Oleh
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sistem norma hukum di Indonesia, norma-norma hukum yang berlaku
berdasar pada norma yang lebih tinggi, dan norma yang lebih tinggi berlaku
bersumber serta juga berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian
kedaiman hidup antar pribadi, keadaan damai terkait dimensi lahiriah dan batiniah
keadilan dan kebergunaan. Dari segi isi norma hukum dapat dibagi menjadi tiga,
pertama, norma hukum yang berisi perintah yang mau tidak mau harus dijalankan
atau ditaati. Kedua, norma hukum yang berisi larangan, dan ketiga, norma hukum
berisi perkenaan yang hanya mengikat sepanjang para pihak yang bersangkutan
maupun bermasyarakat, seperti Undang Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945)
menjadi dasar hukum tertulis untuk mengatur segala aspek kehidupan bernegara
yang akan lebih lanjut di atur dalam peraturan perundangundangan lain yang berada
bawah UUD Tahun 1945 harus bersumber dan berdasar pada UUD Tahun 1945 baik
dari aspek prosedurnya maupun dalam hal materi muatan yang tidak dapat
bertentangan dengan materi muatan UUD Tahun 1945. Hingga demikian, pada
penulisan makalah ini, penulis ingin melihat apa itu norma hukum dan bagaimana
B. Perumusan Masalah
2
1. Bagaimana pengertian norma hukum dalam peraturan perundang-undangan?
2. Bagaimana perbedaan norma-norma hukum dalam peraturan perundang-
undangan?
3. Bagaimana pembentukkan norma hukum dalam peraturan perundang-
undangan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian norma dalam peraturan perundang-undangan.
2. Untuk mengetahui perbedaan norma-norma hukum dalam peraturan
perundang-undangan.
3. Untuk mengetahui pembentukkan norma hukum dalam peraturan perundang-
undangan.
3
BAB II
A. Pengertian Norma
Dalam kehidupan masyarakat ada banyak macam-macam norma baik secara
masyarakat adalah norma adat, norma agama, dan norma moral, sedangkan norma
hukum timbul bukan dari masyarakat tetapi berasal dari suatu negara yang bersifat
berasal dari bahasa Latin, atau kaidah dalam bahasa Arab, dan sering juga disebut
dengan pedoman, patokan, atau aturan dalam bahasa Indonesia. Jadi, inti suatu
itu pada dasarnya mengatur tata cara bertingkah laku seseorang terhadap orang lain,
Sollen (ought to be/ought to do) yang di dalam bahasa Indonesia sering dirumuskan
tertuang dalam Batang Tubuh UUD 1945 dan Ketetapan MPR, serta dalam Hukum
Dasar Tidak Tertulis yang sering disebut dengan Konvensi Ketatanegaraan. Aturan
Norma Fundamental Negara merupakan norma yang tidak dibentuk oleh suatu norma
yang lebih tinggi lagi, tetapi bersifat presupposed atau ditetapkan terlebih dahulu oleh
4
masyarakat dalam suatu negara dan merupakan norma yang menjadi tempat
norma fundamental negara yang merupakan norma hukum yang tertinggi yang
tertuang dalam pembukaan UUD 1945, ini berarti Pembukaan UUD 1945 merupakan
norma dasar yang derajatnya tertinggi dalam negara, yaitu norma yang merupakan
norma dasar bagi pebentukan konstitusi atau UUD termasuk norma pengubahannya.
Sedangkan konstitusi dilihat dari teori keputusan Carl Schmid merupakan keputusan
politik yang tertinggi di dalam negara yang disepakati oleh suatu negara. Dengan
demikian Negara Republik Indonesia dengan hierarki norma hukum yang merupakan
merupakan cita hukum bangsa Indonesia serta menjadi dasar bagi pembentukan
Staatsgrundgesetz ini merupakan aturan yang masih bersifat pokok dan merupakan
aturan-aturan umum yang masih bersifat garis besar, sehingga masih merupakan
norma hukum tunggal yang merupakan sumber dan dasar bagi terbentuknya suatu
kekuasaan negara di puncak pemerintahan, dan selain itu mengatur juga hubungan
antar lembaga-lembaga negara, serta mengatur hubungan antara negara dengan warga
Republik Indonesia tertuang dalam Batang Tubuh UUD 1945 dan Ketetapan MPR,
serta di dalam hukum dasar tidak tertulis yang sering disebut dengan Konvensi
5
Formall Gesetz atau secara harfiah diterjemahkan menjadi undang-undang
merupakan norma hukum yang lebih kongkret dan terinci, serta sudah dapat langsung
saja norma hukum yang bersifat tunggal, tetapi norma-norma hukum itu dapat
sekunder di samping norma hukum primernya, dengan demikian dalam suatu undang-
undang sudah dapat dicantumkan norma-norma yang bersifat sanksi, baik itu sanksi
pidana maupun sanksi pemaksa, selain itu undang-undang ini berbeda dengan
peraturan lainnya, oleh karena suatu undang-undang merupakan norma huku yang
Satzung)
Peraturan Pelaksanaan dan Peraturan Otonom ini merupakan peraturan-peraturan
6
Contohnya : Pasal 5 ayat (2) UUD 1945 yang merumuskan, Presiden
sebagaimana mestinya.
BAB III
hukum itu datang dari luar diri seseorang. Sedangkan norma lainnya bersifat
pemaksa secara fisik, sedangkan norma yang lain tidak dapat dilekati dengan
7
3. Dalam norma hukum sanksi pidana atau sanksi pemaksa itu dilaksanakan oleh
maupun larangan;
b. Fakultatif, yaitu tidak secara apriori mengikat atau wajib dipatuhi.
Sifat imperatif dalam norma hukum biasa disebut dengan memaksan
dan yang bersifat konkret dan individual. Norma hukum bersifat abstrak karena
ditujukan kepada semua subjek yang terkait tanpa menunjuk atau mengaitkan dengan
subjek konkret, pihak dan individu tertentu. Sedangkan norma hukum yang konkret
dan individual ditujukan kepada orang tertenu, pihak atau subjek-subjek hukum
suatu norma hukum yang ditujukan untuk orang banyak (addressatnya) umum
dan tidak tertentu. Sedangkan norma hukum individual adalah norma hukum
yang ditujukan pada seseorang, beberapa orang atau banyak orang yang telah
tertentu.
b. Norma hukum abstrak dan norma hukum konkret.
c. Norma hukum abstrak adalah suatu norma hukum yang melihat pada perbuatan
seseorang yang tidak ada batasnya dalam arti tidak konkret. Sedangkan norma
hukum konkret adalah suatu norma hukum yang melihat perbuatan seseorang itu
hukum yang berlaku terus menerus (dauerhaftig) adalah norma hukum yang
berlakunya tidak dibatasi oleh waktu, jadi dapat berlaku kapan saja secara terus
8
menerus, sampai peraturan itu dicabut atau diganti dengan peraturan yang baru.
hukum yang berlakunya hanya satu kali saja dan setelah itu selesai, jadi sifatnya
hanya menetapkan saja sehingga dengan adanya penetapan itu norma hukum
tersebut selesai.
e. Norma hukum tunggal dan norma hukum berpasangan. Norma hukum tunggal
adalah norma hukum yang berdiri sendiri dan tidak diikuti oleh suatu norma
hukum lainnya jadi isinya hanya merupakan suatu suruhan tentang bagaimana
berpasangan terbagi menjadi dua yaitu norma hukum primer yang berisi
dan norma hukum sekunder yang berisi tata cara penanggulangannya apabila
Norma hukum daerah merupakan salah satu bentuk norma hukum tertulis yang
terdapat di Indonesia. Norma hukum tertulis dalam bentuk norma hokum daerah
a. Norma hukum tertulis apabila ditinjau dari segi adressat atau alamat yang dituju
maka dibedakan antara norma hukum umum dan norma hokum individual.
Norma hukum umum adalah norma hukum yang ditujukan untuk orang banyak,
sedangkan norma hukum individual adalah norma hukum yang ditujukan pada
antara norma hukum abstrak dan norma hukum konkret. Norma hukum abstrak
adalah norma hukum yang melihat pada perbuatan seseorang yang tidak ada
batasnya, sedangkan norma hukum konkret adalah norma hukum yang melihat
c. Norma hukum dari segi daya berlakunya dapat dibedakan antara norma hukum
yang berlaku sekali selesai (einmahlig) dan norma hukum yangberlaku terus
9
hukum yang berlakunya hanya satu kali saja dan setelah itu selesai, jadi sifatnya
hanya menetapkan saja, sehingga dengan adanya penetapan ini norma hukum
(dauerhaftig) adalah norma hukum yang berlakunya tidak dibatasi oleh waktu,
jadi dapat berlaku kapan saja secara terus menerus, sampai peraturan perundang-
d. Norma hukum tertulis dari segi bentuk isinya, dapat dibedakan antara norma
hukum tunggal dan berpasangan. Norma hukum tunggal adalah norma hokum
yang berisi satu aturan, sedangkan norma hukum berpasangan adalah norma
hukum yang berisi lebih dari satu aturan, yang terdiri dari primer dan sekunder.
e. Norma hukum tertulis apabila dilihat dari segi sifatnya maka dapat dibedakan
antara regeling dan beschikking. Regeling adalah norma hukum yang bersifat
umum, abstrak dan berlaku terus menerus. Sedangkan Beschikking adalah norma
dinamik. Sistem norma statik atau nomostatic adalah suatu sistem yang melihat pada isinya.
Sedangkan sistem norma dinamik atau nomodynamics adalah sistem norma yang
melihat pada daya berlaku, cara pembentukan dan penghapusannya. Dinamika norma
dinamika yang berjenjang dari atas kebawah atau dari bawah ke atas dalam suatu
analogi.
10
Bab IV
Pembentukkan Norma Hukum Dalam Peraturan Perundang-Undangan
A. Pembentukkan Peraturan Perundang-undangan
Pembentukkan peraturan perundang-undangan pada hakikatnya ialah
pembentukkan norma hukum yang berlaku keluar dan bersifat umum dalam arti yang
pemerintah yang berisi petunjuk atau pola tingkah laku yang bersifat dan mengikat
secara umum.
Untuk menghasilkan suatu undang-undang yang tangguh dan berkualitas dapat
landasan sosiologis, dan landasan filosofis. Penggunaan ketiga landasan tidak hanya
undangan yang berbentuk undang-undang kebawah yaitu semua produk hukum yang
peraturan daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Kepala Daerah.
B. Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Suatu peraturan perundang-undangan dalam proses pembentukannya maupun
dalam materi diperlukan suatu asas peraturan perundang-undangan. Menurut I.C van
der Vies membagi menjadi dua yakni asas formal dan asas material. Asas formal
berkaitan dengan cara tertentu untuk mencari isi dari suatu peraturan yang akan
dibuat, proses pembuatan suatu peraturan, sistematika dan saat berlaku suatu
peraturan. Asas ini menggabungkan masalah “bagaimana” dan masalah “apa”. Setiap
pembuat peraturan perundang-undangan harus bertanya pada diri sendiri apakah suatu
peraturan harus dibuat dan peraturan apa saja yang akan dibuat. Kemudian asas
material merupakan asas yang langsung menyangkut isi peraturan seperti kepastian
hukum.
Asas-asas formal dalam pembentukan peraturan negara yang baik meliputi:
1. Asas tujuan yang jelas (begiensel van duidelijke doeslstelling);
2. Asas organ/lembaga yang tepat (beginsel van her juiste organ);
11
3. Asas perlunya peraturan (her noodzakelijkheids beginsel);
4. Asas dapat dilaksanakan (her beginsel van uitvoerbaarheid);
5. Asas consensus (het beginsel van consensus).
Asas-asas material dalam pembentukan peraturan negara yang baik meliputi:
1. Asas termonology dan sistematika yang benar (het beginsel van duidelijke
individuale rechtsbedeling)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Norma merupakan suatu ukuran yang harus dipatuhi dan harus dijadikan sebagai
norma juga memiliki jenis serta perbedaan yang ada dalam norma tersebut. Dan
B. Saran.
Sebagai mahkluk hidup yang tinggal dibumi kita haruslah menjalankan segala
perintah yang sudah ada, dan norma merupakan suatau pegangan dalam
kehidupan didunia kita ini, maka dari itu kita harus menjalankan perintah-
perintah yang sudah ada tanpa harus mengkhianati dari aturan yang tertulis
12
DAFTAR PUSTAKA
Hans Kelsen, General Theory of The Law and State, New York, Russell &
pokok persoalan tentang Pancasila),cet 7, Jakarta, Bina Aksara, 1988, Hlm 27.
13
14