Anda di halaman 1dari 62

KEADVOKATAN/ KEWIRAUSAHAAN

SLIDES PPt
PRAKTIK ADVOKASI PERKARA PIDANA
MATERI UNTUK U.A.S.

oleh :
RIZKY RAMADHAN BARIED

Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta
ASAS-ASAS HUKUM ACARA PIDANA

• Asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan;


• Asas praduga tak bersalah (Presumption of
Innocence);
• Asas oportunitas;
• Asas pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum;
• Asas semua orang diperlakukan sama di depan
hakim;
• Asas peradilan dilakukan oleh hakim;
• Asas tersangka/ terdakwa berhak mendapat bantuan
hukum;
• Asas akusator dan inkisitor (accusatoir dan inquisitoir);
• Asas pemeriksaan hakim yang langsung dan lisan.
KEDUDUKAN ADVOKAT DALAM
CRIMINAL JUSTICE SYSTEM
• Penasihat hukum adalah seorang yang
memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau
berdasarkan undang-undang untuk memberi
bantuan hukum (Pasal 1 angka 13 KUHAP).
• Tindakannya berupa pendampingan, dan
bukan perwakilan. Pendampingan terhadap :
– Saksi (korban); atau
– Tersangka/ terdakwa.
PENDAMPINGAN TERHADAP
SAKSI (PELAPOR/ PENGADU)
• Sejauh ini, pendampingan sebatas tingkat
non-litigasi; diantaranya dengan membuat
surat kuasa, laporan/ pengaduan,
pendampingan saat diminta keterangan, dan
surat permohonan pemberitahuan hasil
penyidikan (SP2HP);
• Apabila perkara tersebut dilimpahkan ke
pengadilan, maka kepentingan saksi akan
diwakili oleh negara c.q. penuntut umum;
advokat tetap dapat memantau jalannya
proses persidangan.
SAKSI DAN KETERANGAN SAKSI
• Pasal 1 Angka 26 KUHAP; Saksi adalah orang yang
dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu
perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri
dan ia alami sendiri.

• Pasal 1 Angka 27 KUHAP; Keterangan saksi adalah


salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu
peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan
dari pengetahuannya itu.
PUTUSAN MK NOMOR 65/PUU-
VIII/2010 TANGGAL 08 AGUSTUS 2011
Pengertian “SAKSI” dalam ketentuan
tersebut bertentangan dengan UUD 1945 dan
tidak memiliki kekuatan hukum mengikat,
sepanjang tidak dimaknai termasuk pula :
“orang yang dapat memberikan keterangan
dalam rangka penyidikan, penuntutan, dan
peradilan suatu tindak pidana yang TIDAK
SELALU ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan
ia alami sendiri ”.
LAPORAN DAN/ ATAU PENGADUAN
• Pasal 1 Angka 24 KUHAP; Laporan adalah
pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang
karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-
undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah
atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa
pidana.

• Pasal 1 Angka 25 KUHAP; Pengaduan adalah


pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang
berkepentingan kepada pejabat yang berwenang
untuk menindak menurut hukum seorang yang telah
melakukan tindak pidana aduan yang merugikannya.
JENIS DELIK DALAM KUHP
• Delik biasa • Delik aduan
Di luar ketentuan – Aduan mutlak/ absolut
dalam delik aduan, : Pasal 284, 287, 293,
misalnya kejahatan 310 dan berikutnya,
terhadap nyawa, 332, 322, dan 369.
badan, benda (umum – Aduan relatif : Pasal
maupun pribadi). 367, 370, 376, 394,
• Pelaporan dengan 404, dan 411.
memperhatikan • Pengaduan hanya
ketentuan daluwarsa boleh diajukan dalam
penuntutan sebuah waktu enam bulan
kejahatan. sejak diketahui adanya
kejahatan.
FORMAT UMUM LAPORAN/ ADUAN
1. Tempat dan tanggal penyusunan;
2. Perihal (laporan/ aduan);
3. Addressaat;
4. Identitas :
a. Pelapor/ pengadu;
b. Terlapor/ teradu (calon tersangka);
c. Saksi pelapor/ pengadu (jika diperlukan);
5. Uraian laporan/ aduan (mengacu pada unsur tindak pidana
yang diduga dilakukan oleh terlapor/ teradu, dengan
memperhatikan pula locus dan tempus delicti);
6. Konklusi, disertai tuntutan (dalam hal pengaduan);
7. Tanda tangan pelapor/ pengadu.
PRAPERADILAN
Pasal 1 angka 10 KUHAP; Praperadilan adalah wewenang
pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini, tentang :

a. sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan


atas permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain
atas kuasa tersangka;
b. sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan
keadilan;
c. permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka
atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang
perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.
PERKEMBANGAN HUKUM ACARA
PIDANA MELALUI PUTUSAN M.K.
• Salah satu poin putusan MK Nomor 21/PUU-
XII/2014 tanggal 28 April 2015 : Menetapkan
tersangka harus didahului adanya 2 alat bukti yang
sah (184 KUHAP) dan adanya pemeriksaan terhadap
calon tersangka.

• Putusan MK Nomor 98/PUU-X/2012 tanggal 21 Mei


2013, Pasal 80 KUHAP : frasa “PIHAK KETIGA YANG
BERKEPENTINGAN” bertentangan dengan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak
mempunya kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak
dimaknai: “termasuk SAKSI KORBAN atau
PELAPOR, LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT
atau ORGANISASI KEMASYARAKATAN”.
SURAT DAKWAAN
• Surat dakwaan, dibuat oleh penuntut umum
setelah ia menerima berkas perkara dan hasil
penyidikan yang lengkap dari penyidik. Dalam hal
ia berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat
dilakukan penuntutan, maka penuntut umum
dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan
(pasal 140 jo pasal 139 KUHAP). Surat dakwaan
tersebut kemudian dilimpahkan kepada
pengadilan, bersamaan dengan perkaranya. Surat
dakwaan ini dibacakan pada saat permulaan
sidang (pasal 155 ayat [2] KUHAP), atas
permintaan dari hakim ketua sidang.
SURAT DAKWAAN DALAM DOKTRIN

A. KARIM NASUTION, surat dakwaan


adalah “Tuduhan adalah suatu surat atau
akte yang memuat suatu perumusan dari
tindak pidana yang dituduhkan, yang
sementara dapat disimpulkan dari surat-
surat pemeriksaan pendahuluan yang
merupakan dasar bagi hakim untuk
melakukan pemeriksaan”
ISI SURAT DAKWAAN
• Pasal 143 ayat (2)
– JPU membuat surat dakwaan yang diberi
tanggal dan ditandatangani serta berisi:
• Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal
lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal,
agama dan pekerjaan tersangka;
• Uraian secara cermat, jelas dan lengkap
mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan
menyebutkan waktu dan tempat tindak
pidana itu dilakukan
SURAT DAKWAAN YANG DINILAI KABUR
ATAU OBSCUUR LIBELUM
• Tidak mencantumkan unsur tindak pidana
yang didakwakan
• Tidak menguraikan perbuatan materiil tindak
pidananya
• Mendakwaan lebih dari satu tindak pidana
dalam dakwaan tunggal
• Ancaman pidana dakwaan subsidair lebih
tinggi daripada dakwaan primair
• Pencantuman dasar hukum tidak lengkap
• Delik Sejenis Tidak Dapat dikumulatifkan
DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM
• Terdakwa tidak dapat dipidana dengan
dakwaan tersebut
• Terdakwa segera dikeluarkan dari tahanan
(JIKA DITAHAN)
• Barang bukti dan berkas perkara di
kembalikan ke Kejaksaan
• Tidak ada rehabilitasi bagi terdakwa
• Biaya perkara ditanggung negara
• Upaya Hukum
• Pengajuan kembali perkara bukan ne bis in
idem
• Terdakwa dapat ditahan lagi
BENTUK SURAT DAKWAAN BERDASARKAN SURAT
EDARAN JAKSA AGUNG NOMOR SE-004/J.A/11/1993
TENTANG PEMBUATAN SURAT DAKWAAN

• SURAT DAKWAAN TUNGGAL


Dalam surat dakwaan ini hanya satu Tindak
Pidana saja yang didakwakan, karena tidak
terdapat kemungkinan untuk mengajukan
alternatif atau dakwaan pengganti lainnya;
• SURAT DAKWAAN ALTERNATIF
Dalam surat dakwaan ini terdapat beberapa
dakwaan yang disusun secara berlapis, lapisan yang
satu merupakan alternatif dan bersifat
mengecualikan dakwaan pada lapisan lainnya.
Bentuk dakwaan ini digunakan bila belum didapat
kepastian tentang Tindak Pidana mana yang paling
tepat dapat dibuktikan. Dalam dakwaan alternatif,
meskipun dakwaan terdiri dari beberapa lapisan,
hanya satu dakwaan saja yang dibuktikan tanpa
harus memperhatikan urutannya dan jika salah satu
telah terbukti maka dakwaan pada lapisan lainnya
tidak perlu dibuktikan lagi. Dalam bentuk Surat
Dakwaan ini, antara lapisan satu dengan yang
lainnya menggunakan kata sambung atau.
• SURAT DAKWAAN SUBSIDAIRITAS
Sama halnya dengan dakwaan alternatif, dakwaan
subsidair juga terdiri dari beberapa lapisan dakwaan
yang disusun secara berlapis dengan maksud
lapisan yang satu berfungsi sebagai pengganti
lapisan sebelumnya. Sistematik lapisan disusun
secara berurut dimulai dari Tindak Pidana yang
diancam dengan pidana tertinggi sampai dengan
Tindak Pidana yang diancam dengan pidana
terendah.
Pembuktian dalam surat dakwaan ini harus
dilakukan secara berurut dimulai dari lapisan teratas
sampai dengan lapisan selanjutnya. Lapisan yang
tidak terbukti harus dinyatakan secara tegas dan
dituntut agar terdakwa dibebaskan dari lapisan
dakwaan yang bersangkutan.
• SURAT DAKWAAN KUMULATIF
Dalam Surat Dakwaan ini, didakwakan
beberapa Tindak Pidana sekaligus, ke
semua dakwaan harus dibuktikan satu demi
satu. Dakwaan yang tidak terbukti harus
dinyatakan secara tegas dan dituntut
pembebasan dari dakwaan tersebut.
Dakwaan ini dipergunakan dalam hal
Terdakwa melakukan beberapa Tindak
Pidana yang masing-masing merupakan
Tindak Pidana yang berdiri sendiri.
• SURAT DAKWAAN KOMBINASI
Disebut dakwaan kombinasi, karena di
dalam bentuk ini dikombinasikan atau
digabungkan antara dakwaan kumulatif
dengan dakwaan alternatif atau subsidair.
NOTA KEBERATAN
• Keberatan yang diajukan PH/Terdakwa atas
Surat Dakwaan tidak terkait dengan pokok
perkara berkenaan dengan kompetensi
pengadilan, dakwaan tidak dapat diterima
atau surat dakwaan harus dibatalkan. (Pasal
156 (1) KUHAP)
• Jenis Keberatan/Eksepsi:
– Exeptio Litispendentia (Kompetensi);
– Dakwaan Tidak Dapat Diterima:Exeptioa Rei
Judicatae/ Exeptioa Non bis in idem; Exeptio
Error in Persona; Exeptio Premptoir
(daluwarsa);
– Dakwaan harus dibatalkan: Exeptio Obscuri
Libelli (Pasal 143 (2) dan Pasal 144 (2) dan (3).
PUTUSAN SELA
• Dasar Pasal 156 (1) KUHAP
• Putusan yang dijatuhkan hakim terhadap hal-
hal yang belum menyangkut pokok perkara.
Amar: PUTUSAN SELA, MENGADILI
(KEPUTUSAN : MENGADILI)
• Putusan majelis hakim sebelum memasuki
pokok perkara, untuk menanggapi nota
keberatan/eksepsi terdakwa/PH terutama
mengenai kompetensi absolut/relatif.
• Putusan terhadap keberatan/eksepsi dapat
pula diputuskan setelah selesai memeriksa
pokok perkara. Mis. Perkara bukan pidana
tetapi perdata
AJARAN PEMBUKTIAN
• Conviction In Time
– Ajaran pembuktian berdasar Kejakinan HAKIM
• Conviction Raissonnee
– Ajaran Pembuktian berdasar Keyakinan HAKIM
diperkuat alat BUKTI
• Negative Wettelijk Bewejsleer
– Ajaran Pembuktian menurut UU secara Negatif
• Positive Wettelijk Bewejsleer
– Ajaran Pembuktian menurut UU secara Positif
ALAT BUKTI
• PASAL 184 ayat (1) KUHAP
– Keterangan Saksi
– Keterangan Ahli
– Surat
– Petunjuk
– Keterangan Terdakwa
DASAR PEMIDANAAN
• Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana
kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang
sah ia memperoleh keyakinan bahwa
suatu tindak pidana benar-benar terjadi
dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya.
PENILAIAN KEBENARAN KETERANGAN SAKSI

• Persesuaian antara keterangan saksi satu


dengan yang lain
• Persesuaian antara keterangan saksi dengan
alat bukti lain
• Alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi
untuk memberi keterangan yang tertentu
• Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala
sesuatu yang pada umumnya dapat
mempegaruhi dapat tidaknya keterangan itu
dipercaya
PENGECUALIAN SEBAGAI SAKSI
• Keluarga sedarah/semenda garis lurus ke atas
atau kebawah sampai derajat ketiga dari
terdakwa atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa (186 KUHAP)
• Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama
sebagai terdakwa, saudara ibu atau bapak, atau
hubungan perkawinan, dan anak-anak saudara
terdakwa sampai derajat ketiga (186 KUHAP)
• Suami atau istri terdakwa meskipun sudah
bercerai atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa. (186 KUHAP)
• Pekerjaan, harkat, martabat, atau jabatannya
diwajibkan menyimpan rahasia. (170 KUHAP)
PENGECUALIAN SAKSI BERSUMPAH

• Anak yang umurnya belum cukup lima


belas tahun dan belum pernah kawin
• Orang sakit ingatan atau sakit jiwa
meskipun ingatannya baik kembali
SUMPAH ATAU JANJI
• Saksi atau ahli wajib bersumpah atau berjanji
• Halim dapat menyandera saksi/ahli yang tidak
bersumpah/berjanji selama 14 hari
• Keterangan saksi atau ahli yang tidak disumpah
atau tidak mengucapkan janji TIDAK DAPAT
dianggap sebagai alat bukti yang sah, tetapi
hanyalah merupakan keterangan yang dapat
menguatkan keyakinan hakim.
TESTIMONIUM DE AUDITU
• Keterangan saksi haruslah merupakan
apa yang dialami, didengar dan dilihat
sendiri sedangkan keterangan saksi yang
diperoleh dari orang lain BUKAN
MERUPAKAN KETERANGAN SAKSI.
• Asas ini bertentangan dengan hasil
putusan MKRI Nomor 65/PUU-
VIII/2010 tanggal 08 Agustus 2011
UNUS TESTIS NULLUS TESTIS
• Kesaksian dari satu orang tidak dianggap
sebagai kesaksian (unus nullus rule)
• Pasal 185 ayat (2) KUHAP
– Keterangan seorang saksi saja tidak cukup
untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah
terhadap perbuatan yang didakwakan
kepadanya
KETERANGAN AHLI
• KUHAP tidak mendifiniskan keterangan ahli
• Ned SV “Pendapat seorang ahli yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang
telah dipelajarinya, tentang sesuatu apa yang
dimintai pertimbangannya”
• California Evidence Code: “seseorang dapat
memberikan keterangan sebagai ahli jika ia
mempenyai pengetahuan, kehalian,
pengalaman, latihan atau pendidikan khusus
yang memadai untuk memenuhi syarat sebagai
ahli..”
ALAT BUKTI SURAT
• Surat dibuat atas sumpah jabatan atau
dikuatkan dengan sumpah:
– Berita acara dan surat lain resmi dibuat pejabat
umum yang berwenang
– Surat yang dibuat berdasarkan ketentuan perUUan
yang diperuntukkan bagi pembuktian
– Surat Keterangan ahli tentang pendapat berdasarkan
keahliannya
– Surat lain yang berlaku jika ada hubungannya dengan
isi alat pembuktian yang lain.
ALAT BUKTI PETUNJUK
• Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau
keadaan, yang karena persesuaiannya, baik
antara yang satu dengan yang lain, maupun
dengan tindak pidana itu sendiri, manandakan
bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan
siapa pelakunya
• Petunjuk diperoleh dari keterangan saksi, surat
dan keterangan terdakwa.
• Penilaian terhadap alat bukti petunjuk dilakukan
oleh HAKIM
KETERANGAN TERDAKWA
• Keterangan terdakwa adalah yang
dinyatakan dalam persidangan tentang
apa yang dilakukan, diketahui atau dialami
sendiri
• Keterangan terdakwa hanya dapat
digunakan terhadap dirinya sendiri
SURAT TUNTUTAN PIDANA
• REQUISITOIR Pasal 182 (1) huruf a
• KUHAP: Setelah pemeriksaan dinyatakan
selesai, penuntut umum mengajukan tuntutan
pidana.
• Isi Surat Tuntutan Pidana
– Identitas Terdakwa, Dakwaan, Fakta Pemeriksaan
Persidangan, Alat Bukti, Analisis Yuridis
(Pembuktian), Amar Tuntutan Pidana (Hal yang
memberatkan-meringankan)
• Isi Amar Tuntutan Pidana
– Terbukti Bersalah
– Terdakwa tidak terbukti Bersalah
NOTA PEMBELAAN
• PLEIDOOI – pada prinsipnya: Pembelaan telah
dilakukan pada setiap kesempatan dalam
persidangan.
• Pasal 182 ayat (1) huruf b KUHAP – pembelaan
• Isi PLEIDOOI:
– Identitas
– Dakwaan
– Pendahuluan
– Fakta Persidangan
– Analisis Yuridis
– Aspek Pemidanaan
– Kesimpulan dan Permohonan
PUTUSAN HAKIM
Adalah suatu pernyataan oleh hakim sebagai
pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu,
pasca melalui proses dan prosedural hukum acara
perdata pada umumnya, diucapkan di persidangan
yang terbuka untuk umum dan bertujuan untuk
mengakhiri atau menyelesaikan suatu sengketa
antara para pihak. Bukan hanya yang diucapkan
saja yang disebut putusan, melainkan juga
pernyataan yang dituangkan dalam bentuk tertulis
dan kemudian diucapkan hakim di depan
persidangan.
(Wahyu Mulyono, Teori dan Praktik Peradilan
Perdata di Indonesia. – edited)
MUATAN PUTUSAN
(PEMIDANAAN)
a. kepala putusan yang dituliskan berbunyi : "DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA";
b. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis
kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan
terdakwa;
c. dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan;
d. pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta
dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari
pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan
kesalahan terdakwa;
e. tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat
tuntutan;
f. pasal peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan
pasal peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar hukum dari putusan, disertai
keadaan yang memberatkan dan yang
meringankan terdakwa;
g. hari dan tanggal diadakannya musyawarah
majelis hakim kecuali perkara diperiksa oleh
hakim tunggal;
h. pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan
telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan
tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan
pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan;
i. ketentuan kepada siapa biaya perkara
dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya
yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti;
j. keterangan bahwa seluruh surat ternyata
palsu atau keterangan di mana Ietaknya
kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik
dianggap palsu;

k. perintah supaya terdakwa ditahan atau


tetap dalam tahanan atau dibebaskan;

l. hari dan tanggal putusan, nama penuntut


umum, nama hakim yang memutus dan
nama panitera;
JENIS PUTUSAN PIDANA
• Putusan sela/ tussen vonnis/ interlocutoir
vonis adalah putusan sebelum memutus
pokok perkara.
• Putusan akhir/ eind vonnis adalah putusan
hakim untuk mengakhiri perkara pada
tingkat peradilan tertentu. Berupa :
– Pemidanaan;
– Bebas dari dakwaan;
– Lepas dari tuntutan.
HAK TERDAKWA PASCA PEMBACAAN
PUTUSAN (PASAL 196 AYAT (3) KUHAP)
a. hak segera menerima atau. segera menolak putusan;
b. hak mempelajari putusan sebelum menyatakan menerima
atau menolak putusan, dalam tenggang waktu yang
ditentukan oleh undang-undang ini;
c. hak minta menangguhkan pelaksanaan putusan dalam
tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-undang untuk
dapat mengajukan grasi, dalam hal ia menerima putusan;
d. hak minta diperiksa perkaranya dalam tingkat banding
dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-undang
ini, dalam hal Ia menolak putusan;
e. hak mencabut pernyataan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-
undang ini.
TENTANG KEKHUSUSAN DALAM SURAT
KUASA SEBAGAI PEMOHON BANDING

Sebagai : Penasihat hukum pemberi kuasa.


Untuk : Mewakili pemberi kuasa dalam kedudukannya
sebagai pemohon banding (dahulu terdakwa)
dalam menyatakan dan menandatangani
pernyataan banding serta menyusun dan
mengajukan memori banding atas Putusan
Pengadilan Negeri ... dalam perkara pidana
dengan nomor register : .../Pid.(B./Sus)/.../PN....
yang mana putusan tersebut telah diucapkan pada
tanggal ..., beserta segala sesuatu yang berkaitan
dengan perkara tersebut.
Pada : Pengadilan Tinggi ... melalui Pengadilan Negeri ....
TENTANG KEKHUSUSAN DALAM SURAT
KUASA SEBAGAI TERMOHON BANDING

Sebagai : Penasihat hukum pemberi kuasa.


Untuk : Mewakili pemberi kuasa dalam kedudukannya
sebagai termohon banding (dahulu terdakwa)
dalam menyusun dan mengajukan kontra memori
banding atas memori banding Jaksa Penuntut
Umum pada Kejaksaan Negeri ... terhadap
Putusan Pengadilan Negeri Bantul dengan nomor
register perkara : .../Pid.(B/Sus)/.../PN..... yang
mana putusan tersebut telah diucapkan pada
tanggal ..., beserta segala sesuatu yang berkaitan
dengan perkara tersebut.
Pada : Pengadilan Tinggi ... melalui Pengadilan Negeri ....
MEMPELAJARI PUTUSAN
PENGADILAN NEGERI
• Simak baik-baik ketentuan umum dalam isi
maupun dalam sifat putusan, apakah ada
yang tidak sesuai;
• Perbandingkan isi materi dakwaan, eksepsi,
tuntutan dan pleidooi serta fakta-fakta yang
terungkap dalam persidangan dengan
agenda pembuktian yang terangkum dalam
putusan, apakah ada yang terlewatkan oleh
hakim, apakah masih ada perbedaan
pemaknaan/ penafsiran terhadap suatu
peristiwa.
UPAYA HUKUM
• Secara umum dapat diidentifikasikan bahwa
upaya hukum merupakan sikap dan/ atau tindakan
salah satu pihak atau para pihak yang
berkeberatan atau tidak setuju terhadap putusan
pengadilan guna membatalkan atau memperbaiki
putusan tersebut.
• Dalam hukum acara pidana dikenal ada upaya
hukum biasa (perlawanan, banding, dan kasasi)
dan upaya hukum luar biasa (kasasi demi
kepentingan hukum dan peninjauan kembali).
Selengkapnya baca Pasal 1 angka 12 KUHAP.
BANDING
• Diperiksa oleh pengadilan tinggi sebagai judex factie,
artinya terdapat pemeriksaan ulang untuk semua
aspek tanpa kehadiran para pihak (sekalipun
dimungkinkan).
• Upaya hukum banding harus dilakukan dalam
tenggang waktu tujuh hari (Pasal 233 ayat (2)
KUHAP).
• Memori banding sifatnya tidak wajib, dan pengadilan
tinggi tetap wajib memeriksa dan memutuskan
perkara. Namun, akan merugikan apabila sebuah
permohonan banding tidak dibarengi dengan memori
banding. Pengadilan dapat menilai bahwa pihak
tersebut tidak serius dan kemungkinan besar akan
ditolak.
• Dalam praktiknya, pengadilan tinggi hanya
memeriksa berkas perkara, sekalipun ada
wewenang untuk mendengar para pihak dan
saksi.
• Upaya hukum banding terhadap putusan bebas,
lepas dari segala tuntutan hukum yang
menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan
hukum dan putusan pengadilan dengan acara
cepat, tidak dapat dimohonkan (Pasal 67 KUHAP).
• Tidak ada batasan menurut KUHAP pemeriksaan
perkara dalam tingkat banding. Namun sebelum
perkaranya dikirimkan ke pengadilan tinggi,
terdakwa atau penasihat hukumnya diberi
kesempatan untuk memeriksa berkas perkara
atau lazim disebut inzage.
KONTRA MEMORI BANDING
• Berkebalikan dengan memori banding,
substansi kontra memori banding lebih
mengedepankan “memuja-muji” putusan
pengadilan negeri.
• Dalam praktik, dapat diperbolehkan untuk
tetap menyampaikan dalil-dasar kontra
memori banding untuk mematahkan dalil-
dasar memori banding sekaligus
mempertahankan isi putusan yang telah
menguntungkan pihaknya.
FORMAT UMUM MEMORI BANDING
ATAU KONTRA MEMORI BANDING
1. Tempat dan tanggal penyusunan;
2. Perihal dan lampiran;
3. Addressaat (ketua PT ... melalui ketua PN ...);
4. Identitas pemohon dan termohon (dikemas dalam
nomor register perkara di pengadilan negeri);
5. Amar putusan pengadilan negeri;
6. Penghitungan pernyataan permohonan banding
dibandingkan dengan waktu putusan;
7. Alasan-dasar-pertimbangan;
8. Permohonan;
9. Tanda tangan pemohon banding/ penasihat
hukumnya.
PUTUSAN PERADILAN
TINGKAT BANDING
Pada hakekatnya putusan peradilan tingkat
banding dapat berupa :
• Menyatakan bahwa permohonan banding
tidak dapat diterima;
• Menguatkan putusan pengadilan negeri;
• Membatalkan putusan pengadilan negeri;
• Memperbaiki putusan pengadilan negeri.
MEMPELAJARI PUTUSAN
PENGADILAN TINGGI
Sebab alasan permohonan kasasi bersifat limitatif,
artinya hanya sebatas apa yang ditentukan oleh
peraturan perundang-undangan, maka dalam
membaca putusan pengadilan tinggi, harus jeli di
dalam menganalisis hal-hal berikut :
1. Tidak berwenang atau melampaui batas
wewenang.
Tidak berwenang berkaitan dengan kompetensi
pengadilan/ peradilan. Sedangkan melampaui
batas wewenang berkaitan dengan melebihi
kewenangan yang ditentukan dalam undang-
undang.
2. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang
berlaku.
Hukum yang dimaksud ialah hukum substansial
dan/ atau hukum formalnya. Sedangkan
melanggar hukum tendens kepada penerapan
hukum itu sendiri, tidak dapat, salah dan tidak
sesuai serta bertentangan dari ketentuan
undang-undang.
3. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan
oleh peraturan perundang-undangan yang
mengancam kelalaian itu dengan batalnya
putusan yang bersangkutan.
Misalnya : hakim lalai menyatakan persidangan
terbuka untuk umum dalam agenda pembacaan
putusan, putusan judex factie yang kurang cukup
pertimbangannya (onvoldoende gemotiveerd).
TENTANG KEKHUSUSAN SURAT KUASA
SEBAGAI PEMOHON KASASI
Sebagai : Penasihat hukum pemberi kuasa.
Untuk : Mewakili pemberi kuasa dalam kedudukannya sebagai
pemohon kasasi (dahulu terdakwa) dalam menyatakan
dan menandatangani pernyataan permintaan
pemeriksaan kasasi serta menyusun dan mengajukan
memori kasasi atas Putusan Pengadilan Tinggi ...
dengan nomor register perkara : .../Pid.(B/Sus)/.../PT...
tertanggal ... jo. Putusan Pengadilan Negeri ... dengan
nomor register perkara : .../Pid. (B/Sus)/.../PN.....
tertanggal ..., beserta segala sesuatu yang berkaitan
dengan perkara tersebut.
Pada : Mahkamah Agung Republik Indonesia melalui
Pengadilan Negeri ....
TENTANG KEKHUSUSAN SURAT KUASA
SEBAGAI TERMOHON KASASI
Sebagai : Penasihat hukum pemberi kuasa.
Untuk : Mewakili pemberi kuasa dalam kedudukannya
sebagai termohon kasasi (dahulu terdakwa)
dalam menyusun dan mengajukan kontra memori
kasasi atas memori kasasi Jaksa Penuntut Umum
pada Kejaksaan Negeri ... terhadap Putusan
Pengadilan Tinggi ... dengan nomor register
perkara : .../Pid.(B/Sus)/.../PT... tertanggal ... jo.
Putusan Pengadilan Negeri ... dengan nomor
register perkara : .../Pid. (B/Sus)/.../PN.....
tertanggal ..., beserta segala sesuatu yang
berkaitan dengan perkara tersebut.
Pada : Mahkamah Agung Republik Indonesia melalui
Pengadilan Negeri ....
KASASI
• Kasasi terhadap putusan pengadilan tingkat banding
atau tingkat terakhir dari semua lingkungan peradilan
dilakukan oleh mahkamah agung (Pasal 244 KUHAP).
• Permintaan kasasi harus dilakukan dalam tenggang
waktu 14 hari (Pasal 245 ayat (1) KUHAP).
• Mahkamah agung memeriksa kasasi, karena :
1. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;
2. Salah penerapan hukum atau melanggar hukum yang
berlaku;
3. Lalai memenuhi syarat yang diwajibkan oleh peraturan
perundangan yang berakibat batalnya putusan tersebut.
• Putusan “bebas” tidak dapat dimintakan
kasasi (Pasal 244 KUHAP).
• Dalam pemeriksaan kasasi, wajib membuat
serta menyerahkan memori kasasi dalam
waktu 14 hari pasca permohonan (Pasal 248
KUHAP).
• Baik permohonan banding maupun kasasi,
meskipun berkas perkara telah dilimpahkan
kepada pengadilan yang bersangkutan, oleh
pihak yang berkepentingan (terdakwa) dapat
dilakukan pencabutan permohonan, selama
perkara tersebut belum diputus oleh
pengadilan tinggi atau mahkamah agung.
KONTRA MEMORI KASASI
• Berkebalikan dengan memori kasasi,
substansi kontra memori kasasi lebih
mengedepankan “memuja-muji” putusan
pengadilan negeri jo. putusan pengadilan
tinggi.
• Dalam praktik, dapat diperbolehkan untuk
tetap menyampaikan dalil-dasar kontra
memori kasasi untuk mematahkan dalil-dasar
memori kasasi sekaligus mempertahankan isi
putusan yang telah menguntungkan
pihaknya.
FORMAT UMUM MEMORI KASASI
ATAU KONTRA MEMORI KASASI
1. Tempat dan tanggal penyusunan;
2. Perihal dan lampiran;
3. Addressaat (ketua MARI ... melalui ketua PN ...);
4. Identitas pemohon dan termohon (dikemas dalam
nomor register perkara di pengadilan negeri);
5. Amar putusan pengadilan negeri;
6. Penghitungan pernyataan permohonan banding
dibandingkan dengan waktu putusan;
7. Alasan-dasar-pertimbangan;
8. Permohonan;
9. Tanda tangan pemohon banding/ penasihat
hukumnya.
PUTUSAN PERADILAN
TINGKAT KASASI
• Permohonan kasasi tidak dapat diterima.
• Permohonan kasasi ditolak.
• Permohonan kasasi dikabulkan :
– MARI menyerahkan perkara tersebut ke
pengadilan lain yang berwenang untuk
memeriksa dan memutuskannya;
– MARI memutus sendiri perkara yang
dimohonkan kasasi itu.

Anda mungkin juga menyukai