Anda di halaman 1dari 88

P U T U S A N

Nomor. 179 / PDT / 2018 / PT.BDG.

”DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung, yang memeriksa dan mengadili


perkara-perkara perdata pada peradilan tingkat banding, telah menjatuhkan putusan
sebagai berikut dalam perkara antara :

1. THOMAS, bertempat tinggal di Jalan Siliwangi No. 75/55, sekarang No. 81,
RT.03/RW.05, Kel. Cikole, Kec. Cikole, Kota Sukabumi ;

1. TUSY, 2. DEWI, 3. ANTON, 4. LUIS, 5. TIWI, 6. NINIK, 7. ALEK, adalah anak-


anak dari Alm. R.M. AGOES DJOJOKOESOEMO, dahulu beralamat Jl. Siliwangi
No. 75/55 sekrang No. 81 RT.03/RW.05, Kel. Cikole, Kec. Cikole, Kota
Sukabumi, Jawa Barat. Sekarang tidak diketahui lagi alamatnya baik didalam
negeri maupun di luar negeri ;

Dalam hal ini memberikan kuasa kepada Untung Mujiono, S.H., Advokat dan
Pengacara, berkantor pada Law Office Untung Mujiono, S.H. & Partners,
beralamat di Villa Bintaro Regency Jalan Bangka Blok H2/12, Pondok Kacang
Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten, berdasarkan surat kuasa
khusus tertanggal 28 Februari 2018, Selanjutnya disebut sebagai PARA
PEMBANDING semula Tergugat, Turut Tergugat I, Turut Tergugat II, Turut
Tergugat III, Turut Tergugat IV, Turut Tergugat V, Turut Tergugat VI dan Turut
Tergugat VII,

MELAWAN
1. TAN TJOEN LIAN Alias MARIAH HARUN, beralamat di jalan Jambrut No. 16,
RT.07/RW. 02, Kel. Kenari, Kec. Senen, Jakarta Pusat,
selanjutnya disebut sebagai TERBANDING I semula
Penggugat 1 ;

2. ASRUL HARUN, SH. Beralamat di Wisma Brata Jl. Sriwijaya No. 24/26 BB, Kota
Sukabumi, Jawabarat, selanjutnya disebut TERBANDING II
semula Penggugat 2 ;
3. KEPOLISIAN NEGERA REPUBLIK INDONESIA, CQ, MABES POLRI, CQ.
DIREKTORAT PENDIDIKAN POLRI, CQ. SEKOLAH
CALON PERWIRA POLRI SUKABUMI, beralamat di Jl.
Bhayangkara Kota Sukabumi, Jawabarat, selanjutnya disebut
sebagai TURUT TERBANDING semula Turut Tergugat 8 ;

Halaman 1, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


PENGADILAN TINGGI TERSEBUT ;

Telah membaca :

1. Surat Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Jawa Barat, tanggal 19 April 2018,
Nomor. 179/PEN/PDT/2018/PT.BDG., tentang penunjukan Majelis Hakim
untuk memeriksa dan mengadili perkara tersebut, ditingkat Banding ;

2. Berkas perkara, Nomor. 14/Pdt.G/2017/PN.Skb, tanggal 27 Februari 2018,


dan surat-surat yang bersangkutan dengan perkara tersebut ;

TENTANG DUDUKNYA PERKARA

Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatan tertanggal 30 Agustus


2017, yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Sukabumi,
pada tanggal 30 Agustus 2017, terdaftar dalam Register perkara Nomor.
14/Pdt.G/2017/PN.Skb., telah mengajukan gugatan terhadap Tergugat I, Turut
Tergugat I, Turut Tergugat II, Turut Tergugat III, Turut Tergugat IV, Turut Tergugat V,
Turut Terugat VI, Turut Tergugat VII dan Turut Tergugat VIII dengan alasan-alasan
yang pada pokoknya adalah sebagai berikut :
1. Bahwa PENGGUGAT I dan PENGGUGAT II adalah suami isteri berdasarkan
Surat Nikah Nomor : 14/103/1974. yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama
Kecamatan Senen, Jakarta Pusat;
2. Bahwa orang tua PENGGUGAT I yaitu TEDJA MARJANA alias MARJANA
TEDJA d/h. TJUNG JAN NIO (ELLY), telah menikah dengan LIE HOK SING,
S.H, alias MUHAMAD ALI HUSIN, S.H, Berdasarkan perjanjian pernikahan
dihadapan Hobro Purwanto, Notaris di Jakarta, pada tanggal 5 Juli 1963, Akta
Nomor : 9, serta dikuatkan dengan Akta Catatan Sipil Nomor : 362/1963 tanggal
30 Juli 1963;
3. Bahwa LIE HOK SING, S.H, alias MUHAMAD ALI HUSIN, S.H, semasa hidupnya
telah mendapat waris berdasarkan Surat Keterangan Tentang Warisan, tanggal
8-8-1963, Nomor : 1/1963, yang dibuat oleh HOBRO POERWANTO, Notaris di
Jakarta, atas tanah serta rumah pekarangan yang terletak, dahulu Jalan
Bunut 11, Kelurahan Kebon Jati, Kecamatan Sukabumi Utara, Kabupaten
Sukabumi, sekarang Jalan Siliwangi 75/55, saat ini menjadi Nomor : 81,
Kelurahan Cikole, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi – Jawa Barat, dan atas
tanah tersebut telah dimohon untuk balik nama Sertipikat Hak Milik Nomor :
49. luas 2374 m2, atas nama LIE HOK SING, S.H, alias MUHAMAD ALI HUSIN,
S.H.

Halaman 2, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


4. Bahwa tangggal 3 November 1979, sebagian dari tanah tersebut telah
dikeluarkan oleh LIE HOK SING, S.H, alias MUHAMAD ALI HUSIN, S.H, kepada
Ny. Dewi Wijaya alias Oey Kin Nio seluas 1452 m2, dan sisa tanah tersebut
menjadi 922 m2, hal ini tercantum secara tegas dalam Sertipikat Hak Milik
Nomor : 49. itulah yang menjadi hak LIE HOK SING, S.H, alias MUHAMAD ALI
HUSIN, S.H;
5. Bahwa berdasarkan akta wasiat Nomor : 21, tanggal 22 Mei 1982, yang dibuat
dihadapan Muhamad Adam S.H, Notaris di Bogor, dan dengan meninggalnya
sipemberi wasiat dalam hal ini LIE HOK SING, S.H, alias MUHAMAD ALI HUSIN,
S.H, Maka oleh karena itu tanah dan bangunan yang terletak, dahulu Jalan
Bunut 11, Kelurahan Kebon Jati, Kecamatan Sukabumi Utara, Kabupaten
Sukabumi, sekarang Jalan Siliwangi 75/55, saat ini menjadi Nomor : 81,
Kelurahan Cikole, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi – Jawa Barat, syah menjadi
milik TEDJA MARJANA alias MARJANA TEDJA d/h. TJUNG JAN NIO (ELLY);
6. Bahwa sebelumnya Penggugat menegaskan atas permasalahan yang akan
diuraikan dan alasan-alasan dalam Gugatan ini, sebenarnya TEDJA MARJANA
alias MARJANA TEDJA d/h. TJUNG JAN NIO (ELLY) dahulu pernah
mengajukan Gugatan sebagaimana termaktub didalam Putusan Perkara Nomor :
14/Pts/Pdt.G/ 1990/PN.Smi. tanggal 22 November 1990, yang mana di dalam
Putusan tersebut dinyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima atau
kurang pihak (niet ontvankelijk verklaard) karena semestinya KEPOLISIAN
NEGARA INDONESIA, Cq. MABES POLRI, Cq. DIREKTORAT PENDIDIKAN
POLRI, Cq. SEKOLAH CALON PERWIRA POLRI di Sukabumi juga TURUT
TERGUGAT;
7. Bahwa pada tanggal 5 Januari 2001, berdasarkan Keterangan Hak Waris
Nomor : 1/KHW/XII/2000, tangal 19 Dsember 2000, Sertifikat Hak Milik Nomor :
49. dibalik nama ke TEDJA MARJANA alias MARJANA TEDJA d/h. TJUNG JAN
NIO (ELLY) ;
8. Bahwa TEDJA MARJANA alias MARJANA TEDJA d/h. TJUNG JAN NIO (ELLY)
semasa hidupnya memliki 3 (tiga) orang anak yaitu masing-masing :
1. Tan Siok Han, lahir di Jakarta, tanggal lahir 19 Juli 1944, yang sudah
meninggal dunia pada tanggal 14 Mei 2001 (tidak menikah) ;
2. Tan Tjoen Lian, lahir di Jakarta, 27 Juli 1948, menikah dengan Asrul Harun,
S.H, M.Kn ;
3. Tan Tiong Hauw alias Yusuf Suriawinata lahir di Jakarta tanggal 23 Juli 1950,
yang sudah meninggal dunia pada tanggal 20 April 1998, meninggalkan
seorang isteri dan 4 (empat) orang anak maisng-masing bernama 1.Lois

Halaman 3, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Herawati Yusuf (isteri), 2. Andrian (anak), 3. Andreas (anak), 4. Yustian
Suriawinata (anak), 5. Jesika Andrea Tameswari (anak) kesemua ahliwarisnya
telah membuat penolakan waris yang dibuat pada tanggal 23-12-2016.
9. Bahwa TEDJA MARJANA alias MARJANA TEDJA d/h. TJUNG JAN NIO (ELLY)
semasa hidupnya telah membuat wasiat kepada ASRUL HARUN (PENGGUGAT
II) di hadapan TRISMORINI ASMAWEL, S.H. Notaris di Bogor Akta Wasiat
Nomor : 4 tanggal 15 Februari 2001 ;
10. Bahwa pada tanggal 6 Februari 2010 TEDJA MARJANA alias MARJANA TEDJA
d/h. TJUNG JAN NIO (ELLY) telah meninggal dunia, oleh karena itu berdasarka
Akta Wasiat Nomor : 4 tanggal 15 Februari 2001, tanah dan bangunan yang
terletak, dahulu Jalan Bunut 11, Kelurahan Kebon Jati, Kecamatan Sukabumi
Utara, Kabupaten Sukabumi, sekarang Jalan Siliwangi 75/55, saat ini menjadi
Nomor : 81, Kelurahan Cikole, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi – Jawa Barat,
syah menjadi milik ahli warisnya yaitu TAN TJOEN LIAN alias MARIAH
HARUN, dan ASRUL HARUN yang sekarang adalah sebagai PENGGUGAT I
dan PENGGGAT II ;
11. Bawa pada tanggal 14 Juni 2017, berdasarkan Keterangan Hak Waris Nomor :
1/TM-Not/I/2017. tangal 04 Januari 2017, yang dibuat oleh TRIMEDI, SH, Notaris
di Kabupaten Bogor, Sertipikat Hak Milik Nomor : 49. dibalik nama ke TAN
TJOEN LIAN alias MARIAH HARUN (PENGGUGAT I) dan ASRUL HARUN,
(PENGGUGAT II) sekarang telah berubah menjadi Setipika Hak Milik Nomor :
1343 ;
12. Bahwa tanah seluas 922 m2 berikut bangunan rumah diatasnya tersebut yang
terletak, dahulu Jalan Bunut 11, Kelurahan Kebon Jati, Kecamatan Sukabumi
Utara, Kabupaten Sukabumi, sekarang Jalan Siliwangi 75/55, saat ini menjadi
Nomor : 81, Kelurahan Cikole, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat,
dengan batas-batas :
Seblah Utara : Tanah/bangunan H. Dedeh, saat ini dikontrak oleh Li
Kam Fat.
Sebelah Timur : Tanah Negara/Jalan Siliwangi.
Sebelah Selatan : Tanah/bangunan Taufiq.
Sebelah Barat : Selokan/Rumah Sakit Bunut (Samsudin, SH).
Selanjutnya disebut sebagai objek sengketa ;
13. Bahwa, objek sengketa tersebut dikuasai atau ditempati oleh R.M. Agoes
Djojokoesoemo sejak tahun 1959, berdasarkan INSTRUKSI Nomor : 26/Bag.IV.
dari Kepolisian untuk menampung pegawai tersebut ditunjuk untuk mendiami
rumah di Jalan Bunut 11, sekarang Jalan Siliwangi 75/55, saat ini menjadi Nomor

Halaman 4, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


: 81, Kelurahan Cikole, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat, hal ini
terungkap dalam persidangan terdahulu ;
14. Bahwa pada tanggal 09 Mei 2012, pukul 16 : 45 WIB, PENGGUGAT II menemui
TERGUGAT, pada saat pertemuan tersebut TERGUGAT mengatakan bahwa
Bapak (R.M. Agoes Djojokoesoemo) sudah meninggal dunia di Jakarta, pada
saat itu Ibu (istri dari R.M. Agoes Djojokoesoemo) masih hidup dan sedang dalam
keadaan sakit, menurut TERGUGAT, dan sekarang Ibunya sudah meninggal
dunia ;
15. Bahwa, R.M. Agoes Djojokoesoemo meninggalkan ahli waris yaitu TERGUGAT,
dan para TURUT TERGUGAT I sampai dengan TURUT TERGUGAT VII ;
16. Bahwa, secara de facto objek sengketa sekarang dikuasai oleh TERGUGAT,
sedangkan para TURUT TERGUGAT I sampai dengan TURUT TERGUGAT VII,
tidak diketahui alamatnya secara pasti ;
17. Bahwa, bukti kepemilikan atas tanah yang diakui di Negara Republik Indonesia
adalah Sertipikat Hak Milik yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional
(Kantor Agraria) dalam hal ini Kantor Pertanahan Kota Sukabumi, bahwa
Sertipkat Hak Milik Nomor : 1343, seluas 922 m2 tercatat atas nama
PENGGUGAT I dan PENGGUGAT II ;
18. Bahwa, karena objek sengketa bukan milik Kepolisian Negara Republik Indonesia
Cq. Mabes Polri Cq. Direktorat Pendidikan Polri Cq. Sekolah Calon Perwira Polisi
Sukabumi, maka pemberian izin dan atau penunjukan R.M. Agoes
Djojokoesoemo untuk menempati objek sengketa merupakan perbuatan melawan
hukum ;
19. Bahwa, TERGUGAT dan para TURUT TERGUAT I sampai dengan TERGUGAT
VII menempati objek sengketa tersebut tidak mempunyai alas hak dan dasar
hukum apalagi untuk mengklaim sebagai pemilik objek sengketa ;
20. Bahwa, penguasaan objek sengketa oleh TERGUGAT dan para TURUT
TERGUGAT I sampai dengan TURUT TERGUGAT VII telah merugikan
PENGGUGAT I dan PENGGUGAT II, karenanya perbuatan TERGUGAT dan
para TURUT TERGUGAT I sampai dengan TURUT TERGUGAT VII dapat
dikategorikan sebagai perbuatan melawan hokum;
21. Bahwa, gugatan PENGGUGAT I dan PENGGUGAT II ini merupakan gugatan
untuk pengembalian barang dan atau untuk melakukan suatu perbuatan yang
bukan merupakan pembayaran sejumlah uang, maka terhadap TERGUGAT
dikenakan sangsi untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp.
10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) per hari apabila ia lalai mengembalikan objek

Halaman 5, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


sengketa terhitung sejak putusan diucapkan ole Pengadilan Negeri Kota
Sukabumi ;
22. Bahwa, secara musyawarah PENGGUGAT II telah bertemu dengan TERGUGAT,
pada tanggal 09 Mei 2012, bermusyawarah untuk menempuh penyelesaian
dengan cara damai dan kekeluargaan, kemudian pada saat pertemuan tersebut
TERGUGAT juga menyatakan akan menghubungi PENGGUGAT II selambat-
lambatnya akhir bulan Mei 2012, untuk memberikan tanggapan maupun jawaban
dari hasil musyawarah keluarga, namun sampai saat ini lebih kurang sudah 5
(lima) tahun lamanya sejak pertemuan tersebut, namun TERGUGAT belum
pernah menghubungi TERGUGAT II dalam menanggapi persoalan serta jalan
damai yang di tawarkan;
23. Bahwa PENGGUGAT II sudah berkali-kali menghubungi TERGUGAT melalui
telephon TERGUGAT, namun tidak pernah diangkat/merespon telephon dari
PENGGUGAT II;
24. Bahwa pada tanggal 03 September 2016 PENGGUGAT II menyampaikan
SOMASI kedua, namun sampai batas waktu yang PENGGUGAT II berikan
TERGUGAT tidak menanggapi justru mengabaikan, dan PENGGUGAT II kembali
menyampaikan SOMASI ketiga pada tanggal 08 Oktober 2016, lagi-lagi
TERGUGAT tidak menanggapi SOMASI dari PENGGUGAT II sampai batas
waktu yang di berikan, maka PENGGUGAT II beranggapan TERGUGAT tidak
punya etikad baik, dan tidak menghargai tawaran yang diberikan untuk
penyelesaian secara kekeluargaan ;
25. Bahwa, bukti yang dimiliki PENGGUGAT I dan PENGGUGAT II merupakan bukti
otentik yaitu Sertipkat Hak Milik Nomor : 1343, seluas 922 m2 tercatat atas nama
PENGGUGAT I dan PENGGUGAT II, maka wajar kalau PENGGUGAT I dan
PENGGUGAT II memohon agar Putusan dapat dilaksanakan terlebih dahulu (uit
voorbaar bij vooraad).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PENGGUGAT memohon agar berkenan
kiranya Bapak Ketua Pengadilan Negeri Kota Sukabumi, memeriksa dan
memanggil pihak - pihak yang ada hubungannya dengan perkara ini seraya dan
mengadili serta memutuskan amar putusannya sebagai berikut :
1. Mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya.
2. Menyatakan TERGUGAT dan para TURUT TERGUGAT telah melakukan
perbuatan melawan hukum.
3. Menyatakan PENGGUGAT I dan PENGGUGAT II sebagai pemilik yang
syah atas objek sengketa berupa sebidang tanah dan bangunan, dahulu
Sertipikat Hak Milk Nomor : 49. sekarang Sertipikat Hak Milik Nomor :

Halaman 6, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


1343. seluas 922 m², dahulu terletak di Jalan Bunut 11, Kelurahan Kebon
Jati, Kecamatan Sukabumi Utara, Kabupaten Sukabumi, sekarang Jalan
Siliwangi 75/55, saat ini menjadi Nomor : 81, Kelurahan Cikole, Kecamatan
Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat, dengan batas-batas :
Sebelah Utara : Tanah/bangunan H. Dedeh, saat ini dikontrak
oleh Li Kam Fat.
Sebelah Timur : Tanah Negara/Jalan Siliwangi.
Sebelah Selatan : Tanah/bangunan Taufiq.
Sebelah Barat : Selokan/Rumah Sakit Bunut (Samsudin, SH).
4. Menghukum TERGUGAT atau orang lain yang mendapat hak dari
padanya untuk menyerahkan dan mengosongkan objek sengketa tanah
berikut bangunan tersebut diatas kepada PENGGUGAT I dan
PENGGUGAT II yang apabila membangkang dilakukan dengan paksa
serta memohon bantuan dari alat Negara (Polisi dan Polisi Pamong Praja).
5. Menghukum TERGUGAT untuk membayar uang paksa (dwangsom)
sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) perhari, apabila
TERGUGAT lalai menyerahkan objek sengketa terhitung sejak putusan
Pengadilan Negeri dijatuhkan.
6. Menyatakan putusan dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun ada
verzet, banding ataupun kasasi.
7. Menghukum para TURUT TERGUGAT, untuk tunduk dan patuh atas
putusan Perkara ini.
8. Menghukum TERGUGAT untuk membayar seluruh biaya yang timbul
dalam perkara ini.
Atau;
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil -
adilnya (ex aequo et bono);

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut, Tergugat I, Turut


Tergugat I, Turut Tergugat II, Turut Tergugat III, Turut Tergugat IV, Turut Tergugat V,
Turut Tergugat VI, Turut Tergugat VII dalam Jawaban, pada pokoknya menyampaikan
hal-hal sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI :

Bahwa TERGUGAT dan PARA TURUT TERGUGAT mengajukan EKSEPSI


sebagai berikut :

1. GUGATAN DALUWARSA :

Halaman 7, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Bahwa berdasarkan pasal 1967 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
menentukan bahwa :
“Segala tuntutan hukum, baik yang bersifat perbendaan maupun yang bersifat
perseorangan, hapus karena daluwarsa dengan lewatnya waktu tiga puluh tahun,
sedangkan siapa yang menunjukkan akan adanya daluwarsa itu tidak usah
mempertunjukkan suatu alas hak, lagi pula tak dapatlah dimajukan terhadapnya
sesuatu tangkisan yang didasarkan kepada itikadnya yang buruk”.
maka dengan demikian berdasarkan pasal tersebut diatas jelas bahwa :
a. Gugatan PENGGUGAT yang mendasarkan pada Sertifikat hak milik nomor: 49
tahun 1962 sampai dengan sekarang tahun 2017 yang berarti sudah 55 tahun
telah melampaui masa Daluwarsa tiga puluh tahun.
b. Sementara TERGUGAT menguasai tanah tersebut dari orang tuannya yaitu
almarhum R.M. Agoes Djojokoesoemo yang merupakan anggota Kepolisian
Republik Indonesia berdasarkan Surat Perintah/Instruksi Direktur Sekolah Polisi
Negara Sukabumi tertanggal 21 April 1959 No. Instruksi 26/bag.IV/1959,
diperintahkan untuk menempati rumah dinas dijalan bunut nomor 11A. maka
penguasaan TERGUGAT dan orang tuanya sejak tahun 1959 sampai sekarang
berarti sudah 58 tahun, artinya telah melampaui 30 (tiga puluh tahun) maka
penguasaan terhadap tanah aquo adalah sah dan tidak dapat dituntut.
c. Bahwa setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, tanah sengketa dimaksud diambil
alih oleh Pemerintah RI dari pendudukan jepang dan tetap dijadikan rumah dinas
Sekolah Polisi Negara RI sejak tahun 1945.(Sejak Zaman Belanda, Zaman
Jepang dan pendudukan NICA tanah aquo adalah rumah dinas diluar komplek
Sekolah Polisi).
Dengan demikian TURUT TERGUGAT VIII menguasai tanah sengketa aquo
sejak 72 tahun lalu tanpa gangguan, baru ada gugatan sekarang itupun sebagai
TURUT TERGUGAT VIII.
Bahwa maksud dari Daluwarsa adalah penguasaan dalam jangka waktu
lama/selama 30 tahun atau lebih tanpa gangguan sebagaimana Yurisprudensi-
Yurisprudensi berikut :
a. “Apabila antara perbuatan hukum yang dapat dibatalkan/batal dan saat
pengajuan gugatan telah lewat 18 tahun, maka gugatan itu tidak dapat
dianggap diajukan dengan itikad baik”. Putusan MA No. 499K/Sip/1970 (4
Pebruari 1970);
b. “Menduduki tanah selama 20 tahun tanpa gangguan, sedang pihak lawan
selama itu membiarkan keadaan demikian, adalah persangkaan berat bahwa

Halaman 8, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


pendudukan (bezit) itu adalah berdasarkan hukum”. Putusan RvJ Jakarta 13
Januari 1939, T. 241;
c. “Menduduki tanah dalam waktu lama tanpa gangguan, sedangkan yang
menduduki tanah bertindak sebagai pemilik yang jujur mendapatkan
perlindungan hukum”. (Putusan RvJ Jakarta 12 Januari 1940, T 154 hal 269);
d. “Menurut ketentuan yang berlaku dalam BW suatu gugatan menjadi
kadaluwasa dalam waktu 30 tahun (Ps 835 BW)”. (MA 19 April 1972 No.
26K/Sip/1972);
e. “Dengan selama 24 tahun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri
tentang barang warisan dari ibunya, penggugat yang kemudian mengajukan
gugatan, dianggap telah melepaskan haknya” (Putusan terhadap PT
Surabaya, 24 Nopember 1952);
f. “Dalam hukum adat tindakan yang menyebabkan pemindahan hak bersifat
contant, sedangkan pendaftaran menurut UUPA dan peraturan
pelaksanaannya bersifat administratif” (MA 29 Agustus 1970 No.
123K/Sip/1970.);
g. “Pertimbangan Pengadilan Tinggi yang dibenarkan MA. Karena para
penggugat terbanding telah selama 30 tahun lebih membiarkan tanah
sengketa dikuasai oleh almarhum Ny. Ratiem dan kemudian oleh anak-
anaknya, hak mereka sebagai ahli waris yang lain dari almarhum Atma untuk
menuntut tanah tersebut telah sangat lewat waktu (rechtsverwerking)”;
h. “Bahwa sekalipun penghibahan tanah-tanah sengketa oleh tergugat I adalah
tanpa ijin penggugat, namun karena Ia membiarkan tanah tersebut dalam
keadaan sekian lama, mulai 23 Oktober 1962 sampai gugatan diajukan yakni
18 Juni 1971 (9 tahun), sikap penggugat harus dianggap membenarkan
keadaan tersebut.” (MA 21-1-1974 No. 695K/Sip/1973);
i. “...,.., mereka telah membiarkannya berlalu sampai tidak kurang dari 20 tahun
semasa hidupnya Daeng Patappu tersebut, suatu masa yang cukup lama
sehingga mereka dapat dianggap telah meninggalkan haknya yang mungkin
ada atas sawah sengketa, sedang tergugat pembanding dapat dianggap telah
memperoleh hak milik atas sawah sengketa”. (MA 9-12-1975: No.
295K/Sip/1973);
j. “Keberatan yang diajukan penggugat untuk kasasi bahwa hukum adat tidak
mengenal daluwarsa dalam hal warisan tidak dapat dibenarkan, karena
gugatan telah ditolak bukan atas alasan daluwarsanya gugatan, tetapi karena
dengan berdiam diri selama 30 tahun lebih penggugat asal dianggap telah

Halaman 9, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


melepaskan haknya (rechtsverwerking)”. (MA11-12-1975 No. 200K/Sip/
1974);
Catatan: Dari yurisprodensi MA ini membuktikan dari sisi akibat, bahwa
daluwarsa mempunyai persamaan dengan rechtsverwerking. Daluwarsa
mengacu pada lamanya waktu tertentu menyebabkan hapusnya hak disatu
pihak atau diperolehnya hak dipihak lain.Demikian juga rechtsverwerking
sebagaimana dalam hukum adat mengacu pada pelepasan hak yang
didasarkan berlangsungnya jangka waktu yang lama tertentu. Sementara
dipihak lain memperoleh/menimbulkan sesuatu hak. Substansi kedua-duanya
sama yakni :
(1) bergantung pada lamanya waktu tertentu, dan
(2) akibat hukumnya juga sama yakni disatu pihak, hapusnya hak (hukum
perdata) atau pelepasan hak (hukum adat), dan dipihak lain memperoleh
hak;
k. “Orang yang membiarkan saja tanah menjadi haknya selama 18 tahun dikuasai
oleh orang lain dianggap telah melepaskan haknya atas tanah tersebut
(rechtsverwerking)”. (MA 24-9-1958. No. 329K/Sip/1957);
l. “Pertimbangan Pengadilan Tinggi yang dibenarkan MA. Penggugat terbanding
yang telah menduduki tanah tersebut untuk waktu yang lama, tanpa gangguan
dan bertindak sebagai pemilik yang jujur (rechtshebende te goeder trouw)
harus dilindungi oleh hukum”, (MA 29-1-1976 No.783K/Sip/1973);
Dari hal tersebut jelas bahwa TERGUGAT dan/atau TURUT TERGUGAT VIII
menguasai lebih dari 30 tahun dan setelah lewat 30 tahun baru ada gangguan
dengan demikian jelas bahwa Para TERGUGAT dan/atau TURUT TERGUGAT VIII
berhak atas perlindungan hukum dan perkara aquo : DALUWARSA.
Dengan demikian apapun yang menjadi dasar/pangkal gugatan aquo jelas-jelas
PENGGUGAT tidak dapat menggugat karena haknya telah DALUWARSA.
2. MELANGGAR AZAS KEMANFAATAN DAN KEADILAN :
Bahwa TERGUGAT sebagai bezitter menguasai tanah lebih dari 30 tahun tepatnya
58 tahun tanpa dipersoalkan PENGGUGAT, sementara TURUT TERGUGAT VIII
sebagai Pemilik menguasai tanah aquo sudah 72 tahun tanpa gangguan, berarti
PENGGUGAT dianggap telah melepaskhaknya secara diam-diam
(rechtverwerking) oleh karena itu PENGGUGAT telah melanggar azas
Kemanfaatan dan Keadilan.
Sebagaimana dikuatkan oleh Yurisprudensi-Yurisprudensi MA berikut :

Halaman 10, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


a. No. 329 K/Sip/1957 tanggal 24 September 1958 menegaskan :”orang yang
membiarkan saja tanah menjadi haknya selama 18 tahun diuasai oleh orang lain
dianggap telah melepaskan hak atas tanah tersebut (rechtverwerking).
b. “Bahwa seandainya memang penggugat terbanding tidak berhak atas tanah
tersebut, kenyataan bahwa tergugat-tergugat sampai sekian lama (27 tahun)
menunggu untuk menuntut pengembalian tanah tersebut menimbulkan anggapan
hukum bahwa mereka telah melepaskan hak mereka (rechtsverwerking)” (MA:
29-1-1976 No. 783K/Sip/1973);
c. “Orang yang membiarkan saja tanah menjadi haknya selama 18 tahun dikuasai
oleh orang lain dianggap telah melepaskan haknya atas tanah tersebut
(rechtsverwerking)”. (MA 24-9-1958. No. 329K/Sip/1957).
d. “Pertimbangan Pengadilan Tinggi yang dibenarkan MA. Karena para penggugat
terbanding telah selama 30 tahun lebih membiarkan tanah sengketa dikuasai
oleh almarhum Ny. Ratiem dan kemudian oleh anak-anaknya, hak mereka
sebagai ahli waris yang lain dari almarhum Atma untuk menuntut tanah tersebut
telah sangat lewat waktu (rechtsverwerking)”.
e. “Keberatan yang diajukan penggugat untuk kasasi bahwa hukum adat tidak
mengenal daluwarsa dalam hal warisan tidak dapat dibenarkan, karena gugatan
telah ditolak bukan atas alasan daluwarsanya gugatan, tetapi karena dengan
berdiam diri selama 30 tahun lebih penggugat asal dianggap telah melepaskan
haknya (rechtsverwerking)”. (MA11-12-1975 No. 200K/Sip/ 1974).
3. GUGATAN ERROR IN SUBJECTO :
a. Bahwa dalam gugatan aquo menyebutkan bahwa nama TERGUGAT adalah
THOMAS, bahwa nama tersebut adalah salah sama sekali yang benar
nama TERGUGAT adalah RM. THOMAS SURYO YUDO PRAWOTO.
b. Bahwa dalam gugatan aquo menyebutkan bahwa nama TURUT
TERGUGAT I s/d VII adalah TUSY, DEWI, ANTON, LUIS, TIWI, NINIK dan
ALEK bahwa nama tersebut adalah salah sama sekali yang benar adalah :
- TUSY nama yang benar adalah Ny. TUSSY HASANAH,
- DEWI nama yang benar adalah Ny. DEWI UTARI PAKPAHAN,
- ANTON nama yang benar adalah TONNY SURYO YUDO
PRABOWO,
- LUIS nama yang benar adalah RM LOUIS PRAKOSO,
- TIWI nama yang benar adalah Ny. THERESIA CAROLINA DEWI
PRATIWI,
- NINIK nama yang benar adalah Ny. RR MARIA LUCIA DEWI
ANGGRAENI,

Halaman 11, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


- ALEK nama yang benar adalah ALEXANDER PRAYOGO.
c. Bahwa TURUT TERGUGAT VIII sekarang bukanlah Sekolah Calon
Perwira Polri Sukabumi (SECAPA) melainkan Sekolah Pembetukan
Perwira Polri Sukabumi (SETUKPA).
d. Bahwa Rumah Dinas bukan merupakan Harta Bersama/Gono Gini
sehingga bukan merupakan boedel waris oleh karena itu tidak tepat
menjadikan ahli waris R.M. Agoes Djojokoesoemo yang lain selain
TERGUGAT dijadikan TURUT TERGUGAT dalam perkara aquo.
e. Bahwa jelas dalam hal 20 putusan perkara No. 14/Pts.Pdt.G/1990/PN.Smi
yang telah berkekuatan hukum tetap (in Kracht) menyebutkan dalam
pertimbangannya :
Bahwa dari kalimat “... dengan demikian tidak tepat dan tidak sempurna
serta tidak lengkap kiranya kalau gugatan ditujukan hanya kepada tergugat
R.M. Agoes Djojokoesoemo saja melainkan setidak-tidaknya gugatan
tersebut harus ditujukan pula kepada Pemeintah RI, Cq Kepolisian Negara
RI, cq, Mabes Polri cq Direktorat Pendidikan Polri cq Sekolah Calon Perwira
Polri, Sukabumi dan ini merupakan hal prinsipil dalam gugatan penggugat ...”
oleh karena itu jelas bahwa PENGGUGAT harus menggugat / menjadikan
:TURUT TERGUGAT VIII bukan sebagai TURUT TERGUGAT dalam
perkara aquo, melainkan harus didudukan sebagai TERGUGAT karena
kepemilikan ada pada TURUT TERGUGAT VIII.
f. Dalam dalilnya point 18 yang menyatakan bahwa :”Bahwa karena objek
sengketa bukan milik Kepolisian Republik Indonesia cq, Mabes Polri cq
Direktorat Pendidikan Polri cq Sekolah Calon Perwira Polri, Sukabumi, maka
pemberian izin dan atau penunjukan R.M. Agoes Djojokoesoemo untuk
menempati objek sengketa merupakan perbuatan melawan hukum”, dari
dalil tersebut jelas bahwa PENGGUGAT menganggap TURUT TERGUGAT
VIII sebagai pihak yang melakukan PERBUATAN MELAWAN HUKUM
maka TURUT TERGUGAT VIII harus didudukan sebagai TERGUGAT
bukan TURUT TERGUGAT.
g. Bahwa dalam identitas para pihak (comparisi) gugatan aquo PENGGUGAT
hanya 1 (satu) yaitu TAN TJOEN LAN alias MARIAH HARUN namun di
dalam petitum point 1. menyebut kata “PENGGUGAT I” dan “PENGGUGAT
II” demikian pula pada point 11. Menyebut :’...Sertifikat Hak Milik Nomor :49,
dibalik nama ke TAN TJOEN LAN alias MARIAH HARUN (PENGGUGAT I
dan ASRUL HARUN (PENGGUGAT II)...” selanjutnya point 17 juga

Halaman 12, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


menyebut : “Sertifikat Hak Milik No. 1343 seluas 922m2 tercatat atas nama
PENGGUGAT I dan PENGGUGAT II”.
Dengan demikian jelas berdasarkan alasan-alasan diatas, gugatan aquo adalah
ERROR IN SUBJECTO.
4. GUGATAN ERROR IN OBJECTO;
Bahwa Nomor Obyek Pajak (NOP) yang dimiliki oleh PENGGUGAT bukan NOP
tanah sengketa namun NOP tanah Jalan Siliwangi 75. Dengan demikian jelas
bahwa gugatan tidak akurat oleh karena itu berdasarkan alasan-alasan
tersebut diatas maka gugatan aquo ERROR IN OBJECTO.
5. GUGATAN KURANG PIHAK (Exceptie Lurium Litis Consortium)
a. Bahwa PENGGUGAT seharusnya menjadikan TURUT TERGUGAT VIII
sebagai TERGUGAT bukan TURUT TERGUGAT sebagaimana
pertimbangan hakim pada hal 20 putusan perkara No. 14/Pts.Pdt.G/
1990/PN.Smi yang telah berkekuatan hukum tetap (in Kracht).
b. Dalam dalilnya point 18 yang menyatakan bahwa :”Bahwa karena objek
sengketa bukan milik Kepolisian Republik Indonesia cq, Mabes Polri cq
Direktorat Pendidikan Polri cq Sekolah Calon Perwira Polri, Sukabumi, maka
pemberian izin dan atau penunjukan R.M. Agoes Djojokoesoemo untuk
menempati objek sengketa merupakan perbuatan melawan hukum” dari dalil
tersebut jelas bahwa PENGGUGAT menganggap TURUT TERGUGAT VIII
sebagai pihak yang melakukan perbuatan melawan hukum maka
seharusnya didudukan sebagai TERGUGAT bukan TURUT TERGUGAT
Dengan demikian jelas bahwa gugatan aquo KURANG PIHAK.
6. GUGATAN OBSCUUR LIBEL / KABUR.
Bahwa PENGGUGAT mendalilkan :
6.1. bahwa gugatan aquo adalah GUGATAN PERBUATAN MELAWAN
HUKUM namun di dalam dalil dalil gugatan yang diajukan PENGGUGAT
dari point 1 hingga point terakhir yakni point 25 tidak ada menyebut
Peraturan Perundang-undangan mana yang telah dilawan oleh
TERGUGAT, Pasal mana yang telah dilanggar, putusan pengadilan
mana yang menyatakan bahwa TERGUGAT dan PARA TURUT
TERGUGAT dihukum karena melanggar hukum ? dan/atau Hukum
mana yang telah dilawan.
6.2. Pada point 18. Yang berbunyi “Bahwa karena objek sengketa bukan milik
Kepolisian Republik Indonesia cq, Mabes Polri cq Direktorat Pendidikan
Polri cq Sekolah Calon Perwira Polri, Sukabumi, maka pemberian izin dan
atau penunjukan R.M. Agoes Djojokoesoemo untuk menempati objek

Halaman 13, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


sengketa merupakan perbuatan melawan hukum”, bahwa yang dianggap
melakukan perbuatan melawan hukum adalah TURUT TERGUGAT VIII,
seharusnya TURUT TERGUGAT VIII didudukan sebagai TERGUGAT
bukan TURUT TERGUGAT VIII.
6.3. Substansi gugatan aquo adalah tentang kepemilikan hak atas tanah obyek
sengketa dengan demikian seharusnya gugatan aquo lebih tepat adalah
gugatan tentang KEABSAHAN KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH
SENGKETA bukan PERBUATAN MELAWAN HUKUM.
6.4. Bahwa dalam identitas para pihak (comparisi) gugatan aquo PENGGUGAT
hanya 1 (satu) orang yaitu TAN TJOEN LAN alias MARIAH HARUN namun
di sini menyebut kata “PENGGUGAT I” dan “PENGGUGAT II” (vide point
3.f. DALAM EKSEPSI), siapa PENGGUGAT II.
6.5 Bahwa dalam identitas para pihak (comparisi) dan dalil point 16.
PENGGUGAT mendalilkan alamat PARA TURUT TERGUGAT sekarang
tidak diketahui alamatnya namun di point 20. PENGGUGAT mendalilkan
TERGUGAT dan PARA TURUT TERGUGAT menempati tanah obyek
sengketa yang alamatnya diketahui oleh PENGGUGAT !
Dari hal tersebut jelas dalil PENGGUGAT bertentangan satu sama lain
mengenai ALAMAT TERGUGAT dan PARA TURUT TERGUGAT;
dari hal tersebut diatas jelas menunjukan bahwa PENGGUGAT telah salah dalil
dalam mengajukan gugatan oleh karena itu mengakibatkan gugatan aquo
menjadi GUGATAN OBSCUUR LIBEL / KABUR.
7. GUGATAN PREMATUR (PREMATURE EXCEPTIE)
a. Gugatan terlalu dini diajukan karena TERGUGAT tidak/ belum pernah
menerima sommasi, sebagaimana lazimnya proses beracara dalam
perkara perdata. Sommasi mencerminkan pihak yang beritikad baik.
Sebagaimana diatur dalam Yurisprudensi MA, No. 2242 K/Pdt/2006
tanggal 12 Agustus 2009.
Bahwa dalam dalilnya PENGGUGAT point 24. Menyatakan bahwa :
PENGGUGAT II tanggal 03 september 2016 menyampaikan SOMASI
KEDUA adalah tidak benar, karena TERGUGAT tidak pernah menerima
dan apabila ada bukti tanda terima sommasi patut diduga adalah
fiktif/palsu dan TERGUGAT sama sekali tidak pernah menerima
SOMMASI I maupun SOMMASI II.
b. Bahwa SOMMASI yang dilakukan seharusnya berurutan dari SOMMASI I
kemudian dilanjutkan dengan SOMMASI II, tidak langsung SOMMASI
KEDUA sebagaimana dalil gugatan point 24.

Halaman 14, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Dengan demikian jelas bahwa gugatan GUGATAN PREMATUR
(PREMATURE EXCEPTIE).
Dari hal-hal tersebut diatas jelas dapat disimpulkan bahwa Gugatan aquo adalah:
DALUWARSA, MELANGGAR AZAS KEMANFAATAN DAN KEADILAN, ERROR
IN SUBJECTO, ERROR IN OBJECTO, KURANG PIHAK, OBSCUUR LIBEL /
KABUR dan PREMATUR oleh karena itu sudah sewajarnya apabila TERGUGAT
dan PARA TURUT TERGUGAT I s/d VII, Mohon pada Majelis Hakim Pemeriksa
Perkara untuk memutuskan : Mengabulkan Eksepsi TERGUGAT dan PARA
TURUT TERGUGAT I s/d VII, untuk seluruhnya atau menolak atau setidak-
tidaknya menyatakan tidak diterima Gugatan ini.
II. DALAM POKOK PERKARA
A. DALAM KONVENSI :
TERGUGAT dan PARA TURUT TERGUGAT menyampaikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Bahwa TERGUGAT dan PARA TURUT TERGUGAT, menolak seluruh dasar
dan alasan/dalil-dalil Gugatan ini, kecuali hal-hal yang secara tegas
diakuinya.
2. Bahwa apa yang disampaikan DALAM EKSEPSI juga merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari bagian DALAM POKOK PERKARA ini.
3. Bahwa menanggapi dalil point 1 gugatan PENGGUGAT adalah :
Bahwa dalam identitas para pihak (comparisi) gugatan aquo PENGGUGAT
hanya 1 (satu) orang yaitu TAN TJOEN LAN alias MARIAH HARUN namun
di sini menyebut kata “PENGGUGAT I” dan “PENGGUGAT II” (vide point 3.f.
DALAM EKSEPSI), siapa PENGGUGAT II?. Dalil ini mendukung EKSEPSI
Tergugat mengenai Gugatan ERROR IN SUBJECTO (vide point 3.f. ) dan
OBSCUUR LIBEL /kabur, (vide : point 6.4).
4. Bahwa menanggapi dalil point 2 gugatan PENGGUGAT adalah : Bahwa
dalam identitas para pihak (comparisi) gugatan aquo yang ada hanya
“PENGGUGAT” saja tidak ada “PENGGUGAT I”.
5. Bahwa menanggapi dalil point 2 sampai dengan 12 gugatan PENGGUGAT
adalah sebagai berikut :
Bahwa TERGUGAT yakin Majelis Hakim Pemeriksa Perkara begitu
membaca gugatan PENGGUGAT telah “mencium” gelagat kurang baik
bahwa PENGGUGAT yang bersuamikan orang yang berlatar belakang
Notaris menggunakan “modus” menggunakan akta hibah, akta waris, akta
penolakan warisan, untuk menyingkirkan ahli-ahli waris yang lain, sementara

Halaman 15, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


PENGGUGAT bukanlah ahli waris langsung dari LIE HOK SING, SH. Alias
MUHAMMAD ALI HUSIN, SH dan TAN SWAN NIO.
Berkaitan dengan tanah warisan asal LIE HOK SING, SH. Alias
MUHAMMAD ALI HUSIN, SH kepada PENGGUGAT yang berupa tanah
dan rumah yang terletak, dahulu jalan Bunut 11, Kelurahan Kebon Jati,
Kecamatan Sukabumi Utara, Kabupaten Sukabumi, sekarang Jalan Siliwangi
75/55, saat ini menjadi Nomor : 81, Kelurahan Cikole, Kecamatan Cikole,
Kota Sukabumi-Jawa Barat (selanjutnya disebut Tanah Sengketa) adalah
tidak benar/cacat hukum dari segi cara perolehan haknya.
Bahwa Tanah Sengketa aquo berasal dari tanah partikelir yaitu milik Ny.
Helena Zeehandelaar (vide Surat Ukur Agraria Bandung tanggal 6 Maret
1906 nomor: 64 yang diperbaharui tanggal 26 Oktober 1926 nomor : 373.
Bahwa LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH patut
diduga bersekongkol dengan M. AMIN MAHMUD yang pada waktu itu
menjabat Kepala Kantor Perwakilan Balai Harta Peninggalan Sukabumi,
sebagaimana diketahui bahwa sebagai Kepala Kantor Perwakilan Balai
Harta Peninggalan Sukabumi, M. AMIN MAHMUD mempunyai wewenang
untuk menguasai dan mengelola tanah-tanah partikelir yang ditinggalkan
pemiliknya atau tidak diketahui pemiliknya sebagaimana Undang-undang RI
No. 1 tahun 1958 tentang Penghapusan tanah tanah Partikelir Pasal 2.2.
Bahwa diam-diam M. AMIN MAHMUD mengalihkan tanah aquo kepada LIE
HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH. padahal diketahui
tanah aquo adalah tanah negara yang dikuasai oleh TURUT TERGUGAT
VIII dalam kapasitasnya sebagai LEMBAGA/INSTITUSI NEGARA sejak
Indonesia Merdeka, tanah aquo dikuasai TURUT TERGUGAT VIII setelah
diambil alih dari Bala Tentara Jepang.
Bahwa berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria No. 1 Tahun 1960 yang
menganut hukum adat mensyaratkan penguasaan tanah untuk dapat
memperoleh hak atas tanah atau dengan kata lain mensyaratkan adanya
hubungan keperdataan dengan tanah yang dimohonkan.
Hal tersebut diperkuat dengan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara
Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan
Pasal 4 ayat 1 yang berbunyi :
”Sebelum mengajukan Permohonan Hak, pemohon harus menguasai tanah
yang dimohon dibuktikan dengan data yuridis dan data fisik sesai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku”.

Halaman 16, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Bahwa pada point 12 Hal 4 Putusan Pengadilan Negeri Sukabumi No.
14/Pts.Pdt.G/1990/PN. Smi yang telah inkracht, orang tua PENGGUGAT
selaku PENGGUGAT saat itu mengakui bahwa :”bahwa sekitar tahun 1959 si
pemilik tidak berada di kota Sukabumi sehingga rumah dan tanah tersebut
kosong maka rumah serta pekarangan tersebut ditempati orang lain selain
penggugat, yang sebenarnya tidak berhak atas tanah dan rumah tersebut”.
Bahwa pada Proposal Perdamaian PENGGUGAT tanggal 3 Oktober 2017
point 3. Mengakui bahwa tanah aquo sudah 58 tahun lamanya
PENGGUGAT tidak menguasai.
Bahwa bahkan sampai hari ini baik orang tua PENGGUGAT maupun
PENGGUGAT sendiri dalam perkara aquo belum pernah seharipun
menguasai tanah sengketa.
Untuk itu jelas bahwa M. AMIN MAHMUD yang pada waktu itu menjabat
Kepala Kantor Perwakilan Balai Harta Peninggalan telah salah menjual atau
mengalihkan tanah negara kepada LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD
ALI HUSIN, SH yang tidak memenuhi syarat untuk memperoleh hak atas
tanah negara.
Bahwa M. AMIN MAHMUD selaku pejabat Kepala Kantor Perwakilan Balai
Harta Peninggalan dan LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN,
SH mengetahui bahwa tanah sengketa pada saat itu dikuasai olek TURUT
TERGUGAT VIII, dengan demikian LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD
ALI HUSIN, SH merupakan pembeli yang beritikad buruk.
Bahwa dengan demikian M. AMIN MAHMUD telah melakukan
penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power/onrehtmatig overheads
daad), hal ini membuktikan bahwa perolehan tanah oleh LIE HOK SING,
SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH : C A C A T H U K U M.
Bahwa kondisi C A C A T H U K U M diatas memenuhi ketentuan dalam
BAB VI Tentang TATA CARA PEMBATALAN HAK ATAS TANAH, Bagian
Kesatu UMUM, Pasal 104 ayat :
(1) Pembatalan Hak Atas Tanah meliputi pembatalan Keputusan
Pemberian Hak, sertifikat hak atas tanah keputusan pemberian hak
dalam rangka pengaturan penguasaan tanah.
(2) Pembatalan Hak Atas Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan karena ada cacat hukum administrasi dalam penerbitan
keputusan pemberian dan/atau sertifikat hak atas tanahnya atau
melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.

Halaman 17, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


6. Bahwa menanggapi dalil point 13 gugatan PENGGUGAT adalah TIDAK
BENAR bahwa tanah sengketa aquo dikuasai atau ditempati oleh RM Agoes
Djojokoesoemo, yang benar adalah tanah sengketa aquo sekarang dikuasai
oleh TERGUGAT.
Dasar penguasaan TERGUGAT adalah meneruskan dari orang tuanya RM
Agoes Djojokoesoemo yang telah wafat pada 14 Februari 2005.
Bahwa almarhum RM Agoes Djojokoesoemo menguasai tanah sengketa
aquo karena selaku anggota Kepolisian RI pada tahun 1959 dialihtugaskan
ke Sukabumi yang kemudian berdasarkan Surat Perintah/Instruksi Direktur
Sekolah Polisi Negara Sukabumi tertanggal 21 April 1959 no. istruksi nomor
26/bag.IV/1959 RM Agoes Djojokoesoemo diperintahkan untuk menempati
rumah dinas di jalan Bunut no 11 A.
7. Bahwa menanggapi dalil point 14 gugatan PENGGUGAT adalah TIDAK
BENAR kalau PENGGUGAT II pernah menemui TERGUGAT, siapa itu
PENGGUGAT II? Dalam perkara aquo tidak ada PENGGUGAT II yang ada
hanya PENGGUGAT saja !
Bahwa hal ini menguatkan dalil TERGUGAT bahwa gugatan ERROR IN
SUBJECTO. (Vide Dalam Eksepsi; ERROR IN SUBJECTO point 3.f.)
8. Bahwa menanggapi dalil point 15 & 16 gugatan PENGGUGAT
adalah TIDAK BENAR (vide Dalam Eksepsi; ERROR IN SUBJECTO
point a & b). Bahwa nama dari ahli waris RM Agoes Djojokoesoemo adalah
salah.
9. Bahwa menanggapi dalil point 17. gugatan PENGGUGAT adalah Benar
Sertifikat merupakan bukti kepemilikan namun bukan merupakan bukti
MUTLAK, maka sertifikat hak milik yang cacat hukum perolehan haknya
DAPAT DIBATALKAN ! (vide point 5 diatas).
Bahwa dalam gugatan aquo tidak ada PENGGUGAT I dan II, hal ini
menguatkan dalil TERGUGAT bahwa gugatan ERROR IN SUBJECTO. (Vide
Dalam Eksepsi; ERROR IN SUBJECTO point 3.f.).
10. Bahwa menanggapi dalil point 18 gugatan PENGGUGAT adalah bahwa
dalil PENGGUGAT memperkuat dalil TERGUGAT dan PARA TURUT
TERGUGAT vide DALAM EKSEPSI; ERROR IN SUBJECTO point 3.e dan
GUGATAN KABUR/OBSCUUR LIBEL point 6.2.
PENGGUGAT tidak ada menyebut Peraturan Perundang-undangan mana
yang telah dilawan oleh TURUT TERGUGAT VIII, Pasal mana yang telah
dilanggar, putusan pengadilan mana yang menyatakan bahwa oleh

Halaman 18, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


TURUT TERGUGAT VIII dihukum karena melanggar hukum ? dan/atau
Hukum mana yang telah dilawan.
11. Bahwa menanggapi dalil point 19. gugatan PENGGUGAT adalah TIDAK
BENAR, bahwa yang menempati hanyalah TERGUGAT tidak termasuk
PARA TURUT TERGUGAT. Kalau seandainya PARA TURUT TERGUGAT
menempati ditanah sengketa aquo seharusnya PENGGUGAT tahu dengan
jelas alamat PARA TURUT TERGUGAT, dari hal tersebut PENGGUGAT
mematahkan dalilnya sendiri mengenai ALAMAT PARA TURUT
TERGUGAT, pada bagian identitas para pihak dan dalil gugatan Penggugat
point 16, PENGGUGAT mendalilkan alamat PARA TERGUGAT sekarang
tidak diketahui alamatnya namun disini PENGGUGAT mendalilkan PARA
TERGUGAT menempati tanah obyek sengketa yang alamatnya diketahui
oleh PENGGUGAT !
12. Bahwa menanggapi dalil point 20. gugatan PENGGUGAT adalah TIDAK
BENAR, bahwa sejak adanya perkara No. 14/Pts.Pdt.G/1990/PN. Smi,
PENGGUGAT telah mengetahui dasar penguasaan tanah oleh orangtua
TERGUGAT, seharusnya PENGGUGAT membicarakannya dengan TURUT
TERGUGAT VIII i.c. KEPOLISIAN RI bukan dengan TERGUGAT
PENGGUGAT tidak dapat menyebutkan Peraturan Perundang-undangan
mana yang telah dilawan oleh TERGUGAT, Pasal mana yang telah
dilanggar, putusan pengadilan mana yang menyatakan bahwa oleh
TERGUGAT dihukum karena melanggar hukum ? dan/atau Hukum
mana yang telah dilawan.
Bahwa Dalil PENGGUGAT tersebut memperkuat dalil TERGUGAT vide
DALAM EKSEPSI; ERROR IN SUBJECTO point 3.e dan GUGATAN
KABUR/OBSCUUR LIBEL point 6.2.
13. Bahwa menanggapi dalil point 21. gugatan PENGGUGAT adalah TIDAK
BENAR, bahwa tidak ada PENGGUGAT I dan PENGGUGAT II dalam
perkara aquo adanya PENGGUGAT, tidak ada pula yang harus dibayar oleh
TERGUGAT karena TERGUGAT tidak merugikan siapapun, TERGUGAT
bertanggungjawab kepada KEPOLISIAN RI.
14. Bahwa menanggapi dalil point 22 s/d 24 gugatan PENGGUGAT adalah
TIDAK BENAR, sebagaimana point 14 diatas PENGGUGAT telah keliru /
error seharusnya menyelesaikannya dengan KEPOLISIAN RI bukan dengan
TERGUGAT !
15. Bahwa menanggapi dalil point 25 gugatan PENGGUGAT harus ditolak,
Mohon kiranya Majelis berhati-hati dan dengan sungguh-sungguh

Halaman 19, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


memperhatikan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2000 tentang
Putusan Serta Merta (uit voorbar bij vooraad) dan Provisionil terutama
yang berkaitan dengan Putusan Serta Merta (uit voorbar bij vooraad), Setiap
kali akan melaksanakan Putusan Putusan Serta Merta (uit voorbar bij
vooraad) harus disertai Penetapan sebagaimana diatur dalam butir 7 Surat
Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2000. Dari Surat Edaran Mahkamah
Agung No. 3 Tahun 2000 tersebut diatas maka meskipun ada Surat Edaran
Mahkamah Agung terbaru yang menyangkut Putusan Serta Merta (uit
voorbar bij vooraad), yaitu Surat Edaran Mahkamah Agung No. 4 Tahun
2001 tanggal 20 Agustus 2001, Surat Edaran Mahkamah Agung tersebut
hanya mempertegas Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2000
yang menyatakan bahwa tanpa jaminan yang disebut dalam dalam butir 7
Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2000 tidak boleh ada
pelaksanaan Putusan Serta Merta (uit voorbar bij vooraad).
Berdasarkan dalil – dalil tersebut diatas maka TERGUGAT dan PARA TURUT
TERGUGAT mengajukan permohonan agar Majelis Pemeriksa Perkara aquo
menolak gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya
menyatakan tidak diterima.
B. DALAM REKONVENSI :
Bahwa apa yang tertuang dalam Eksepsi dan Konvensi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Gugatan Rekonvensi ini :
1. Bahwa Tanah Sengketa aquo berasal dari tanah partikelir yaitu milik Ny.
Helena Zeehandelaar (vide Surat Ukur Agraria Bandung tanggal 6 Maret 1906
nomor: 64 yang diperbaharui tanggal 26 Oktober 1926 nomor : 373.
2. Bahwa tanah sengketa kemudian dikuasai Pemerintah Belanda, dikenal
sebagai persil jalan Bunut nomor: 11 di Sukabumi.
3. Bahwa sewaktu perang dunia ke-II tanah sengketa aquo dikuasai Bala Tentara
Jepang, dijadikan rumah dinas bagi personil dari Keisatsu Gakko, yaitu
Sekolah Polisi dizaman pendudukan tentara Jepang di Indonesia kira-kira
tahun 1942 s/d 1945.
4. Bahwa setelah Proklamasi Kemerdekaan RI tanah sengketa dimaksud diambil
alih oleh Pemerintah RI dan tetap dijadikan rumah dinas Sekolah Polisi Negara
RI tahun 1945.
5. Bahwa pada zaman pendudukan Nica juga dijadikan rumah dinas bagi
personil Politie School Sukabumi, kira-kira tahun 1947 s/d tahun 1950.
6. Bahwa setelah penyerahan kembali Kedaulatan RI kepangkuan Pemerintah RI
tanah sengketa tersebut diambil alih kembali oleh Pemerintah RI dan tetap

Halaman 20, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


dijadikan rumah dinas Sekolah Polisi Negara di Sukabumi sejak tahun 1950
hingga sekarang.
7. Bahwa Penguasaan tanah sengketa aquo oleh TURUT TERGUGAT VIII sejak
sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1960 tentang Pokok-
Pokok Agraria sehingga tunduk pada ketentuan pasal 1 peraturan “agrarisch
besluit” yang diundangkan dalam Lembaran Negara “Staatblaad” no 118 tahun
1870 (S. 1870-118), dimana ketentuan tersebut membagi 2 mengenai “Tanah
Negara Bebas” yaitu : (diposting pada tanggal 9 Agustus 2008 oleh Budi
Djatmiko)
a. Tanah menjadi tanah negara bebas karena dibebaskan dari hak milik
rakyat oleh suatu instansi/departemen, dianggap tanah negara dibawah
penguasaan departemen yang membebaskannya.
b. Tanah negara bebas yang tidak ada penguasaan secara nyata diserahkan
kepada suatu departemen, dianggap bahwa tanah tersebut dimasukkan
kedalam penguasaan departemen dalam negeri (Binnen van bestuur)
Dari hal tersebut jelas bahwa penguasaan tanah sengketa aquo oleh TURUT
TERGUGAT VIII adalah sah sesuai dengan ketentuan Tanah Negara Bebas
point a. diatas.
8. Bahwa tanah sengketa aquo adalah merupakan tanah dengan pekarangan
luas 2374 m2 dimana diatasnya terdapat 2 bangunan yang dibangun pada
tahun 1906 berupa :
a. Sebuah bangunan induk / hoof gebouw. (Luas 1452 m2).
Dibangun semi permanen, dikenal dengan jalan bunut nomor 11 Sukabumi.
b. Sebuah bangunan sampingan/paviliun. (Luas 922 m2)
Dibangun dari bilik bambu dan kayu, dikenal dengan jalan bunut nomor
11A Sukabumi.
9. Bahwa setelah diambil alih kembali tanah sengketa aquo oleh Pemerintah RI :
Rumah Induk dihuni berturut turut oleh anggota Kepolisian RI yaitu oleh :
a. Tahun 1950-1957 AKBP R. Broto Moerdokoesoemo.
b. Tahun 1957-1961 AKBP R. Soewarja Atmasapoetra.
c. Tahun 1961-1963 dr. Soeroto/dokter SPN Sukabumi.
d. Tahun 1963-1979 Inspektur I Slamet.
Bahwa kemudian pada tahun 1979 bangunan induk dijual oleh Inspektur I
Slamet bersama LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH
dengan tanpa sepengetahuan dinas.
Untuk Paviliun dihuni berturut turut oleh anggota Kepolisian RI yaitu
oleh :

Halaman 21, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


a. Tahun 1950 s/d 1953 Komisaris I.R. SOEDIBJO,
b. Tahun 1953 s/d 1959 Ajun Komisaris Polisi R. MARKONO.
Bahwa pada Tahun 1959 orang tua TERGUGAT dialihtugaskan ke Sukabumi
yang kemudian berdasarkan Surat Perintah/Instruksi Direktur Sekolah Polisi
Negara Sukabumi tertanggal 21 April 1959 no. istruksi nomor 26/bag.IV/1959
orang tua TERGUGAT diperintahkan untuk menempati rumah dinas di jalan
Bunut no 11 A.
Dasar penguasaan TERGUGAT adalah meneruskan dari orang tuanya RM
Agoes Djojokoesoemo yang telah wafat pada 14 Februari 2005.
10. Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah Pasal 24 menentukan bahwa Penguasaan fisik selama 20
tahun atau lebih secara berturut turut mendapat perlindungan hukum sebagai
Pemilik sepanjang dilakukan dengan itikad baik. Bahwa ketentuan ini
memperkuat penguasaan tanah sengketa oleh TURUT TERGUGAT VIII
melalui orangtua TERGUGAT yang diteruskan oleh TERGUGAT adalah
berdasarkan hukum.
11. Bahwa sampai sekarang Pajak Bumi dan Bangunan dibayar oleh TERGUGAT.
12. Bahwa rupanya ada pihak-pihak yang lolos dari pengawasan Menteri Agraria
yaitu Pengawasan terhadap mutasi-mutasi mengenai tanah dan mencatat
mutasi-mutasi tanah serta melindungi kepentingan para pemegang tanah guna
mencegah perbuatan orang-orang yang bertujuan memperoleh keuntungan
yang tidak semestinya sebagaimana maksud diterbitkannya Undang-Undang
RI Nomor 1 Tahun 1958 Tentang Penghapusan Tanah Partikelir.
Bahwa LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH
bersekongkol dengan M. AMIN MAHMUD yang pada waktu itu menjabat
Kepala Kantor Perwakilan Balai Harta Peninggalan mengalihkan tanah negara
i.c tanah sengketa kepada LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI
HUSIN, SH.
Bahwa LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH secara
yuridis tidak memenuhi syarat untuk memperoleh hak atas tanah negara
dengan alasan sbb :
a. Bahwa berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria No. 1 Tahun 1960
yang menganut hukum adat mensyaratkan penguasaan tanah, untuk
dapat memperoleh hak atas tanah atau dengan kata lain mensyaratkan
adanya hubungan keperdataan dengan tanah yang dimohonkan.
Hal tersebut diperkuat dengan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara

Halaman 22, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan
Pasal 4 ayat 1 yang berbunyi :
”Sebelum mengajukan Permohonan Hak, pemohon harus menguasai
tanah yang dimohon dibuktikan dengan data yuridis dan data fisik sesai
dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku”.
Bahwa PENGGUGAT mengakui tidak menguasai tanah sengketa aquo
pada :
a.1. point 12 Hal 4 Putusan Pengadilan Negeri Sukabumi No.
14/Pts.Pdt.G/1990/PN. Smi yang telah inkracht, orang tua
PENGGUGAT selaku PENGGUGAT mengakui bahwa :”bahwa
sekitar tahun 1959 si pemilik tidak berada di kota Sukabumi sehingga
rumah dan tanah tersebut kosong maka rumah serta pekarangan
tersebut ditempati orang lain selain penggugat, yang sebenarnya tidak
berhak atas tanah dan rumah tersebut”.
a.2. pada Proposal Perdamaian PENGGUGAT tanggal 3 Oktober 2017
point 3. PENGGUGAT mengakui bahwa tanah aquo sudah 58 tahun
lamanya Penggugat tidak menguasai.
Bahwa bahkan sampai hari ini baik orang tua PENGGUGAT maupun
PENGGUGAT sendiri dalam perkara aquo belum pernah seharipun
menguasai tanah sengketa.
Untuk itu jelas bahwa M. AMIN MAHMUD yang pada waktu itu menjabat
Kepala Kantor Perwakilan Balai Harta Peninggalan TELAH SALAH
mengalihkan tanah negara yang dikuasai TURUT TERGUGAT VIII kepada
LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH yang tidak
memenuhi syarat untuk memperoleh hak atas tanah negara.
Bahwa M. AMIN MAHMUD selaku pejabat Kepala Kantor Perwakilan Balai
Harta Peninggalan dan LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI
HUSIN, SH mengetahui bahwa tanah sengketa pada saat itu dikuasai olek
TURUT TERGUGAT VIII, dan di area tersebut sepanjang jalan dahulu
dikuasai oleh Polisi dan Militer tidak ada orang sipil yang menguasai
tanah di sepanjang jalan Bunut.
Dengan demikian LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH
merupakan pembeli yang beritikad buruk.
b. Bahwa pada saat menerima hak atas tanah aquo (Sertifikat hak milik
no 49 tahun 1962) LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN,
SH baru kira-kira 1 (satu) tahun masuk menjadi WARGA NEGARA
INDONESIA yaitu tanggal 5 Desember 1961 nomor 41027/60 (vide

Halaman 23, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


putusan perkara No. 14/Pts.Pdt.G/1990/PN. Smi, hal 2 point 2). Dari hal
tersebut jelas ada ketidakwajaran yang semakin menunjukan itikad buruk
dari LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH.
c. Bahwa ketidakwajaran tersebut terlihat pula pada :
(1). tindakan membeli tanah tanpa menguasai tanahnya adalah tindakan
spekulasi sehingga sudah seharusnya tidak mendapat Perlindungan
Hukum, sebagaimana banyak terjadi di kota-kota lain di Indonesia.
(2) Kepemilikan Sertifikat hak milik no 49 pada tahun 1962 adalah
merupakan Diskriminasi terhadap Warga Negara lainnya, Sungguh
Istimewa ditahun 1962 sudah memiliki sertifikat sementara sampai hari
ini orang akan membuat sertifikat tidaklah mudah !
(3) LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH. termasuk
orang-orang yang bertujuan memperoleh keuntungan yang tidak
semestinya sebagaimana maksud diterbitkannya Undang-Undang RI
Nomor 1 Tahun 1958 Tentang Penghapusan Tanah Partikelir.
Bahwa dengan demikian jelas terbukti M. AMIN MAHMUD telah melakukan
penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power/onrehtmatig overheads
daad), karena tanah tersebut sudah secara sah dimiliki oleh TURUT
TERGUGAT VIII berdasarkan :
a. ketentuan pasal 1 peraturan “agrarisch besluit” yang diundangkan dalam
Lembaran Negara “Staatblaad” no 118 tahun 1870 (S. 1870-118).
b. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
Pasal 24 menentukan bahwa Penguasaan fisik selama 20 tahun atau lebih
secara berturut turut mendapat perlindungan hukum sebagai Pemilik
sepanjang dilakukan dengan itikad baik.
c. Ketentuan untuk melepaskan asset negara harus dengan ijin pimpinan
Lembaga/Instansi yang bersangkutan dan Menteri Keuangan.
d. Untuk Pengalihan Rumah Dinas harus seijin Menteri Pekerjaan Umum.
hal ini membuktikan bahwa perolehan tanah oleh LIE HOK SING, SH.
Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH : C A C A T H U K U M.
Bahwa kondisi C A C A T H U K U M diatas memenuhi ketentuan dalam
BAB VI Tentang TATA CARA PEMBATALAN HAK ATAS TANAH, Bagian
Kesatu UMUM, Pasal 104 ayat :
(1) Pembatalan Hak Atas Tanah meliputi pembatalan Keputusan Pemberian
Hak, sertifikat hak atas tanah keputusan pemberian hak dalam rangka
pengaturan penguasaan tanah.

Halaman 24, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


(2) Pembatalan Hak Atas Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan karena ada cacat hukum administrasi dalam penerbitan
keputusan pemberian dan/atau sertifikat hak atas tanahnya atau
melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
13. Bahwa karena perolehan haknya cacat hukum maka cacat pula setiap pihak
yang menerima hak daripadanya, oleh karena itu sudah sewajarnya apabila
Majelis Hakim Pemeriksa Perkara aquo menyatakan bahwa Sertifikat hak
milik no 49 tahun 1962 jo. Sertifikat hak milik no 1343. Cacat Hukum
sehingga tidak sah.
14. DALAM PROVISI :
Bahwa karena perolehan hak atas tanah sengketa aquo cacat hukum
maka untuk menghindarkan dari penyalahgunaan maka Majelis Hakim
Pemeriksa Perkara memutuskan Dalam Provisi memerintahkan Badan
Pertanahan Nasional di Sukabumi untuk memblokir sertifikat hak milik
no 49 tahun 1962 jo. Sertifikat hak milik no 1343 aquo, sampai dengan
adanya pembatalan sertifikat aquo.
15. Bahwa Gugatan Rekonvensi ini didasarkan pada bukti-bukti otentik yang
mustahil dapat disangkal keabsahannya maka TERGUGAT
KONVENSI/PENGGUGAT REKONVENSI Mohon pada Majelis Pemeriksa
Perkara untuk menjatuhkan hukuman kepada PENGGUGAT
KONVENSI/TERGUGAT REKONVENSI untuk dapat dilaksanakan terlebih
dahulu (uitvoorbaar bij vooraad) meskipun ada perlawanan, Banding dan
Kasasi.
16.Bahwa adalah adil apabila PENGGUGAT KONVENSI/TERGUGAT
REKONVENSI sebagai pihak yang kalah untuk membayar biaya-biaya
perkara.

Bahwa berdasarkan dalil – dalil tersebut diatas jelas bahwa Gugatan Rekonvensi
TERGUGAT KONVENSI/PENGGUGAT REKONVENSI mengajukan permohonan
agar Majelis Pemeriksa Perkara aquo memutuskan :

I. DALAM EKSEPSI :

Mengabulkan Eksepsi TERGUGAT dan PARA TURUT TERGUGAT untuk


seluruhnya .

II. DALAM POKOK PERKARA :


A. DALAM KONVENSI

Halaman 25, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


1. Menyatakan Menolak Gugatan PENGGUGAT KONVENSI / TERGUGAT
REKONVENSI untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan tidak dapat
diterima.
2. Membebankan biaya perkara pada PENGGUGAT KONVENSI/TERGUGAT
REKONVENSI.
B. DALAM REKONVENSI :
1. Mengabulkan gugatan REKONVENSI untuk seluruhnya.
2. Menyatakan TERGUGAT KONVENSI/PENGGUGAT REKONVENSI menguasai
tanah sengketa aquo adalah berdasarkan hukum karena meneruskan
orangtuanya yang anggota Kepolisian RI yaitu RM Agoes Djojokoesoemo yang
telah wafat pada 14 Februari 2005 berdasarkan Surat Perintah/Instruksi Direktur
Sekolah Polisi Negara Sukabumi tertanggal 21 April 1959 no. istruksi nomor
26/bag.IV/1959, diperintahkan untuk menempati rumah dinas di jalan Bunut no 11
A. Kelurahan Kebon Jati, Kecamatan Sukabumi Utara, Kabupaten Sukabumi,
sekarang Jalan Siliwangi 75/55, saat ini menjadi Nomor : 81, Kelurahan Cikole,
Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi-Jawa Barat;
3. Menyatakan bahwa Kepemilikan tanah aquo oleh TURUT TERGUGAT VIII adalah
SAH berdasarkan :
a. DALUWARSA
b. AZAS KEMANFAATAN DAN KEADILAN (RECHTVERWERKING).
c. ketentuan pasal 1 peraturan “agrarisch besluit” yang diundangkan dalam
Lembaran Negara “Staatblaad” no 118 tahun 1870 (S. 1870-118).
d. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah Pasal
24 menentukan bahwa Penguasaan fisik selama 20 tahun atau lebih secara
berturut turut mendapat perlindungan hukum sebagai Pemilik sepanjang
dilakukan dengan itikad baik.
4. Menyatakan bahwa Bahwa LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN,
SH secara yuridis tidak memenuhi syarat untuk memperoleh hak atas tanah
negara dengan alasan sbb:
a. Bahwa berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria No. 1 Tahun 1960 yang
menganut hukum adat mensyaratkan penguasaan tanah aquo untuk dapat
memperoleh hak atas tanah atau dengan kata lain mensyaratkan adanya
hubungan keperdataan dengan tanah yang dimohonkan.
Bahwa sampai hari ini baik orang tua PENGGUGAT maupun PENGGUGAT
sendiri dalam perkara aquo belum pernah seharipun menguasai tanah
sengketa.

Halaman 26, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


b. Bahwa Peralihan hak yang dilakukan M. AMIN MAHMUD selaku pejabat
Kepala Kantor Perwakilan Balai Harta Peninggalan pada waktu itu kepada LIE
HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH merupakan
penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power/ onrehtmatig overheads
daad), karena :
b.1. tanah tersebut sudah secara sah dimiliki oleh TURUT TERGUGAT
VIII berdasarkan :
b.1.1. DALUWARSA
b.1.2. AZAS KEMANFAATAN DAN KEADILAN (RECHTVERWERKING)
b.1.3. ketentuan pasal 1 peraturan “agrarisch besluit” yang diundangkan
dalam Lembaran Negara “Staatblaad” no 118 tahun 1870 (S. 1870-
118).
b.1.4. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
Tanah Pasal 24 menentukan bahwa Penguasaan fisik selama 20
tahun atau lebih secara berturut turut mendapat perlindungan hukum
sebagai Pemilik sepanjang dilakukan dengan itikad baik.
b.2. Untuk melepaskan asset negara harus dengan ijin pimpinan
Lembaga/Instansi yang bersangkutan dan Menteri Keuangan.
b.3. Untuk Pengalihan Rumah Dinas harus seijin Menteri Pekerjaan Umum.
b.4. Keduanya mengetahui bahwa tanah sengketa aquo pada saat itu
dikuasai oleh TURUT TERGUGAT VIII sebagai Lembaga/Instansi
Pemerintah, dan di area tersebut sepanjang jalan dahulu dikuasai oleh
Polisi dan Militer tidak ada orang sipil yang menguasai tanah di
sepanjang jalan Bunut.
c. Bahwa pada saat menerima hak atas tanah aquo (Sertifikat hak milik no
49 tahun 1962) LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH baru
kira-kira 1 (satu) tahun masuk menjadi WARGA NEGARA INDONESIA
yaitu tanggal 5 Desember 1961 nomor 41027/60 (vide putusan perkara No.
14/Pts.Pdt.G/1990/PN. Smi, hal 2 point 2). Dari hal tersebut jelas ada
ketidakwajaran yang semakin menunjukan itikad buruk dari LIE HOK SING,
SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH.
d. Bahwa ketidakwajaran tersebut terlihat pula pada :
(1). tindakan membeli tanah tanpa menguasai tanahnya adalah tindakan
spekulasi dan patut dicurigai motifnya sehingga sudah seharusnya tidak
mendapat Perlindungan Hukum.

Halaman 27, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


(2). kepemilikan Sertifikat hak milik no 49 pada tahun 1962 merupakan
diskriminasi terhadap warga negara lainnya yang kesulitan mendapatkan
sertifikat.
e. LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH. termasuk orang-
orang yang bertujuan memperoleh keuntungan yang tidak semestinya
sebagaimana maksud diterbitkannya Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1958
Tentang Penghapusan Tanah Partikelir.
Bahwa dengan demikian jelas terbukti bahwa perolehan hak atas tanah oleh LIE
HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH : C A C A T H U K U M.
5. Menyatakan bahwa karena Sertifikat hak milik no 49 tahun 1962 perolehan
haknya cacat hukum maka cacat pula setiap pihak yang menerima hak
daripadanya, oleh karena itu Sertifikat hak milik no 49 tahun 1962 jo. Sertifikat
hak milik no 1343 atas nama PENGGUGAT dan SUAMINYA yang bernama
ASRUL HARUN : TIDAK SAH.
6. DALAM PROVISI :
Bahwa karena perolehan hak atas tanah sengketa aquo cacat hukum maka
untuk menghindarkan dari penyalahgunaan maka Majelis Hakim Pemeriksa
Perkara memutuskan Dalam Provisi memerintahkan Badan Pertanahan
Nasional di Sukabumi untuk memblokir sertifikat hak milik no 49 tahun 1962
jo. Sertifikat hak milik no 1343 aquo, sampai dengan adanya putusan hakim
Pengadilan Tata Usaha Negara membatalkan sertifikat aquo.
7. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun ada
perlawanan, banding dan kasasi.
8. Menyatakan bahwa adalah adil apabila PENGGUGAT KONVENSI/ TERGUGAT
REKONVENSI sebagai pihak yang kalah untuk membayar biaya-biaya perkara.
ATAU:
Mohon putusan yang seadil-adilnya.

Menimbang, bahwa atas surat gugatan dari Penggugat tersebut diatas.. Turut
Tergugat VIII dalam Jawabannya, pada pokoknya menyampaikan hal-hal sebagai
berikut :
DALAM EKSEPSI :
Bahwa TURUT TERGUGAT VIII mengajukan EKSEPSI sebagai berikut :
1. GUGATAN DALUWARSA :
a. Bahwa setelah Proklamasi Kemerdekaan RI tanah sengketa dimaksud
diambil alih oleh Pemerintah RI dan dijadikan rumah dinas diluar
kompleks Sekolah Polisi Negara RI sejak tahun 1945.

Halaman 28, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


b. Bahwa pada zaman pendudukan Nica juga dijadikan rumah dinas bagi
personil Politie School Sukabumi, kira-kira tahun 1947 s/d tahun 1950.
c. Bahwa setelah penyerahan kembali Kedaulatan RI kepangkuan
Pemerintah RI tanah sengketa tersebut diambil alih kembali oleh
Pemerintah RI dan tetap dijadikan rumah dinas Sekolah Polisi Negara
di Sukabumi sejak tahun 1950 hingga sekarang.
Bahwa berdasarkan pasal 1967 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
menentukan bahwa:
“Segala tuntutan hukum, baik yang bersifat perbendaan maupun yang bersifat
perseorangan, hapus karena daluwarsa dengan lewatnya waktu tiga puluh
tahun, sedangkan siapa yang menunjukkan akan adanya daluwarsa itu tidak
usah mempertunjukkan suatu alas hak, lagi pula tak dapatlah dimajukan
terhadapnya sesuatu tangkisan yang didasarkan kepada itikadnya yang buruk”
Dari hal tersebut jelas bahwa TURUT TERGUGAT VIII menguasai lebih dari
30 tahun dan baru sekarang tahun 2017 atau 72 tahun kemudian baru ada
gangguan.
Maka dari ketentuan diatas hak PENGGUGAT untuk menggugat gugur karena
DALUWARSA. Hal ini dikuatkan oleh Yurisprudensi-Yurisprudensi berikut :
a. “Apabila antara perbuatan hukum yang dapat dibatalkan/batal dan saat
pengajuan gugatan telah lewat 18 tahun, maka gugatan itu tidak dapat
dianggap diajukan dengan itikad baik”. Putusan MA No. 499K/Sip/1970 (4
Pebruari 1970):
b. “Menduduki tanah selama 20 tahun tanpa gangguan, sedang pihak lawan
selama itu membiarkan keadaan demikian, adalah persangkaan berat
bahwa pendudukan (bezit) itu adalah berdasarkan hukum”. Putusan RvJ
Jakarta 13 Januari 1939, T. 241:
c. “Menduduki tanah dalam waktu lama tanpa gangguan, sedangkan yang
menduduki tanah bertindak sebagai pemilik yang jujur mendapatkan
perlindungan hukum”. (Putusan RvJ Jakarta 12 Januari 1940, T 154 hal
269).
d. “Menurut ketentuan yang berlaku dalam BW suatu gugatan menjadi
kadaluwasa dalam waktu 30 tahun (Ps 835 BW)”. (MA 19 April 1972 No.
26K/Sip/1972).
e. “Dengan selama 24 tahun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan
Negeri tentang barang warisan dari ibunya, penggugat yang kemudian
mengajukan gugatan, dianggap telah melepaskan haknya” (Putusan
terhadap PT Surabaya, 24 Nopember 1952).

Halaman 29, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


f. “Dalam hukum adat tindakan yang menyebabkan pemindahan hak bersifat
contant, sedangkan pendaftaran menurut UUPA dan peraturan
pelaksanaannya bersifat administratif” (MA 29 Agustus 1970 No.
123K/Sip/1970.).
g. “Bahwa sekalipun penghibahan tanah-tanah sengketa oleh tergugat I
adalah tanpa ijin penggugat, namun karena Ia membiarkan tanah tersebut
dalam keadaan sekian lama, mulai 23 Oktober 1962 sampai gugatan
diajukan yakni 18 Juni 1971 (9 tahun), sikap penggugat harus dianggap
membenarkan keadaan tersebut.” (MA 21-1-1974 No. 695K/Sip/1973).
h. “mereka telah membiarkannya berlalu sampai tidak kurang dari 20 tahun
semasa hidupnya Daeng Patappu tersebut, suatu masa yang cukup lama
sehingga mereka dapat dianggap telah meninggalkan haknya yang
mungkin ada atas sawah sengketa, sedang tergugat pembanding dapat
dianggap telah memperoleh hak milik atas sawah sengketa”. (MA 9-12-
1975: No. 295K/Sip/1973).
Dengan demikian apapun yang menjadi dasar/pangkal gugatan aquo jelas-
jelas PENGGUGAT tidak dapat menggugat karena haknya telah DALUWARSA.
2. MELANGGAR AZAS KEMANFAATAN DAN KEADILAN
Bahwa TERGUGAT sudah menguasai tanah lebih dari 30 tahun atau 72 tahun
tanpa dipersoalkan PENGGUGAT berarti PENGGUGAT telah melepaskan haknya
secara diam-diam (rechtverwerking).
Sebagaimana Yurisprudensi MA sebagai berikut :
a. Yurisprudensi MA No. 329 K/Sip/1957 tanggal 24 September 1958
menegaskan :”orang yang membiarkan saja tanah menjadi haknya selama
18 tahun diuasai oleh orang lain dianggap telah melepaskan hak atas
tanah tersebut (rechtverwerking).
b. “Pertimbangan Pengadilan Tinggi yang dibenarkan MA. Karena para
penggugat terbanding telah selama 30 tahun lebih membiarkan tanah
sengketa dikuasai oleh almarhum Ny. Ratiem dan kemudian oleh anak-
anaknya, hak mereka sebagai ahli waris yang lain dari almarhum Atma
untuk menuntut tanah tersebut telah sangat lewat waktu
(rechtsverwerking)”.
c. “Keberatan yang diajukan penggugat untuk kasasi bahwa hukum adat
tidak mengenal daluwarsa dalam hal warisan tidak dapat dibenarkan,
karena gugatan telah ditolak bukan atas alasan daluwarsanya gugatan,
tetapi karena dengan berdiam diri selama 30 tahun lebih penggugat asal

Halaman 30, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


dianggap telah melepaskan haknya (rechtsverwerking)”. (MA11-12-1975
No. 200K/Sip/ 1974).
Catatan: Dari yurisprodensi MA ini membuktikan dari sisi akibat, bahwa
daluwarsa mempunyai persamaan dengan rechtsverwerking. Daluwarsa
mengacu pada lamanya waktu tertentu menyebabkan hapusnya hak disatu
pihak atau diperolehnya hak dipihak lain.Demikian juga rechtsverwerking
sebagaimana dalam hukum adat mengacu pada pelepasan hak yang
didasarkan berlangsungnya jangka waktu yang lama tertentu. Sementara
dipihak lain memperoleh/menimbulkan sesuatu hak. Substansi kedua-
duanya sama yakni
(1) bergantung pada lamanya waktu tertentu, dan
(2) akibat hukumnya juga sama yakni disatu pihak, hapusnya hak (hukum
perdata) atau pelepasan hak (hukum adat), dan dipihak lain
memperoleh hak.
d. “Orang yang membiarkan saja tanah menjadi haknya selama 18 tahun
dikuasai oleh orang lain dianggap telah melepaskan haknya atas tanah
tersebut (rechtsverwerking)”. (MA 24-9-1958. No. 329K/Sip/1957).
e. “Bahwa seandainya memang penggugat terbanding tidak berhak atas
tanah tersebut, kenyataan bahwa tergugat-tergugat sampai sekian lama
(27 tahun) menunggu untuk menuntut pengembalian tanah tersebut
menimbulkan anggapan hukum bahwa mereka telah melepaskan hak
mereka (rechtsverwerking)” (MA: 29-1-1976 No. 783K/Sip/1973).
f. “Pertimbangan Pengadilan Tinggi yang dibenarkan MA. Penggugat
terbanding yang telah menduduki tanah tersebut untuk waktu yang lama,
tanpa gangguan dan bertindak sebagai pemilik yang jujur (rechtshebende
te goeder trouw) harus dilindungi oleh hukum”. (MA 29-1-1976,
No.783K/Sip/1973)
3. GUGATAN ERROR IN SUBJECTO
a. Bahwa TURUT TERGUGAT VIII sekarang bukan SEKOLAH CALON
PERWIRA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (SECAPA POLRI) melainkan
SEKOLAH PEMBENTUKAN CALON PERWIRA KEPOLISIAN REPUBLIK
INDONESIA (SETUKPA POLRI) sehingga TURUT TERGUGAT VIII
seharusnya adalah ;
Pemerintah RI, Cq Kepolisian Negara RI, cq, Mabes Polri cq Direktorat
Pendidikan Polri cq Sekolah Pembentukan Calon Perwira Polri Sukabumi
b. Bahwa pemilik tanah aquo adalah TURUT TERGUGAT VIII bukan
TERGUGAT, TERGUGAT hanyalah bezitter yang menguasai tanah karena

Halaman 31, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


orang tuanya anggota Kepolisian yang dipindahkan ke Sukabumi dan
diperintah berdasarkan Surat Perintah/Instruksi Direktur Sekolah Polisi Negara
Sukabumi tertanggal 21 April 1959 no. istruksi nomor 26/bag.IV/1959 RM
Agoes Djojokoesoemo untuk menempati rumah dinas di jalan Bunut no 11 A.
dan karena orang tuanya wafat pada tanggal 14 Februari 2005 maka
TERGUGAT meneruskan penguasaan dari orang tuanya.
c. Dalam dalilnya point 18 yang menyatakan bahwa :”Bahwa karena objek
sengketa bukan milik Kepolisian Republik Indonesia cq, Mabes Polri cq
Direktorat Pendidikan Polri cq Sekolah Calon Perwira Polri, Sukabumi, maka
pemberian izin dan atau penunjukan R.M. Agoes Djojokoesoemo untuk
menempati objek sengketa merupakan perbuatan melawan hukum” dari dalil
tersebut jelas bahwa PENGGUGAT menganggap Pemerintah RI, Cq
Kepolisian Negara RI, cq, Mabes Polri cq Direktorat Pendidikan Polri cq
Sekolah Calon Perwira Polri, Sukabumi sebagai pihak yang melakukan
PERBUATAN MELAWAN HUKUM maka Kepolisian Republik Indonesia cq,
Mabes Polri cq Direktorat Pendidikan Polri cq Sekolah Calon Perwira Polri,
Sukabumi harus didudukan sebagai TERGUGAT bukan TURUT TERGUGAT
VIII.
d. Bahwa dalam identitas para pihak (comparisi) gugatan aquo PENGGUGAT
hanya 1 (satu) yaitu TAN TJOEN LAN alias MARIAH HARUN namun di dalam
petitum point 1. menyebut kata “PENGGUGAT I” dan “PENGGUGAT II”
demikian pula pada point 11. Menyebut :’...Sertifikat Hak Milik Nomor :49,
dibalik nama ke TAN TJOEN LAN alias MARIAH HARUN (PENGGUGAT I dan
ASRUL HARUN (PENGGUGAT II)...” selanjutnya point 17 juga menyebut :
“Sertifikat Hak Milik No. 1343 seluas 922m2 tercatat atas nama PENGGUGAT
I dan PENGGUGAT II”.
Dengan demikian jelas bahwa gugatan aquo adalah ERROR IN SUBJECTO.
4. GUGATAN KURANG PIHAK (Exceptie Lurium Litis Consortium)
Dalam dalilnya point 18 yang menyatakan bahwa :”Bahwa karena objek
sengketa bukan milik Kepolisian Republik Indonesia cq, Mabes Polri cq
Direktorat Pendidikan Polri cq Sekolah Calon Perwira Polri, Sukabumi, maka
pemberian izin dan atau penunjukan R.M. Agoes Djojokoesoemo untuk
menempati objek sengketa merupakan perbuatan melawan hukum” dari dalil
tersebut jelas bahwa PENGGUGAT menganggap Pemerintah RI, Cq
Kepolisian Negara RI, cq, Mabes Polri cq Direktorat Pendidikan Polri cq
Sekolah Calon Perwira Polri, Sukabumi sebagai pihak yang melakukan

Halaman 32, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


perbuatan yang melawan hukum maka seharusnya didudukan sebagai
TERGUGAT bukan TURUT TERGUGAT VIII.
Dengan demikian jelas bahwa gugatan aquo KURANG PIHAK.
5. GUGATAN OBSCUUR LIBEL / KABUR.
Bahwa PENGGUGAT mendalilkan :
5.1.Bahwa gugatan aquo adalah GUGATAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM
namun di dalam dalil dalil gugatan yang diajukan PENGGUGAT dari point 1
hingga point terakhir yakni point 25 tidak ada menyebut Peraturan
Perundang-undangan mana yang telah dilawan oleh TERGUGAT dan PARA
TURUT TERGUGAT, Pasal mana yang telah dilanggar, putusan pengadilan
mana yang menyatakan bahwa TERGUGAT dan PARA TURUT TERGUGAT
dihukum karena melanggar hukum ? dan/atau Hukum mana yang telah
dilawan.
5.2. Pada point 18. Yang berbunyi “Bahwa karena objek sengketa bukan milik
Kepolisian Republik Indonesia cq, Mabes Polri cq Direktorat Pendidikan Polri
cq Sekolah Calon Perwira Polri, Sukabumi, maka pemberian izin dan atau
penunjukan R.M. Agoes Djojokoesoemo untuk menempati objek sengketa
merupakan perbuatan melawan hukum”, bahwa yang dianggap melakukan
perbuatan melawan hukum adalah Kepolisian Republik Indonesia cq, Mabes
Polri cq Direktorat Pendidikan Polri cq Sekolah Calon Perwira Polri,
Sukabumi, seharusnya Kepolisian Republik Indonesia cq, Mabes Polri cq
Direktorat Pendidikan Polri cq Sekolah Calon Perwira Polri, Sukabumi juga
didudukan sebagai TERGUGAT bukan TURUT TERGUGAT VIII.
5.3. Substansi gugatan aquo adalah tentang kepemilikan hak atas tanah obyek
sengketa dengan demikian seharusnya gugatan aquo lebih tepat adalah
gugatan tentang KEABSAHAN KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH
SENGKETA bukan PERBUATAN MELAWAN HUKUM.
5.4. Bahwa dalam identitas para pihak (comparisi) gugatan aquo PENGGUGAT
hanya 1 (satu) orang yaitu TAN TJOEN LAN alias MARIAH HARUN namun di
sini menyebut kata “PENGGUGAT I” dan “PENGGUGAT II” (vide point 3.c.
DALAM EKSEPSI), siapa PENGGUGAT II?.
5.5. Dalil PENGGUGAT saling bertentangan antara :
Identitas Para Pihak (Comparisi) dan dalil gugatan point 16 :
Mendalilkan “alamat PARA TURUT TERGUGAT sekarang tidak diketahui.”
Sementara dalam dalil gugatan point 19 :
Mendalilkan bahwa “TURUT TERGUGAT I s/d VII menempati objek
sengketa” yang alamatnya jelas diketahui oleh PENGGUGAT.

Halaman 33, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Dari hal tersebut jelas bahwa menunjukan PENGGUGAT telah salah dalil
dalam mengajukan gugatan oleh karena itu mengakibatkan gugatan aquo
menjadi GUGATAN OBSCUUR LIBEL / KABUR.
6. GUGATAN PREMATUR (PREMATURE EXCEPTIE)
a. Gugatan terlalu dini diajukan karena TURUT TERGUGAT VIII tidak/
belum pernah menerima sommasi, sebagaimana lazimnya proses
beracara dalam perkara perdata. Sommasi mencerminkan pihak yang
beritikad baik. Sebagaimana diatur dalam Yurisprudensi MA, No. 2242
K/Pdt/2006 tanggal 12 Agustus 2009.
b. Bahwa SOMMASI yang dilakukan seharusnya berurutan dari SOMMASI I
kemudian dilanjutkan dengan SOMMASI II, tidak langsung SOMMASI
KEDUA sebagaimana dalil gugatan point 24.
Dengan demikian jelas bahwa gugatan GUGATAN PREMATUR (PREMATURE
EXCEPTIE)Dari hal-hal tersebut diatas jelas dapat disimpulkan bahwa Gugatan aquo
adalah : DALUWARSA, MELANGGAR AZAS KEMANFAATAN DAN KEADILAN,
ERROR IN SUBJECTO, KURANG PIHAK, OBSCUUR LIBEL / KABUR dan
PREMATUR oleh karena itu sudah sewajarnya apabila TURUT TERGUGAT VIII,
Mohon pada Majelis Hakim Pemeriksa Perkara untuk memutuskan : Mengabulkan
Eksepsi TURUT TERGUGAT VIII, untuk seluruhnya atau menolak atau setidak-
tidaknya menyatakan tidak diterima Gugatan ini.
II. DALAM POKOK PERKARA
A. DALAM KONVENSI :
TURUT TERGUGAT VIII menyampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa TURUT TERGUGAT VIII,menolak seluruh dasar dan alasan/dalil-dalil
Gugatan ini, kecuali hal-hal yang secara tegas diakuinya.
2. Bahwa apa yang disampaikan DALAM EKSEPSI juga merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari bagian DALAM POKOK PERKARA ini.
3. Bahwa menanggapi dalil point 1 gugatan PENGGUGAT adalah :
Bahwa dalam identitas para pihak (comparisi) gugatan aquo PENGGUGAT
hanya 1 (satu) orang yaitu TAN TJOEN LAN alias MARIAH HARUN namun di sini
menyebut kata “PENGGUGAT I” dan “PENGGUGAT II” (vide point 3.c. DALAM
EKSEPSI), siapa PENGGUGAT II?. Dalil ini mendukung EKSEPSI Tergugat
mengenai Gugatan ERROR IN SUBJECTO (vide point 3.c. ) dan OBSCUUR
LIBEL /KABUR, (vide : point 5.4).
4. Bahwa menanggapi dalil point 2 gugatan PENGGUGAT adalah : Bahwa dalam
identitas para pihak (comparisi) gugatan aquo yang ada hanya “PENGGUGAT”
saja tidak ada “PENGGUGAT I”.

Halaman 34, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


5. Bahwa menanggapi dalil point 2 sampai dengan 12 gugatan PENGGUGAT
adalah sebagai berikut:
a. Bahwa TURUT TERGUGAT VIII yakin Majelis Hakim Pemeriksa Perkara
begitu membaca gugatan PENGGUGAT telah “mencium” gelagat kurang baik
bahwa PENGGUGAT yang bersuamikan orang yang berlatar belakang mantan
Notaris menggunakan “modus” menggunakan akta hibah, akta waris, akta
penolakan warisan, untuk menyingkirkan ahli-ahli waris yang lain, sementara
PENGGUGAT bukanlah ahli waris langsung dari LIE HOK SING, SH. Alias
MUHAMMAD ALI HUSIN, SH dan TAN SWAN NIO.
b. Berkaitan dengan tanah warisan asal LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD
ALI HUSIN, SH kepada PENGGUGAT yang berupa tanah dan rumah yang
terletak, dahulu jalan Bunut 11, Kelurahan Kebon Jati, Kecamatan Sukabumi
Utara, Kabupaten Sukabumi, sekarang Jalan Siliwangi 75/55, saat ini menjadi
Nomor : 81, Kelurahan Cikole, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi-Jawa Barat
(selanjutnya disebut Tanah Sengketa) adalah tidak benar/cacat hukum dari
segi cara perolehan haknya.
Bahwa Tanah Sengketa diperoleh LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD
ALI HUSIN, SH pada masa perkawinannya dengan TAN SWAN NIO. berasal dari
tanah partikelir yaitu tanah dengan hak Eigendom Verponding atas nama Ny.
Helena Zeehandelaar (vide Surat Ukur Agraria Bandung tanggal 6 Maret 1906
nomor: 64 yang diperbaharui tanggal 26 Oktober 1926 nomor : 373.
Bahwa LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH patut diduga
bersekongkol dengan M. AMIN MAHMUD yang pada waktu itu menjabat Kepala
Kantor Perwakilan Balai Harta Peninggalan Sukabumi, sebagaimana diketahui
bahwa sebagai Kepala Kantor Perwakilan Balai Harta Peninggalan Sukabumi, M.
AMIN MAHMUD mempunyai wewenang untuk menguasai dan mengelola tanah-
tanah partikelir yang ditinggalkan pemiliknya atau tidak diketahui pemiliknya
sebagaimana Undang-undang RI No. 1 tahun 1958 tentang Penghapusan tanah
tanah Partikelir Pasal 2.2.
Bahwa diam-diam M. AMIN MAHMUD mengalihkan tanah aquo kepada LIE
HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH. padahal diketahui tanah
aquo dikuasai oleh TURUT TERGUGAT VIII dan di area tersebut sepanjang jalan
dahulu dikuasai oleh Polisi dan Militer tidak ada orang sipil yang menguasai
tanah di sepanjang jalan Bunut.
Bahwa berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria No. 1 Tahun 1960 yang
menganut hukum adat mensyaratkan penguasaan tanah untuk dapat

Halaman 35, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


memperoleh hak atas tanah atau dengan kata lain mensyaratkan adanya
hubungan keperdataan dengan tanah yang dimohonkan.
Hal tersebut diperkuat dengan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian
dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan Pasal 4 ayat 1
yang berbunyi :
”Sebelum mengajukan Permohonan Hak, pemohon harus menguasai tanah
yang dimohon dibuktikan dengan data yuridis dan data fisik sesai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku”.
Bahwa pada Proposal Perdamaian PENGGUGAT tanggal 3 Oktober 2017
point 3. PENGGUGAT mengakui bahwa tanah aquo sudah 58 tahun lamanya
Penggugat tidak menguasai.
Bahwa bahkan sampai hari ini baik orang tua PENGGUGAT maupun
PENGGUGAT sendiri dalam perkara aquo belum pernah seharipun menguasai
tanah sengketa.
Untuk itu jelas bahwa M. AMIN MAHMUD yang pada waktu itu menjabat
Kepala Kantor Perwakilan Balai Harta Peninggalan telah salah menjual atau
mengalihkan tanah negara yang sudah dikuasai oleh Lembaga Negara / Instansi
yaitu TURUT TERGUGAT VIII kepada LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD
ALI HUSIN, SH.
Bahwa dari alasan tersebut diatas jelas bahwa M. AMIN MAHMUD selaku
pejabat Kepala Kantor Perwakilan Balai Harta Peninggalan dan LIE HOK SING,
SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH mengetahui bahwa tanah sengketa pada
saat itu dikuasai olek TURUT TERGUGAT VIII, dengan demikian LIE HOK SING,
SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH merupakan pembeli yang beritikad buruk.
Sedangkan M. AMIN MAHMUD telah melakukan penyalahgunaan kekuasaan
(abuse of power/onrehtmatigoverheadsdaad), hal ini membuktikan bahwa
perolehan tanah oleh LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH : C
ACAT H U K U M.
Bahwa kondisi C A C A T H U K U M diatas memenuhi ketentuan dalam
BAB VI Tentang TATA CARA PEMBATALAN HAK ATAS TANAH, Bagian Kesatu
UMUM, Pasal 104 ayat :
(1) Pembatalan Hak Atas Tanah meliputi pembatalan Keputusan
Pemberian Hak, sertifikat hak atas tanah keputusan pemberian hak dalam rangka
pengaturan penguasaan tanah.
(2) Pembatalan Hak Atas Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan karena ada cacat hukum administrasi dalam penerbitan keputusan

Halaman 36, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


pemberian dan/atau sertifikat hak atas tanahnya atau melaksanakan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
6. Bahwa menanggapi dalil point 13 gugatan PENGGUGAT adalah TIDAK BENAR
bahwa tanah sengketa aquo dikuasai atau ditempati oleh RM Agoes
Djojokoesoemo, yang benar adalah tanah sengketa aquo sekarang dikuasai oleh
TERGUGAT.
Dasar penguasaan TERGUGAT adalah meneruskan dari orang tuanya RM
Agoes Djojokoesoemo yang telah wafat pada 14 Februari 2005.
Bahwa almarhum RM Agoes Djojokoesoemo menguasai tanah sengketa
aquo karena selaku anggota Kepolisian RI pada tahun 1959 dialihtugaskan ke
Sukabumi yang kemudian berdasarkan Surat Perintah/Instruksi Direktur Sekolah
Polisi Negara Sukabumi tertanggal 21 April 1959 no. istruksi nomor
26/bag.IV/1959 RM Agoes Djojokoesoemo diperintahkan untuk menempati
rumah dinas di jalan Bunut no 11 A.
7. Bahwa menanggapi dalil point 14 gugatan PENGGUGAT adalah TIDAK BENAR,
tidak ada PENGGUGAT II, siapa itu PENGGUGAT II? Dalam perkara aquo tidak
ada PENGGUGAT II yang ada hanya PENGGUGAT saja !
Bahwa hal ini menguatkan dalil TURUT TERGUGAT VIII bahwa gugatan
ERROR IN SUBJECTO. (Vide Dalam Eksepsi; ERROR IN SUBJECTO point
3.c.)
8. Bahwa menanggapi dalil point 15 & 16 gugatan PENGGUGAT adalah
TIDAK BENAR. Bahwa nama dari ahli waris RM Agoes Djojokoesoemo
adalah salah.
9. Bahwa menanggapi dalil point 17. gugatan PENGGUGAT adalah Benar,
Sertifikat merupakan bukti kepemilikan namun bukan merupakan bukti MUTLAK,
maka sertifikat hak milik yang cacat hukum perolehan haknya dapat
DIBATALKAN ! (vide point 5.b. diatas).
10. Bahwa dalam gugatan aquo tidak ada PENGGUGAT I dan II, hal ini menguatkan
dalil TERGUGAT bahwa gugatan ERROR IN SUBJECTO. (Vide Dalam Eksepsi;
ERROR IN SUBJECTO point 3.c.).
11. Bahwa menanggapi dalil point 18 gugatan PENGGUGAT adalah bahwa dalil
PENGGUGAT memperkuat dalil TERGUGAT vide DALAM EKSEPSI; ERROR IN
SUBJECTO point 3.b dan GUGATAN KABUR/OBSCUUR LIBEL point 5.1.
PENGGUGAT tidak ada menyebut Peraturan Perundang-undangan mana
yang telah dilawan oleh TURUT TERGUGAT VIII, Pasal mana yang telah
dilanggar, putusan pengadilan mana yang menyatakan bahwa oleh TURUT

Halaman 37, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


TERGUGAT VIII dihukum karena melanggar hukum ? dan/atau Hukum mana
yang telah dilawan.
12. Bahwa menanggapi dalil point 19. gugatan PENGGUGAT adalah TIDAK
BENAR, bahwa yang menempati hanyalah TERGUGAT tidak termasuk PARA
TURUT TERGUGAT. Kalau seandainya PARA TURUT TERGUGAT menempati
ditanah sengketa aquo seharusnya PENGGUGAT tahu dengan jelas alamat
PARA TURUT TERGUGAT, dari hal tersebut PENGGUGAT mematahkan
dalilnya sendiri mengenai ALAMAT PARA TURUT TERGUGAT, pada bagian
identitas para pihak, PENGGUGAT mendalilkan alamat PARA TERGUGAT
sekarang tidak diketahui alamatnya namun disini PENGGUGAT mendalilkan
PARA TERGUGAT menempati tanah obyek sengketa yang alamatnya diketahui
oleh PENGGUGAT !
13. Bahwa menanggapi dalil point 20. gugatan PENGGUGAT adalah TIDAK
BENAR, bahwa sejak adanya perkara No. 14/Pts.Pdt.G/1990/PN. Smi,
PENGGUGAT telah mengetahui dasar penguasaan tanah oleh orangtua
TERGUGAT, seharusnya PENGGUGAT membicarakannya dengan TURUT
TERGUGAT VIII i.c. KEPOLISIAN RI bukan dengan TERGUGAT !
PENGGUGAT tidak dapat menyebutkan Peraturan Perundang-undangan mana
yang telah dilawan oleh TERGUGAT, Pasal mana yang telah dilanggar, putusan
pengadilan mana yang menyatakan bahwa oleh TERGUGAT dihukum karena
melanggar hukum ? dan/atau Hukum mana yang telah dilawan.
Bahwa dalil PENGGUGAT tersebut memperkuat dalil TERGUGAT vide DALAM
EKSEPSI; ERROR IN SUBJECTO point 3.e dan GUGATAN KABUR/
OBSCUUR LIBEL point 6.2.
14. Bahwa menanggapi dalil point 21. gugatan PENGGUGAT adalah TIDAK
BENAR, bahwa tidak ada PENGGUGAT I dan PENGGUGAT II dalam perkara
aquo adanya PENGGUGAT, tidak ada pula yang harus dibayar oleh TERGUGAT
karena TERGUGAT tidak merugikan siapapun, TERGUGAT bertanggungjawab
kepada TURUT TERGUGAT VIII.
15. Bahwa menanggapi dalil point 22 s/d 24 gugatan PENGGUGAT adalah TIDAK
BENAR, sebagaimana point 13. diatas PENGGUGAT telah keliru / error
seharusnya menyelesaikannya dengan TURUT TERGUGAT VIII bukan dengan
TERGUGAT !
16. Bahwa menanggapi dalil point 25 gugatan PENGGUGAT harus ditolak, Mohon
kiranya Majelis berhati-hati dan dengan sungguh-sungguh memperhatikan Surat
Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2000 tentang Putusan Serta Merta (uit
voorbar bij vooraad) dan Provisionil terutama yang berkaitan dengan Putusan

Halaman 38, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Serta Merta (uit voorbar bij vooraad), Setiap kali akan melaksanakan Putusan
Putusan Serta Merta (uit voorbar bij vooraad) harus disertai Penetapan
sebagaimana diatur dalam butir 7 Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun
2000. Dari Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2000 tersebut diatas
maka meskipun ada Surat Edaran Mahkamah Agung terbaru yang menyangkut
Putusan Serta Merta (uit voorbar bij vooraad), yaitu Surat Edaran Mahkamah
Agung No. 4 Tahun 2001 tanggal 20 Agustus 2001, Surat Edaran Mahkamah
Agung tersebut hanya mempertegas Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3
Tahun 2000 yang menyatakan bahwa tanpa jaminan yang disebut dalam dalam
butir 7 Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2000 tidak boleh ada
pelaksanaan Putusan Serta Merta (uit voorbar bij vooraad).
Berdasarkan dalil – dalil tersebut diatas maka TERGUGAT dan PARA TURUT
TERGUGAT mengajukan permohonan agar Majelis Pemeriksa Perkara aquo
menolak gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan
tidak diterima.
B. DALAM REKONVENSI :
Bahwa apa yang tertuang dalam Eksepsi dan Konvensi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Gugatan Rekonvensi ini :
1. Bahwa tanah sengketa berasal dari tanah Eigendom Verponding atas nama
Nyonya Helena Zeehandelaar, geboeren Amstel Nederland (berdasarkan
Surat Ukur Agraria Bandung tanggal 6 Maret 1906 nomor 64 yang diperbarui
pada tanggal 26 Oktober 1926 nomor 375).
2. Bahwa kemudian tanah tersebut dikuasai Pemerintah Belanda, dikenal
sebagai persil jalan Bunut nomor: 11 di Sukabumi.
3. Bahwa sewaktu perang dunia ke-II tanah sengketa aquo dikuasai Bala Tentara
Jepang, dijadikan rumah dinas bagi personil dari Keisatsu Gakko, yaitu
Sekolah Polisi dizaman pendudukan tentara Jepang di Indonesia kira-kira
tahun 1942 s/d 1945.
4. Bahwa setelah Proklamasi Kemerdekaan RI tanah sengketa dimaksud diambil
alih oleh Pemerintah RI dan tetap dijadikan rumah dinas Sekolah Polisi Negara
RI kira-kira tahun 1945 s/d tahun 1947.
5. Bahwa pada zaman pendudukan Nica juga dijadikan rumah dinas bagi personil
Politie School Sukabumi, kira-kira tahun 1947 s/d tahun 1950.
6. Bahwa setelah penyerahan kembali Kedaulatan RI kepangkuan Pemerintah
RI tanah sengketa tersebut diambil alih kembali oleh Pemerintah RI dan tetap
dijadikan rumah dinas Sekolah Polisi Negara di Sukabumi sejak tahun 1950
hingga sekarang.

Halaman 39, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


7. Bahwa Penguasaan tanah sengketa aquo oleh TURUT TERGUGAT VIII sejak
sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1960 tentang Pokok-
Pokok Agraria sehingga tunduk pada ketentuan pasal 1 peraturan “agrarisch
besluit” yang diundangkan dalam Lembaran Negara “Staatblaad” no 118 tahun
1870 (S. 1870-118), dimana ketentuan tersebut membagi 2 mengenai “Tanah
Negara Bebas” yaitu : (diposting pada tanggal 9 Agustus 2008 oleh Budi
Djatmiko)
a. Tanah menjadi tanah negara bebas karena dibebaskan dari hak milik rakyat
oleh suatu instansi/departemen, dianggap tanah negara dibawah
penguasaan departemen yang membebaskannya.
b. Tanah negara bebas yang tidak ada penguasaan secara nyata diserahkan
kepada suatu departemen, dianggap bahwa tanah tersebut dimasukkan
kedalam penguasaan departemen dalam negeri (Binnen van bestuur)
Dari hal tersebut jelas bahwa penguasaan tanah sengketa aquo oleh TURUT
TERGUGAT VIII adalah sah sesuai dengan ketentuan Tanah Negara Bebas
point a. diatas.
8. Bahwa tanah sengketa aquo adalah merupakan tanah dengan pekarangan
luas 2374 m2 dimana diatasnya terdapat 2 bangunan yang dibangun pada
tahun 1906 berupa :
8.1. Sebuah bangunan induk / hoof gebouw. (Luas 1452 m2).
Dibangun semi permanen, dikenal dengan jalan bunut nomor 11 Sukabumi.
8.2 Sebuah bangunan sampingan/paviliun. (Luas 922 m2)
Dibangun dari bilik bambu dan kayu, dikenal dengan jalan bunut nomor 11A
Sukabumi.
9. Bahwa setelah diambil alih kembali tanah sengketa aquo oleh Pemerintah RI :
Rumah Induk dihuni berturut turut oleh anggota Kepolisian RI yaitu oleh :
a. Tahun 1950-1957 AKBP R. Broto Moerdokoesoemo.
b. Tahun 1957-1961 AKBP R. Soewarja Atmasapoetra.
c. Tahun 1961-1963 dr. Soeroto/dokter SPN Sukabumi.
d. Tahun 1963-1979 Inspektur I Slamet.
Bahwa kemudian pada tahun 1979 bangunan induk dijual oleh Inspektur I
Slamet bersama LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH
dengan tanpa sepengetahuan dinas.
Untuk Paviliun dihuni berturut turut oleh anggota Kepolisian RI yaitu oleh :
a. Tahun 1950 s/d 1953 Komisaris I.R. SOEDIBJO,
b. Tahun 1953 s/d 1959 Ajun Komisaris Polisi R. MARKONO.

Halaman 40, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Bahwa pada Tahun 1959 orang tua TERGUGAT dialihtugaskan ke
Sukabumi yang kemudian berdasarkan Surat Perintah/Instruksi Direktur
Sekolah Polisi Negara Sukabumi tertanggal 21 April 1959 no. istruksi nomor
26/bag.IV/1959 orang tua TERGUGAT diperintahkan untuk menempati rumah
dinas di jalan Bunut no 11 A.
Dasar penguasaan TERGUGAT adalah meneruskan dari orang tuanya RM
Agoes Djojokoesoemo yang telah wafat pada 14 Februari 2005.
10. Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah Pasal 24 menentukan bahwa Penguasaan fisik selama
20 tahun atau lebih secara berturut turut mendapat perlindungan hukum
sebagai Pemilik sepanjang dilakukan dengan itikad baik. Bahwa ketentuan ini
memperkuat penguasaan tanah sengketa oleh TURUT TERGUGAT VIII
melalui orangtua TERGUGAT yang diteruskan oleh TERGUGAT adalah
berdasarkan hukum.
11. Bahwa sampai sekarang Pajak Bumi dan Bangunan dibayar oleh
TERGUGAT.
12. Bahwa rupanya ada pihak-pihak yang lolos dari pengawasan Menteri Agraria
yaitu Pengawasan terhadap mutasi-mutasi mengenai tanah dan mencatat
mutasi-mutasi tanah dan melindungi kepentingan para pemegang tanah guna
mencegah perbuatan orang-orang yang bertujuan memperoleh keuntungan
yang tidak semestinya sebagaimana maksud diterbitkannya Undang-Undang
RI Nomor 1 Tahun 1958 Tentang Penghapusan Tanah Partikelir.
Bahwa LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH
bersekongkol dengan M. AMIN MAHMUD yang pada waktu itu menjabat
Kepala Kantor Perwakilan Balai Harta Peninggalan mengalihkan tanah negara
i.c tanah sengketa kepada LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI
HUSIN, SH.
Bahwa LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH secara yuridis
tidak memenuhi syarat untuk memperoleh hak atas tanah negara dengan alasan sbb
a. Bahwa berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria No. 1 Tahun 1960 yang
menganut hukum adat mensyaratkan penguasaan tanah, untuk dapat
memperoleh hak atas tanah atau dengan kata lain mensyaratkan adanya
hubungan keperdataan dengan tanah yang dimohonkan.
Hal tersebut diperkuat dengan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian dan
Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan Pasal 4 ayat 1 yang
berbunyi :

Halaman 41, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


”Sebelum mengajukan Permohonan Hak, pemohon harus menguasai tanah yang
dimohon dibuktikan dengan data yuridis dan data fisik sesai dengan ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku”.
Bahwa PENGGUGAT mengakui tidak menguasai tanah sengketa aquo pada :
a.1. point 12 Hal 4 Putusan Pengadilan Negeri Sukabumi No.
14/Pts.Pdt.G/1990/PN. Smi yang telah inkracht, orang tua PENGGUGAT
selaku PENGGUGAT mengakui bahwa :”bahwa sekitar tahun 1959 si pemilik
tidak berada di kota Sukabumi sehingga rumah dan tanah tersebut kosong
maka rumah serta pekarangan tersebut ditempati orang lain selain
penggugat, yang sebenarnya tidak berhak atas tanah dan rumah tersebut”.
a.2. pada Proposal Perdamaian PENGGUGAT tanggal 3 Oktober 2017 point 3.
PENGGUGAT mengakui bahwa tanah aquo sudah 58 tahun lamanya
Penggugat tidak menguasai.
Bahwa bahkan sampai hari ini baik orang tua PENGGUGAT maupun
PENGGUGAT sendiri dalam perkara aquo belum pernah seharipun
menguasai tanah sengketa.
Untuk itu jelas bahwa M. AMIN MAHMUD yang pada waktu itu menjabat
Kepala Kantor Perwakilan Balai Harta Peninggalan TELAH SALAH
mengalihkan tanah negara yang dikuasai TURUT TERGUGAT VIII kepada LIE
HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH yang tidak memenuhi
syarat untuk memperoleh hak atas tanah negara.
Bahwa M. AMIN MAHMUD selaku pejabat Kepala Kantor Perwakilan Balai
Harta Peninggalan dan LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH
mengetahui bahwa tanah sengketa pada saat itu dikuasai olek TURUT
TERGUGAT VIII, dan di area tersebut sepanjang jalan dahulu dikuasai oleh Polisi
dan Militer tidak ada orang sipil yang menguasai tanah di sepanjang jalan Bunut.
Dengan demikian LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH
merupakan pembeli yang beritikad buruk.
b. Bahwa pada saat menerima hak atas tanah aquo (Sertifikat hak milik no 49
tahun 1962) LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH baru kira-
kira 1 (satu) tahun masuk menjadi WARGA NEGARA INDONESIA yaitu tanggal 5
Desember 1961 nomor 41027/60 (vide putusan perkara No.
14/Pts.Pdt.G/1990/PN. Smi, hal 2 point 2). Dari hal tersebut jelas ada
ketidakwajaran yang semakin menunjukan itikad buruk dari LIE HOK SING, SH.
Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH.
c. Bahwa ketidakwajaran tersebut terlihat pula pada :

Halaman 42, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


(1). tindakan membeli tanah tanpa menguasai tanahnya adalah tindakan
spekulasi sehingga sudah seharusnya tidak mendapat Perlindungan Hukum,
sebagaimana banyak terjadi di kota-kota lain di Indonesia.
(2) Kepemilikan Sertifikat hak milik no 49 pada tahun 1962 adalah merupakan
Diskriminasi terhadap Warga Negara lainnya, Sungguh Istimewa ditahun
1962 sudah memiliki sertifikat sementara sampai hari ini orang akan
membuat sertifikat tidaklah mudah !
(3) LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH. termasuk orang-
orang yang bertujuan memperoleh keuntungan yang tidak semestinya
sebagaimana maksud diterbitkannya Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun
1958 Tentang Penghapusan Tanah Partikelir.
Bahwa dengan demikian jelas terbukti M. AMIN MAHMUD telah melakukan
penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power/onrehtmatigoverheadsdaad),
karena tanah tersebut sudah secara sah dimiliki oleh TURUT TERGUGAT VIII
berdasarkan :
a. ketentuan pasal 1 peraturan “agrarisch besluit” yang diundangkan dalam
Lembaran Negara “Staatblaad” no 118 tahun 1870 (S. 1870-118).
b. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
Pasal 24 menentukan bahwa Penguasaan fisik selama 20 tahun atau lebih
secara berturut turut mendapat perlindungan hukum sebagai Pemilik
sepanjang dilakukan dengan itikad baik.
c. Ketentuan untuk melepaskan asset negara harus dengan ijin pimpinan
Lembaga/Instansi yang bersangkutan dan Menteri Keuangan.
d. Untuk Pengalihan Rumah Dinas harus seijin Menteri Pekerjaan Umum.
hal ini membuktikan bahwa perolehan tanah oleh LIE HOK SING, SH.
Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH : C A C A T H U K U M.
Bahwa kondisi C A C A T H U K U M diatas memenuhi ketentuan dalam
BAB VI Tentang TATA CARA PEMBATALAN HAK ATAS TANAH, Bagian
Kesatu UMUM, Pasal 104 ayat :
(1) Pembatalan Hak Atas Tanah meliputi pembatalan Keputusan Pemberian
Hak, sertifikat hak atas tanah keputusan pemberian hak dalam rangka
pengaturan penguasaan tanah.
(2) Pembatalan Hak Atas Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan karena ada cacat hukum administrasi dalam penerbitan
keputusan pemberian dan/atau sertifikat hak atas tanahnya atau
melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.

Halaman 43, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


13. Bahwa karena perolehan haknya cacat hukum maka cacat pula setiap pihak
yang menerima hak daripadanya, oleh karena itu sudah sewajarnya apabila
Majelis Hakim Pemeriksa Perkara aquo menyatakan bahwa Sertifikat hak
milik no 49 tahun 1962 jo. Sertifikat hak milik no 1343. Cacat Hukum
sehingga tidak sah.
14. Bahwa karena PENGGUGAT sekarang meneruskan usaha dari LIE HOK
SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH yang berusaha melenyapkan/
menghilangkan/ mengalihkan/menggelapkan asset TURUT TERGUGAT VIII
dan merupakan tindak pidana penggelapan (pasal 372 KUHP) maka TURUT
TERGUGAT VIII Mensommir / Menegur PENGGUGAT untuk menghentikan
usaha-usaha tersebut dalam waktu 7 x 24 jam sejak tanggal Gugatan
Rekonvensi ini dan mereserve hak-hak TURUT TERGUGAT VIII untuk
memproses secara pidana!
15. DALAM PROVISI :
Bahwa karena perolehan hak atas tanah sengketa aquo cacat hukum
dan melanggar ketentuan mengenai tanah absente maka untuk
menghindarkan dari penyalahgunaan maka Majelis Hakim Pemeriksa
Perkara memutuskan Dalam Provisi memerintahkan Badan Pertanahan
Nasional di Sukabumi untuk memblokir sertifikat hak milik no 49 tahun 1962
jo. Sertifikat hak milik no 1343 aquo, sampai dengan adanya pembatalan
sertifikat aquo.
16. Bahwa Gugatan Rekonvensi ini didasarkan pada bukti-bukti otentik yang
mustahil dapat disangkal keabsahannya maka TERGUGAT
KONVENSI/PENGGUGAT REKONVENSI Mohon pada Majelis Pemeriksa
Perkara untuk menjatuhkan hukuman kepada PENGGUGAT
KONVENSI/TERGUGAT REKONVENSI untuk dapat dilaksanakan terlebih
dahulu (uitvoorbaar bij vooraad) meskipun ada perlawanan, Banding dan
Kasasi.
17. Bahwa adalah adil apabila PENGGUGAT KONVENSI/TERGUGAT
REKONVENSI sebagai pihak yang kalah untuk membayar biaya-biaya
perkara.
Bahwa berdasarkan dalil – dalil tersebut diatas jelas bahwa Gugatan
Rekonvensi TERGUGAT KONVENSI/PENGGUGAT REKONVENSI mengajukan
permohonan agar Majelis Pemeriksa Perkara aquo memutuskan :
I. DALAM EKSEPSI :
Mengabulkan Eksepsi TERGUGAT dan PARA TURUT TERGUGAT untuk seluruhnya
II. DALAM POKOK PERKARA :

Halaman 44, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


A. DALAM KONVENSI
1. Menyatakan Menolak Gugatan PENGGUGAT KONVENSI/TERGUGAT
REKONVENSI untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan tidak
dapat diterima.
2. Membebankan biaya perkara pada PENGGUGAT KONVENSI/TERGUGAT
REKONVENSI.
C. DALAM REKONVENSI :
1. Mengabulkan gugatan REKONVENSI untuk seluruhnya.
2. Menyatakan TERGUGAT KONVENSI/PENGGUGAT REKONVENSI menguasai
tanah sengketa aquo adalah berdasarkan hukum karena meneruskan
orangtuanya yang anggota Kepolisian RI yaitu RM Agoes Djojokoesoemo yang
telah wafat pada 14 Februari 2005 berdasarkan Surat Perintah/Instruksi Direktur
Sekolah Polisi Negara Sukabumi tertanggal 21 April 1959 no. istruksi nomor
26/bag.IV/1959, diperintahkan untuk menempati rumah dinas di jalan Bunut no
11 A. Kelurahan Kebon Jati, Kecamatan Sukabumi Utara, Kabupaten Sukabumi,
sekarang Jalan Siliwangi 75/55, saat ini menjadi Nomor : 81, Kelurahan Cikole,
Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi-Jawa Barat
3. Menyatakan bahwa Kepemilikan tanah aquo oleh TURUT TERGUGAT VIII
adalah SAH berdasarkan :
a. DALUWARSA
b. RECHTVERWERKING
c. ketentuan pasal 1 peraturan “agrarisch besluit” yang diundangkan dalam
Lembaran Negara “Staatblaad” no 118 tahun 1870 (S. 1870-118).
d. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah Pasal
24 menentukan bahwa Penguasaan fisik selama 20 tahun atau lebih secara
berturut turut mendapat perlindungan hukum sebagai Pemilik sepanjang
dilakukan dengan itikad baik.
4. Menyatakan bahwa Bahwa LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN,
SH secara yuridis tidak memenuhi syarat untuk memperoleh hak atas tanah
negara dengan alasan sbb:

a. Bahwa berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria No. 1 Tahun 1960 yang


menganut hukum adat mensyaratkan penguasaan tanah aquo untuk dapat
memperoleh hak atas tanah atau dengan kata lain mensyaratkan adanya
hubungan keperdataan dengan tanah yang dimohonkan.
Bahwa sampai hari ini baik orang tua PENGGUGAT maupun PENGGUGAT
sendiri dalam perkara aquo belum pernah seharipun menguasai tanah
sengketa.
b. Bahwa Peralihan hak yang dilakukan M. AMIN MAHMUD selaku pejabat
Kepala Kantor Perwakilan Balai Harta Peninggalan pada waktu itu kepada LIE
HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH merupakan
penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power/onrehtmatigoverheadsdaad),
karena :
b.1. tanah tersebut sudah secara sah dimiliki oleh TURUT TERGUGAT VIII
berdasarkan :
b.1.1. DALUWARSA

Halaman 45, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


b.1.2. RECHTVERWERKING
b.1.3. ketentuan pasal 1 peraturan “agrarisch besluit” yang diundangkan dalam
Lembaran Negara “Staatblaad” no 118 tahun 1870 (S. 1870-118).
b.1.4. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
Pasal 24 menentukan bahwa Penguasaan fisik selama 20 tahun atau lebih
secara berturut turut mendapat perlindungan hukum sebagai Pemilik
sepanjang dilakukan dengan itikad baik.
b.3. Untuk melepaskan asset negara harus dengan ijin pimpinan
Lembaga/Instansi yang bersangkutan dan Menteri Keuangan.
b.4. Untuk Pengalihan Rumah Dinas harus seijin Menteri Pekerjaan Umum.
b.5. Keduanya mengetahui bahwa tanah sengketa aquo pada saat itu
dikuasai oleh TURUT TERGUGAT VIII, dan di area tersebut sepanjang
jalan dahulu dikuasai oleh Polisi dan Militer tidak ada orang sipil yang
menguasai tanah di sepanjang jalan Bunut.
c. Bahwa pada saat menerima hak atas tanah aquo (Sertifikat hak milik no 49
tahun 1962) LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH baru kira-
kira 1 (satu) tahun masuk menjadi WARGA NEGARA INDONESIA yaitu
tanggal 5 Desember 1961 nomor 41027/60 (vide putusan perkara No.
14/Pts.Pdt.G/1990/PN. Smi, hal 2 point 2). Dari hal tersebut jelas ada
ketidakwajaran yang semakin menunjukan itikad buruk dari LIE HOK SING,
SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH.
c. Bahwa ketidakwajaran tersebut terlihat pula pada :
(1). tindakan membeli tanah tanpa menguasai tanahnya adalah tindakan
spekulasi dan patut dicurigai motifnya sehingga sudah seharusnya tidak
mendapat Perlindungan Hukum.
(2). kepemilikan Sertifikat hak milik no 49 pada tahun 1962 merupakan
diskriminasi terhadap warga negara lainnya yang kesulitan mendapatkan
sertifikat.
d. LIE HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH. termasuk orang-orang
yang bertujuan memperoleh keuntungan yang tidak semestinya sebagaimana
maksud diterbitkannya Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1958 Tentang
Penghapusan Tanah Partikelir.
Bahwa dengan demikian jelas terbukti bahwa perolehan hak atas tanah oleh LIE
HOK SING, SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN, SH : CACAT HUKUM.
4. Menyatakan bahwa karena Sertifikat hak milik no 49 tahun 1962 perolehan
haknya cacat hukum maka cacat pula setiap pihak yang menerima hak
daripadanya, oleh karena itu Sertifikat hak milik no 49 tahun 1962 jo. Sertifikat
hak milik no 1343 atas nama PENGGUGAT dan SUAMINYA yang bernama
ASRUL HARUN : TIDAK SAH.
5. DALAM PROVISI :

Halaman 46, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Memerintahkan Badan Pertanahan Nasional di Sukabumi untuk memblokir
sertifikat hak milik no 49 tahun 1962 jo. Sertifikat hak milik no 1343 aquo,
sampai dengan adanya pembatalan sertifikat aquo.
6. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun ada
perlawanan, banding dan kasasi.
7. Menyatakan bahwa adalah adil apabila PENGGUGAT KONVENSI/TERGUGAT
REKONVENSI sebagai pihak yang kalah untuk membayar biaya-biaya
perkara.ATAU: Mohon putusan yang seadil-adilnya.

Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, Pengadilan Negeri


Sukabumi, telah menjatuhkan putusan tanggal 27 Februari 2018, Nomor.
14/Pdt.G/2017/PN.Skb., yang amarnya berbunyi sebagai berikut :

MENGADILI
DALAM KONVENSI

DALAM EKSEPSI

- Menolak Eksepsi Tergugat dan Turut Tergugat 1-8 ;

DALAM POKOK PERKARA

1. Menyatakan Gugatan Para Penggugat dikabulkan untuk sebagian.

2. Menyatakan TERGUGAT telah melakukan perbuatan melawan hukum.


3. Menyatakan PENGGUGAT I dan PENGGUGAT II sebagai pemilik yang sah atas
objek sengketa berupa sebidang tanah dan bangunan, dahulu Sertipikat Hak Milk
Nomor : 49. sekarang Sertipikat Hak Milik Nomor : 1343. seluas 922 m², dahulu
terletak di Jalan Bunut 11, Kelurahan Kebon Jati, Kecamatan Sukabumi Utara,
Kabupaten Sukabumi, sekarang Jalan Siliwangi 75/55, saat ini menjadi Nomor :
81, Kelurahan Cikole, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat, dengan
batas-batas :
 Sebelah Utara : Tanah/bangunan H. Dedeh, saat ini dikontrak oleh Li
Kam Fat.
 Sebelah Timur : Tanah Negara/Jalan Siliwangi.
 Sebelah Selatan : Tanah/bangunan Taufiq.
 Sebelah Barat : Selokan/Rumah Sakit Bunut (Samsudin, SH).
4. Menghukum TERGUGAT atau orang lain yang mendapat hak dari padanya
untuk menyerahkan dan mengosongkan objek sengketa tanah berikut
bangunan tersebut diatas kepada PENGGUGAT I dan PENGGUGAT II.
5. Menghukum para TURUT TERGUGAT, untuk tunduk dan patuh atas putusan
Perkara ini.

Halaman 47, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


6. Menolak gugatan Para Penggugat untuk selain dan selebihnya;

DALAM REKONVENSI

- Menolak gugatan rekonvensi Tergugat dan Turut tergugat 1-7 untuk seluruhnya.

DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI

- Menghukum Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi untuk membayar biaya


perkara yang timbul dalam perkara ini sebesar Rp 4.041.000.- (Empat Juta
Empat Puluh Satu Ribu Rupiah) ;

Menimbang, bahwa setelah membaca berturut-turut :


1. Akta Pernyataan Permohonan Banding, Nomor. 14/PDT.G/2017/
PN.Skb., tanggal 7 Maret 2018, yang dibuat oleh TRI WIDODO, S.H.,
M.H., Panitera Pengadilan Negeri Sukabumi, yang isinya menyatakan,
bahwa pada tanggal 7 Maret 2018, Kuasa Hukum Para Pembanding
semula sebagai Tergugat dan Para Turut Tergugat menyatakan
memohon banding, terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sukabumi,
tanggal 27 Februari 2018, Nomor. 14/Pdt.G/2017/PN.Skb. tersebut ;
2. Surat Pemberitahuan Pernyataan Banding Nomor. 14/Pdt.G/2017/PN.
Skb., tanggal 8 Maret 2018, yang dibuat dan dijalankan oleh Jurusita
pada Pengadilan Negeri Sukabumi, yang isinya menerangkan, bahwa
pada hari Kamis, tanggal 8 Maret 2018, kepada TERBANDING I semula
Penggugat I dan TERBANDING II semula Penggugat 2, telah
diberitahukan tentang adanya permohonan banding tersebut yang
pemberitahuannya disampaikan kepada Kuasa Hukumnya daro Law
Office Brata & Brata ;
3. Surat Pemberitahuan Pernyataan Banding Nomor. 14/Pdt.G/2017/PN.
Skb., tanggal 8 Maret 2018, yang dibuat dan dijalankan oleh Jurusita
pada Pengadilan Negeri Sukabumi, yang isinya menerangkan, bahwa
pada hari Kamis, tanggal 8 Maret 2018, kepada TURUT TERBANDING
semula sebagai Turut Tergugat 8, telah diberitahukan tentang adanya
permohonan banding tersebut, yang pemberitahuannya diterima yang
bersangkutan ;
4. Memori Banding tanggal 9 Maret 2018, yang diajukan oleh Kuasa
Hukum PARA PEMBANDING semula Tergugat dan Para Turut
Tergugat, yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Sukabumi,
pada tanggal 15 Maret 2018 ;
5. Surat Pemberitahuan dan Penyerahan Risalah Memori Banding, Nomor.

Halaman 48, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


14/Pdt.G/2017/PN.Skb., tanggal 19 Maret 2018, yang dibuat dan
dijalankan oleh Jurusita pada Pengadilan Negeri Sukabumi, yang isinya
menerangkan, bahwa pada hari Senin, tanggal 19 Maret 2018, telah
diserahkan salinan resmi memori banding kepada pihak lawannya, yaitu
TERBANDING I dan TERBANDING II semula Penggugat 1 dan
Penggugat 2, yang pemberitahuannya diterima oleh Kuasa Hukumnya ;
- Surat Pemberitahuan dan Penyerahan Risalah Memori Banding,
Nomor. 14/Pdt.G/2017/PN.Skb., tanggal 19 Maret 2017, yang dibuat
dan dijalankan oleh Jurusita pada Pengadilan Negeri Sukabumi, yang
isinya menerangkan, bahwa pada hari Senin, tanggal 19 Maret 2018,
telah diserahkan salinan resmi memori banding kepada pihak
lawannya, yaitu TURUT TERBANDING semula Tergugat 8, yang
pemberitahuannya telah diterima oleh bersangkutan ;
6. Surat Pemberitahuan Memeriksa Berkas Perkara (INZAGE)
Nomor.14/Pdt.G/2017/PN.Skb., tanggal 5 April 2018, yang dibuat dan
dijalankan oleh Jurusita pada Pengadilan Negeri Sukabumi yang
diterima oleh kuasa hokum TURUT TERBANDING semula Turut
Tergugat 8 dalam tenggang waktu 14 (empat ) hari setelah
pemberitahuan ini ;
7. Surat Pemberitahuan Memeriksa Berkas Perkara (INZAGE) Nomor.
14/Pdt.G/2017/PN.Skb., tanggal 5 April 2018, yang dibuat dan dijalankan
oleh Jurusita pada Pengadilan Negeri Sukabumi, telah diterima oleh
Kuasa Hukum PARA TERBANDING semula Penggugat 1 dan
Penggugat 2, untuk mempelajari berkas perkara Nomor. 14/Pdt.G/2017/
PN.Skb., dalam tenggang waktu 14 (empat ) hari setelah pemberitahuan
ini ;
8. Surat Pemberitahuan Memeriksa Berkas Perkara (INZAGE) Nomor.
14/Pdt.G/2017/PN.Skb., tanggal 5 April 2018 Nomor.W11.U4/742/
HT.04.01/IV/2018, yang didelegasikan melalui Pengadilan Negeri
Tangerang yang dibuat dan dijalankan oleh Panitera pada Pengadilan
Negeri Sukabumi, untuk disampaikan kepada Kuasa Hukum PARA
PEMBANDING semula Tergugat dan Para Turut Tergugat yang berisi
pemberitahuan, untuk mempelajari berkas perkara Nomor.
14/Pdt.G/2017/PN.Skb, dalam tenggang waktu 14 (empat) hari setelah
pemberitahuan ini ;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Halaman 49, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor : 20
Tahun 1947 Tentang Peradilan Ulangan di Jawa dan Madura, tenggang waktu untuk
mengajukan upaya hukum banding adalah 14 hari setelah putusan dijatuhkan atau
setelah pemberitahuan putusan ;

Menimbang, bahwa Putusan Pengadilan Negeri Sukabumi, Nomor.


14/Pdt.G/2017/PN.Skb., diucapkan pada tanggal 27 Februari 2018, dihadiri oleh
Kuasa Hukum Para Penggugat, Kuasa Hukum Tergugat dan Para Turut Tergugat
dan Turut Tergugat 8 ;

Menimbang, bahwa oleh karena Putusan Pengadilan Negeri Sukabumi,


tanggal 27 Februari 2018, Nomor. 14/Pdt.G/2017/PN.Skb., Kuasa Hukum PARA
PEMBANDING semula Tergugat dan Para Turut Tergugat hadir, maka permohonan
banding dari PARA PEMBANDING semula Tergugat dan Para Turut Tergugat, telah
diajukan masih dalam tenggang waktu 14 hari sejak putusan diucapkan, karenanya
sesuai dengan tenggang waktu yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor : 20
Tahun 1947, Tentang Peradilan Ulangan di Jawa dan Madura ;

Menimbang, bahwa dengan demikian permohonan banding dari kuasa


hukum PARA PEMBANDING semula Tergugat dan Para Turut Tergugat tersebut,
telah diajukan dalam tenggang waktu dan menurut tata cara, serta telah memenuhi
persyaratan sebagaimana ditentukan dalam undang-undang, oleh karena itu
permohonan banding tersebut secara formal dapat diterima ;

Menimbang, bahwa sehubungan dengan permohonan banding tersebut,


PEMBANDING semula Tergugat dan Para Turut Tergugat, dalam memori banding
tertanggal 9 Maret 2018, mengemukakan hal-hal sebagai berikut :

Bahwa PEMBANDING - SEMULA TERGUGAT dan PARA TURUT PEMBANDING -


SEMULA PARA TURUT TERGUGAT, sangat keberatan dengan pertimbangan
tentang hukum yang dijadikan dasar dalam mengambil keputusan tersebut diatas,
adapun keberatan tersebut adalah :

DALAM EKSEPSI:
1. Gugatan Penggugat Daluwarsa
Bahwa Majelis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannya menyatakan bahwa :
"Setelah berlakunya Undang-Undang No 5 Tahun 1960 maka secara otomatis
mencabut ketentuan tentang tanah peninggalan Belanda termasuk ketentuan tentang
dalam buku II KUHPerdata, termasuk ketentuan Agusitive Verjaring... "

Halaman 50, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Bahwa faktanya adalah Mahkamah Agung dalam Yurisprudensinya masih
mengeluarkan putusan putusan tentang Daluwarsa setelah berlakunya Undang-
Undang No 5 Tahun 1960 yaitu :
a. Apabila antara perbuatan hukum yang dapat dibatalkan/batal dan saat pengajuan gugatan telah
lewat 18 tahun, maka gugatan itu tidak dapat dianggap diajukan dengan itikad baik". Putusan MA
No. 499K/Sip/197O (4 Pebruari 1970):
b. "Menurut ketentuan yang berlaku dalam BW suatu gugatan menjadi kadaluwasa dalam waktu 30
tahun (Ps 835 BW)". (MA 19 April 1972 No. 26K/Sip/1972).
c. "Dalam hukum adat tindakan yang menyebabkan pemindahan hak bersifat contant, sedangkan
pendaftaran menurut UUPA dan peraturan pelaksanaannya bersifat administratif" (MA 29 Agustus
1970 No. 123K/Sip/1970.).
d. "Bahwa sekalipun penghibahan tanah-tanah sengketa oleh tergugat i adalah tanpa ijin penggugat,
namun karena la membiarkan tanah tersebut dalam keadaan sekian lama, mulai 23 Oktober 1962
sampai gugatan diajukan yakni 18 Juni 1971 (9 tahun), sikap penggugat harus dianggap
membenarkan keadaan tersebut." (MA 21-1-1974 No. 695K/Sip/1973).
e. "...,.., mereka telah membiarkannya berlalu sampai tidak kurang dari 20 tahun semasa hidupnya
Daeng Patappu tersebut, suatu masa yang cukup lama sehingga mereka dapat dianggap telah
meninggalkan haknya yang mungkin ada atas sawah sengketa, sedang tergugat pembanding
dapat dianggap telah memperoleh hak milik atas sawah sengketa". (MA 9-12-1975: No.
295K/Sip/1973).
f. "Keberatan yang diajukan penggugat untuk kasasi bahwa hukum adat tidak mengenal daluwarsa
dalam hal warisan tidak dapat dibenarkan, karena gugatan telah ditolak bukan atas alasan
daluwarsanya gugatan, tetapi karena dengan berdiam diri selama 30 tahun lebih penggugat asal
dianggap telah melepaskan haknya(rechtsverwerking)". (MA11-12-1975 No. 200K/Sip/ 1974).
g. "Pertimbangan Pengadilan Tinggi yang dibenarkan MA. Penggugat terbanding yang telah
menduduki tanah tersebut untuk waktu yang lama, tanpa gangguan dan bertindak sebagai pemilik
yang jujur (rechtshebende te goeder trouw) harus dilindungi oleh hukum". (MA 29-1- 1976
No.783K/Sip/1973).
Dari yurisprudensi MA ini membuktikan dari sisi akibat, bahwa daluwarsa mempunyai
persamaan
dengan rechtsverwerking. Daluwarsa mengacu pada lamanya waktu tertentu
menyebabkan
hapusnya hak disatu pihak atau diperolehnya hak dipihak lain.Demikian juga
rechtsverwerking
sebagaimana dalam hukum adat mengacu pada pelepasan hak yang didasarkan
berlangsungnya
jangka waktu yang lama tertentu. Sementara dipihak lain memperoleh/menimbulkan
sesuatu hak.
Substansi kedua-duanya sama yakni:
(1)bergantung pada lamanya waktu tertentu, dan

Halaman 51, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


(2)akibat hukumnya juga sama yakni disatu pihak, hapusnya hak (hukum perdata)
atau pelepasan hak (hukum adat), dan dipihak lain memperoleh hak.
Dari penjelasan tersebut jeias bahwa didalam hukum adat juga ada lembaga
Daluwarsa dan
Rechtsverwerking hanya istilahnya saja : pelepasan hak yang didasarkan
berlangsungnya jangka waktu yang lama tertentu. Sementara dipihak lain
memperoleh/menimbulkan sesuatu hak.
Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
Tanah Pasal 24 menentukan bahwa Penguasaan fisik selama 20 tahun atau lebih
secara berturut turut mendapat perlindungan hukum sebagai Pemilik sepanjang
dilakukan dengan itikad baik. Bahwa ketentuan ini membuktikan bahwa lembaga
Daluwarsa dan Rechsverwerking diadopsi dalam peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Pokok Agraria.
Dari hal-hal dan uraian tersebut diatas terbukti bahwa gugatan Daluwarsa.
2. Melanggar Azas Kemanfaatan (Rechtverwerklng).
Bahwa Majelis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannya menyatakan bahwa :
"Menimbang bahwa dalam praktek Peradilan, sebagaimana Yurisprudensi yang
dikemukakan Tergugat dan Turut Tergugat 1-7, pengakuan atas lembaga
Rechtverwerking bukanlah dialamatkan kepada tanah yang diatasnva telah terbit
suatu hak keaemilikan sebaaaimana perkara aquo,..."
Bahwa pertimbangan tersebut benar apabila terbitnva hak kepemilikan tersebut : sah
namun terbitnya hak kepemilikan atas tanah aquo cacat hukum/tidak sah karena :
a. Asal usul perolehan tanah oleh Tan Swan Nio isteri Lie Hok Sing tidak jelas
apakah dari jual beli, hibah, wasiat atau pelepasan hak.
b. Perolehan tanah oleh Tan Swan Nio isteri Lie Hok Sing pada pada tanggal 5
Februari 1955 melanggar ketentuan Undang-undang Darurat Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 1952 Tentang Pemindahan dan Pemakaian Tanah-Tanah dan
Barang-barang Tetap yang lainnya yang mempunyai Titel Menurut Hukum Eropa.
c. Bahwa Status Kewarganegaraan Tan Swan Nio isteri Lie Hok Sing pada saat
berlakunya Undangundang Pokok Agraria pada tanggal 24 September 1960
adalah Stateless atau tidak mempunyai kewarganegaraan. Sementara status Lie
Hok Sing (suaminya) pada tanggal berlakunya UUPA yaitu tanggal 24 September
1960 adalah Double Kewarganegaraan atau Berkewarganegaraan Ganda.
d. Bahwa terbitnya Sertifikat nomor : 49 vane diterbitkan pada tanggal 30-3-1962
tanpa dokumen permohonan pendaftaran tanah / warkah permohonan tanah tidak
ada maka

Halaman 52, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


penerbitannva adalah BATAL DEMI HUKUM/CACAT/TIDAK SAH atau patut
diduea PALSU.
e. Bahwa PENGGUGAT tidak pernah menguasai seharipun tanah aquo oleh
karenanya tidak memenuhi syarat Pendaftaran Tanah.
f. Bahwa luran Pembangunan Daerah (IPEDA) yang dilanjutkan Pajak Bumi dan
Bangunan dari tahun ke tahun dibayar oleh orang tua PEMBANDING - SEMULA
TERGUGAT hingga wafatnya dan diianjutkan oleh PEMBANDING - SEMULA
TERGUGAT sampai dengan sekarang.
g. Bahwa perolehan hak atas tanah TERBANDING - SEMULA PENGGUGAT terbukti
hasil kolusi dengan M. AMIN MAHMUD (Kepala Perwakilan Baiai Harta
Peninggalan di Sukabumi waktu itu) yang telah menyalahgunakan wewenangnya
untuk merekayasa hal tersebut diatas sehingga menyebabkan sengketa tanah
aquo dan Rekayasa tersebut dilakukan setelah tahun 1954, setelah mendapat
Salinan Surat Ukur nomor 372.
Bahwa Uraian/Penjelasan mengenai Keabsahan dari Bukti Kepemilikan
TERBANDING – SEMULA PENGGUGAT akan diuraikan dalam POKOK PERKARA,
DALAM KONVENSI. ft
Dari hal-hal dan uraian tersebut diatas terbukti bahwa gugatan Melanggar Azas
Kemanfaatan (Rechtverwerking).
Bahwa Majelis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannya menyatakan bahwa :
"..., pengakuan terbadap pihak yang dengan itikad baik menguasai secara fisik atas
tanab Negara, dimana atas tanab Negara tersebut timbul sengketa siapa yang
berbak atas permobonan kepemilikannya apakah yang menguasai secara fisik
ataukah pemilik lamanya dan pada umumnya tanah Neaara tersebut adalah tanah
bekas hak eiaendom vana tidak dikonversi sehinaaa kembali meniadi tanah Neaara."
Bahwa Majelis Pemeriksa Perkara tidak cukup dalam pertimbangannya
menggunakan penafsiran mengenai tanah yang disebut tanah Negara, yaitu tanah
Neaara adalah tanah bekas hak eigendom vana tidak dikonversi sehinaaa kembali
meniadi tanah Neaara."
Bahwa asal usul tanah aquo adalah tanah dengan dengan hak lama yang kemudian
dikuasai oleh Sekolah Polisi Belanda dan setelah Indonesia Merdeka diambil alih
oieh Sekolah Polisi Indonesia.
Bahwa dengan demikian jelas bahwa Penguasaan tanah sengketa aquo oleh TURUT
TERGUGAT VIII sejak sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1960
tentang Pokok-Pokok Agraria sehingga tunduk pada ketentuan pasal 1 peraturan
"agrarisch besluit" yang diundangkan dalam Lembaran Negara "Staatblaad" no 118
tahun 1870 (S. 1870-118) yang berlaku pada saat itu, dimana ketentuan tersebut

Halaman 53, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


membagi 2 mengenai "Tanah Negara Bebas" yaitu : (diposting pada tanggal 9
Agustus 2008 oleh Budi Djatmiko)
a. Tanah menjadi tanah negara bebas karena dibebaskan darl hak milik rakyat oleh
suatu instansi/departemen, dianggap tanah negara dibawah penguasaan
departemen yang membebaskannya.
b. Tanah negara bebas yang tidak ada penguasaan secara nyata diserahkan kepada
suatu departemen, dianggap bahwa tanah tersebut dimasukkan kedalam
penguasaan departemen dalam negeri (Binnen van bestuur)
Dari hal tersebut jelas bahwa penguasaan tanah sengketa aquo oleh TURUT
TERGUGAT VIII adalah sah sesuai dengan ketentuan Tanah Negara Bebas point a.
diatas. Dengan demikian jelas bahwa Tanah Negara telah diatur dalam suatu
ketentuan yang jelas pada saat itu, sehingga tidak tepat pertimbangan Majelis
Pemeriksa Perkara mengartikan Tanah Negara dengan suatu "PENAFSIRAN".
Bahwa Majelis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannya menyatakan bahwa :
"Menimbang bahwa pengakuan terhadap Lembaga Rechtsverwerking juga diakui
dalam hokum positif dalam ketentuan pasal 32 ayat 12) PP No. 24 tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah yang menyebutkan "Apabila suatu bidang tanah telah
terbit sertifikat diatasnya atas nama orang atau badan hokum yang memperoleh
tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya maka pihak lain
yang memiliki hak atas tanah tersebut tidak dapat menuntut pelaksanaan hak
tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun orang tersebut mengajukan keberatan
secara tertulis kepada pemegang sertifikat atau BPN atau mengajukan gugatan ke
Pengadilan"".
Bahwa Majelis Pemeriksa tidak melihat fakta persidangan bahwa : Bahwa
TERBANDING – SEMULA PENGGUGAT tidak pernah menguasai seharipun tanah
aquo oleh karena itu tidak memenuhi syarat Pendaftaran Tanah oleh karena itu tidak
tepat apabila TERBANDING - SEMULA PENGGUGAT mendapat perlindungan
hukum sebagaimana pasal pasal 32 ayat (2) PP No. 24 tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah.
Bahwa Majelis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannya menyatakan bahwa :
"Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan ini bahkan pemilik sertifikat hak atas
tanah yang telah lewat waktu 5 (lima) tahun mendapatkan perlindungan hokum
terhadap tuntutan pihak lain yang memiliki hak katas tanah karena berdasarkan
ketentuan ini hak menuntutnya telah hapus".
Bahwa ketentuan tersebut diatas berlaku pada kepemilikan hak yang perolehannya
secara sah namun dalam kasus aquo perolehannya cacat hukum/tidak sah
sebagaimana alasan-alasan tersebut pada point 1 diatas tentang Daluwarsa.

Halaman 54, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
Tanah Pasal 24 justru PEMBANDING-SEMULA TERGUGAT yang telah menguasai
secara fisik selama 20 tahun atau lebih secara berturut turut yang berhak mendapat
perlindungan hukum.
Bahwa Majelis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannya menyatakan bahwa :
"Menimbang bahwa selain itu berdasarkan surat bukti yang diajukan Tergugat dan
Turut Tergugat 1-7 yaitu T&TT 1-7-12 yaitu merupakan surat keberatan yang
diajukan ole Lie Hok Sing alias Mohamad AH Husin pada tanggai 30 September 1969
yang isinya menyatakan sebagai pemilik tanah yang sah dirinya keberatan atas
penguasaan fisik yang dilakukan oleh Agoes Djojokoesomo,
Bahwa justru surat bukti yang diajukan Tergugat dan Turut Tergugat 1-7 yaitu T&TT
1-7-12
membuktikan sebaliknya yaitu adanya hubungan kerjasama/kolusi antara Lie Hok
Sing dengan M. AMIN MAHMUD (Kepala Perwakilan Balai Harta Peninggalan di
Sukabumi waktu itu) yang telah menyalahgunakan wewenangnya untuk merekayasa
surat kepemilikan tanah aquo sehingga menyebabkan sengketa tanah aquo.
Dari hal-hal dan uraian tersebut diatas terbukti bahwa gugatan Melanggar Azas
Kemanfaatan (Rechtverwerking).
3. Gugatan Eror In Persona
Bahwa Majelis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannya menyatakan bahwa :
"Menimbang bahwa meskipun daiam gugatan Penggugat tidak secara lengkap
menulis nama Tergugat yaitu RM.Thomas Suryo Yudo Prawoto, namun Majelis
berpendapat orang yang dimaksud dalam surat Gugatan adalah sama dengan orang
duduk di persidangan sebagai Tergugat yaitu orang yang secara fisik menguasai
objek sengketa"
Bahwa pendapat Majelis bertentangan dengan pasal 8 RV ayat 3, mengenai Syarat
Subtstansial Gugatan, khususnya mengenai Identitas para pihak :
Dalam surat gugatan harus diuraikan secara lengkap identitas Penggugat dan
Tergugat:
1. Nama lengkap;
2. Umur, tempat dan tanggai lahir;
3. Pekerjaan dan;
4. Domisili.
Dari hal tersebut jelas bahwa petimbangan Majelis Pemeriksa Perkara melanggar
pasal 8 RV ayat 3.
Dengan demikian jelas bahwa gugatan Eror In Persona.

Halaman 55, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Bahwa Majelis Hakim Pemeriksa Perkara tidak mempertimbangkan Eksepsi Error In
Subjecto point b, c, d, e, f, dan g, artinya Maielis membenarkan Eksepsi Error In
Subiecto point b, c, d, e, f, dan g, tersebut.
4. Gugatan Kurang Pihak
Bahwa Majefis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannya menyatakan bahwa :
"Menimbang bahwa atas dalil eksepsi yang demikian Majelis Hakim
mempertimbangkan sebagai berikut, bahwa dalam HIR tidak dikenal istilah Turut
Tergugat karena yang ada hanyalah Penggugat dan Tergugat"
Bahwa benar apa yang menjadi pertimbangan Majelis Hakim, bahwa yang ada
hanyalah Penggugat dan Tergugat oleh karena itu eksepsi PEMBANDING - SEMULA
TERGUGAT bahwa seharusnya TURUT TERGUGAT VIII dijadikan TERGUGAT I
sudah tepat dengan demikian Eksepsi PEMBANDING - SEMULA TERGUGAT sudah
seharusnya dikabulkan I
Bahwa Majelis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannya menyatakan bahwa :
"Bahwa berdasarkan Yurisprudensi untuk menentukan kapasitas bukum seseorang
dalam gugatan adalah hak daripada pihak yang mengajukan gugatan"
Bahwa Majelis Hakim dalam pertimbangannya menunjuk pada Yurisprudensi namun
tidak menyebutkan Nomor dan Tanggal Putusannya sehingga pertimbangan tersebut
tidaK cukup dan tidak valid. Pertimbangan tersebut benar apabila TERBANDING -
SEMULA PENGGUGAT tidak mendasarkan gugatnnya pada PUTUSAN PERKARA
No. 14/Pts.Pdt.G/1990/PN.Smi yang telah berkekuatan hukum tetap (in Kracht).
Bahwa gugatan TERBANDING - SEMULA PENGGUGAT mendasarkan pada
PUTUSAN PERKARA No.14/Pts.Pdt.G/199O/PN.Smi yang telah berkekuatan hukum
tetap (in Kracht) menyebutkan dalam pertimbangannya hal 20 :
"... dengan demikian tidak tepat dan tidak sempurna serta tidak iengkap kiranya kaiau
gugatan ditujukan hanya kepada tergugat R.M. Agoes Djojokoesoemo saja
meiainkan setidak-tidaknya (gugatan tersebut harus ditujukan puia kepada
Pemeintoh Rl, Cq Kepolisian Negara Rl, cq, Mabes Polri cq Direktorat Pendidikan
Polri cq Sekolah Calon Perwira Polri, Sukabumi dan ini merupakan hal prinsipil dalam
gugatan penggugat..."
Bahwa dengan demikian jelas bahwa gugatan aquo adalah pelaksanaan dari putusan
hakim yang sudah berkekuatan hukum tetap (in kract) dan sesuai ketentuan HIR
dimana tidak ada TURUT TERGUGAT maka harus dijadikan TERGUGAT.
Dengan demikian jelas bahwa Eksepsi PEMBANDIN6 - SEMULA TERGUGAT jelas
terbukti, sudah tepat dan harus dikabulkan
Bahwa dengan demikian pertimbangan Majelis Hakim selebihnya tidak perlu
ditanggapi.

Halaman 56, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


5. Gugatan Obscure Libel
Bahwa Majelis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannya menyatakan bahwa :
"... Bahwa dalam Praktik Peradilan berdasarkan Yurisprudensi, Eksepsi Gugatan
tidak cermat, tidak terang atau kabur (obscuur Libel) dapat disebabkan aias an
sebagai berikut:
1. Tidak Jelasnya dasar hukum dalil gugatan.
2. Tidak jelasnya objek sengketa.
3. Petitum Gugatan tidak jelas.
4. Mencampuradukan dasar gugatan antara perbuatan melawan hokum dan
wanprestasi.
Bahwa sekali lagi Majelis Hakim mendasarkan pertimbangannya dengan
Yurisprudensi namun tidak menyebutkan Yurisprudensi Nomor berapa? Tahun
Berapa ? Tanggal berapa? Dengan demikian
tidak hanya Gugatannya saja yang kabur meiainkan Petimbangan Majelis Hakimpun
tidak cukup dan Kabur
Bahwa apabila akan dlterapkan dengan kriterla dlatas : Gugatan tidak cermat, tidak
terang atau kabur (obscuur Libel) diatas maka Dalil Eksepsi PEMBANDING -
SEMULA TERGUGAT masuk dalam kategori point 1 diatas yaitu Tidak Jelasnya
dasar hukum dalil gugatan.
Bahwa Majelis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannya menyatakan bahwa :
"Menimbang bahwa terhadap dalil eksepsi tentang tidak adanya ketentuan hukum
yang ditulis dalam surat gugatan yaitu adanya perbuatan melawan hokum yang
dilakukan tergugat dan Turut Tergugat 1-7 menduduki tanah milik Penggugat tanpa
hak sehingga menurut hemat majefis dalil eksepsi tersebut adaiah tidak berasalan
hukum sehingga haruslah ditolak"
Bahwa Definisi Hukum menurut:
a. Plato;
Hukum adaiah seperangkat peraturan-peraturan yang tersusun dengan baik dan
teratur dan
bersifat mengikat hakim dan masyarakat.
b. Immanuel Kant;
Hukum adaiah segala keseluruhan syarat dimana seseorang memiliki kehendak
bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari
orang lain dan menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.
c.Borst;

Halaman 57, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Hukum merupakan keseluruhan peraturan bagi perbuatan manusia di dalam
kehidupan bermasyarakat. Dimana pelaksanaannya bisa dipaksakan dengan tujuan
mendapatkan keadilan.
d.Prof. Dr. Van Kan;
Menyatakan bahwa hukum merupakan keseluruhan peraturan hidup yang sifatnya
memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat suatu negara.
Dari definisi tersebut jelas bahwa perbuatan melawan hukum identik dengan
melanggar peraturan, apabila tidak dapat menunjukan peraturan atau undang-
undang atau pasal mana yang dilanggar bukanlah perbuatan melawan hukum.
Terlebih lagi Majelis Hakim menyatakan bahwa "... adanya perbuatan melawan
hukum yang dilakukan tergugat dan Turut Tergugat 1-7 menduduki tanah milik
Penggugat tanpa hak ..." bahwa menduduki tanah milik Penggugat tanpa hak adaiah
ranahnya peradilan pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. SI PRP
Tahun I960 Tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Ijin Yang Berhak atau
Kuasanya, bahwa ranah Peradilan Perdata adaiah sengketa mengenai kepemilikan
hak.
Dari hal-hal tersebut diatas terbukti jelas bahwa Gugatan aquo Obscuur Libel.
Bahwa Majelis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannya menyatakan bahwa ;
"Menimbang bahwa menurut hemat Majelis ketidakcermatan penulisan tersebut tidak
secara signifikan menyebabkan gugatan Penggugat menjadi tidak jelas, tidak terang
atau kabur atau Obscure Libel karena setelah Majelis mencermati surat Gugatan
Penggugat bahwa dalam perkara aquo terdapat dua Penggugat yang keduanya
sama-sama memiliki hak atas objek sengketa ..."
Bahwa pendapat Majelis tersebut diatas tidak tepat karena terdapat kontradiksi
Jumlah Penggugat di dalam Surat Kuasa dan dalam Gugatan.
Bahwa dalil PEMBANDING - SEMULA PENGGUGAT didukung oleh Yurisprudensi
Mahkamah Agung
tanggal 13-5-1975 Nomor : 151/Sip/1975 yang menyatakan : "Pihak-pihak yang
berperkara harus dicantumkan secara lengkap".
Bahkan dalam Pasal 8 ayat 3 RV menentukan bahwa Syarat Gugatan adalah :
Identitas para pihak, ialah keterangan yang lengkap dari pihak-pihak yang
berperkara.
Bahwa dengan demikian dalil PEMBANDING - SEMULA PENGGUGAT berdasarkan
hukum sehingga sudah sewajarnya harus dikabulkan.
Bahwa Majelis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannya menyatakan bahwa :
"Menimbang bahwa diketahui atau tidak diketahuinya alamat para Turut Tergugat 1-7
maupun salah atau tidaknya alamat para Turut Tergugat 1-7 senyatanya dalam

Halaman 58, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


persidangan Turut Tergugat 1-7 telah memberikan kuasa kepada Untung Mujiono,
SH untuk mewakili kepentingannya di persidangan sehingga hal tersebut tidak
berimplikasi gugatan menjadi tidak cermat, tidak terang atau kabur atau Obscure
Libel"
(Bahwa pertimbangan tersebut diatas bertentangan dengan pasal 8 ayat 3 RV
mengenai syarat gugatan bahwa identitas para pihak harus lengkap.
Dengan demikian bedasarkan hal-hal dan uraian diatas jelas bahwa Gugatan
Obscure Libel.
6. Gugatan Prematur
Bahwa Majelis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannya menyatakan bahwa :
"Menimbang bahwa dalam suatu gugatan perbuatan melawan hukum tidak
disyaratkan adanya teguran atau biasa disebut sommasi sebeium mengajukan
gugatan..."
Berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung tanggal 12 Agusus 2009
No.2242K/Pdt/2006 yang menyatakan:
“Tidak melakukan somasi lebih dahulu sebagaimana lazimnya proses beracara
dalam perkara perdata. Somasi merupakan cerminan pihak yang beritikad baik" ;
Yurisprudensi tersebut bukanlah perkara wan prestasi namun Mahkamah Agung
mensyaratkan adanya Somasi.
Dengan demikian jelas bahwa Gugatan Prematur
DALAM POKOK PERKARA :
Bahwa apa yang tertuang dalam Eksepsi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
bagian Konvensi ini.
1. Bahwa Maielis Pemeriksa Perkara dalam pertimbaneannya menvatakan bahwa :
"Menimbang bahwa berdasarkan hal tersebut maka yang mendaftarkan tanah
tersebut dari Hak Eigendom Verponding untuk dikonversi menjadi hak Milikpada
tahun 1961 adalah Tn Swan Nio"
Bahwa adaiah FAKTA : Dokumen atau Warkah Pendaftaran Tanah pada tahun
1961 atas nama Tan Swan Nio sebagaimana keterangan Saksi dari BPN
Franciscus Mutjoto tidak ada dan ada warkahnya baru pada tahun 2001, dengan
demikian jelas bahwa sertifikat aquo diduga Palsu, bagaimana mungkin tanpa
Pendaftaran Tanah bisa muncul Sertifikat! Dan fakta ini diakui oleh Majelis Hakim
pada pertimbangannya hal 70 paragraf 5.
2. Bahwa Maielis Pemeriksa Perkara dalam pertimbaneannva menvatakan bahwa :
"Menimbang bahwa da lam persldangan setelah dilakukan kroscek dan
membandingkan data Yuridis tanah yang terdapat dalam SHM No. 1343/Cikole
terhadap buku tanah beserta warkahnya yang terdapat di badan Pertanahan Kota

Halaman 59, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Sukabumi yang dibawa saksi Franciscus Muljoto dari BPN Kota Sukabumi ternyata
data yuridis dan data fisik tersebut adalah sama sehingga majelis berpendapat
data yuridis tersebut benar adanya"
Bahwa Majelis telah menutup mata terhadap FAKTA bahwa asal usul atau riwayat
tanah TERBANDING - SEMULA PENGGUGAT yang terungkap dalam
persidangan TIDAK RUNUT/TIDAK RUNTUT dan tidak logis terutama perolehan
hak atas tanah sebelum tahun 1961.
3. Bahwa Maielis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannva menvatakan bahwa :
"Menimbang bahwa selanjutnya di persidangan dalam warkah serta buku tanah
yang dibawa saksi Franciscus Muljoto dari BPN, ternyata Akta Eigendom
Verponding No. 1636/Gunung Parang sudah tidak diketemukan lagi"
Bahwa dari pertimbangan tersebut diatas Majelis Hakim mengakui bahwa
TERBANDING - SEMULA PENGGUGAT tidak dapat membuktikan adanya Gross
Acte Van Eigendom yang menjadi Alas Hak nya
4. Bahwa Maielis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannva menvatakan bahwa :
"Menimbang bahwa yang hanya ditemukan daiam warkah dan buku tanah di BPN
yang dibawa saksi Franciskus Muljoto adalah kartu riwayat tanah Eigendom
Verponding No 1636 Gunung Parang, sebagaimana Bukti P-17, yang didalamnya
diperoleh fakta sebagai berikut : Bahwa Eigendom Verponding No. 1363 luasnya
adalah 2374 m2, terletak di Desa Kota Wetan , Distrik Soekabumi dengan
pemiliknya terdaftar atas nama Helena Zee Handeelar, tercatat tanggal 26 Oktober
1926, dalam kartu riwayat tercatat bahwa tanah eigendom Verponding No. 1636
Gunung Parang merupakan pecahan dari Eigendom Verponding No. 740".
Dari Bukti dan Fakta Persidangan terungkap adanya Asal Usul atau Riwayat Tanah
TERBANDING- SEMULA PENGGUGAT yang tidak RUNTUT/RUNUT dan saling
bertentangan yaitu :
A. Bahwa di dalam Penjelasan Salinan Surat Ukur No. 372 yang merupakan lampiran
sertifikat yang berbunyi: Vooromschreven perceel heft een oppervlakte van 2374
m2 (twee du zend drie honderd en vier en zeventig vierkante meter) en maakt deel
uit van het eigendoms-perceel verpondings- nommer 740, stand ten name van
Helena Zeehandelaar geboren Amstel blijkens acted d. 7 junil919No. 519.
Yang artinya :
Persil tersebut mempunyai luas 2374 m2 (Dua ribu tigaratus tujuh puluh empat
meter persegi) yang menjadikan persil hak milik perponding nomor 740, atas nama
dari Helena
Zeehandelaar, lahir di Amstel sesuai akte tertanggal 7 Juni 1919 no. 519.

Halaman 60, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Bahwa dari Penjelasan Salinan Surat Ukur No. 372 jelas bahwa Eigendom
Verponding No. 740 luasnya sudah 2374 m2 (Dua ribu tigaratus tujuh puluh empat
meter persegi) jadi tidak mungkin Verponding Eigendom 1363 pecahan dari 2374
m2 (Dua ribu tigaratus tujuh puluh empat meter persegi).
B. Bahwa dari Uraian atau Keterangan Bukti P.17 TERBANDING-SEMULA
PENGGUGAT yang berbunyi:
Riwayat tanah atas Sertifikat Hak Milik Nomor : 1343/Kel Cikole, dahulu Sertifikat Hak
Milik Nomor: 49/Kel Kebonjati, yang ada di warkah Kantor Pertanahan Kota
Sukabumi.
Dalam Persidangan tanggal 03 Januari 2018, Keterangan Saksi fakta Sdr Frans dari
Kantor
Pertanahan Kota Sukabumi, menerangkan sebagai berikut:
a. Berdasarkan data Yuridis dan Teknis, bahwa Sertifikat Hak Milik Nomor: 1343/Kel
Cikole dahulu sertifikat Hak Milik Nomor : 49/Kel Kebonjati, tidak pernah tercatat
atas nama TERGUGATdan Para TURUT TERGUGAT
b. Nomor 740 adalah Verponding induk, Nomor .1636 verponding akhir.
Dalam Persidangan tanggal 09 Januari 2018, kembaii menghadirkan saksi fakta Sdr.
Frans dari Kantor Pertanahan Kota Sukabumi yang menerangkan sebagai berikut:
Bahwa asalnya Eigendom 1636, terdaftar atas nama HELENA ZEEHANDELAAR,
SETELAH DIKONVERSI menjadi Nomor: 62 seluas 2.374 m2.
Pada Tahun 1962, Verponding berubah menjadi Sertifikat Hak Milik Nomor: 49,
tercatat atas nama TAN SWAN NIO refer; LIE HOKSING.
Pada Tahun 1969 sertifikat Hak Milik o : 49, sisa seluas 922 m2 kepemilikannya
beralih menjadi LIE HOK SING, alias MOHAMAD ALIHUSIN, karena sebagian persil
dilepaskan haknya seluas 1452 m2.pada tanggal 3 November 1979, kepada Nyonya
DEWI WIJAYA
dahulu bernama OEY KIEN NIO,
Pada tahun 2001, berdasarkan Keterangan Hak Waris, Sertifkat Hak Milik Nomor: 49
sisa
seluas 922 m2 kepemilikannya beralih menjadi TEDJA MARIANA alias MARIANA
TEDJA d/h TJUNG JAN NIO (ELLY),
Kutipan fotocopy Riwayat Tanah : tanggal 26 Mei 1928, Nomor: 422,
toNama : ANTHONIUS ALBERTUS DE HAAR.
Bahwa Dalam Persidangan tanggal 09 Januari 2018, kembaii menghadirkan saksi
fakta Sdr.
Frans dari Kantor Pertanahan Kota Sukabumi yang menerangkan sebagai berikut:

Halaman 61, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Bahwa asalnya Eigendom 1636, terdaftar atas nama HELENA ZEEHANDELAAR,
SETELAH DIKONVERSI menjadi Nomor: 62 seluas 2.374 m2.
Bahwa dari dua Bukti tersebut sulit dipahami Riwayat Tanah atau asal usul tanah
yang RUNUT/RUNTUT dan Logis karena saling bertentangan tidak saling
mendukung terutama :
a. pada Penjelasan Salinan Surat Ukur No. 373 menyebutkan nama HELENA
ZEEHANDELAAR adalah pemilik Verponding Eigendom 740.
b. Bahwa asalnya Eigendom 1636, terdaftar atas nama HELENA ZEEHANDELAAR,
SETELAH DIKONVERSI menjadi Nomor: 62 seluas 2.374 m2.
(Bahwa tidak ada bukti yang mendukung Eigendom 1636 dikonversi menjadi
nomor 62)
Dari kondisi tersebut timbul dugaan bahwa Asal Usul/Rlwayat Tanah adalah HASIL
REKAYASA, hal ini terlihat jelas pada fakta-fakta sbb :
a. Salinan Surat Ukur No. 372 dan Penjeiasannya yang dikeluarkan pada tanggal 3
Agustus 1954 oleh Kepala Kantor Pendaftaran Tanah Kadaster Bogor pada
waktu itu yang bernama R. Soebali.
Di dalam Salinan Surat Ukur disisi kiri diatas peta tertulis :
"Hak Milik No. 49" (tulisan tangan)
^"Eig. Vorponding's Nomor 740 god"
^"Nomor Vorp No: 1636" (tulisan tangan)
Renvoi/Roya tersebut tanpa ditandatangani oleh yang bertanggung jawab dan
tanpa stempel sebagaimana ketentuan tentang Renvoi dari Dokumen Hukum.
b. Penjelasan Surat Ukur No. 372 yang dibuat tanggal 26 Oktober 1926 dikaitkan
Kartu Catatan Mutasi dari BPN dimana pemegang hak pertama kali adalah
Anthonio Afbertus de Haar pada tanggal 26 Mei 1928 dengan demikian maka
hanya terpaut 2 tahun dengan perolehan hak atas tanah dari HELENA
ZEEHANDELAAR tanggal 26 Oktober 1926 oleh karena itu maka
logikanya/seharusnva Eigendom 1636 telah masuk dalam Penjelasan Surat Ukur
No. 372 yang dibuat tanggal 26 Oktober 1926 tersebut dan ditulis dengan mesin
ketik/ huruf ketikan, namun faktanya : Nomor Verp No: 1636 {ditulis tangan), hal
ini menunjukan Verponding 1636 merupakan rekayasa yang dipaksakan.
c. Berdasarkan pada Kartu Catatan Mutasi dari BPN, pada tanggal S Februari 1955
Tan Swan Nio isteri Lie Hok Sing menjadi Subyek yang memperoleh hak atas
tanah dari JOHN JOZEPHUIS FRANCISCUS LORENZON, dari mutasi tersebut
tidak ada keterangan perolehan hak berasal dari mana ? Keturunankah/Waris,
Hibah atau Wasiat ? tidak jelas !

Halaman 62, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Dari hal-hal tersebut diatas jelas bahwa Lie Hok Sing bersama M. AMIN MAHMUD
yang telah menyalahgunakan wewenangnya untuk merekayasa hal tersebut diatas
sehingga menyebabkan sengketa tanah aquo dan Rekayasa tersebut dilakukan
setelah tahun 1954, setelah mendapat Salinan Surat Ukur nomor 372.
5. Bahwa Maielis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannva menyatakan bahwa :
Menimbang bahwa dalam kartu riwayat tanah tersebut tercatat pada tanggal 26 Mel
1928 pemilik tanah beralih kepada orang asing yang bernama Anthonius Albertus
Dehaar dan pada tanggal 27 Mei 1937 kemudian beralih kepada John Joseph dan
pada tanggal 5 Februari 1955 beralih kepada Tan Swan Nio, namun dalam kartu
riwayat tanah Eigendom tersebut semua peralihan tidak dicatat karena apa.
Bahwa Majelis Hakim mengakui bahwa dasar peralihan hak atas tanah dalam kartu
riwayat tanah Eigendom tersebut, semua peraiihan tidak dicatat karena apa termasuk
peralihan hak
atas tanah dari John Joseph kepada Tan Swan Nio tidak tercatat karena apa dengan
demikian jelas bahwa peralihan haknya cacat hokum.
Bahwa peralihan Hak atas tanah dari John Joseph kepada Tan Swan Nio pada
tanggal 5 Februari 1955-
Bahwa berdasarkan Undang-undang Darurat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
1952 Tentang
Pemindahan dan Pemakaian Tanah-Tanah dan Barang-barang Tetap yang lainnya
yang mempunyai Titel Menurut Hukum Eropa.
Pasal 1
1. Dalam menunggu peraturan yang lebih lanjut, maka buat sementara setiap serah
pakai buat lebih dari setahun dan perbuatan yang berwujud pemindahan hak,
mengenai tanah-tanah dan barang-barang tetap lainnya, yang mempunyai titel
menurut hukum Eropah hanya dapat dilakukan setelah mendapat izin dari Menteri
Kehakiman.
2. Semua peraturan yang ada yang bertentangan dengan ayat 1 buat sementara
ditunda berlakunya.
3. Semua perbuatan yang dimaksud dalam ayat 1 yang dilakukan diluar izin Menteri
Kehakiman dengan sendirinya batal menurut hukum.
Catatan : Berlaku pada tanggal diundangkan; diundangkan pada tanggal 2 Januari
1952.
Berdasarkan ketentuan tersebut diatas maka mutasi/peratihan hak atas tanah dari
John Joseph kepada Tan Swan Nio tersebut BATAL DEMI HUKUM karena pada
tanggal 5 Februari 1955 berlaku ketentuan diatas dan mensvaratkan izin dari Menteri

Halaman 63, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Kehakiman namun temvata tidak ada izin Menteri Kehakiman.(Berdasarkan
keterangan Saksi dari BPN Franciscus Mulioto dalam persidangan).
6. Bahwa Maielis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannva menvatakan bahwa :
Menimbang bahwa berdasarkan kedua fakta tersebut Maielis mempertimbangkan
sebagai berikut, bahwa berdasarkan Pasal 32 ayat (1) PP No. 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah "Sertifikat adalah suatu bukti hak yang berlaku,
sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis,
sepanjang data Pisik dan Data Yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada
dalam buku tanah yang bersangkutan.
Menimbang bahwa meskipun Sertifikat adalah tanda bukti yang kuat namun oleh
karena system hukum pendaftaran tanah Indonesia menganut system pendaftaran
tanah stelsel negative cenderung positif maka pembuktian sertifikat tidak bersifat
mutlak sepanjang bisa dibuktikan sebaliknya oleh orang yang berhak.
Menimbang bahwa berdasarkan fakta dipersidangan oleh karena data fisik dan
data yuridis yang terdapat dalam sertifikat 1343/cikole adalah sama sebagaimana
yang terdapat dalam buku tanah dan warkah tanah di BPN maka secara hukum
dianggap benar kecuali apabila dapat dibuktikan sebaliknya.

Berkaitan Dengan Pendaftaran Tanah diperoleh Fakta-takta persidangan sebagai


berikut:

a. Penggugat tidak tercatat di dalam administrasi kepemilikan tanah di Kelurahan


Cikole, yang tercatat di Kelurahan Cikole adalah orangtua TERGUGAT.
b. Bp. Agoes Djojokusumo adalah nama yang tercantum dalam Buku Letter C Desa
yaitu dengan No. Letter C : 153 No. Kohir : 682 No. Persil 122 dengan alamat
Jalan Slllwangi No. 49, RT/RK 3/111, Lingkungan/Desa Kebon Jati, Kecamatan
Sukabuml Utara, Kodya Sukabumi. Vide bukti T &TT I s/d VII- XV a & b.
c. Tan Swan Nio maupun Lie Hok sing tidak pernah bayar pajak baik IPEDA maupun
PBB sebagai syarat Pendaftaran Tanah, tidak ada bukti
d. Tan Swan Nio maupun Lie Hok sing tidak pernah menguasai tanah seharipun
sebagaimana syarat Pendaftaran Tanah
e. Dasar kepemilikan/perolehan tanah Tan Swan Nio tidak jelas/tidak ada bukti
f. Tidak pernah tinggal di Kota Sukabumi
g. Keterangan saksi dari BPN Kota Sukabumi :
g.1. Hanya menerangkan data Yuridis dan data Tekhnis yang ada di Kantor BPN
Kota Sukabumi.
g.2. Bukti yang dibawa hanya :

Halaman 64, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


- Peta
- kartu Catatan Mutasi dan
- Buku Warkah yang berisi dokumen tanah aquo sejak tahun 2001
g.3. Di BPN tidak ditemukan Grosse Acte Eigendom no.740 dan 1636
g.4. Dokumen tentang atas hak dari kepemilikan tanah atas nama Tan Swan Nio
tidak ada
g. 5. Dokumen/warkah mengenai pendaftaran tanah atas nama Tan Swan Nio
isteri Lie Hok Sing tidak ada.
g.6. Dokumen/warkah mengenai kewarganegraan Tan Swan Nio dan Lie Hok Sing
Tidak ada
g.7. Dokumen/warkah tentang Pernyataan Penguasaan Tanah Secara Fisik tidak
ada.
a.Saksi menyatakan bahwa Penguasaan Fisik atas tanah merupakan
Syarat/Dasar
Utama untuk terbitnya Sertifikat.
b.Bahwa pada transaksi tanah tahun 1952 sampai dengan 1959 tidak ada ijin
" Menteri Kehakiman.
Ketentuan yang mengatur Pendaftaran Tanah :
a. Undang-undang no. 5 tahun 1960 ttg Pokok-pokok Agraria, Berlaku 24 September 1960, jo.
Undang-Undang Pokok Agraria yang menganut hokum adat mensyaratkan adanya hubungan
keperdataan dengan tanah yang artinya adanya penguasaan fisik tanah pada saat pendaftaran.
Hal ini dikuatkan oleh Saksi dari BPN, yang mengatakan bahwa penguasaan fisik
merupakan syarat Utama.
b. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961. jo.
Pasal 25
Pada intinya menentukan bahwa Dalam Warkah Konversi/Pendaftaran Tanah
harus ada tanda tangan Kepaia Desa atau Camat dan harus ada Kohir/ Kekithir
/Girik, dengan demikian tidak mungkin data tanah yang sudah sertifikat tidak ada
datanya di Desa/Kelurahan/BPN.
Dari hal tersebut jelas babwa tidak mungkin Kepaia Desa/Camat memberikan
rekomendasi untuk Konversi/Pendaftaran tanah apabila tidak tercatat namanya
pada Buku Letter C karena untuk tercatat harus menguasai tanah dan memiliki
Kohir/ Kekithir /Girik
c. Peraturan Pemerintah Rl Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
Paragraf 2
Pembuktian Hak Lama
Pasal 24

Halaman 65, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


(1) Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-
hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai alat bukti hak tersebut
berupa bukti- bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang
bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi dalam
pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh Kepaia Kantor Pertanahan dalam
pendaftaran tanah secara sporadic, dianggap cukup untuk mendaftar hak,
pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya.
(2) Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap aiat-alat pembuktian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembukuan hak dapat dilakukan
berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan
selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut turut oleh pemohon
pendaftaran dan pendahulu- pendahulunya, dengan syarat:
a. Penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh
yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat oleh
kesaksian orang yang dapat dipercaya.
b. Penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman
sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 tidak dipermasalahkan oleh
masyarakat hokum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan ataupun
pihak lainnya.
Syarat Pendaftaran Tanah yaitu :
a. WNI pada saat UUPA diundangkan
b. Riwayat Tanah dari Desa
c. Fotocopy Buku C yang diketahui Lurah
d. Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Tanah.
e. Girik/Pipil/Pethuk/Kekithir/Verponding Indonesia/Pajak Bumi dan Bangunan.
f. Surat Keahliwarisan dari Pengadilan Agama Rl, Surat Keputusan Pengadilan
Negeri Rl, Surat Keterangan dari BHP Jakarta.
g. Pendaftarannya tidak tebth dari 1 tahun sejak UUPA diundangkan .
Syarat Pendaftaran Tanah Untuk Hak Lama / Hak Barat diperlukan :
a. Aslt/minuut Grosse Akta hak eigendom yang telah dibubuhi catatan konversinya.
b. Asli/minuut Grosse Akta hak eigendom yang diterbitkan sejak berlakunya UUPA
sampai pelaksanaan PP 10/61.
c. Akta pemindahan hak dibawah tangan yang disaksikan kepala desa sebeium 8
Oktober 1997 atau Akta Pemindahan hak yang dibuat PPAT.
d. Petuk Pajak Bumi/Landrente, girik , pipii, kekitir dan Verponding Indonesia sebeium
berlakunya PP 10/61.

Halaman 66, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


e. Silsilah Keahliwarisan dikeluarkan oleh Wees en Boedelkamer (Balai Hart a
Peninggalan Belanda) saat itu.
Ciri-ciri Khas Eigendom Verponding :
1. Acte van Meetbrief (Surat Ukur) nya berbahasa Betanda, juga besaran ukuran
bukan dengan meter tetapi dengan Roeden Rhijland dan voet hanya untuknya
tetap menggunakan hectare.
2. Dokumen Silsilah Keahliwarisan dikeluarkan oleh Wees en Boedelkamer (Balai
Harta Peninggalan Belanda} disaat itu.
3. Mempunyai kronologis yang terang jelas dan benar tentang :
a. Asal usul pembelian tanah.
b. Kapan dokumen tanah tersebut dititipkan di Wees en Boedelkamer dan oleh
siapa
c. Hal ikhwal yang menjelaskan tanah tersebut, kini menjadi miliknya yaitu ahli
waris sekarang.
d. Surat Keahliwarisan dari Pengadilan Agama, Surat Keputusan Pengadilan
Negeri Rl,
Surat Keterangan dari BHP dan dari BPN Rl.
e. Pengukuhan sebagai ahli waris dari BHP Jakarta.
Dari hal-hal tersebut diatas Tan Swan Nio isteri Lie Hok Sing tidak memenuhi syarat
untuk mendaftarkan tanah aquo karena :
a. Tidak mempunyai hubungan keperdataan dengan tanah.
b. Tidak tercatat namanya di Desa/di Buku Letter C Desa.
c. Tidak memiliki bukti-bukti sebagaimana syarat pendaftaran tanah point 4 diatas.
d. Tidak memiliki bukti-bukti sebagaimana syarat pendaftaran tanah dengan Hak
Lama/Eigendom sebagaimana point 5 diatas.
e. Tidak memiliki Grosse Acte Van Eigendom sesuai dengan ciri-ciri khas Eigendom
Verponding sebagaimana point 6 diatas.
f. Pada saat berlakunya UUPA Tan Swan Nio isteri Lie Hok Sing tidak memiliki
Kewarganegaraan Indonesia.
Bahwa terbitnya Sertifikat nomor : 49 vang diterbitkan oleh Badan Pertanahan
Nasional pada tanggal 30-3-1962 tanpa dokumen permohonan oendaftaran tanah /
warkah permohonan tanah maka pcnerbitannva adalah BATAL DEMI
HUKUM/CACAT/TIDAK SAH.
Dengan demikian PEMBANDING-SEMULA TERGUGAT dapat membuktikan
sebaliknva.
7. Bahwa Maielis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannya menvatakan bahwa :

Halaman 67, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Menimbang bahwa setelah mencermati peroiehan atau peralihan hak atas SHM
No. 1343/Cikole dahulu SHM No. 49, objek sengketa perkara aquo dari pemilik
awalnya Tan Swan Nio kemudian kepada Lie Hok Sing, kemudian kepada Tjung
Tjan Nio alias Tedja Mardjana hingga Penggugat 1 Tan Tjoen Lian alis Mariah
Harun dan Penggugat 2 Asrul Harun Majeiis berpendapat peralihan hak atas tanah
tersebut adalah sah secara hukum.
Bahwa terbukti secara sah sebagaimana penjelasan diatas yaitu :
a. bahwa peroiehan hak atas tanah TAN SWAN NIO tidak tercatat atas dasar apa
?
b. Batal Demi Hukum karena melanggar Undang-undang Darurat Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1952 Tentang Pemindahan dan Pemakaian Tanah-
Tanah dan Barang-barang Tetap yang lainnya yang mem puny ai Titel Menurut
Hukum Eropa.
c. Tidak memenuhi syarat PendaftaranTanah.
d. Tidak memenuhi syarat Kewarganegaraan
Dari hal tersebut diatas peralihan hak dari Tan Swan Nio kemudian kepada Lie
Hok Sing,
kemudian kepada Tjung Tjan Nio alias Tedja Mardjana hingga Penggugat 1 Tan
Tjoen Lian alis Mariah Harun dan Penggugat 2 Asrul Harun jelas Batal Demi
Hukum.
8. Bahwa Majeiis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannya menyatakan bahwa :
Menimbang bahwa selanjutnya adalah oleh karena tanah tersebut dahulu adalah
hak Eigendom Verponding maka kemudian yang menjadi pertanyaan apakah
peralihannya menjadi hak milik sudah sesuai hokum ataukah seharusnya tanah
Eigendom tersebut berubah menjadi tanah Negara.
Menimbang bahwa hak Eigendom adalah hak milik atas tanah dengan hak barat
yang diatur
dalam pasal 570 KUH Perdata. Bahwa tanah Hak Eigendom adalah tanah yang
terdaftar baik data Yuridisnya maupun data fisiknya pada kantor kadaster tanah
pada jaman pemerintah belanda.
Menimbang bahwa sebagaimana fakta yang telah diuraikan diatas, peralihan tanah
hak
Eigendom kepada Tan Swan Nio tercatat pada tanggal 5 Februari 1955, namun
peralihannya tidak diketahui karena sebab apa, karena dalam warkah tanah di
BPN acta van Eigendomnya sudah tidak ditemukan lagi dan peralihan itu juga
tidak tercatat dalam kartu riwayat tanah Hak Eigendom dalam warkah tersebut.

Halaman 68, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Bahwa oleh Tan Swan Nio tanah tersebut kemudian dikonversi menjadi tanah hak
milik SHM No. 49 terdaftar pada tanggal 24 September 1961.
Menimbang bahwa sebagaimana ketentuan Konversi pada Pasal I ayat (1) UUPA :
Tanah Eigendom sejak berlakunya UUPA dikonversi menjadi hak milik, kecuali
yang memilikinya tidak memenuhi syarat kewarganegaraan.
Sedangkan dalam ayat (2) disebutkan : Hak Eigendom kepunyaan orang asing
atau seorang warga Negara yang disamping kewarganegaraan Indonesianya
mempunyai kewarganegaraan asing dan badan-badan hokum yang tidak ditunjuk
oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pasal 21 ayat (2) maka sejak berlakunya
undang-undang ini dikonversi menjadi hak guna bangunan selama jangka waktu
20 tahun.
Menimbang bahwa kemudian dalam PP No. 10 Tahun 1961 Tentang Pendaftaran
Tanah Jo. Peraturan Menteri Agraria Pasal 2 ayat (1) dan (2) No. 13 tahun 1961
tentang pelaksanaan Konversi Hak Eigendom dan lain-lainnya yang Aktanya
betum diganti, disebutkan bahwa apabila hak Eigendom yang dimohonkan
Konversi panitia KKPT terdapat cukup bukti otentik maka yang membuktikan
keadaan keterangan bak tersebut demikian puta tanab dan empunya maka kepada
yang berhak diberikan sertifikat.
Menimbang bahwa apabila ketentuan hokum diatas dihubungkan dengan fakta
bahwa syarat utama dalam melakukan konversi tanah bekas hak barat dalam
khususnya tanah Hak Eigendom adaiah bahwa pemitik haruslah memenuhi syarat
dapat membuktikan dan menunjukkan kewarganegaraan Indonesianya.
Menimbang bahwa berdasarkan hal tersebut tentuiah konversi atas tanah hak
Eigendom No. 1636 menjadi SHM No. 49 kemudian berubah menjadi SHM No.
1343/Cikole tentuiah telah memenuhi syarat-syarat kewarganegaraan maupun
syarat-syarat bukti kepemilikan sebagaimana ketentuan diatas, sehingga terbit
sertifikat dimaksud, sehingga berdasarkan pertimbangan tersebut Majelis
berpendapat proses peralihan maupun kepemitikan atas tanah Eigendom
Verponding 1636 menjadi SHM No. 49 dan berubah menjadi SHM No. 1343
/Cikole adalah sah secara hukum.
Berkaitan dengan KEWARGANEGARAAN diperoleh Fakta-fakta persidangan
sebagai berikut:
>Tan Swan Nio tidak mengajukan Pernyataan Keterangan Memilih Kebangsaan
Indonesia kepada Ketua Pengadilan Negeri sesuai Undang-undang no. 3 tahun 1946
ttg Kewarganegaraan Indonesia.
Vide:
a. Bukti P.2

Halaman 69, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


b. Bukti T & TTI s/d VII: V
> Pada tanggal 27 Desember 1949 Lie Hok Seng Mengajukan Pernyataan
Keterangan Memilih Kebangsaan Indonesia dan disahkan pada tanggal 21 Oktober
1953 no. 71/1953 dari Pengadilan Negeri Jakarta sesuai Undang-undang no. 3 tahun
1946 ttg Kewarganegaraan Indonesia.
^Vide:
a.Bukti P.2 hal 14
f^b.BuktiT&TTIs/d VII: V hal 14
c.Bukti P. 12
Dalam kurun waktu 2 tahun sejak tanggal berlakunya Undang-Undang tentang
Dwikewarganegaraan yaitu pada tanggal 27 januari 1958 sampai dengan 27 januari
1960 tidak ada pelepasan WN RRT oleh Lie Hok Seng. Lie Hok Seng baru
menvatakan melepas warganegaraan RRT pada tel 5 Desember 1961.
Vide:
> Bukti P.2 hal 15 point 7. P.7
>BuktiT&TTI s/d VII-hal 15 point 7. P.7
> Surat pernyataan keterangan melepas kewarganegaraan RRT nomor 1505 tanggal
4-5-1960 atas nama Tan Swan Nio sesuai Undang-Undang no. 2 tahun 1958 tentang
Dwikewarganegaraan.
Vide:
> Bukti P.2. hal 15 point 13. P-13
>Bukti T & TT I s/d VII hal 15 point 13. P-13
Ketentuan yang mengatur Kewarganegaraan:
a. Undang^Undang no. 2 tahun 1958 tentang Dwikewarganegaraan , jo :
Pasal II
Barang siapa mempunyai warganegara ganda harus memilih salah saw dalam
waktu 2 tahun.
Pasal III
Bagi yang ingin tetap WNI harus menyatakan melepaskan kewarganegaraan RRT.
Catatan:
> Undang-Undang ini disahkan pada tanggal 11 januari 1958.
> Berlaku pada saat diundangkan yaitu pada tanggal 27 januari 1958
> Pernyataan harus sudah dibuat dalam waktu 2 tahun berakhir 27 januari 1960.
b. Pasal 2 PMA No. 2/1961, jo:
Mewajibkan bagi WNI (baik asli maupun tidak) yang pada tanggal 24-9-1960 telah
berkewarganegaraan tunggal dalam waktu 6 bulan yaitu sebelum 24 Ma ret 1961

Halaman 70, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


datang pada Kepala Kantor Pendaftaran Tanah yang bersangkutan untuk memberi
ketegasan
mengenai kewarganegaraannya itu.
c. Pasal 4 PMA No. 2/1961, jo :
Jika mereka tidak datang dalam jangka waktu tersebut maka hak eigendomnya
tidak dapat dikonversi kedalam hak milik melainkan hanya dapat diberikan dengan
hak guna bangunan.
d. PP No. 20/ 1959, jo:
Bagi WNI Keturunan Tionghoa, penegasan kewarganegaraan harus dibuktikan
dengan Surat Tanda Kewarganegaraan menurut PP No. 20/ 1959 yaitu surat
pernyataan melepaskan kewarganegaraan RRC yang sudah mendapat
pengesahan oleh Hakim tertanggal selambatnya 24-9-1960 yang dipertegas lagi
dengan surat edaran dari Departemen Agraria tanggal 24-9-1960 dan tanggal 14-
2-1961 nomor unda 1/7/39 yang maksudnya bahwa 24 September 1960 adalah
tanggal yang dinyatakan diterima oleh hakim Pengadilan Negeri yang ditunjukan
sebelah kanan bawah surat penolakkannya dan bukan dari pejabat lain.
Dengan demikian jelas bahwa Tan Swan Nio tidak memilih Warga Negara
Indonesia namun melepas kewarganegaraan RRT dengan demikian status Tan
Swan Nio adalah Stateless atau tidak mempunyai kewarganegaraan.
Sementara status Lie Hok Sing pada tanggal berlakunya UUPA yaitu tanggal 24
September 1960 adalah Double Kewarganegaraan atau Berkewarganegaraan
Ganda.
Dengan demikian Tan Swan Nio dan Lie Hok Sing tidak memenuhi syarat
Kewarganegaraan untuk Pendaftaran Tanah.
9. Bahwa Maielis Pemeriksa Perkara dalam pertimbaneannva menyatakan bahwa :
Menimbang bahwa terhadap dalil yang menyebutkan tanah tersebut kembali
menjadi tanah
Negara karena tanah tersebut tanah partikelir yang diokuposi oleh pihak sekolah
Colon Perwira Polri dan telah daluarsa karena telah dikuasai oleh Tergugat sejak
58 tahun lalu Majelis mempertlmbangkan sebagai berikut, bahwa berdasarkan UU
No. 1 tahun 1958 yang dimaksud tanah partikelir adalah tanah hak Eigendom yang
diatasnya berlaku hak Pertuanan (Wantanah Land Lord) yaitu hak bagi pemiiiknya
untuk menuntut orang-orang yang tinggal diatasnya untuk melakukan kerja paksa,
memungut uang sewa atas tanah yang ditinggalinya, memungut iuranjalan dan
iuran Iain-lain, bahwa luas tanah partikelir adalah 10 bau atau sekitar 10 hektar.
Menimbang bahwa berdasarkan catatan dalam kartu rlwayat tanah Eigendom
Verponding No.1636 luasnya hanya 2437 m2 dan tidak ada tercatat sebagai tanah

Halaman 71, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


partikelir, sehingga dalil jawaban yang menyatakan tanah tersebut sebagai tanah
partikelir adalah tidak beralasan hukum sehingga harus ditolak".
Bahwa Majelis Hakim telah keliru memahami dalil PEMBANDING-SEMULA
TERGUGAT yang berbunyi:
"Bahwa rupanya ada pihak-pihak yang lotos dari pengawasan Menteri Agraria
yaitu Pengawasan terhadap mutasi-mutasi mengenai tanah dan mencatat mutasi-
mutasi tanah serta melindungi kepentingan para pemegang tanah guna mencegah
perbuatan orang-orang yang bertujuan memperoleh keuntungan yang tidak
semestinya sebagaimana maksud diterbitkannya Undang-Undang Rl Nomor 1
Tahun 1958 Tentang Penghapusan Tanah Partikelir".
Bahwa di dalam pertimbangan Pemerintah mengeiuarkan Undang-Undang Rl
Nomor 1 Tahun 1958 Tentang Penghapusan Tanah Partikelir" adalah guna
Pengawasan terhadap mutasi-mutasi mengenai tanah dan mencatat mutasi-mutasi
tanah serta melindungi kepentingan para pemegang tanah guna mencegah
perbuatan orang-orang yang bertujuan memperoleh keuntungan yang tidak
semestinya. Bahwa PEMBANDING-SEMULA TERGUGAT mengutip pertimbangan
tersebut untuk menggambarkan bahwa ada orang-orang yang bertujuan
memperoieh keuntungan yang tidak semestinya bukan mendalilkan tanah
sengketa berasal dari tanah partikelir tetapi mengkategorikan TERBANDING -
SEMULA PENGGUGAT termasuk kategori orang-orang yang bertujuan
memperoleh keuntungan yang tidak semestinya.
10. Bahwa Maielis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannva menvatakan bahwa :
Menimbang bahwa terkait tanah Negara Majelis berpendapat sebagai berikut
bahwa definisi
(tanah Negara adalah berbeda dengan tanah milik instansi Pemerintah. Bahwa
definisi tanahNegara menurut SW. Soemardjono adalah tanah yang belum
diberikan ha katas tanah kepada pihak lain berupa Hak Milik, Hak Guna
Bangunan, Hak Guna Pakai, Hak Guna Usaha, Hak Pengelolaan, Tanah Wakaf.
Sedangkan menurut Boedi Harsono tanah Negara adaiah tanah yang langsung
dikuasai oleh Negara sebagaimana Pasal 2 UUPA, yaitu hak memberikan
wewenang kepada Negara untuk menyelenggarakan peruntukan penggunaan
persediaan dan pemeliharaan bumi air dan ruang angkasa serta mengatur
hubungan hukum antara orang orang dan perbuatan hokum yang mengenai bumi
air dan ruang angkasa. Atau dengan kata lain oleh karena tanah tersebut belum
dilekatkan hak maka negarafah berwenang untuk menentukan kepada siapa ha
katas tanah tersebut akan diberikan. Sedangkan tanah instansi pemerintah
adalah tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh Instansi Pemerintah".

Halaman 72, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Bahwa TURUT TERGUGAT VIII memperoleh tanah pada masa setelah merdeka
yaitu tahun 1947 maka seharusnya ketentuan yang digunakan adalah ketentuan vang
berlaku pada saat itu yaitu
Bahwa Penguasaan tanah sengketa aquo oleh TURUT TERGUGAT VIII sejak
sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok
Agraria sehingga tunduk pada ketentuan pasal 1 peraturan "agrarisch besluit" yang
diundangkan dalam Lembaran Negara "Staatblaad" no 118 tahun 1870 {S. 1870-
118), dimana ketentuan tersebut membagi 2 mengenai "Tanah Negara Bebas" yaitu :
(dipost'mg pada tanggal 9 Agustus 2008 oleh Budi Djatmiko)
a. Tanah menjadi tanah negara bebas karena dibebaskan dari hak milik rakyat oleh
suatu instansi/departemen, dianggap tanah negara dibawah penguasaan
departemen yang membebaskannya.
b. Tanah negara bebas yang tidak ada penguasaan secara nyata diserahkan kepada
suatu departemen, dianggap bahwa tanah tersebut dimasukkan kedalam
penguasaan departemen dalam negeri (Binnen van bestuur)
Dari hal tersebut jelas bahwa penguasaan tanah sengketa aquo oieh TURUT
TERGUGAT VIII adalah sah sesuai dengan ketentuan Tanah Negara Bebas point a.
diatas.
11. Bahwa Maielis Pemeriksa Perkara dalam pertimbaneannya menvatakan bahwa :
Menimbang bahwa berdasarkan UUPA tanab dapat terjadi karena tanah tersebut
belum pernah dilekatkan haknya (tanah bebas) karena tanah bekas hak barat
yang ditinggalkan oleh pemiliknya sehingga berdasarkan aturan konversi setelah
20 tahun kembali menjadi tanah Negara, karena pencabutan hak, diserahkan
secara sukarela oleh pemiliknya karena ditelantarkan.
Menimbang bahwa dalam perkara aquo meskipun tanah tersebut berasal dari
tanah hak Belanda yaitu Hak Eigendom namun karena tanah tersebut telah
beralih kepemilikannya kepada Tan Swan Niosejak tahun 1955 dan telah
dikonversi sejak tahun 1961 menjadi hak milik SHM No. 49/Cikole maka tanah
tersebut tidak termasuk lag! menjadi tanah hak belanda milik warga Negara osing
yang kembali menjadi tanah Negara setelah tenggang waktu 20 tahun
sebagaimana aturan konversi tentang tanah dalam UUPA.
Bahwa Majelis Hakim tidak cukup dalam pertimbangannya yaitu menutup mata
terhadap faktaf fakta persidangan dimana terungkap bahwa TERBANOING-
SEMULA PENGGUGAT perolehan haknva cacat hokutn/batal demi hokum/ tidak
sah sebagaimana diuraikan diatas.
12. Bahwa Maielis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannya menvatakan bahwa :

Halaman 73, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Menimbang bahwa terhadap dalil jawaban okupasi atau pengambil alihan objek
sengketa oleh Sekolah Colon Perwira Polri pada tahun 1947 untuk dijadikan
rumah dinas dan dihuni sebagai rumah dinas sejak tahun 1950 sebagaimana
juga keterangan saksi RD. John Prisubarkah, Majelis mempertimbangkan
sebagai berikut bahwa benar sebagaimana surat bukti dan fakta dipersidangan
Tergugat menguasai objek sengketa sudah 58 tahun sejak orang tuanya Agoes
Dojokoesoemo yang merupakan anggota polisi Sekolah Colon Perwira Polri
menempati rumah tersebut berdasarkan bukti T&TTl-VII-2, yaitu surat instruksi
dari Kepala Sekolah Colon Perwira Polri Sukabumi No. 26/Bag.lV/1959, pada
tangal 21 April 1959. Bahwa namun dalil jawaban okupasi atau pengambilalihan
objek sengketa sejak tahun 1947 dan ditempati sebagai rumah dinas sejak tahun
1950, tidak didukung oeh suatu alat bukti baik surat ataupun bukti lainnya yang
dapat mendukung dalil tersebut padahal azas dalam hokum pembuktian adalah
siapa yang mendalilkan maka dialah yang harus membuktikan apalagi RD John
Prisubarkah pada tahun 1947 baru berumur 7 tahun.
Bahwa sekali lagi Majelis Hakim tidak cukup dalam pertimbangannya yaitu
menutup mata
terhadap fakta-fakta persidangan dimana terungkap bahwa selain saksi RD John
Prisubarkah juga ada :
a. BUKTI TT VIII - 2Surat Keterangan dan Pernyataan Purn. Kol. Pol. Drs.
Soewondo Priokosoemo tanggal 23 September 1990.
Bukti tersebut diatas membuktikan bahwa :
a. Persil /paviliun di exjalan Bunut No. 11A yang sekarang dikenal sebagai jalan Siliwangi
No. 55/75 Sukabumi sejak Penyerahan Kembali Kedaulatan Republik Indonesia pada
tahun 1950 adalah benar-benar rumah dinas Sekolah Polisi Negara/ SPN - Sukabumi.
b. Agen polisi
c. Agen Polisi
b. Bukti TT VIII-3 Dokumen penjelasan dari Purn. Pol. Drs. Soewondo Priokosoemo perihal
Persil Jalan Bunut 11 sekarang Jalan Siliwangi 75 Sukabumi tanggal 12 Februari 2001
Bukti tersebut diatas membuktikan bahwa :
a. Bahwa tanah sengketa semula merupakan pekarangan dengan luas 2374 m2
dimana diatasnya terdapat 2 bangunan yang dlbangun pada tahun 1906 berupa :
a.l. Sebuah bangunan induk/hoof gebouw.(1452 m2)
a.2. Sebuah bangunan samping/paviliun.(922 m2)
(lihat surat ukur Agraria Bandung tanggal 6 Maret 1906 yang
diperbaharui pada tanggal 6 Oktober 1926 nomor 373 atas nama Nyonya
Helena Zeehlandeer geboren Amstel Nederland/negara Belanda).

Halaman 74, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


b. Bahwa tanah sengketa dalam perkara ini statusnya adalah tanah negara yang dahulu dikuasai
Pemerintah Belanda, dikenal sebagai persil jalan Bunut nomor: 11 di Sukabumi.
c. Bahwa sewaktu perang dunia ke-ll tanah sengketa aquo dikuasai Bala Tentara
Jepang, dijadikan rumah dinas bagi personil dari Keisatsu Gakko, yaitu Sekolah
Polisi dizaman pendudukan tentara Jepang di Indonesia kira-kira tahun 1942 s/d
1945.
d. Bahwa setelah Proklamast Kemerdekaan Rl tanah sengketa dimaksud diambil alih
oieh Pemerintah Rl dan tetap dijadikan rumah dinas Sekolah Polisi Negara Rl kira-
kira tahun 1945 s/d tahun 1947.
e. Bahwa pada zaman pendudukan Nica juga dijadikan rumah dinas bagi personil
Politie School Sukabumi, kira-kira tahun 1947 s/d tahun 1950.
f. Bahwa setelah penyerahan kembali Kedaulatan Rl kepangkuan Pemerintah Rl
tanah sengketa tersebut diambil alih kembali oieh Pemerintah Rl dan tetap
dijadikan rumah dinas Sekolah Polisi Negara di Sukabumi sejak tahun 1950 hingga
sekarang.
b. Agen Polisi Kepala R.M. Agoes Djojokoesoemo yang pada tahun1959
dialihtugaskan dari Kepolisian Komisariat Jawa -Tengah ke Sekolah Polisi Negara/
SPN - Sukabumi. c. Agen Polisi Kepala R.M. Agoes Djojokoesoemo pada tahun
1959 berdasarkan Surat Perintah/lnstruksi Direktur Sekolah Polisi Negara
Sukabumi tertanggal 21 April 1959 No. Instruksi 26/bag.lV/1959 diperintahkan
menempati rumah dinas yaitu
paviliun di jalan bunut no. 11A.
b. BUKTITT VIII - 3Dokumen Penjelasan dari Purn. Pol. Drs. Soewondo
Priokosoemo Perihal Persil : Jalan Bunut 11 sekarang Jalan Siliwangi 75
Sukabumi tanggal 12 Februari 2001.
g. Bahwa setelah diambil alih kembali tanah sengketa aquo dihuni (Paviliun) berturut
turut oleh anggota Kepolisian Rl yaitu oleh :
g.l. Tahun 1950 s/d 1953 Komisaris I.R. SOEDIBJO,
g.2. Tahun 1953 s/d 1959 Ajun Komisaris Polisi R. MARKONO.
Bahwa pada Tahun 1959 Bp. AGOES DJOJOKOSOEMO, dialihtugaskan ke
Sukabumi yang kemudian berdasarkan Surat Perintah/lnstruksi Direktur Sekolah
Polisi Negara Sukabumi tertanggal 21 April 1959 no. istruksi nomor 26/bag.lV/1959
Bp. AGOES DJOJOKOSOEMO diperintahkan untuk menempati rumah dinasdi
jalan Bunut noil A. ft
h. Pada tahun 1979 Rumah Induk oleh Letkol Pol SLAMET pada waktu itu menjabat
KA. PENGADAAN AKABRI POL yang ditunjuk oleh Dinas untuk menempati

Halaman 75, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Rumah Induk, bersama LIE HOK SENG menj'ual rumah dinas tanpa
sepengetahuan Dinas.
i. Bahwa sejak tahun 1950 hingga sekarang paviliun tidak pernah kosong selalu
dihuni sebagai rumah dinas SPN-Sukabumi.
j. Bahwa sejak tahun 1950 tanah aquo selalu dikuasai oleh TURUT TERGUGAT VIII
artinya telah 67 tahun tanpa gangguan.
k. TURUT TERGUGAT VIII telah menguasai tanah aquo melampaui 30 (tiga puluh
tahun) maka penguasaan terhadap tanah aquo adalah sah dan tidak dapat
dituntut.
I. Penggugat tidak pernah seharipun menguasai tanah aquo.
m. Terbukti bahwa Tan Swan Nio, Lee Hok Sing alias Mohammad Ali Husin, Mariana
Tedja, Mariah Harun (Penggugat), Asrul Harun tidak tinggaldi Sukabumi.

c. Bukti dan fakta persidangan berkaitan dengan luran Pembangunan Daerah &
Pajak Bumi dan Bangunan :
Diperoleh Fakta-fakta persidangan sebagai berikut:
1. Bahwa nama Bp. Agoes Djojokusumo adalah nama yang tercantum dalam Buku
Letter C Desa yaitu dengan No. Letter C : 153 No. Kohir : 682 No. Persil 122
dengan a la mat Jalan Siliwangi No. 49, RT/RK 3/111, Lingkungan/Desa Kebon
Jati, Kecamatan Sukabumi Utara, Kodya Sukabumi.
Vide : Bukti T & TT I s/d VII - XV.
a. Bukti T & ftb. Bukti T& TTTT II ss//dd VVIlIi -- VXVII..
DALAM REKONVENSI:
1. Bahwa apa yang tertuang dalam Konvensi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari bagian Rekonvensi ini.
2.luran Pembangunan Derail (IPEDA) tanah aquo dari tahun ke tahun dibayar oleh
orang tua TER6UGAT sejak mendiami rumah sengketa aquo yaitu tahun 1959
sampai dengan tahun 1986 yaitu tahun berlakunya Undang-undang Nomor 12
Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
Vide:
a.BuktiT&TTIs/dVII-XV.
b.BuktiT&TTIs/dVtl-VII.
3.Pajak Bumi dan Bangunan dari tahun ke tahun dibayar oleh orang tua TERGUGAT
sejak tahun 1986 hingga wafatnya dan dilanjutkan oleh TERGUGAT sampai
dengan sekarang.
Vide : Bukti T & TTI s/d VII - VII.

Halaman 76, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Dari hal-hal tersebut diatas penguasaan tanah aquo didukung dengan bukti-bukti
yang cukup.
13.Bahwa Maielis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannva menvatakan bahwa :
"Menimang bahwa secara hokum pengambilalihan tanah bekas hak barat untuk
kepentingan umum atau kepentingan Negara adalah dibenarkan bat ini
sebagaimana Keputusan Presiden No. 32 tahun 1979 tentang kebijokan Pokok
tentang pemberian hak baru atas tanah hak barat.
Bahwa meskipun isi instruksinya adalah Dinas namun objek sengketa dalam
faktanya digunakan sebagai rumah pribadi Agoes Djojokoesoemo karena objek
sengketa tidak tercatat sebagai asset Negara yang dimiliki oleh Sekotah Colon
Perwlra Polri Sukabumi. Dan tidak ada satupun surat bukti yang membuktikan
bahwa objek sengketa adalah asset atau inventaris milik Negara".
Bahwa tanah aquo dalam keadaan sengketa sejak tahun 1990 hingga sekarang
oleh karena itu tidak mungkin memasukan sebagai asset tanah aquo jika tidak
clean and clear.
14.Bahwa Maielis Pemeriksa Perkara dalam pertimbangannva menvatakan bahwa :
"Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan hokum diatas serta berdasarkan
fakta yang
menduduki objek sengketa sekarang adalah Tergugat maka cukup beralasan
hukum untuk menyatakan Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum
menduduki tanah milik Penggugat sehingga petitum point 2 dapatlah dikabulkan.
Menimbang bahwa oleh karena telah dipertimbangkan sebelumnya oleh Majelis
bahwa Penggugat sebagai Pemilik yang sab atas objek sengketa maka petitum
Penggugat paint 3 menyatakan Penggugat sebagai Pemilik sab atas objek
sengketa dalam perkara aquo dapatlah dikabulkan.
Menimbang bahwa oleh karena Penggugat telah dinayatakan melakukan perbuatan
melanggar hukum maka Petitum Penggugat poin 4 agar Tergugat atau orang lain
untuk mengosongkan dan menyerahkan objek sengketa dapatlah dikabulkan".
Bahwa karena perolehan hak atas tanah cacat hukum/batal demi hukum/tidak sah
sebagaimana diuraikan diatas maka seluruh dalil gugatan TERBANDING-SEMULA
PENGGUGAT sudah seharusnya ditolak.
2. Bahwa karena TERBANDING - SEMULA PENGGUGAT tidak mengajukan Replik
maka TERBANDING - SEMULA PENGGUGAT mengakui seluruh dalil-dalil
Gugatan Rekonvensi PEMBANDING - SEMULA TERGUGAT.
3. Bahwa dalil dalit dalam Rekonvensi ini meiengkapi daiii-daiii Gugatan Rekonvnsi
dalam Jawaban.

Halaman 77, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


4. Bahwa TURUT TERGUGAT VIII menguasai tanah dengan mengambil alih dari
Sekolah Polisi Belanda berdasarkan ketentuan pasal 1 peraturan "agrarisch
besluit" yang diundangkan dalam Lembaran Negara "Staatblaad" no 118 tahun
1870 (S. 1870-118), dimana ketentuan tersebut membagi 2 mengenai Tanah
Negara Bebas" yaitu : diposting pada tanggal 9 Agustus 2008 oleh Budi Djatmiko)
a. Tanah menjadi tanah negara bebas karena dibebaskan dari hak milik rakyat oleh
suatu instansi/departemen, dianggap tanah negara dibawah penguasaan
departemen yang membebaskannya.
b. Tanah negara bebas yang tidak ada penguasaan secara nyata diserahkan kepada
suatu departemen, dianggap bahwa tanah tersebut dimasukkan kedalam
penguasaan departemen dalam negeri (Binnen van bestuur)
Dari hal tersebut jelas bahwa penguasaan tanah sengketa aquo oleh TURUT
TERGUGAT VIII adalah sah sesuai dengan ketentuan Tanah Negara Bebas point
a. diatas.
5. Bahwa dari fakta dan bukti persidangan PEMBANDING - SEMULA TERGUGAT
telah memenuhi syarat untuk melakukan Pendaftaran Tanah :
a. TERBANDING - SEMULA PENGGUGAT tidak tercatat di dalam administrasi
kepemilikan tanah di Kelurahan Cikole, yang tercatat di Kelurahan Cikole adalah
orangtua TERGUGAT,
b. Bp. Agoes Djojokusumo adalah nama yang tercantum dalam Buku Letter C Desa
yaitu dengan No. Letter C : 153 No. Kohir : 682 No. Persil 122 dengan alamat
Jalan Siliwangi No.49, RT/RK 3/111, Lingkungan/Desa Kebon Jati, Kecamatan
Sukabumi Utara, Kodya Sukabumi sampai sekarang.
Vide : Bukti T & TTI s/d VII - XV a & b.
c. luran Pembangunan Derah (IPEDA) tanah aquo dari tahun ke tahun dibayar oleh orang tua
TERGUGAT sejak mendiami rumah sengketa aquo yaitu tahun 1959 sampai dengan tahun 1986
yaitu tahun berlakunya Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
Vide:
c. Bukti T&TT I s/d VII-XV.
d. Bukti T&TT I s/d VII-VII.
d. Pajak Bumi dan Bangunan dari tahun ke tahun dibayar oleh orang tua TERGUGAT
sejak tahun 1986 hingga wafatnya dan dilanjutkan oleh TERGUGAT sampai
dengan sekarang.
Vide : Bukti T & TT I s/d VII - VII.
e. Riwayat / Asal Usul tanah PEMBANDING - SEMULA TERGUGAT
RUNUT/RUNTUT dan Jelas !

Halaman 78, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


f. PEMBANDING - SEMULA TERGUGAT menguasai tanah tersebut dari orang
tuannya yaitu almarhum R.M. Agoes Djojokoesoemo sejak tanggal 21 April 1959
sampai sekarang berarti sudah 58 tahun,
Adapun svarat Pendaftaran Tanah vaitu :
a.WNI pada saat UUPA diundangkan.
b.Riwayat Tanah dari Desa.
c.Fotocopy Buku C yang diketahui Lurah.
d.Surat Pernyataan Penguasaan Fsik Tanah.
e.Girik/Pipil/Pethuk/Kekithir/Verponding Indonesia/Pajak Bumi dan Bangunan.
f.Surat Keahliwarisan dari Pengadilan Agama Rl, Surat Keputusan Pengadilan Negeri
Rl, Surat
Keterangan dari BHP Jakarta.
Ketentuan - ketentuan tentang Pendaftaran Tanah sebagai berikut:
a. Undang-undang no. 5 tahun 1960 ttg Pokok-pokok Agraria, Berlaku 24 September 1960,
jo.Undang-Undang Pokok Agraria yang menganut hokum adat mensyaratkan adanya hubungan
keperdataan dengan tanah yang artinya adanya penguasaan fisik tanah pada saat pendaftaran.
Hal ini dikuatkan oleh Saksi dari BPN, yang mengatakan bahwa penguasaan fisik
merupakan syarat Utama.
b. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961. jo.
Pasal 25
Pada intinya menentukan bahwa Datam Warkah Konversi/Pendaftaran Tanah harus
ada tanda tangan Kepalo Desa atau Camat dan harus ada Kohir/ Kekithir /Gink,
dengan demikian tidak mungkin data tanah yang sudah sertifikat tidak ada datanya di
Desa/Kelurahan/BPN.
Dari hat tersebut jelas bahwa tidak mungkin Kepaia Desa/Camat memberikan
rekomendasi untuk Konversi/Pendaftaran tanah apabiia tidak tercatat namanya pada
Buku Letter C karena untuk tercatat harus menguasai tanah dan memiliki Kohir/
Kekithir/Girik
c.Peraturan Pemerintah Rl Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
Paragraf 2
Pembuktian Hak Lama
Pasal 24
(1)Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-
hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai alat bukti hak tersebut berupa
buktibukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang
kadar kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara
sistematik atau oleh Kepaia Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara

Halaman 79, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


sporadic, dianggap cukup untuk mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pihak
lain yang membebaninya.
(2)Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan
kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan selama 20 (dua puluh)
tahun atau iebih secara berturut turut oleh pemohon pendaftaran dan
pendahulupendahulunya, dengan syarat:
a. Penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang
bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat oleh kesaksian
orang yang dapat dipercaya.
b. Penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman sebagaimana
dimaksud dalam pasal 26 tidak dipermasalahkan oleh
masyarakat hokum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan ataupun pihak
lainnya.
d. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9
Tahun 1999
Tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak
Pengelolaan Pasal 4 ayat 1 yang berbunyi:
Sebelum mengajukan Permohonan Hak, pemohon harus menguasai tanah yang
dimohon dibuktikan dengan data yuridis dan data fisik sesai dengan ketentuan
peraturan
perundangan yang berlaku".
e. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintab Rl Nomor 24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah.
Pasal 52
Tugas dan Wewenang Panitia Ajudikasi yaitu :
a. Menyelidiki riwayat tanah dan menilai kebenaran alat bukti pemilikan atau
penguasaan tanah.
Pasal 53
(1) Tugas Wakil Ketua II adalah membantu Ketua Panitia Ajudikasi dalam :
b. Supenisi pengumpuian dokumen asli mengenai kepemilikan atau penguasaan
tanah.
Dari hal-hal dan uraian tersebut diatas jelas bahwa Penguasaan PEMBANDING-
SEMULA TERGUGAT sesuai dengan hokum oleh karena itu sudah sepantasnya jika
Gugatan Rekonvensi ini dikabulkan.

Halaman 80, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Bahwa Permohonan Banding ini diajukan masih dalam tenggang waktu yang
ditentukan yaitu pada tanggal 15 Maret 2018 sementara perkara diputus pada
tanggal 28 Februari 2018, sehingga tidak ada alasan untuk menoiak permohonan
Banding ini.
Berdasarkan alasan alasan tersebut diatas, PEMBANDING- SEMULA TERGUGAT
dan TURUT PEMBANDING - SEMULA TURUT TERGUGAT, mohon agar
PENGADILAN TINGGI JAWA BARAT memutuskan sebagai berikut:
I. DALAM EKSEPSI:
Mengabulkan Eksepsi PEMBANDING -SEMULA TERGUGAT dan TURUT
PEMBANDING SEMULA TURUT TERGUGAT untuk seluruhnya .
II. DALAM POKOK PERKARA :
A. DALAM KONVENSI
1.Menyatakan Menoiak Gugatan TERBANDING - SEMULA PENGGUGAT
KONVENSI/TERGUGAT REKONVENSI untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya
menyatakan tidak dapat diterima.
2.Membebankan biaya perkara pada TERBANDING - SEMULA PENGGUGAT
KONVENSI/TERGUGAT REKONVENSI.
B. DALAM REKONVENSI:
1. Mengabulkan gugatan REKONVENSI untuk seluruhnya.
2. Menyatakan PEMBANDING-SEMULA TERGUGAT KONVENSI / PENGGUGAT
REKONVENSI menguasai tanah sengketa aquo adalah berdasarkan hukum
karena meneruskan orangtuanya yang anggota Kepolisian Rl yaitu RM Agoes
Djojokoesoemo yang telah wafat pada 14 Februari 2005 berdasarkan Surat
Perintah/lnstruksi Direktur Sekolah Polisi Negara Sukabumi tertanggal 21 April
1959 no. istruksi nomor 26/bag.lV/1959, diperintahkan untuk menempati rumah
dinas di jalan Bunut no 11 A. Kelurahan Kebon Jati, Kecamatan Sukabumi Utara,
Kabupaten Sukabumi, sekarang Jalan Siliwangi 75/55, saat ini menjadi Nomor:
81, Kelurahan Cikole, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi-Jawa Barat.
3. Menyatakan bahwa Kepemilikan tanah aquo oleh TURUT TERGUGAT VIII adalah
SAH berdasarkan :
a. DALUWARSA
b. RECHTVERWERKING
c. ketentuan pasal 1 peraturan "agrarisch besluit" yang diundangkan dalam
Lembaran Negara "Staatblaad" no 118 tahun 1870 (S. 1870-118).
d. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah Pasal
24 menentukan bahwa Penguasaan flsik selama 20 tahun atau lebih secara

Halaman 81, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


berturut turut mendapat perlindungan hukum sebagai Pemllik sepanjang
dilakukan dengan itikad baik.
4. Menyatakan bahwa Bahwa TAN SWAN NIO isteri LIE HOK SING. SH. Alias
MUHAMMAD ALI HUSIN. SH secara vuridis tidak memenuhi svarat untuk
memperoleh hak atas tanah negara dengan alasan sbb:
a. Bahwa berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria No. 1 Tahun 1960 yang
menganut hukum adat mensvaratkan penguasaan tanah aquo untuk dapat
memperoleh hak atas tanah atau dengan kata lain mensyaratkan adanya
hubungan keperdataan dengan tanah yang dimohonkan.
Bahwa sampai hari ini baik orang tua PENGGUGAT maupun PENGGUGAT
sendiri dalam perkara aquo belum pernah seharipun menguasai tanah
sengketa.
b. Bahwa Peralihan hak yang dilakukan M. AMIN MAHMUD selaku pejabat Kepala
Kantor Perwakilan Balai Harta Peninggalan pada waktu itu kepada TAN SWAN
NIO isteri LIE HOK SING. SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN. SH merupakan
penvalahgunaan kekuasaan (abuse of power/ onrehtmatiqoverheadsdaad).
karena:
b.l. tanah tersebut sudah secara sah dimiliki oleh TURUT TERGUGAT VIII
berdasarkan: b.1.1. DALUWARSA
b.1.2. RECHTVERWERKING
b.l.3. ketentuan pasal 1 peraturan "agrarisch besluit" yang diundangkan dalam
Lembaran Negara "Staatblaad" no 118 tahun 1870 (S. 1870- 118).
b.1.4. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
Pasal 24 menentukan bahwa Penguasaan fisik selama 20 tahun atau lebih
secara berturut turut mendapat perlindungan hukum sebagai Pemilik
sepanjang dilakukan dengan itikad baik.
b.3. Untuk melepaskan asset negara harus dengan ijin pimpinan
Lembaga/lnstansi yang bersangkutan dan Menteri Keuangan.
b.4. Untuk Pengalihan Rumah Dinas harus seijin Menteri Pekerjaan Umum.
b.5. Keduanva mengetahui bahwa tanah sengketa aquo pada saat itu dikuasai
oleh TURUT TERGUGAT VIII, dan di area tersebut sepaniang ialan dahulu
dikuasai oleh Polisi dan Militer tidak ada orang sipil yang menguasal tanah
di sepanjang jalan Bunut.
c. Bahwa pada saat memperoleh hak atas tanah aquo pada tanggal 5 Februari
1955 Tan Swan Nio isteri Lie Hok Sing dari JOHN JOZEPHUIS FRANCISCUS
LORENZON melanggar Undang-undang Darurat Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 1952 Tentang Pemindahan dan Pemakaian Tanah-Tanah dan
Barangbarang Tetap yang lainnya yang mempunyai Titel Menurut Hukum
Eropa karena tanpa ijin Menteri Kehakiman sehingga Batal Demi Hukum.
d. Bahwa pada saat pendaftaran Tanah (pada saat berlakunya UUPA) status
kewarganegaraan TAN SWAN NIO berstatus Tidak Memiliki
Kewarganegaraan (stateless) sedangkan LIE HOK SING. SH. Alias
MUHAMMAD ALI HUSIN, 5H berkewarganegaraan ganda sehingga otomatis
Hak milik dari sertifikat no.: 49 Batal Demi Hukum.
Bahwa dengan demikian jelas terbukti bahwa perolehan hak atas tanah oleh
TAN SWAN NIO isteri LIE HOK SING. SH. Alias MUHAMMAD ALI HUSIN. SH
C A C A T H U K U M / TIDAK SAH/BATAL DEMI HUKUM

Halaman 82, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


4. Menyatakan bahwa karena Sertifikat hak milik no 49 tahun 1962 peroiehan
haknya cacat hukum /tidak sah/batal demi hukum maka eacat/batal/ tidak sah
pula setiap pihak yang menerima hak daripadanya, oleh karena itu Sertifikat hak
milik no 49 tahun 1962 io. Sertifikat hak milik no 1343 atas nama TERBANDING-
SEMULA PENGGUGAT dan SUAMINYA vang bernama ASRUL HARUN : TIDAK
SAH/BATAL DEMI HUKUM/CACAT HUKUM. Termasuk sertifikat atas
tanah/rumah induk yang dijual LIE HOK SING bersama Letnan Kolonel SLAMET
kepada Ny. DEWI WIJAYA atau siapapun yang memperoleh hak daripadanya
adalah TIDAK SAH/BATAL DEMI HUKUM/CACAT HUKUM.
5. DALAM PROVISI:
Memerintahkan Badan Pertanahan Nasional di Sukabumi untuk memblokir
sertifikat hak milik no 49 tahun 1962 io. Sertifikat hak milik no 1343 aquo.
Termasuk sertifikat atas tanah/rumah induk vang diiual Lie Hok Sing bersama
Letnan Kolonel SLAMET kepada Ny. DEWI WIJAYA atau siapapun vans
memperoleh hak daripadanva sampai dengan adanva pembatalan sertifikat aquo.
6. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun ada
perlawanan, banding dan kasasi.
7. Menyatakan bahwa adaiah adil apabila TERBANDING - SEMULA PENGGUGAT
KONVENSI/TERGUGAT REKONVENSI sebagai pihak yang kalah untuk
membayar biaya-biaya perkara.
ATAU:
Mohon putusan yang seadil-adilnya

Menimbang, bahwa terhadap Memori Banding yang diajukan PARA


PEMBANDING semula Tergugat dan Para Turut Tergugat, PARA TERBANDING
semula Penggugat I dan Penggugat II mengajukan Kontra Memori Banding, tanggal 9
April 2018, yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut :

Dalam eksepsi :

- Bahwa pernyataan maupun dalil Pembanding semula Tergugat dan Para Turut
Terbanding I s/d VII semula Para Turut Tergugat I s/d VII yang pada pokoknya
menyebutkan : “Gugatan Penggugat yang mendasarkan pada Sertifikat Hak Milik
Nomor : 49 tahun 1962 sampai dengan sekarang tahun 2017 yang berarti sudah
55 tahun telah melampaui masa daluwarsa tiga puluh tahun” adalah keliru dan
menyesatkan, apalagi ditambah dengan sejumlah yurisprudensi yang sebenarnya
tidak ada relevansinya dan atau tidak tepat bias diterapkabn maupun dijadikan
dasar acuan dalam memutuskan perkara a quo.

Halaman 83, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


- Bahwa demikian halnya pernyataan maupun dalil Pembanding semula Terugat
dan Para Turut Pembanding I s/d VII semula Para Turut Tergugat I s/d VII
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya dalam eksepsi pada poin 1 yang pada
pokoknya menyebutkan “.. dan hal tersebut jelas Turut Tergugat VIII menguasai
lebih dari 30 tahun dan baru sekarang tahun 2017 atau 72 tahun kemudian baru
ada gangguan “ adalah sangat menyesatkan.
- Bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim dalam putusannya yang menolak
eksepsi sebagaimana yang dikemukakan oleh Pembanding semula Tergugat dan
Para Turut Pembanding I s/d VII semula para Turut Tergugat I s/d VII adalah
sudah benar dan berlandaskan pada bukti formil, fakta-fakta dan aturan hukum
yang berlaku.

Dalam pokok perkara :

- Bahwa jika dicermati, ternyata seluruh alas an keberatan yang diajukan


Pembanding semula Tergugat dan Para Turut Pembanding I s/d VII semula Para
Turut Tergugat I s/d VII seperti apa yang telah diuraikan di dalam memori
bandingnya sama sekali tidak mengemukakan hal-hal yang baru yang
mendukung dalil bantahannya, hanya pengulangan terhadap fakta-fakta yang
telah dipertimbangkan dan diputus oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kota
Sukabumi, Nomor.14/Pdt.G/2017/PN.Skb. tertanggal 27 Februari 2018, sehingga
alasan-alasan Pembanding semula Tergugat dan Para Turut Pembanding I s/d
VII semula Turut Tergugat I s/d VII, secara hukum harus dikesampingkan atau
harus ditolak.
- Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kota Sukabumi dalam perkara a quo
telah secara teliti, sesuai hukum dalam memeriksa, mengadili dan menyatakan
putusannya dalam rangka memperoleh kebenaran formil, materil, baik fakta-fakta
hukum yang telah terungkap di dalam persidangan, melalui bukti surat,
keterangan saksi fakta Sdr. Franciscus Muljono dari kantor Pertanahan Kota
Sukabumi dan para saksi-saksi lainnya yang telah disumpah dalam persidangan,
telah mempertimbangkan setiap dan langkah seluruh dalil Terbanding I dan II
semula Penggugat I dan II, dan jawaban, bantahan para pihak serta penerapan
hukumnya.

Menimbang, bahwa keberatan-keberatan PARA PEMBANDING semula


Tergugat dan Para Turut Tergugat tersebut, dengan segala alasan-alasan dan
Argumentasinya, selengkapnya sebagai mana terurai dan termuat dalam Memori
Banding tertanggal 9 Maret 2018, sebagaimana terlampir dalam berkas perkara ini ;

Halaman 84, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Menimbang, bahwa terhadap Memori Banding PARA PEMBANDING semula
Tergugat dan Para Turut Tergugat, PARA TERBANDING semula Para Penggugat,
mengajukan Kontra Memori Banding yang diterima di Kepaniteraaan Pengadilan
Negeri Sukabumi pada tanggal 9 April 2018 dan kontra memori banding tersebut
telah diberitahukan dan diterima dengan patut dan seksama oleh TURUT
TERBANDING semula Turut Tergugat VIII pada tanggal 11 April 2018, kepada PARA
PEMBANDING semula Tergugat dan Para Turut Tergugat melalui kuasa hukumnya
melalui delegasi melalui Pengadilan Negeri Tangerang tertanggal 11 April 2018
Nomor.W11.U4/273/HT.04.01/IV/2018, sedangkan TURUT TERBANDING semula
Turut Tergugat VIII tidak mengajukan kontra memori banding, sehingga dapat
diangap bahwa yang bersangkutan tidak hendak menggunakan haknya untuk
mengajukan Kontra Memori Banding dan kontra memori banding bukanlah
merupakan keharusan dalam perkara ditingkat banding, maka pemeriksaan perkara
ini haruslah dilanjutkan;

Menimbang, bahwa uraian dan sanggahan dari PARA TERBANDING semula


Penggugat I dan Penggugat II dalam kontra memori banding terhadap memori
banding dari PARA PEMBANDING semula Tergugat dan Para Turut Tergugat, pada
pokoknya apa yang telah dipertimbangkan dan diputus oleh Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Sukabumi telah tepat dan benar ;

Menimbang, bahwa setelah Pengadilan Tinggi mempelajari, meneliti, dan


mencermati serta mengkaji dengan seksama, keseluruhan berkas perkara, yang
terdiri dari surat gugatan, jawaban, berita acara persidangan, alat-alat bukti yang
diajukan oleh kedua belah pihak yang bersengketa, baik berupa surat-surat maupun
saksi-saksi, dan salinan resmi Putusan Pengadilan Negeri Sukabumi, tanggal 27
Februari 2018, Nomor. 14/Pdt.G/2017/PN.Skb., serta Memori Banding yang diajukan
oleh PARA PEMBANDING semula Tergugat dan Para Turut Tergugat, dan kontra
memori banding dari PARA TERBANDING semula Penggugat I dan Penggugat II,
Majelis Hakim Pengadilan Tinggi berpendapat, bahwa apa yang telah
dipertimbangkan dan disimpulkan serta diputuskan oleh Majelis Hakim Tingkat
Pertama, baik itu menyangkut pertimbangan hukum mengenai Eksepsi, dan
pertimbangan hukum menyangkut materi pokok Gugatan dan Gugatan Rekonpensi,
telah dipertimbangkan dan diputus dengan tepat dan benar, sehingga Pengadilan
Tinggi sependapat, dengan pertimbangan hukum dan putusan Majelis Hakim Tingkat
Pertama tersebut, yang dalam putusannya menyatakan, Dalam Eksepsi Menolak
Eksepsi dari Tergugat I dan Para Turut Tergugat, sedangkan dalam Konpensi dalam
Pokok Perkara Mengabulkan Gugatan untuk sebagian dan Dalam Rekonpensi untuk

Halaman 85, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Para Penggugat dr/Tergugat dk dan Para Turut Tergugat Ditolak, dengan amar
selengkapnya sebagaimana tercantum dalam diktum atau amar putusan Pengadilan
Negeri Sukabumi, tanggal 27 Februari 2018, Nomor. 14/Pdt.G/2017/PN.Skb. ;

Menimbang, bahwa Pengadilan Tinggi sependapat, dan dapat menyetujui


serta membenarkan pertimbangan hukum, dari putusan Pengadilan Tingkat Pertama
yang dalam putusannya, oleh karena dalam pertimbangan – pertimbangannya
Pengadilan Tingkat Pertama, telah memuat dan menguraikan dengan tepat dan
benar, semua fakta dan keadaan, yang didasarkan pada alat-alat bukti yang diajukan
dipersidangan, disertai dengan alasan-alasan hukum yang menjadi dasar
pertimbangan dalam putusannya, dan hal itu dianggap telah tercantum pula dalam
putusan ditingkat banding ;

Menimbang, bahwa oleh karena itu Majelis Hakim Pengadilan Tinggi, tidak
sependapat dengan Memori Banding yang diajukan oleh PEMBANDING semula
Tergugat dan Para Turut Tergugat, tanggal 9 Maret 2018, yang pada pokoknya
menyatakan, bahwa, Judex Factie Pengadilan Negeri Sukabumi Perkara
No.14/Pdt.G/2017/PN.Skb., tertanggal 27 Februari 2018 telah lalai
mempertimbangkan dalil – dalil dan prinsip hukum serta penerapan ketentuan
peraturan perundang – udangan, mengandung cacat fundamental berupa
kekurangan dalam pertimbanganya, adanya kejanggalan-kejanggalan dalam gugatan
Termohon Banding yang dikesampingkan oleh Judex Factie Tingkat Pertama, Judex
Factie Tingkat Pertama telah lalai dan salah dalam pertimbangannya, karena tidak
memberikan perlindungan hukum kepada pemohon banding, bahwa dalam
pertimbangan – pertimbangannya Pengadilan Tingkat Pertama, telah memuat dan
menguraikan dengan tepat dan benar, semua fakta dan keadaan, yang didasarkan
pada alat-alat bukti yang diajukan dipersidangan, disertai dengan alasan-alasan yang
cukup menurut hukum, untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam putusannya,
sehingga alasan-alasan memori banding dari PEMBANDING semula Tergugat dan
Para Turut Tergugat tersebut, tidak cukup kuat untuk dijadikan dasar membatalkan
putusan Pengadilan Tingkat Pertama ;

Menimbang, bahwa selain itu, dalam Memori Banding tersebut, berisi


hal-hal atau alasan-alasan yang didasarkan pada alat-alat bukti yang telah
dipertimbangkan oleh Majelis Hakim Tingkat Pertama dalam mempertimbangkan
pokok gugatan penggugat, dan atau berisi hal-hal yang pada pokoknya merupakan
pengulangan atas dalil-dalil sangkalan PEMBANDING semula Tergugat dan Para
Turut Tergugat terhadap gugatan penggugat berdasarkan bukti-bukti yang
dimilikinya, yang untuk itu telah dipertimbangkan oleh Majelis Hakim Tingkat

Halaman 86, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


Pertama, dalam mempertimbangkan tentang Eksepsi, maupun materi Gugatan
Penggugat, sehingga Majelis Hakim Tingkat Banding, tidak menemukan adanya hal-
hal baru/fakta-fakta hukum baru, khususnya tentang adanya kekeliruan atau
kesalahan dari Majelis Hakim Tingkat Pertama dalam menjatuhkan putusan, baik itu
dalam penerapan hukum ataupun pertimbangan hukumnya, ataupun adanya
pertimbangan hukum yang tidak sebagaimana mestinya, sehingga putusan dan
pertimbangan hukumnya tidak mencerminkan rasa keadilan dan kepastian hukum,
yang karenanya masih perlu dipertimbangkan lagi dalam peradilan tingkat banding,
sehingga alasan-alasan memori banding dari PEMBANDING semula Tergugat dan
Para Turut Tergugat, dapat ditolak dan dikesampingkan, karenanya tidak perlu
dipertimbangkan lebih lanjut ;

Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh uraian pertimbangan tersebut


diatas, oleh karena Pengadilan Tinggi, sependapat dengan pertimbangan-
pertimbangan dan putusan Majelis Hakim Pengadilan Tingkat Pertama, maka
pertimbangan-pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama tersebut, diambil alih
dan dijadikan sebagai dasar pertimbangan Pengadilan Tinggi sendiri, dalam
memutus perkara ini ditingkat banding, sehingga putusan Pengadilan Negeri
Sukabumi, tanggal 27 Februari 2018, Nomor. 14/Pdt.G/2017/PN.Skb., dapat
dipertahankan dalam peradilan tingkat banding, dan oleh karenanya haruslah
dikuatkan ;

Menimbang, bahwa oleh karena pihak PEMBANDING semula Tergugat dan


Para Turut Tergugat, tetap dipihak yang dikalahkan, maka PEMBANDING semula
Tergugat dan Para Turut Tergugat, dihukum pula untuk membayar biaya perkara
dalam kedua tingkat peradilan, dan untuk tingkat banding sebagaimana akan
disebutkan dalam amar putusan dibawah ini ;

Mengingat dan memperhatikan ketentuan dalam Undang-Undang RI Nomor


20 Tahun 1947 Tentang Banding, HIR, serta Undang-Undang Nomor: 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman, Udang-Undang Nomor : 49 tahun 2009 Tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor : 2 Tahun 1986 tentang Peradilan
Umum, serta peraturan-peraturan hukum lainnya yang bersangkutan;

MENGADILI

- Menerima permohonan banding dari Kuasa Hukum PARA PEMBANDING


semula Tergugat dan Para Turut Tergugat tersebut ;

- Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Sukabumi, tanggal 27 Februari 2018,


Nomor. 14/Pdt.G/2017/PN.Skb., yang dimohonkan banding tersebut ;

Halaman 87, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG


- Menghukum Para PEMBANDING semula Tergugat dan Para Turut Tergugat,
untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan, yang untuk
tingkat banding sebesar Rp. 150.000.- (seratus lima puluh ribu rupiah) ;

Demikian diputus dalam sidang musyawarah Majelis Hakim Pengadilan


Tinggi Jawa Barat pada hari : ……………, Tanggal ……….. 2018 oleh kami
Dr. Hj. M.D. ELY MARIANI, S.H., M.Hum., selaku Hakim Ketua Majelis, dengan
H. ADE KOMARUDDIN, S.H., M.Hum. dan Drs. AMIN SEMBIRING, S.H., M.H.,
para Hakim Anggota, yang ditunjuk untuk memeriksa dan mengadili perkara ini dalam
tingkat banding, berdasarkan Surat Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Jawa Barat,
tanggal 19 April 2018, Nomor. 179 / PEN / PDT / 2018 / PT.BDG, dan putusan
tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari : .............., Tanggal
………… 2018, oleh Ketua Majelis tersebut, dengan dihadiri oleh Hakim - Hakim
Anggota, serta YUNTHA DHARMANSYAH S., S.H.,. Panitera Pengganti pada
Pengadilan Tinggi Jawa Barat, tanpa dihadiri oleh para pihak yang berperkara
maupun kuasanya ;

HAKIM ANGGOTA, KETUA MAJELIS,

Ttd Ttd

1. H. ADE KOMARUDDIN, S.H., M.Hum. Dr. Hj. M.D. ELY MARIANI, S.H., M.Hum.

Ttd

2. Drs. AMIN SEMBIRING, S.H., M.H., PANITERA PENGGANTI,

Ttd

YUNTHA DHARMANSYAH S, S.H.

Perincian biaya perkara :


1. Biaya Materai Rp. 6.000,-
2. Biaya Redaksi putusan Rp. 5.000,-
3. Biaya Pemberkasan Rp. 139.000,-
Jumlah Rp. 150.000,-
(seratus lima puluh ribu rupiah)

Halaman 88, Putusan Nomor : 179/PDT/2018/PT.BDG

Anda mungkin juga menyukai