan tidak harus selalu pembentuk UU, tetapi semua pihak yang terkait
PENUTUP
A. Kesimpulan
seluruh Pengadilan di Negara Republik Indonesia, kini ada satu badan peradilan
terhadap Undang-Undang.
B. Saran
1945.
Kekuasaan Kehakiman.
7. http://id.wikipedia.org/wiki/KedudukanMK.html