Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

NORMA HUKUM DALAM PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN

Oleh

NAMA: AUDIA PERATIWI (1603000)

TRI ADE SUKESIH (160300037)

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM MUHAMMADIYAH


KISARAN ASAHAN
2018-2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sistem norma hukum di Indonesia, norma-norma hukum yang berlaku

berada dalam sistem yang berlapis-lapis dan berjenjang-jenjang, sekaligus

berkelompok-kelompok, di mana suatu norma itu selalu berlaku, bersumber serta

berdasar pada norma yang lebih tinggi, dan norma yang lebih tinggi berlaku

bersumber serta juga berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian

seterusnya sampai pada suatu norma dasar negara (Staatsfundamentalnorm).


Dilihat dari segi tujuannya maka norma hukum bertujuan kepada cita

kedaiman hidup antar pribadi, keadaan damai terkait dimensi lahiriah dan batiniah

yang menghasilkan keseimbangan anatara ketertiban dan ketentraman. Tujuan

kedamaian hidup bersama dimaksud dikaitkan pula dalam perwujudan kepastian,

keadilan dan kebergunaan. Dari segi isi norma hukum dapat dibagi menjadi tiga,

pertama, norma hukum yang berisi perintah yang mau tidak mau harus dijalankan

atau ditaati. Kedua, norma hukum yang berisi larangan, dan ketiga, norma hukum

berisi perkenaan yang hanya mengikat sepanjang para pihak yang bersangkutan

tidak menentukan lain dalam perjanjia


Norma hukum memainkan peranan dalam hubungan kehidupan kenegaraan

maupun bermasyarakat, seperti Undang Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945)

menjadi dasar hukum tertulis untuk mengatur segala aspek kehidupan bernegara

yang akan lebih lanjut di atur dalam peraturan perundangundangan lain yang berada

dibawah UUD Tahun 1945. Artinya peraturan perundang-undangan yang berada di

bawah UUD Tahun 1945 harus bersumber dan berdasar pada UUD Tahun 1945 baik

dari aspek prosedurnya maupun dalam hal materi muatan yang tidak dapat

bertentangan dengan materi muatan UUD Tahun 1945. Hingga demikian, pada

penulisan makalah ini, penulis ingin melihat apa itu norma hukum dan bagaimana

hierarki norma hukum di Indonesia.

B. Perumusan Masalah

2
1. Bagaimana pengertian norma hukum dalam peraturan perundang-undangan?
2. Bagaimana perbedaan norma-norma hukum dalam peraturan perundang-

undangan?
3. Bagaimana pembentukkan norma hukum dalam peraturan perundang-

undangan?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian norma dalam peraturan perundang-undangan.
2. Untuk mengetahui perbedaan norma-norma hukum dalam peraturan

perundang-undangan.
3. Untuk mengetahui pembentukkan norma hukum dalam peraturan perundang-

undangan.

3
BAB II

Pengertian Norma Dalam Peraturan Perundang-Undangan

A. Pengertian Norma
Dalam kehidupan masyarakat ada banyak macam-macam norma baik secara

langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi prilaku serta tindakan

masyarakat dalam koloninya. Norma-norma yang sangat peka dalam kehidupan

masyarakat adalah norma adat, norma agama, dan norma moral, sedangkan norma

hukum timbul bukan dari masyarakat tetapi berasal dari suatu negara yang bersifat

wajib untuk dipatuhi oleh setiap masyarakat yang ada didalamnya.


Norma adalah suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam

hubungannya dengan sesamanya ataupun dengan lingkungannya. Istilah norma, yang

berasal dari bahasa Latin, atau kaidah dalam bahasa Arab, dan sering juga disebut

dengan pedoman, patokan, atau aturan dalam bahasa Indonesia. Jadi, inti suatu

norma adalah segala aturan yang harus dipatuhi.


Suatu norma itu baru ada apabila terdapat lebih dari satu orang, karena norma

itu pada dasarnya mengatur tata cara bertingkah laku seseorang terhadap orang lain,

atau terhadap lingkungannya. Setiap norma itu mengandung suruhan-suruhan

(penyuruhan-penyuruhan) yang didalam bahasa asingnya sering disebut dengan das

Sollen (ought to be/ought to do) yang di dalam bahasa Indonesia sering dirumuskan

dengan istilah hendaknya. (Contoh: Hendaknya engkau menghormati orang tua).

B. Hierarki Norma Hukum


Di negara Republik Indonesia Aturan Dasar Negara/ Aturan Pokok Negara

tertuang dalam Batang Tubuh UUD 1945 dan Ketetapan MPR, serta dalam Hukum

Dasar Tidak Tertulis yang sering disebut dengan Konvensi Ketatanegaraan. Aturan

Dasar/Aturan Pokok Negara ini merupakan landasan bagi pembentukan Undang-

Undang (formell gesetz) dan peraturan lain yang lebih ren.dah


a. Norma Fundamental Negara (Staatsfundamentalnorm)
Norma hukum yang tertinggi dan merupakan kelompok pertama dalam hierarki

norma hukum negara adalah Staatsfundamentalnorm (Norma Fundamental Negara).

Norma Fundamental Negara merupakan norma yang tidak dibentuk oleh suatu norma

yang lebih tinggi lagi, tetapi bersifat presupposed atau ditetapkan terlebih dahulu oleh

4
masyarakat dalam suatu negara dan merupakan norma yang menjadi tempat

bergantungnya norma-norma hukum dibawahnya.


Berdasarkan sistem norma hukum Negara Republik Indonesia, Pancasila merupakan

norma fundamental negara yang merupakan norma hukum yang tertinggi yang

sekaligus merupakan cita hukum. Pancasila yang dimaksud sebagaimana yang

tertuang dalam pembukaan UUD 1945, ini berarti Pembukaan UUD 1945 merupakan

norma dasar yang derajatnya tertinggi dalam negara, yaitu norma yang merupakan

norma dasar bagi pebentukan konstitusi atau UUD termasuk norma pengubahannya.

Sedangkan konstitusi dilihat dari teori keputusan Carl Schmid merupakan keputusan

politik yang tertinggi di dalam negara yang disepakati oleh suatu negara. Dengan

demikian Negara Republik Indonesia dengan hierarki norma hukum yang merupakan

Staatsfundamentalnorm (Norma Fundamental Negara) adalah Pancasila yang

merupakan cita hukum bangsa Indonesia serta menjadi dasar bagi pembentukan

konstitusi atau UUD termasuk norma pengubahannya.


b. Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara (Staatsgrundgesetz)
Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara (Staatsgrundgesetz) merupakan

kelompok norma hukum di bawah Norma Fundamental Negara. Norma-norma dari

Staatsgrundgesetz ini merupakan aturan yang masih bersifat pokok dan merupakan

aturan-aturan umum yang masih bersifat garis besar, sehingga masih merupakan

norma hukum tunggal yang merupakan sumber dan dasar bagi terbentuknya suatu

undang-undang yang merupakan Peraturan Perundang-undangan, yaitu peraturan

yang mengikat secara langsung semua orang.


Di dalam setiap Aturan Dasar Negara biasanya diatur hal-hal mengenai pembagian

kekuasaan negara di puncak pemerintahan, dan selain itu mengatur juga hubungan

antar lembaga-lembaga negara, serta mengatur hubungan antara negara dengan warga

negaranya. Staatgrundgesetz (Aturan Dasar /Aturan Pokok Negara) di negara

Republik Indonesia tertuang dalam Batang Tubuh UUD 1945 dan Ketetapan MPR,

serta di dalam hukum dasar tidak tertulis yang sering disebut dengan Konvensi

Ketatanegaraan. Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara ini merupakan landasan

bagi pembentukan undang-undang dan peraturan lain yang lebih rendah.


c. Undang-Undang (Formall Gesetz)

5
Formall Gesetz atau secara harfiah diterjemahkan menjadi undang-undang

merupakan norma hukum yang lebih kongkret dan terinci, serta sudah dapat langsung

berlaku di dalam masyarakat. Norma-norma hukum dalam undang-undang ini tidak

saja norma hukum yang bersifat tunggal, tetapi norma-norma hukum itu dapat

merupakan norma hukum yang berpasangan, sehingga terdapat norma hukum

sekunder di samping norma hukum primernya, dengan demikian dalam suatu undang-

undang sudah dapat dicantumkan norma-norma yang bersifat sanksi, baik itu sanksi

pidana maupun sanksi pemaksa, selain itu undang-undang ini berbeda dengan

peraturan lainnya, oleh karena suatu undang-undang merupakan norma huku yang

selalu dibentuk oleh suatu lembaga legislatif.


d. Peraturan Pelaksanaan dan Peraturan Otonom (Verordnung & Autonome

Satzung)
Peraturan Pelaksanaan dan Peraturan Otonom ini merupakan peraturan-peraturan

yang terletak di bawah undang-undang yang berfungsi menyelenggarakan ketentuan-

ketentuan dalam undang-undang. Peraturan Pelaksanaan bersumber dari kewenangan

delegasi sedangkan Peraturan Otonom bersumber dari kewenangan atribusi.

Pengertian atribusi kewenangan dan delegasi kewenangan asalah sebagai berikut :


1. Atribusi Kewenangan dalam pembentukan Peraturan Perundangundangan

(attributie van wetgevingsbevoegdheid) ialah pemberian kewenangan

membentuk peraturan perundang-undangan yang diberikan oleh Grondwet

(Undang Undang Dasar) atau Wet (Undang-Undang) kepada suatu lembaga

negara/pemerintah. Kewenangan tersebut melekat terus menerus dan dapat

dilaksanakan atas prakarsa sendiri setiap waktu diperlukan, sesuai dengan

batas-batas yang diberikan.


Contohnya : UUD 1945 dalam Pasal 22 ayat (1) memberikan kewenangan

kepada Presiden untuk membentuk Peraturan Pemerintah Penggati Undang-

Undang (Perpu) jika terjadi hal ihwal kegentingan yang memaksa.


2. Delegasi Kewenangan dalam pembentukan Peraturan Perundang-undang

(delegatie van wetgevingsbevoegdheid) ialah pelimpahan kewenangan

membentuk peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh peratuan

perundang-undangan yang lebih rendah, baik pelimpahan dinyatakan dengan

tegas maupun tindakan.

6
Contohnya : Pasal 5 ayat (2) UUD 1945 yang merumuskan, Presiden

menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan undang-undang

sebagaimana mestinya.

BAB III

Perbedaan Norma-Norma Hukum Dalam Peraturan Perundang-Undangan

A. Perbedaan Norma Hukum dan Norma-norma Lainnya


Perbedaannya norma hukum dengan norma lainya adalah
1. Suatu norma hukum itu bersifat “Heteronom”, dalam arti bahwa norma

hukum itu datang dari luar diri seseorang. Sedangkan norma lainnya bersifat

otonom, dalam arti norma itu berasal dari diri seseorang.


2. Suatu norma hukum itu dapat dilekati dengan sanksi pidana maupun sanksi

pemaksa secara fisik, sedangkan norma yang lain tidak dapat dilekati dengan

sanksi pidana atau sanksi pemaksa secara fisik.

7
3. Dalam norma hukum sanksi pidana atau sanksi pemaksa itu dilaksanakan oleh

aparat negara (misalnya polisi, jaksa, hakim), sedangkan terhadap pelanggaran

norma-norma lainnya sanksi itu datangnya dari diri sendiri.


B. Sifat Norma Hukum
Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, norma hukum memiliki

sifat antara lain:


a. Imperatif, yaitu perintah yang secara apriori harus ditaati baik berupa suruhan

maupun larangan;
b. Fakultatif, yaitu tidak secara apriori mengikat atau wajib dipatuhi.
Sifat imperatif dalam norma hukum biasa disebut dengan memaksan

(dwingenrecht), sedangkan yang bersifat fakultatif dibedakan antara norma

hukum mengatur (regelendrecht) dan norma hukum yang menambah

(aanvullendrecht). Terkadang terdapat pula norma hukum yang bersifat campuran

atau yang sekaligus memaksa dan mengatur.


Norma hukum dapat pula dibedakan antara yang bersifat umum dan abstrak

dan yang bersifat konkret dan individual. Norma hukum bersifat abstrak karena

ditujukan kepada semua subjek yang terkait tanpa menunjuk atau mengaitkan dengan

subjek konkret, pihak dan individu tertentu. Sedangkan norma hukum yang konkret

dan individual ditujukan kepada orang tertenu, pihak atau subjek-subjek hukum

tertentu atau peristiwa dan keadaan-keadaan tertentu.


Maria Farida mengemukakan ada beberapa kategori norma hukum dengan

melihat bentuk dan sifatnya, yaitu:


a. Norma hukum umum dan norma hukum individual. Norma hukum umum adalah

suatu norma hukum yang ditujukan untuk orang banyak (addressatnya) umum

dan tidak tertentu. Sedangkan norma hukum individual adalah norma hukum

yang ditujukan pada seseorang, beberapa orang atau banyak orang yang telah

tertentu.
b. Norma hukum abstrak dan norma hukum konkret.
c. Norma hukum abstrak adalah suatu norma hukum yang melihat pada perbuatan

seseorang yang tidak ada batasnya dalam arti tidak konkret. Sedangkan norma

hukum konkret adalah suatu norma hukum yang melihat perbuatan seseorang itu

secara lebih nyata (konkret).


d. Norma hukum yang terus-menerus dan norma hukum yang sekali-selesai. Norma

hukum yang berlaku terus menerus (dauerhaftig) adalah norma hukum yang

berlakunya tidak dibatasi oleh waktu, jadi dapat berlaku kapan saja secara terus

8
menerus, sampai peraturan itu dicabut atau diganti dengan peraturan yang baru.

Sedangkan norma hukum yang berlaku sekali-selesai (einmalig) adalah norma

hukum yang berlakunya hanya satu kali saja dan setelah itu selesai, jadi sifatnya

hanya menetapkan saja sehingga dengan adanya penetapan itu norma hukum

tersebut selesai.
e. Norma hukum tunggal dan norma hukum berpasangan. Norma hukum tunggal

adalah norma hukum yang berdiri sendiri dan tidak diikuti oleh suatu norma

hukum lainnya jadi isinya hanya merupakan suatu suruhan tentang bagaimana

seseorang hendaknya bertindak atau bertingkah laku. Sedangkan norma hukum

berpasangan terbagi menjadi dua yaitu norma hukum primer yang berisi

aturan/patokan bagaimana cara seseorang harus berperilaku di dalam masyarakat

dan norma hukum sekunder yang berisi tata cara penanggulangannya apabila

norma hukum primer tidak dipenuhi atau tidak dipatuhi.


C. Norma Hukum Daerah sebagai Norma Hukum Tertulis

Norma hukum daerah merupakan salah satu bentuk norma hukum tertulis yang

terdapat di Indonesia. Norma hukum tertulis dalam bentuk norma hokum daerah

tersebut salah satunya mempunyai bentuk sebagai peraturan perundang-undangan.

a. Norma hukum tertulis apabila ditinjau dari segi adressat atau alamat yang dituju

maka dibedakan antara norma hukum umum dan norma hokum individual.

Norma hukum umum adalah norma hukum yang ditujukan untuk orang banyak,

sedangkan norma hukum individual adalah norma hukum yang ditujukan pada

seseorang, beberapa orang atau banyak orang yang tertentu.


b. Norma hukum tertulis apabila ditinjau dari segi pengaturannya maka dibedakan

antara norma hukum abstrak dan norma hukum konkret. Norma hukum abstrak

adalah norma hukum yang melihat pada perbuatan seseorang yang tidak ada

batasnya, sedangkan norma hukum konkret adalah norma hukum yang melihat

perbuatan seseorang itu secara lebih nyata.

c. Norma hukum dari segi daya berlakunya dapat dibedakan antara norma hukum

yang berlaku sekali selesai (einmahlig) dan norma hukum yangberlaku terus

menerus (dauerhaftig). Norma hukum yang bersifat einmahlig adalah norma

9
hukum yang berlakunya hanya satu kali saja dan setelah itu selesai, jadi sifatnya

hanya menetapkan saja, sehingga dengan adanya penetapan ini norma hukum

tersebut selesai. Sedangkan norma hukum yang berlaku terus menerus

(dauerhaftig) adalah norma hukum yang berlakunya tidak dibatasi oleh waktu,

jadi dapat berlaku kapan saja secara terus menerus, sampai peraturan perundang-

undangan itu dicabut atau diganti dengan yang lain.

d. Norma hukum tertulis dari segi bentuk isinya, dapat dibedakan antara norma

hukum tunggal dan berpasangan. Norma hukum tunggal adalah norma hokum

yang berisi satu aturan, sedangkan norma hukum berpasangan adalah norma

hukum yang berisi lebih dari satu aturan, yang terdiri dari primer dan sekunder.
e. Norma hukum tertulis apabila dilihat dari segi sifatnya maka dapat dibedakan

antara regeling dan beschikking. Regeling adalah norma hukum yang bersifat

umum, abstrak dan berlaku terus menerus. Sedangkan Beschikking adalah norma

hukum yang bersifat individual, konkrit dan sekali selesai.


f. Norma hukum tertulis dari segi sistemnya dibedakan antara norma statik dan

dinamik. Sistem norma statik atau nomostatic adalah suatu sistem yang melihat pada isinya.

Sedangkan sistem norma dinamik atau nomodynamics adalah sistem norma yang

melihat pada daya berlaku, cara pembentukan dan penghapusannya. Dinamika norma

dibedakan antara vertikal dan horizontal. Dinamika norma vertikal merupakan

dinamika yang berjenjang dari atas kebawah atau dari bawah ke atas dalam suatu

hierarkhi.Sedangkan dinamika norma horizontal bergerak ke samping karena adanya suatu

analogi.

10
Bab IV
Pembentukkan Norma Hukum Dalam Peraturan Perundang-Undangan
A. Pembentukkan Peraturan Perundang-undangan
Pembentukkan peraturan perundang-undangan pada hakikatnya ialah

pembentukkan norma hukum yang berlaku keluar dan bersifat umum dalam arti yang

luas. Peraturan perundang-undangan adalah keputusan tertulis Negara atau

pemerintah yang berisi petunjuk atau pola tingkah laku yang bersifat dan mengikat

secara umum.
Untuk menghasilkan suatu undang-undang yang tangguh dan berkualitas dapat

menggunakan tiga landasan dalam menyusun undang-undang yaitu landasan yuridis,

landasan sosiologis, dan landasan filosofis. Penggunaan ketiga landasan tidak hanya

untuk undang-undang namun juga digunakan terhadap keseluruhan peraturan

perundang-undangan yang berbentuk kebawah. Maksud dari peraturan perundang-

undangan yang berbentuk undang-undang kebawah yaitu semua produk hukum yang

melibatkan peran lembaga perwakilan rakyat bersama-sama dengan pemerintah

ataupun melibatkan pemerintah karena kedudukan politiknya dalam rangka

melaksanakan produk legislative yang ditetapkan oleh lembaga perwakilan rakyat

bersama-sama dengan pemerintah menurut tingkatnya masing-masing. Termasuk di

dalamnya adalah Peraturan Daerah karena yang terlibat dalam pembentukan

peraturan daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Kepala Daerah.
B. Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Suatu peraturan perundang-undangan dalam proses pembentukannya maupun

dalam materi diperlukan suatu asas peraturan perundang-undangan. Menurut I.C van

der Vies membagi menjadi dua yakni asas formal dan asas material. Asas formal

berkaitan dengan cara tertentu untuk mencari isi dari suatu peraturan yang akan

dibuat, proses pembuatan suatu peraturan, sistematika dan saat berlaku suatu

peraturan. Asas ini menggabungkan masalah “bagaimana” dan masalah “apa”. Setiap

pembuat peraturan perundang-undangan harus bertanya pada diri sendiri apakah suatu

peraturan harus dibuat dan peraturan apa saja yang akan dibuat. Kemudian asas

material merupakan asas yang langsung menyangkut isi peraturan seperti kepastian

hukum.
Asas-asas formal dalam pembentukan peraturan negara yang baik meliputi:
1. Asas tujuan yang jelas (begiensel van duidelijke doeslstelling);
2. Asas organ/lembaga yang tepat (beginsel van her juiste organ);

11
3. Asas perlunya peraturan (her noodzakelijkheids beginsel);
4. Asas dapat dilaksanakan (her beginsel van uitvoerbaarheid);
5. Asas consensus (het beginsel van consensus).
Asas-asas material dalam pembentukan peraturan negara yang baik meliputi:
1. Asas termonology dan sistematika yang benar (het beginsel van duidelijke

termonology en duidelijke systematiek).


2. Asas dapat dikenali (her beginsel van de kenbaarheid).
3. Asas perlakuan yang sama dalam hukum (her rechtgelijkheidbegensil).
4. Asas kepastian hukum (her rechtzekerheidsbeginsel).
5. Asas pelaksaan hukum sesuai dengan keadaan individual (het beginsel van de

individuale rechtsbedeling)

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Norma merupakan suatu ukuran yang harus dipatuhi dan harus dijadikan sebagai

pegangan dalam berkehidupan bermasyarakat sehari-hari, yang mana norma juga

merupakan pedoman hidup yang harus dijalankan untuk sehari-harinya. Dan

norma juga memiliki jenis serta perbedaan yang ada dalam norma tersebut. Dan

norma ada yang tertulis serta tidak tertulis.

B. Saran.
Sebagai mahkluk hidup yang tinggal dibumi kita haruslah menjalankan segala

perintah yang sudah ada, dan norma merupakan suatau pegangan dalam

kehidupan didunia kita ini, maka dari itu kita harus menjalankan perintah-

perintah yang sudah ada tanpa harus mengkhianati dari aturan yang tertulis

maupun tidak tertulis tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hans Kelsen, General Theory of The Law and State, New York, Russell &

Russell, 1945, Hlm 35.

Notonegoro.Pancasila dasar falsafah negara(kumpulan tiga uraian pokok-

pokok persoalan tentang Pancasila),cet 7, Jakarta, Bina Aksara, 1988, Hlm 27.

Prof. Dr.A.Hamid S. Attamimi, S.H.,2006,Ilmu Perundang-

Undangan,Yogyakarta, Hal 10.

13
14

Anda mungkin juga menyukai