Anda di halaman 1dari 28

PUTUSAN

Nomor 152 PK/Pdt/2017

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA


MAHKAMAH AGUNG
memeriksa perkara perdata dalam peninjauan kembali telah memutus sebagai
berikut dalam perkara:
1. ALCE alias ICE WILLEM SAKKUNG (istri almarhum
WILLEM SAKKUNG);
2. DEDE JAURI SAKKUNG, Nomor 1, 2, bertempat tinggal di
Jalan Kolonel Sugiyono Nomor 67 Palu, Sulawesi Tengah,
sekarang tidak diketahui alamatnya yang jelas baik di dalam
negeri maupun di luar negeri;
3. JAMES SAKKUNG, bertempat tinggal di Jalan Pongtiku
Nomor 33 Makale;
4. LINA SAKKUNG;
5. JONI TONDOK;
6. AGUS SAKKUNG, Nomor 4-6 bertempat tinggal di Jalan
Nusantara Nomor 3 Makale;
Kesemuanya dalam hal ini memberi kuasa kepada Yohanis
Tandi Rerung, S.H., dan kawan, Advokat, berkantor di Jalan
Poros Sangala, Rantepao, Lembang Tallung Penanian,
Kecamatan Sanggalangi, Kabupaten. Toraja Utara,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 7 September
2016;
Para Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Termohon Kasasi I,
II, VI-VIII, Turut Termohon Kasasi I/Tergugat I, II, VI, VIII, IX, VII/
Pembanding I, II, VI-VIII, Turut Terbanding I;
Lawan
JIMMY ANDILOLO, bertempat tinggal di Mengkendek,
Ge'tengan, Kabupaten Tana Toraja, dalam hal ini memberi
kuasa kepada Agus Salim, S.H., M.H., dan kawan, Para
Advokat, berkantor di Jalan Dirgantara Nomor 40 A, Makassar-
Sulsel, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 16 Januari
2017;
Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Kasasi/
Penggugat/Terbanding;
D a n:
1. Dr. EDY TARUK ALLO;

Halaman 1 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


2. YANTO NELSON PAYUNG, Nomor 1 sampai dengan Nomor
2 bertempat tinggal di Jalan Nusantara Nomor 3 Makale;
3. DONI SAKKUNG;
4. IRA SAKKUNG;
5. ITA SAKKUNG, Nomor 3 sampai dengan Nomor 5, dahulu
bertempat tinggal di Jalan Kolonel Sugiyono Nomor 67 Palu,
Sulawesi Tengah, sekarang tidak diketahui alamatnya yang
jelas baik di dalam negeri maupun di luar negeri;
Para Turut Termohon Peninjauan Kembali dahulu Turut
Termohon Kasasi II, III, Termohon Kasasi III-V/Turut Tergugat I,
II, Tergugat III-V/Turut Terbanding II, III, Pembanding III, IV, V;
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata Para Pemohon
Peninjauan Kembali dahulu Termohon Kasasi I, II, VI-VIII, Turut Termohon
Kasasi I/Tergugat I, II, VI, VIII, IX, VII/Pembanding I, II, VI-VIII, Turut Terbanding
I telah mengajukan permohonan peninjauan kembali terhadap Putusan
Mahkamah Agung Nomor 41 K/Pdt/2014 tanggal 27 November 2014 yang
telah berkekuatan hukum tetap, dalam perkaranya melawan Termohon
Peninjauan Kembali dan Para Turut Termohon Peninjauan Kembali dahulu
Pemohon Kasasi/ Penggugat/Terbanding dan Turut Termohon Kasasi II, III,
Termohon Kasasi III-V/Turut Tergugat I, II, Tergugat III-V/Turut Terbanding II, III,
Pembanding III, IV, V dengan posita gugatan sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat adalah anak kandung/ahli waris dari A.J.K. Andilolo
(ayah) dan Anie (ibu);
2. Bahwa ayah Penggugat meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 1991
dan Ibu Penggugat meninggal dunia tanggal 30 Mei 1990;
3. Bahwa semasa hidupnya ibu kandung Penggugat meninggalkan harta
warisan antara lain sebidang tanah beserta bangunan permanen di atasnya,
seluas 1.167 m2 (seribu seratus enam puluh tujuh meter persegi) sertifikat
Hak Milik Nomor 84 tanggal 7 April 1971 yang semula atas nama Frasmis
Afeles Mappaliey (Kakek Penggugat) kemudian beralih kepada ibu kandung
Penggugat (Anie);
4. Bahwa bidang tanah dan bangunan tersebut terletak di Jalan Nusantara
Nomor 3 Makale (dahulu Jalan Pongtiku) Kelurahan Bombongan,
Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja, dengan batas-batas sebagai
berikut:
- Utara dengan pekarangan Yudith;
- Timur dengan Jalan Nusantara (dahulu Jalan Pongtiku);

Halaman 2 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


- Selatan kompleks Daerah;
- Barat dengan Bukit Bungin; Selanjutnya disebut objek sengketa;
5. Bahwa semasa hidupnya ibu kandung Penggugat (Anie) meminjam uang
(kredit) di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Makale dan
jaminannya adalah Sertifikat Hak Milik Nomor 84;
6. Bahwa ibu kandung Penggugat tidak mampu melunasi pinjamannya, maka
meminta bantuan saudara Willem Sakkung (ayah Para Tergugat) untuk
melunasi sisa pinjaman di Bank;
7. Bahwa setelah ayah Para Tergugat melunasi sisa pinjaman di Bank, maka
dibuatlah surat kuasa pada tanggal 21 Desember 1988 yaitu surat kuasa
Nomor 26 di hadapan Notaris Joost Dumanauw, S.H. yaitu Notaris di
Makassar;
8. Bahwa isi surat kuasa tersebut antara lain ayah Para Tergugat diberi hak
untuk menguasai, mengurus, menempati, menghibahkan, dan atau menjual
kepada siapa saja, dan seterusnya;
9. Pada tanggal 21 Desember 1988 dibuatkan juga akte pengikatan jual beli
Nomor 27 antara ibu kandung Penggugat (Anie) dengan ayah kandung Para
Tergugat (Willem Sakkung) di hadapan Notaris Joost Dumanauw, S.H.
Bahwa isi akte pengikatan jual beli tersebut antara lain: ibu kandung
Penggugat menjual bangunan permanen berikut tanahnya (objek sengketa)
kepada ayah Para Tergugat dan harga pembelian sebesar
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
10. Bahwa Pasal 2 dari Akte Perikatan Jual Beli isinya: apa yang dijual dan
diserahkan menurut akte ini mulai pada hari ini telah menjadi miliknya
pembeli dan karena itu pembeli telah berhak menjalankan segala hak,
kekuasaan dan kewajiban di atas. Bahwa baik surat kuasa maupun akte
perikatan jual beli adalah fiktif karena ibu kandung Penggugat tidak pernah
melakukan pengikatan jual beli maupun surat kuasa;
11. Akan tetapi kenyataan selama ibu kandung Penggugat masih hidup, ayah
Para Tergugat (Willem Sakkung) tidak pernah mengurus/memproses balik
nama sertifikat maupun akte jual beli atas objek sengketa pada hal
seharusnya ayah Para Tergugat segera mengurus akte jual beli dan balik
nama sertifikat setelah terbit surat kuasa Nomor 26 dan akte perikatan jual
beli Nomor 27 tanggal 21 Desember 1988;
12. Bahwa menurut hukum, surat kuasa Nomor 26 dari pemberi kuasa (Ny. Anie)
yaitu ibu kandung Penggugat kepada penerima kuasa (Willem Sakkung)
yaitu ayah Para Tergugat sudah tidak berlaku lagi setelah pemberi kuasa
meninggal dunia;

Halaman 3 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


13. Akan tetapi setelah ibu kandung Penggugat meninggal dunia tanggal 30 Mei
1990, ayah Para Tergugat melakukan perbuatan-perbuatan hukum yaitu:
1. Memproses akte jual beli Nomor 10/JB/04/III/1998 tanggal 23 Maret 1998
di hadapan PPAT Camat Makale;
Bahwa nama penjual tercantum Tuan Willem Sakkung yaitu ayah Para
Tergugat dan pembeli juga tercantum nama Tuan Willem Sakkung yang
didasarkan pada akte pengikatan jual beli tanggal 21 Desember 1988;
2. Memproses balik nama sertifikat tanggal 20 Agustus 1998 Nomor
314/208/ 1998, Nomor 520/307/1998 ke atas nama Willem Sakkung yaitu
ayah Para Tergugat;
Sesuai ketentuan yang termaktub dalam Pasal 1813 KUHPerdata dimana
ibu kandung Penggugat telah meninggal dunia tanggal 30 Mei 1990
maka akte jual beli Nomor 10/JB/04/III/1998 tanggal 23 Maret 1998 dan
proses balik nama Sertifikat Nomor 84 atas objek sengketa dinyatakan
tidak sah;
14. Bahwa Penggugat sebagai salah seorang ahli waris dari Alm. Ibu
kandungnya (Anie) berhak untuk menuntut pengembalian objek sengketa
dari penguasaan Para Tergugat dan Para Turut Tergugat karena Para
Tergugat tidak berhak untuk menguasai objek sengketa;
15. Pihak Tergugat tanpa alas hak menguasai tanah sengketa akan tetapi
menyewakan lagi sebagian objek sengketa kepada pihak Turut Tergugat I
dan Turut Tergugat II;
16. Oleh karena itu kepada pihak Para Tergugat dan Para Turut Tergugat harus
dihukum untuk mengosongkan objek sengketa dan menyerahkan kepada
Penggugat tanpa syarat apapun;
17. Bahwa untuk mencegah perbuatan pihak Para Tergugat dan Para Turut
Tergugat mengalihkan objek sengketa kepada pihak lain maka mohon
Majelis Hakim yang terhormat meletakkan sita jaminan (conservatoir
beslagh) atas objek sengketa;
18. Penggugat mohon agar keputusan dalam perkara ini dapat dijalankan
terlebih dahulu (uitvoerbaar bij vooraad) meskipun para Tergugat dan para
Turut Tergugat menyatakan verset, banding, maupun kasasi;
19. Upaya damai di luar sidang pengadilan telah diupayakan oleh pihak
Penggugat akan tetapi tidak berhasil;
Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas Penggugat mohon
kepada Pengadilan Negeri Makale untuk memberikan putusan sebagai berikut:
Primair:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

Halaman 4 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


2. Menyatakan sah dan berharga penyitaan jaminan (conservatoir beslag )
yang diletakkan di atas;
3. Menyatakan hukum Penggugat adalah ahli waris yang sah dari almarhumah
Anie;
4. Menyatakan hukum objek sengketa yang terletak di Jalan Nusantara Nomor
3 (dahulu Jalan Pongtiku) Kelurahan Bombongan, Kecamatan Makale,
Kabupaten Tana Toraja dengan batas-batasnya sebagai berikut:
- Utara dengan pekarangan Yudith;
- Timur dengan Jalan Nusantara (dahulu Jalan Pongtiku);
- Selatan kompleks Daerah;
- Barat dengan Bukit Bungin;
Sesuai Sertifikat Hak Milik Nomor 84 adalah harta peninggalan almarhumah
Anie yang selanjutnya menjadi hak milik para ahli waris dari almarhumah
Anie;
5. Menyatakan hukum proses akte jual beli Nomor 10/JB/04/III/1998 tanggal 23
Maret 1998 dan proses balik nama sertifikat atas objek sengketa dari semula
atas nama Anie ke atas nama Willem Sakkung adalah tidak sah;
6. Menyatakan hukum perbuatan hukum para Tergugat yang menyewakan
sebagian objek sengketa kepada pihak Turut Tergugat I dan II adalah tidak
sah;
7. Menyatakan hukum para Tergugat tidak berhak untuk menguasai objek
sengketa karena penguasaan selama ini tidak berdasarkan alasan yang sah;
8. Menghukum Para Tergugat dan Para Turut Tergugat atau kepada siapa pun
yang memperoleh hak dari Para Tergugat dan Para Turut Tergugat untuk
mengosongkan objek sengketa dan selanjutnya menyerahkan kepada
Penggugat tanpa syarat apapun jika perlu dengan bantuan alat Negara
(polisi);
9. Menyatakan hukum bahwa keputusan dalam perkara ini dapat dijalankan
terlebih dahulu (uitvoerbaar bij voorraad) meskipun Para Tergugat dan Para
Turut Tergugat menyatakan verset, banding, maupun kasasi;
10. Menghukum Para Tergugat dan Para Turut Tergugat secara tanggung
renteng membayar biaya perkara;
Subsidair:
Atau menjatuhkan keputusan lain yang dipandang adil;
Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Kuasa Hukum Tergugat
VI, VIII, IX mengajukan eksepsi yang pada pokoknya sebagai berikut:
A. Penggugat tidak mempunyai kualitas sebagai Penggugat dalam perkara ini
(persona stendi in juditio);

Halaman 5 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


1. Obyek sengketa telah dijual secara sah oleh orang tua Penggugat
kepada orang tua Tergugat VI, Tergugat VII, Tergugat VIII, Mertua dari
Tergugat I dan Tergugat IX, kakek dari Tergugat II, Tergugat III, Tergugat
IV dan Tergugat V, yang pada saat itu diwakili oleh saudara kandung
Tergugat VI, Tergugat VII, Tergugat VIII, suami Tergugat I, ayah Tergugat
II, Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V yang bernama Willem
Sakkung (almarhum) pada tahun 1988 yang saat itu menjabat sebagai
Direktur Utama PT Sinar Kaili yang pemegang sahamnya adalah
keluarga Sakkung;
2. Bahwa jual beli objek sengketa sebagaimana tersebut di atas adalah sah
dan pada saat itu Penggugat belum memiliki hak waris, oleh karena itu
Penggugat belum memiliki hak waris ketika objek sengketa dijual, oleh
karena itu Penggugat tidak kualitas sebagai Penggugat dalam perkara ini
sehingga adalah patut gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat
diterima (niet onvankelijke verklaard);
B. Gugatan Kurang Pihak;
1. Bahwa objek sengketa ternyata sebelum perkara ini didaftarkan di
Pengadilan Negeri Makale telah dijual oleh Tergugat I, Tergugat II,
Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V serta Tergugat VII kepada pihak
ketiga (bukan pihak dalam perkara ini) tanpa sepengetahuan Tergugat
VI dan Tergugat VIII, hal tersebut diketahui oleh Tergugat VIII
berdasarkan somasi yang dikirimkan kepada Tergugat VIII (akan
dijadikan bukti surat), oleh karena pihak ketiga tersebut tidak ikut
digugat dalam perkara ini maka gugatan Penggugat menjadi kurang
pihak dan patut dinyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima
(niet onvankelijke verklaard);
2. Bahwa Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Tana Toraja tidak ikut
digugat dalam perkara ini yang seharusnya ikut digugat karena dalam
Petitum poin angka 5 pada pokoknya produk Kantor Badan Pertanahan
Kabupaten Tana Toraja berupa sertifikat diminta oleh Penggugat untuk
dinyatakan tidak sah, maka dengan tidak ikut digugatnya Kantor Badan
Pertanahan Kabupaten Tana Toraja menjadikan gugatan Penggugat
kurang pihak dan patut dinyatakan gugatan Penggugat Tidak Dapat
Diterima (niet onvankelijke verklaard);
3. Bahwa pihak pemerintah Republik Indonesia Cq. Camat Makale
sebagai Pejabat Pembuat Akte Tanah tidak ikut digugat dalam perkara
ini yang seharusnya ikut digugat karena dalam petitum poin angka 5
pada pokoknya produk Pejabat Pembuat Akte Tanah berupa Akte Jual
Beli diminta oleh Penggugat untuk dinyatakan tidak sah, maka dengan

Halaman 6 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


tidak ikut digugatnya Pihak Pemerintah Republik Indonesia Cq. Camat
Makale menjadikan gugatan Penggugat kurang pihak dan patut
dinyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet onvankelijke
verklaard);
4. Bahwa jika merujuk pada sejarah kepemilikan dan atau gugatan
dimaksudkan adalah tentang peristiwa hukum beralihnya penguasaan
dan kepemilikan objek sengketa dari orang tua Penggugat kepada
orang tua Tergugat VI, Tergugat VII, Tergugat VIII, Mertua dari Tergugat I
dan Tergugat IX, Kakek dari Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV dan
Tergugat V, yang pada saat itu diwakili oleh saudara kandung Tergugat
VI, Tergugat VII, Tergugat VIII, suami Tergugat I, ayah Tergugat II,
Tergugat III, Tergugat IV, dan Tergugat V yang bernama Willem Sakkung
(almarhum) pada tahun 1988 yang saat itu menjabat sebagai Direktur
Utama PT Sinar Kaili yang pemegang sahamnya adalah keluarga
Sakkung, maka seharusnya masih ada saudara kandung dari Tergugat
VI, Tergugat VII, Tergugat VIII yang tidak ikut digugat dalam perkara ini
yaitu: Annie Sakkung, Yudith Sakkung (almarhumah) dalam hal ini ahli
waris penggantinya, Christina Sakkung, Adrial Sakkung (almarhum)
dalam hal ini ahli waris penggantinya, Paulus Sakkung, Ebony Sakkung,
Indriaty Sinnong Sakkung, oleh karena itu gugatan Penggugat menjadi
kurang pihak dan patut dinyatakan gugatan Penggugat Tidak Dapat
Diterima (niet onvankelijke verklaard);
C. Gugatan Kabur dan Tidak Jelas (obscuur libel);
1. Bahwa antara posita dan petitum gugatan Penggugat tidak saling
mendukung, karena tidak diuraikan dalam posita gugatan Penggugat
tentang peranan atau pelanggaran hukum apa yang dilakukan masing-
masing Para Tergugat yang merugikan Penggugat, sebab tidak semua
Para Tergugat ikut dalam perbuatan hukum menyewakan objek
sengketa melainkan hanya Tergugat VIII yang secara feitelijke telah
menguasai objek sengketa selama 23 tahun yang menyewakan kepada
Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II, namun dalam petitum Penggugat
disebutkan Para Tergugat yang menyewakan kepada Turut Tergugat I
dan Turut Tergugat II, hal tersebut jelas telah menunjukkan gugatan
Penggugat sangat kabur dan tidak jelas (obscuur libel) oleh karena itu
patut dinyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet
onvankelijke verklaard);
2. Bahwa dalam posita gugatan Penggugat tidak secara tegas
menguraikan perbuatan apa yang dilakukan Para Tergugat yang
merugikan Penggugat apakah perbuatan melawan hukum

Halaman 7 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


(onrechtmatigedaad) atau ingkar janji (wanprestasi) yang menjadi dasar
ajukannya gugatan sehingga menyebabkan gugatan memilik cacat
hukum dan patut dinyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima
(niet onvankelijke verklaard);
D. Gugatan salah alamat (error in subyekto);
Bahwa Tergugat IX tidak memiliki hubungan hukum langsung dengan
peristiwa peralihan hak atas objek sengketa maupun kepemilikan objek
sengketa, oleh karena itu dengan diposisikannya Tergugat IX sebagai pihak
utama dalam perkara ini maka gugatan menjadi salah alamat atau error in
subyekto, oleh karena itu patut dinyatakan gugatan Penggugat tidak dapat
diterima (niet onvankelijke verklaard);
Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Makale telah
memberikan Putusan Nomor 52/Pdt.G/2012/PN Mkl. tanggal 28 November 2012
dengan amar sebagai berikut:
Dalam Eksepsi:
- Menolak Eksepsi Tergugat VI, Tergugat VIII, dan Tergugat IX untuk
seluruhnya;
Dalam Pokok Perkara:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;
2. Menyatakan menurut hukum bahwa Penggugat adalah ahli waris yang sah
dari almarhumah Anie;
3. Menyatakan menurut hukum bahwa objek sengketa yang terletak di Jalan
Nusantara Nomor 3 (dahulu Jalan Pongtiku), Kelurahan Bombongan,
Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja, dengan batas-batas sebagai
berikut:
- Utara wisma Bungin dibatasi langsung oleh tembok;
- Timur Jalan raya Nusantara (dahulu Jalan Pongtiku);
- Selatan gedung DPRD Kabupaten Tana Toraja;
- Barat bukit;
Sesuai Sertifikat Hak Milik Nomor 84 adalah harta peninggalan almarhumah
Anie yang selanjutnya menjadi hak milik para ahli waris dari almarhumah
Anie;
4. Menyatakan menurut hukum bahwa akta jual beli Nomor 10/JB/04/III/1998
tanggal 23 Maret 1998 dan proses balik nama sertifikat atas objek sengketa
dari semula atas nama Anie menjadi atas nama Willem Sakkung adalah
tidak sah;
5. Menyatakan menurut hukum bahwa perbuatan hukum Para Tergugat yang
menyewakan sebagian objek sengketa kepada Turut Tergugat I dan Turut
Tergugat II adalah tidak sah;

Halaman 8 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


6. Menyatakan menurut hukum bahwa Para Tergugat tidak berhak untuk
menguasai objek sengketa karena penguasaan selama ini tidak berdasarkan
alasan yang sah;
7. Menghukum Para Tergugat dan Para Turut Tergugat atau kepada siapapun
yang memperoleh hak dari Para Tergugat dan Para Turut Tergugat untuk
mengosongkan objek sengketa dan selanjutnya menyerahkan kepada
Penggugat tanpa syarat apapun jika perlu dengan bantuan alat Negara
(Polisi);
8. Menghukum Para Tergugat dan Para Turut Tergugat secara tanggung
renteng membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara ini sebesar
Rp1.761.000,00 (satu juta tujuh ratus enam puluh satu ribu rupiah);
9. Menolak gugatan Penggugat untuk selebihnya;
Menimbang, bahwa amar Putusan Pengadilan Tinggi Makassar Nomor
68/PDT/2013/PT MKS tanggal 19 April 2013 adalah sebagai berikut:
- Menerima permohonan banding dari Para Pembanding/Para Tergugat
tersebut;
- Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Makale tanggal 28 November
2012 Nomor 52/Pdt.G/2012/PN Mkl. yang dimohonkan banding;
Dengan Mengadili Sendiri:
Dalam Eksepsi:
- Menolak Eksepsi Penasihat Hukum Para Tergugat untuk seluruhnya;
Dalam Pokok Perkara:
- Menolak gugatan Penggugat/Terbanding untuk seluruhnya;
- Menghukum Terbanding/Penggugat untuk membayar seluruh biaya perkara
yang timbul dalam kedua tingkat peradilan, yang di tingkat banding
ditetapkan sebesar Rp150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah);
Menimbang, bahwa amar Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 41
K/Pdt/2014 tanggal 27 November 2014 yang telah berkekuatan hukum tetap
tersebut adalah sebagai berikut:
- Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi Jimmy Andilolo
tersebut;
- Membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Makassar Nomor 68/PDT/2013/PT
MKS tanggal 19 April 2013 yang membatalkan Putusan Pengadilan Negeri
Makale Nomor 52/Pdt.G/2012/PN Mkl. tanggal 28 November 2012;
Mengadili Sendiri:
Dalam Eksepsi:
- Menolak Eksepsi Tergugat VI, Tergugat VIII, dan Tergugat IX untuk
seluruhnya;

Halaman 9 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


Dalam Pokok Perkara:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;
2. Menyatakan menurut hukum bahwa Penggugat adalah ahli waris yang sah
dari almarhumah Anie;
3. Menyatakan menurut hukum bahwa objek sengketa yang terletak di Jalan
Nusantara Nomor 3 (dahulu Jalan Pongtiku), Kelurahan Bombongan,
Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja, dengan batas-batas sebagai
berikut:
- Utara wisma Bungin dibatasi langsung oleh tembok;
- Timur Jalan raya Nusantara (dahulu Jalan Pongtiku);
- Selatan gedung DPRD Kabupaten Tana Toraja;
- Barat bukit;
Sesuai Sertifikat Hak Milik Nomor 84 adalah harta peninggalan almarhumah
Anie yang selanjutnya menjadi hak milik para ahli waris dari almarhumah
Anie;
4. Menyatakan menurut hukum bahwa akta jual beli Nomor 10/JB/04/III/1998
tanggal 23 Maret 1998 dan proses balik nama sertifikat atas objek sengketa
dari semula atas nama Anie menjadi atas nama Willem Sakkung adalah
tidak sah;
5. Menyatakan menurut hukum bahwa perbuatan hukum Para Tergugat yang
menyewakan sebagian objek sengketa kepada Turut Tergugat I dan Turut
Tergugat II adalah tidak sah;
6. Menyatakan menurut hukum bahwa Para Tergugat tidak berhak untuk
menguasai objek sengketa karena penguasaan selama ini tidak berdasarkan
alasan yang sah;
7. Menghukum Para Tergugat dan Para Turut Tergugat atau kepada siapapun
yang memperoleh hak dari Para Tergugat dan Para Turut Tergugat untuk
mengosongkan objek sengketa dan selanjutnya menyerahkan kepada
Penggugat tanpa syarat apapun jika perlu dengan bantuan alat Negara
(Polisi);
8. Menolak gugatan Penggugat untuk selebihnya;
- Menghukum Para Termohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam
semua tingkat peradilan yang dalam tingkat kasasi ini ditetapkan sejumlah
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);
Menimbang, bahwa sesudah Putusan Mahkamah Agung Nomor 41
K/Pdt/2014 tanggal 27 November 2014 yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap tersebut, diberitahukan kepada Termohon Kasasi I, II, VI-VIII, Turut
Termohon Kasasi I/Tergugat I, II, VI, VIII, IX, VII/ Pembanding I, II, VI-VIII, Turut
Terbanding I kemudian terhadapnya oleh Termohon Kasasi I, II, VI-VIII, Turut

Halaman 10 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


Termohon Kasasi I/Tergugat I, II, VI, VIII, IX, VII/ Pembanding I, II, VI-VIII, Turut
Terbanding I diajukan permohonan peninjauan kembali pada tanggal 22
Desember 2016 sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Peninjauan
Kembali Nomor 52/Pdt.G/2012/PN Mkl yang dibuat oleh Panitera Pengadilan
Negeri Makale, permohonan tersebut diikuti dengan memori peninjauan kembali
yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
tersebut pada tanggal 22 Desember 2016;
Bahwa memori peninjauan kembali dari Termohon Kasasi I, II, VI-VIII,
Turut Termohon Kasasi I/Tergugat I, II, VI, VIII, IX, VII/ Pembanding I, II, VI-VIII,
Turut Terbanding I tersebut telah diberitahukan kepada Penggugat pada tanggal
12 Januari 2017;
Bahwa kemudian Pemohon Kasasi/Penggugat/Terbanding mengajukan
tanggapan memori peninjauan kembali yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Makale pada tanggal 19 Januari 2017;
Menimbang, bahwa permohonan peninjauan kembali a quo beserta
alasan-alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama,
diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam
undang-undang, maka oleh karena itu permohonan peninjauan kembali tersebut
secara formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Para Pemohon
Peninjauan Kembali dahulu Termohon Kasasi I, II, VI-VIII, Turut Termohon
Kasasi I/Tergugat I, II, VI, VIII, IX, VII/ Pembanding I, II, VI-VIII, Turut Terbanding
I dalam memori peninjauan kembali tersebut pada pokoknya ialah:
I. Ditemukannya Surat-Surat Bukti, Yang Bersifat Menentukan;
Bahwa sebuah Surat yang ditulis langsung oleh bapak Penggugat (A.J.K.
Andi Lolo (A) Pak Tomo) tertanggal 5 Desember 1988, yang ditujukan
kepada Pak Sakkung, yang maksud dan isinya adalah:
- mengenai Wisma Yani kami harapkan dipinjamkan saja dulu
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dengan ketentuan bila akhir
bulan Maret 1989 kami tidak mampu kembalikan, maka Wisma Yani akan
menjadi milik Pak Sakkung;
- Untuk perjanjian tersebut, nanti diatur melalui perjanjian
Sebagai Bukti PK-1.
Bahwa begitu juga dengan sebuah Kwitansi pembayaran/Pelunasan
tertanggal 21 Desember 1988 dengan lampiran Akte Pengikat Jual Beli
Nomor 27, yang maksud dan isinya adalah:
Telah terima dari Tuan: Willem Sakkung via Transfer ceg Nomor 0976
tertanggal 19 Desember 1988 melalui BPD Cab. Palu. Jumlah Uang:
Seratus Juta Rupiah Saja; Untuk Pembayaran: Pelunasan Harga sebuah

Halaman 11 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


Rumah di atas Tanah seluas ± 1167 m², Sertifikat Hak Milik Nomor 84,
Gambar Situasi 63/1971 atas nama Nyonya Anie;
Sebagai Bukti PK-2.
Bahwa dari kedua bukti tersebut di atas, adalah merupakan Bukti Baru atau
Novum karena dalam persidangan sebelumnya tidak pernah diajukan atau
belum ditemukan dan baru ditemukan oleh Lina Sakkung (Pemohon
Peninjauan Kembali IV) pada tanggal 05 September 2016, sebagai Bukti
PK-1 dan Bukti PK-2;
Bahwa dengan adanya Novum atau bukti baru (Surat dari Pak Tomo kepada
Pak Sakkung) bukti PK-1 tersebut, telah menunjukkan atau membuktikan
bahwa benar orang tua Penggugat pernah meminta kepada Pak Sakkung,
orang tua dari Pemohon Peninjauan Kembali untuk diberikan uang sebesar
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dengan ketentuan kalau tidak bisa
dikembalikan sampai dengan Bulan Maret 1989, maka Wisma Yani akan
menjadi milik Pak Sakkung;
Bahwa dengan mengacu kepada ketentuan yang dibuat sendiri oleh orang
tua Penggugat/Termohon tersebut di atas, apabila dihubungkan dengan
fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan, ternyata sampai dengan
saat ini, uang tersebut belum atau tidak pernah sama sekali dikembalikan
baik semasa hidup kedua orang tua Penggugat/Termohon maupun oleh
Termohon/Penggugat sendiri saat ini, sehingga dengan demikian maka,
Wisma Yani in casu objek sengketa adalah milik Pak Sakkung In Casu Para
Pemohon Peninjauan Kembali (ahli warisnya);
Bahwa demikian pula apabila bukti PK-1 tersebut di atas, dihubungkan
dengan bukti PK-2 berupa Kwitansi Pelunasan atau pembayaran objek
sengketa oleh Willem Sakkung kepada Nyonya Anie (ibu kandung
Penggugat/Termohon Peninjauan Kembali) senilai Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) tanggal 21 Desember 1988, meskipun aslinya tidak
ditemukan lagi, namun karena bersesuaian dengan Akte Pengikatan Jual
Beli Nomor 27, tanggal 21 Desember 1988 (Bukti T1.2.3.4.5. B),
sebagaimana pada pasal 1 disebutkan; harga penjualan/pembelian ini telah
terjadi dengan harga sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah),
jumlah uang mana telah diterima penuh oleh Pihak Kesatu in casu Nyonya
Anie dari Pihak Kedua in casu Willem Sakkung, pada waktu/sebelum akte
ini ditandatangani dan akte ini pula tanda pembayarannya (kwitansinya)
yang sah, sehingga kwitansi tersebut dapat dipandang sebagai salah satu
bukti tertulis yang sah, maka dengan demikian telah terbukti bahwa objek
sengketa adalah benar-benar milik Keluarga Sakkung in casu Para

Halaman 12 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


Pemohon Peninjauan Kembali karena telah dibayar lunas pada tanggal 19
Desember 1988;
Bahwa hal demikian apabila dihubungkan lagi dengan fakta-fakta hukum
yang terjadi selama persidangan sebagaimana pengakuan Penggugat/
Termohon sendiri dalam gugatannya pada angka 2; bahwa ayah Penggugat
meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 1991 dan ibu Penggugat
meninggal dunia pada tanggal 30 Mei 1990, yang berarti 2-3 tahun
berselang setelah terjadi pembayaran dan pembuatan Akte Pengikatan Jual
Beli Nomor 27 tanggal 21 Desember 1988, namun ternyata semasa
hidupnya berdua in casu kedua orang tua Penggugat, mereka tidak pernah
mempersoalkannya kepada Para Pemohon Peninjauan Kembali, pada hal
objek sengketa telah dikuasai oleh Para Tergugat in casu Tergugat VIII/
Pemohon IV). Bahwa tidak dipersoalkannya objek sengketa semasa
hidupnya kedua orang tua Penggugat/Termohon pada waktu itu, adalah
karena memang benar-benar sudah terjadi transaksi jual beli atas objek
sengketa antara orang tua Penggugat/Termohon dengan orang tua Para
Tergugat/Para Pemohon Peninjauan Kembali;
Bahwa begitu juga tidak pernah terungkap dipersidangan bahwa uang
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang diambil oleh orang tua
Penggugat/Termohon dari orang tua Para Tergugat/Para Pemohon, sampai
dengan saat ini, belum atau tidak pernah dikembalikan, baik semasa
hidupnya kedua orang tua Penggugat/Termohon maupun oleh Penggugat/
Termohon sampai dengan saat ini, serta telah pula disertai dengan tindakan
atau perbuatan real, nyata serta kontan antara lain ; sertifikat hak milik dan
objek sengketa telah diserahkan dan telah berada dalam penguasaan dan
pemilikan Para Pemohon Peninjauan Kembali, yang sudah berlangsung
dalam kurun waktu selama ± 28 Tahun lamanya; tercapainya kesepakatan
transaksi jual beli atas objek sengketa antara orang tua Penggugat in casu
Nyonya Anie dengan orang tua Para Pemohon in casu Willem Sakkung,
yang tuangkan dalam bentuk Akte Pengikatan Jual Beli Nomor 27 tanggal
21 Desember 1988 (bukti T1.2.3.4.5. B); dan pembayaran lunas telah
dilakukan oleh orang tua Para Pemohon yang telah diterima oleh orang tua
Termohon atas harga jual beli objek sengketa;
Bahwa khusus mengenai Akte Pengikatan Jual Beli Nomor 27 tanggal 21
Desember 1988, sebagaimana telah dipertimbangkan oleh Judex Facti
Pengadilan Negeri Makale dalam putusan Nomor 52/Pdt.G/2012/PN.Mkl
pada halaman 39 alinea ke-3 dari bawah, yang diambil alih dan dijadikan
pertimbangan hukum sendiri oleh Judex Juris Mahkamah Agung RI;
“menimbang bahwa dengan demikian dalil Penggugat yang menyatakan

Halaman 13 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


Akte Pengikatan Jual Beli Nomor 27 tanggal 21 Desember 1988 tersebut
adalah fiktif, tidak cukup beralasan menurut hukum dan harus ditolak,
sehingga secara hukum telah nyata bahwa Akte Pengikat Jual Beli Nomor
27 tanggal 21 Desember 1988 adalah benar-benar ada, yang telah dibuat
dihadapan Notaris Joost Dumanauw, SH. Notaris di Ujung Pandang dan
ditandatangani oleh Nyonya Anie selaku Pihak Kesatu dan Willem Sakkung
sebagai Pihak Kedua”;
Bahwa dengan pertimbangan Judex Juris tersebut di atas, bahwa
keberadaan Akte a quo benar-benar ada (tidak fiktif) yang telah ditanda
tangani oleh kedua belah pihak didepan Notaris, maka dengan demikian
Akte Pengikatan Jual Beli Nomor 27 tanggal 11 Desember 1988, berlaku
dan mengikat sebagai undang-undang terhadap kedua belah pihak
termasuk ahli warisnya dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak vide
pasal 1338 KUHPerdata, hal ini dipertegas lagi dalam Yurisprudensi MA RI
Nomor 409 K/Sip/1974 tanggal 29 April 1976; bahwa guna menjamin
kepastian hukum dalam pembangunan social ekonomi Negara sekarang,
teristimewa di kota-kota besar, maka apa yang diperjanjikan di hadapan
notaris, haruslah mengikat pihak-pihak selaku undang-undang, sehingga
apa yang dikemukakan Tergugat/pembanding untuk memperlakukan hukum
adat tidak dapat dibenarkan, (i.c. jual beli rumah dengan akta notaris in
casu Akte Pengikatan Jual Beli Nomor 27 tanggal 21 Desember 1988).
Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, maka baik menurut
Hukum Adat maupun Hukum Perdata (Hukum Perikatan), bahwa oleh
karena Akte Pengikatan Jual Beli Nomor 27 tanggal 21 Desember 1988
tersebut mengikat serta berlaku pada kedua belah pihak termasuk ahli
warisnya, selaku undang-undang, maka dengan demikian pula transaksi
jual beli yang telah terjadi di atas objek sengketa antara orang tua
Penggugat/Termohon in casu Nyonya Anie dengan orang tua Para
Tergugat/Para Pemohon in casu Pak Sakkung/Willem Sakkung berdasarkan
Akte a quo, adalah sah serta tidak bertentangan dengan hukum, sehingga
penguasaan dan pemilikan objek sengketa oleh Para Pemohon Peninjauan
Kembali pun adalah sah serta tidak bertentangan pula dengan hukum;
Bahwa hal ini telah bersesuaian dan telah diatur dalam beberapa kaedah
hukum sebagaimana dalam putusan Mahkamah Agung RI sebagai berikut:
- Yurispridensi Mahkamah Agung RI, tanggal 19-5-1976 Nomor 380
K/Sip/1975; “ bahwa untuk sahnya perjanjian jual beli tanah diperlukan
syarat terang in casu bukti PK-1dan penguatan dari pejabat yang
berwenang in casu Akte Pengikatan Jual Beli Nomor 27 Tahun 1988
(bukti T1.2.3.4. 5;B);

Halaman 14 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


- Yurisprudensi Mahkamah Agung RI. tanggal 30 September 1975 Nomor
272 K/Sip/1974; “bahwa karena sudah dengan tepat dipertimbangkan
oleh Pengadilan Tinggi bahwa perbuatan hukum jual beli sudah ada
menurut hukum adat, berdasarkan maksud dari para pihak yang diikuti
dengan perbuatan-perbuatan nyata, antara lain tanah sudah diserahkan
kepada Tergugat in casu objek sengketa beserta sertifikat telah
diserahkan kepada Para Pemohon Peninjauan Kembali dan telah
dikuasai berturut selama ± 28 Tahun dan Tergugat in casu Para Pemohon
Peninjauan Kembali telah membayar lunas seharga Rp48.320 in casu
Rp100.000.000,00 (bukti PK-1) dan sudah pula menghadap Perbekel
Sibang Gdein in casu Notaris dan PPAT; Joost Dumanauw, SH. Notaris di
Ujung Pandang mengutarakan maksudnya untuk menjual tanah tersebut
in casu Akte Pengikatan Jual Beli Nomor 27 Tahun 1988 (bukti
T1.2.3.4.5;B);
Bahwa dengan demikian maka, dengan adanya bukti baru atau Novum
tersebut di atas, yang telah saling bersesuaian serta didukung pula
dengan bukti-bukti surat Pemohon Peninjauan Kembali in casu bukti
T1.2.3.4.5; B, dan bukti Surat Penggugat/Termohon Peninjauan Kembali
in casu bukti P.1. berupa Akte Pengikatan Jual Beli tertanggal 21
Desember 1988 antara Nyonya Anie (ibu Termohon) dengan Willem
Sakkung in casu ahli warisnya (Para Pemohon), maka Para Pemohon/
Para Tergugat telah mampu membuktikan dalil bantahannya semula;
bahwa objek sengketa adalah milik Para Tergugat/Para Pemohon karena
telah dibeli dari Nyonya Anie (Ibu Termohon) oleh Willem Sakkung in
casu ahli warisnya (Para Pemohon) sejak tanggal 21 Desember 1988
secara sah dan oleh karenanya, maka tepat dan beralasan hukum untuk
membatalkan Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 41 K/PDT/2014
tertanggal 27 November 2014 dan menolak gugatan Penggugat/
Termohon Peninjauan Kembali untuk seluruhnya.
II. Karena Suatu Kekhilafan Hakim Atau Suatu Kekeliruan Nyata;
1. Dalam Eksepsi
Bahwa di dalam perkara a quo Para Pemohon Peninjauan Kembali telah
mengajukan eksepsi yang pada pokoknya sebagai berikut:
- Bahwa Penggugat tidak mempunyai kualitas hukum untuk
mengajukan gugatan dalam perkara ini (persona stendi in juditio),
dengan alasan bahwa ketika jual beli terjadi antara Ny Anie (orang tua
Penggugat) dengan Pak Sakkung (orang Tua/mertua/dan nenek
Para Pemohon Peninjauan kembali) hak waris Penggugat belum ada
atau dengan kata lain bahwa warisan belum terbuka kepada

Halaman 15 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


Penggugat karena kedua Pewaris masih hidup. Bahwa namun oleh
Judex Juris sebagaimana dalam pertimbangan hukumnya pada
halaman 11 putusan a quo: bahwa setelah memeriksa dan
mempelajari dengan seksama pertimbangan dan putusan Pengadilan
Negeri Makale Nomor 52/Pdt.G/2012/PN Mkl tanggal 28 November
2012 Mahkamah Agung berpendapat bahwa pertimbangan dan
putusan Majelis Hakim tersebut telah tepat dan benar sehingga
diambil alih sebagai pertimbangan Mahkamah Agung sendiri;
Bahwa dengan pertimbangan Judex Juris Mahkamah Agung RI
demikian maka telah jelas terdapat kekeliruan yang nyata karena
telah mengabaikan hukum yang hidup dalam masyarakat yaitu
Hukum Kewarisan Adat khususnya yang berlaku di Tana Toraja;
bahwa warisan baru terbuka kepada ahli warisnya pada saat si
pewaris telah meninggal dunia, serta pasal 5 UU Nomor 5 Tahun
1960 tentang Hukum Agraria; bahwa hukum yang berlaku di atas
tanah adalah hukum adat;
- Bahwa gugatan Penggugat kurang pihak;
Bahwa oleh karena Penggugat dalam petitumnya telah menuntut agar
Akta Jual Beli Nomor 10/JB/04/III/1998 serta Balik Nama Sertifikat
atas objek sengketa dari semula atas nama Anie menjadi atas nama
Willem Sakkung dinyatakan tidak sah, maka muncul pertanyaan
hukum; dapatkah suatu perbuatan hukum atau produk hukum
dinyatakan batal atau tidak sah apabila fihak-fihak yang membuat
atau yang terlibat didalam proses perbuatan hukum atau produk
hukum tersebut; tidak dilibatkan sebagai pihak dalam perkara dan
tidak pula dinyatakan sebagai perbuatan melawan hukum? in casu
pihak Pihak PPAT Kecamatan Makale selaku Pejabat yang berhak
dan berwenang membuat Akte Jual Beli Nomor 10/JB/04/III/1998
tanggal 23 Maret 1998 serta Pihak BPN Kab. Tana Toraja selaku
Pejabat yang berhak memproses dan menerbitkan Balik Nama
Sertifikat atas objek sengketa;
Bahwa dengan demikian maka Judex Juris Mahkamah Agung RI
telah melakukan kekeliruan atau kekhilafan nyata dengan begitu saja
mengambil alih pertimbangan Judex Facti Pengadilan Negeri Makale
sebagaimana pertimbangan hukum putusan Judex Facti Pengadilan
Negeri Makale a quo pada halaman 31 “bahwa dengan tidak
diikutsertakannya Kepala Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Tana Toraja dan Camat Makale sebagai pihak Tergugat, tidak
mengakibatkan gugatan Penggugat kurang pihak, oleh karena hal

Halaman 16 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


tersebut telah digariskan dalam kaidah hukum beberapa
Yurisprudensi Mahkamah Agung, bahwa adalah hak dan wewenang
Penggugatlah untuk menentukan siapa-siapa yang akan digugatnya”.
Bahwa meskipun oleh Yurisprudensi Mahkamah Agung telah
memberikan kaedah-kaedah hukum tentang hak Penggugat untuk
menentukan siapa-siapa yang akan digugat namun Judex Juris
harus pula memperhatikan tentang batasan-batasan hukum
mengenai apa yang dituntut oleh Penggugat in casu tuntutan untuk
membatalkan atau menyatakan suatu perbuatan hukum atau produk
hukum tidak sah;
- Bahwa gugatan Penggugat kabur atau obscuur libel (Eksepsi poin C);
Bahwa antara posita dan petitum gugatan Penggugat saling
kontradiktif karena apa yang terurai pada posita tidak masuk dalam
petitum sebagaimana dalil pokok Penggugat, bahwa Akte Pengikatan
Jual Beli nomor 27 Tahun 1988 tanggal 21 Desember 1988 adalah
fiktif karena ibu kandung Penggugat tidak pernah melakukan
pengikatan jual beli dan surat kuasa lihat gugatan Penggugat angka
10;
Bahwa dengan tidak dimasukkannya Akte Pengikat Jual Beli dalam
Petitum Penggugat sebagai tidak sah maka tuntutan Penggugat untuk
penyerahan objek sengketa tidaklah relevan dengan posita, karena
Akte Pengikatan Jual Beli atas objek sengketa tetap sah, dan oleh
karenanya pemilikan dan penguasaan Para Tergugat in casu Para
Pemohon Peninjauan Kembali atas objek sengketa adalah sah
berdasarkan Akte Pengikatan Jual Beli a quo. Bahwa demikian pula
dalam kaitannya dengan pelaksanaan putusan atau eksekusi, akan
tidak dapat dilaksanakan atau non eksekutabel karena dasar
Pemilikan dan penguasaan Para Tergugat/Para Pemohon Peninjauan
Kembali tetap sah yakni Akte Pengikatan Jual Beli Nomor 27 tanggal
21 Desember 1988.Bahwa dengan demikian maka telah jelas bahwa
gugatan Penggugat adalah kabur atau obscuur libel;
Bahwa namun dalam putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Makale a quo pada halaman 32, yang dikuatkan oleh Judex Juris,
bahwa menurut Majelis Hakim hal tersebut dapat diketahui dalam
pembuktian pokok perkara sehingga eksepsi tersebut sudah
memasuki pokok perkara dan bukan mengenai tangkisan yang
ditujukan kepada syarat-syarat formal suatu gugatan sehingga
haruslah ditolak;

Halaman 17 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


Bahwa dengan pertimbangan Judex Juris Mahkamah Agung RI yang
telah mengambil alih pertimbangan Judex Facti Pengadilan Negeri
Makale a quo, telah terdapat suatu kekhilafan atau kekeliruan nyata
karena eksepsi Para Tergugat/Para Pemohon tersebut di atas benar-
benar berkaitan dengan syarat formal suatu gugatan;
Bahwa dengan demikian maka beralasan hukum untuk membatalkan
putusan Judex Juris Mahkamah Agung a quo.
2. Dalam Pokok Perkara
Bahwa apa yang telah terurai di atas, secara hukum adalah merupakan
satu kesatuan serta bagian yang tidak terpisahkan dengan apa yang
akan terurai berikut dibawah ini;
Bahwa Penggugat di dalam gugatannya telah mendalilkan pada
pokoknya bahwa Akte Pengikatan Jual Beli Nomor 27 tanggal 21
Desember 1988 adalah fiktif karena ibu kandung Penggugat tidak pernah
melakukan pengikatan jual beli dan surat kuasa;
Bahwa dalam Pertimbangan Hukum Putusan Judex Facti Pengadilan
Negeri Makale a quo pada halaman 39 alinea ke-3dari bawah yang
diambil alih dan dijadikan pertimbangan hukum Judex Juris sendiri;
“menimbang bahwa dengan demikian dalil Penggugat yang menyatakan
Akte Pengikatan Jual Beli Nomor 27 tanggal 21 Desember 1988 tersebut
adalah fiktif adalah tidak cukup beralasan menurut hukum dan harus
ditolak, sehingga secara hukum telah nyata bahwa Akte Pengikat Jual
Beli Nomor 27 tanggal 21 Desember 1988 adalah benar-benar ada, yang
telah dibuat dihadapan Notaris Joost Dumanauw, SH. Notaris di Ujung
Pandang dan ditandatangani oleh Nyonya Anie selaku Pihak Kesatu dan
Willem Sakkung sebagai Pihak Kedua”;
Bahwa kemudian dalam Putusan Judex Facti Pengadilan Tinggi
Makassar a quo yang membatalkan Putusan Judex Facti Pengadilan
Negeri Makale dalam pertimbangan hukumnya pada halaman 8 alinea
ke-1 dari bawah; menimbang bahwa setelah Majelis Hakim Pengadilan
Tingkat Banding mempelajari dan mencermati turunan putusan
Pengadilan Tingkat Pertama dengan segala Pertimbangan-pertimbangan
hukumnya, Pengadilan Tingkat Banding tidak sependapat dengan
pertimbangan-pertimbangan Hakim Tingkat Pertama tersebut dengan
alasan sebagai berikut:
- Bahwa Penggugat dalam dalil gugatannya yang mendalilkan bahwa
Ata Pengikatan Jual Beli Nomor 27 tanggal 21 Desember 1988
adalah fiktif;

Halaman 18 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


- Bahwa sebagaimana telah dipertimbangkan oleh Hakim Tingkat
Pertama ternyata Akta tersebut adalah benar adanya (tidak fiktif) yang
telah dibuat dihadapan Notaris Jost Dumanau, SH. Notaris di Ujung
Pandang, serta ditandatangani oleh Nyonya Anie Alm selaku Pihak
Kesatu/Penjual dan Willem Sakkung Alm, selaku Pihak Kedua/
Pembeli;
- Bahwa bukti yang diajukan oleh Penggugat adalah sama dengan
surat bukti yang diajukan oleh Para Tergugat sebagai berikut:
P.1 = T1.2.3.4.5. B adalah Akta Pengikatan Jual Beli;
P.2 = T1.2.3.4.5. A adalah Surat Kuasa Menjual;
P.3 = T1.2.3.4.5. C adalah Akta Jual Beli;
Bahwa selanjutnya dalam Pertimbangan Hukum Putusan Judex Facti
Pengadilan Tinggi Makassar a quo yang membatalkan Putusan Judex
Facti Pengadilan Negeri Makale pada halaman 9 alinea ke-1 dari atas;
“menimbang bahwa menurut Majelis Hakim Pengadilan Tingkat Banding,
seharusnya Hakim Tingkat Pertama yang telah berpendapat bahwa
Penggugat tidak dapat membuktikan bahwa Akta Pengikatan Jual Beli
tersebut fiktif maka seyogyanya gugatan Penggugat harus langsung
ditolak”.
Bahwa selanjutnya dalam pertimbangan Hukum Putusan Judex Facti
Pengadilan Tinggi a quo pada halaman 10 alinea ke-1 dari atas; “
menimbang, bahwa dalam perkara a quo Akta Pengikatan Jual Beli
keberadaannya memang benar ada (tidak fiktif), dengan demikian jual
beli sudah terjadi dengan harga yang terang dan jelas serta telah dibayar
lunas oleh Pihak Pembeli dan pihak Penjual telah menyatakan menerima
atas harga penjualannya yaitu Rp100.000.000,00 (bukti T1.2.3.4.5. B).
Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum tersebut di atas
maka oleh Judex Facti Pengadilan Tinggi Makassar dalam putusannya
Nomor 68/PDT/2013/PT MKS tanggal 19 April 2013, membatalkan
Putusan Judex Facti Pengadilan Negeri Makale Nomor
52/Pdt.G/2012/PN Mkl, tanggal 28 November 2012 dengan mengadili
sendiri dan menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
Bahwa namun oleh Judex Juris Mahkamah Agung RI dalam Putusan
Nomor 41 K/Pdt/2014 tanggal 27 November 2014 membatalkan Putusan
Judex Facti Pengadilan Tinggi Makassar a quo dengan mengadili sendiri
dan mengabulkan Permohonan Kasasi/Termohon dengan pertimbangan
hukum sebagaimana pada halaman 11 alinea ke-4 dari bawah; bahwa
jual beli objek sengketa berdasarkan Akta Jual Beli Nomor
10/JB/04/III/1998 tanggal 23 Maret 1998 dilakukan setelah Ibu

Halaman 19 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


Penggugat (Anie) meninggal dunia tangal 30 Mei 1990, sehingga
peralihan hak tersebut tidak sah, untuk itu objek sengketa adalah harta
peninggal almarhum Anie (Ibu Penggugat) yang berhak diwarisi
Penggugat.
Bahwa dengan Pertimbangan Judex Juris tersebut di atas telah nyata
dan jelas terdapat suatu kekhilafan atau kekeliruan nyata yang dilakukan
oleh Judex Juris Mahkamah Agung RI, sehingga adalah tepat dan
beralasan hukum untuk membatalkan Putusan Mahkamah Agung RI a
quo, dengan alasan-alasan hukum sebagai berikut:
a. Bahwa Judex Juris Mahkamah Agung RI tidak melaksanakan
peradilan sebagaimana mestinya, karena mengabaikan asas-asas
Hukum Acara Perdata bahwa hakim wajib mengadili setiap peristiwa
atau semua hal yang dikemukakan atau didalilkan oleh Para Pihak.
Bahwa sebagaimana apa yang menjadi inti pokok gugatan
Penggugat/Termohon Peninjauan Kembali di atas bahwa Akte
Pengikatan Jual Beli Nomor 27 tanggal 21 Desember 1988 adalah
fiktif karena Ibu Kandung Penggugat tidak pernah melakukan
pengikatan jual beli dan surat kuasa, maka yang seharusnya
dipertimbangkan terlebih dahulu oleh Judex Juris Mahkamah Agung
RI adalah benarkah Akte Pengikat Jual Beli Nomor 27 tanggal 21
Desember 1988 tersebut telah terbukti fiktif adanya atau bagaimana?
Bahwa namun oleh Judex Juris Mahkamah Agung RI tidak pernah
mempertimbang hal demikian dan langsung saja mempertimbangkan
tentang sah tidaknya prosedur Jual Beli berdasarkan Akta Jual Beli
Nomor 10/JB/04/III/1998 tanggal 23 Maret 1998, pada hal tanpa AJB
Nomor 10/JB/04/III/1998 a quo Perjanjian Jual Beli atas objek
sengketa telah sah dilakukan ± 10 Tahun yang lalu, sebelum Akte Jual
Beli a quo dibuat yakni berdasarkan Akte Perikatan Jual Beli Nomor
27 tanggal 21 Desember 1988, sebagaimana telah dipertimbangkan
dengan tepat dan benar oleh Judex Facti Pengadilan Tinggi Makassar
dalam putusannya pada halaman 10 alinea ke-1 dari atas; “
menimbang, bahwa dalam perkara a quo Akta Pengikatan Jual Beli
keberadaannya memang benar ada (tidak fiktif), dengan demikian jual
beli sudah terjadi dengan harga yang terang dan jelas serta telah
dibayar lunas oleh Pihak Pembeli dan pihak Penjual telah
menyatakan menerima atas harga penjualannya yaitu
Rp100.000.000,00 (bukti T1.2.3.4.5. B), lagipula telah didukung
dengan adanya bukti baru atau Novum Para Tergugat/Para Pemohon;

Halaman 20 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


Bahwa selain itu pertimbangan hukum Judex Juris Mahkamah Agung
RI tersebut hanya mempertimbangkan dari segi formalitas belaka
akte jual beli a quo yakni dari sisi procedure terbitnya saja, tanpa
mempertimbangkan dari sisi kebenaran materil atas perbuatan hukum
yang telah dilakukan oleh para pihak in casu Nyonya Anie dengan
Willem Sakkung, di atas objek jual beli, yang sekarang menjadi objek
sengketa dalam perkara ini; yakni, bahwa benarkah di atas objek
sengketa telah terjadi jual beli antara Nyonya Anie (ibu kandung
Penggugat) sebagai pihak pertama/penjual dengan Willem Sakkung
sebagai pihak kedua/pembeli ataukah tidak benar atau apakah Akte
Pengikatan Jual Beli Nomor 27 tanggal 21 Desember 1988 fiktif atau
tidak?;
Bahwa hal demikian sama sekali tidak pernah dipertimbangkan oleh
Judex Juris Mahkamah Agung RI, pada hal sahnya suatu perjanjian
jual beli khususnya tanah adalah tidak hanya dilihat dari segi
formalitasnya saja yakni Akta Jual Beli semata yang telah dibuat oleh
PPAT, melainkan yang terpenting adalah dari segi materiil perjanjian
tersebut yang telah dilakukan di atas objek jual beli in casu objek
sengketa; antara lain; pembayaran sudah terjadi, peralihan
penguasaan telah terjadi dan telah berlangsung selama ± 28 Tahun,
apalagi perjanjian tersebut telah dilakukan di depan Notaris,.
sebagaimana telah diatur didalam beberapa kaedah hukum, bahwa
Akte Jual Beli yang telah dibuat di hadapan Pejabat Pembuat Akta
Tanah hanyalah bersifat persyaratan administrasif belaka, artinya
hanyalah merupakan formalitas untuk administrasi di bidang
pertanahan vide Yurisprudensi MA RI Nomor 122 K/Sip/1973 tanggal
14 April 1973, sehingga meskipun perjanjian jual beli tanah tidak atau
belum dilaksanakan didepan Pejabat Pembuat Akta Tanah, tidaklah
lalu menyebabkan batalnya perjanjian tersebut in casu Akte
Pengikatan Jual Beli Nomor 27 tanggal 21 Desember 1988;
Bahwa sebagaimana alasan kami sebelumnya bahwa tanpa Akte Jual
Beli Nomor 10/JB/04/III/1998 tanggal 23 Maret 1998 pun, Perjanjian
Jual Beli berdasarkan Akte Pengikatan Jual Beli Nomor 27 tanggal 21
Desember 1988, atas objek sengketa telah sah dilakukan dan telah
pula mengikat kedua belah pihak, yakni pihak Nyonya Anie (beserta
ahli warisnya) selaku pihak pertama/penjual dan pihak Willem
Sakkung (beserta ahli warisnya) selaku pihak kedua/pembeli. Bahwa
kebenaran materil atas perbuatan hukum Perjanjian Jual beli
berdasarkan Akte Pengikatan Jual Beli a quo (Bukti T1.2.3.4.5; B),

Halaman 21 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


telah didukung dan bersesuaian pula dengan bukti baru atau Novum
(bukti PK-1 dan PK-2), sehingga akan semakin memperkuat adanya
sebuah persangkaan bahwa benar di atas objek sengketa telah
terjadi perjanjian jual beli secara sah, dimana telah dilakukan dengan
real dan nyata, apalagi telah disertai pula dengan tindakan-tindakan
atau perbuatan-perbuatan hukum seperti; pembayaran telah
dilakukan pembeli kepada Penjual, lalu sertifikat dan objek sengketa
telah diserahkan dan dikuasai oleh Para Pemohon/Para Tergugat
dalam kurun waktu ± 28 Tahun dan pembayaran/pelunasan atas
objek sengketa sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta) telah
diterima oleh Termohon/Penggugat in casu Nyonya Anie;
Bahwa dengan demikian maka pembuktian Para Tergugat/Para
Pemohon telah memenuhi syarat formal yaitu minimal 2 (dua) alat
bukti untuk dapat membuktikan dalil bantahan Para Tergugat/Para
Pemohon yakni Bukti Surat dan Bukti Persangkaan dan oleh
karenanya maka Para Tergugat/Para Pemohon telah mampu
membuktikan dalil bantahannya bahwa objek sengketa adalah milik
Para Tergugat/Para Pemohon karena telah dibeli dari Nyonya Anie
selaku pemilik yang sah sebelumnya, dan dengan demikian maka
tepat dan beralasan hukum untuk menyatakan gugatan Penggugat/
Termohon haruslah ditolak seluruhnya dan membatalkan Putusan
Mahkamah Agung RI Nomor 41K/PDT/2014 tanggal 27 November
2014;
b. Bahwa Judex Juris Mahkamah Agung RI telah khilaf dan keliru
menerapkan hukum pembuktian khususnya tentang beban
pembuktian dan penilaian terhadap alat bukti Para Tergugat/Para
Pemohon, bukti T1.2.3.4.5. B berupa Akte Pengikatan Jual Beli
Nomor 27 tanggal 21 Desember 1988;
Bahwa Akte Pengikatan Jual Beli Nomor 27, tanggal 21 Desember
1988 adalah Akta Otentik yang mempunyai kekuatan bukti sempurna
(volledig bewijskracht), sehingga apa yang menjadi isi, maksud dan
tujuan yang tertuang dalam akte tersebut secara hukum diakui akan
kebenarannya baik secara materiil maupun formal, sepanjang tidak
dapat dibuktikan sebaliknya dengan bukti balasan (tegen bewijs),
yang senilai, yang mempunyai kekuatan bukti yang sama;
Bahwa dalam kenyataannya tidak terdapat satupun bukti yang
diajukan oleh Penggugat/Termohon Peninjauan Kembali, yang
mampu melumpuhkan bukti Para Tergugat/Para Pemohon Peninjauan
Kembali tersebut, bahwa benar Akte Pengikatan Jual Beli Nomor 27

Halaman 22 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


tanggal 21 Desember 1988 tersebut fiktif atau tidak sah, sehingga
dengan demikian maka apa yang menjadi maksud dan tujuan kedua
belah pihak mengikatkan dirinya dalam Akte a quo sampai dengan
saat ini adalah sah dan benar, serta tidak bertentangan dengan
hukum sehingga mempunyai kekuatan hukum mengikat terhadap
kedua belah pihak yakni Nyoya Anie in casu ahli warisnya
(Penggugat/Termohon) selaku pihak pertama/penjual dan Willem
Sakkung in casu ahli warinya (Para Tergugat/Para Pemohon) selaku
pihak kedua/pembeli;
Bahwa dengan tidak adanya bukti balasan (tegen bewijs) dari
Penggugat/Termohon Peninjauan Kembali tersebut yang mampu
melumpuhkan bukti Para Pemohon Peninjauan Kembali/Para
Tergugat a quo, sehingga dengan serta merta permohonan kasasi
dari Pemohon Kasasi/Penggugat/Termohon Peninjauan Kembali,
seharusnya ditolak, namun pada kenyataannya oleh Judex Juris
Mahkamah Agung RI masih tetap mengabulkan Permohonan Kasasi
dari Pemohon Kasasi/Penggugat/Termohon Peninjauan Kembali
sekarang, lalu membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Makasar a
quo yang telah tepat dan benar, maka Judex Juris Mahkamah Agung
RI telah melakukan kekhilafan atau kekeliruan yang nyata dalam
penerapan hukum pembuktian tersebut sehingga Putusan Judex
Juris Mahkamah Agung RI a quo haruslah dibatalkan;
Bahwa demikian pula dalam gugatan Penggugat selanjutnya yang
mendalilkan bahwa Surat Kuasa Nomor 26 tanggal 21 Desember
1988 adalah fiktif karena ibu kandung Penggugat tidak pernah
melakukan pembuatan Surat Kuasa a quo;
Bahwa dalam pertimbangan hukum Judex Facti Pengadilan Negeri
Makale dalam Putusan a quo sebagaimana pada halaman 38 alinea
ke-2 dari atas dengan tepat dan benar telah mempertimbangkan;
“menimbang, bahwa dengan demikian dalil Penggugat yang
menyatakan Surat Kuasa Nomor 26 tanggal 21 Desember 1988
tersebut fiktif adalah tidak cukup beralasan hukum dan harus ditolak,
sehingga secara hukum telah nyata bahwa Surat Kuasa Nomor 26
tanggal 21 Desember 1988 adalah benar-benar ada, yang telah
dibuat di hadapan Notaris Joost Dumanauw, SH. Notaris di Ujung
Pandang dan ditandatangani oleh Nyonya Anie selaku Pemberi
Kuasa dan Willem Sakkung selaku Penerima Kuasa”;
Bahwa dengan pertimbangan hukum a quo, seharusnya gugatan
Penggugat seyogyanya sudah harus ditolak, namun oleh karena

Halaman 23 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


Judex Facti Pengadilan Negeri Makale dengan sengaja memenggal
atau memotong maksud dan tujuan pemberian kuasa sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5 Akta Pengikatan Jual Beli a quo; yang
dibenarkan dan telah diambil alih sebagai pertimbangan hukum
sendiri oleh Judex Juris Mahkamah Agung RI, sebagaimana pada
halaman 44 Putusan Judex Facti Pengadilan Negeri Makale a quo,
“..dst … Pembeli diberi kuasa penuh oleh penjual dengan hak
substitusi, kuasa mana tidak akan batal dan tidak dapat dicabut/
dibatalkan oleh siapapun dank arena apapun juga dan tidak akan
berakhir karena sebab-sebab yang termaktub dalam pasal 1813
KUHPerdata dank arena apapun, sebab kuasa ini merupakan bagian
dan syarat mutlak yang tidak dapat dipisahkan dari perjanjian ini ...
dst …”. (Bandingkan Dengan Pasal 5 Bukti P.2 dan Bukti T.1.2.3.4.5.
A);
Bahwa kalimat awal dan kalimat akhir dari pasal 5 a quo yang
sengaja dipotong oleh Judex Facti Pengadilan Negeri Makale yakni:
- Kalimat awal; kedua belah pihak menerangkan bahwa penyerahan
dari apa yang dijual dan diserahkan menurut akte ini telah terjadi
dan diterima oleh pihak kedua, maka pembeli baik bersama-sama
maupun masing-masing dengan ini diberi kuasa penuh oleh
penjual . . . dst;
- Kemudian pada kalimat akhir; karena tanpa kuasa ini perjanjian
ini, tidak dapat dibuat untuk mengurus balik nama dan/atau mohon
apa saja dari yang berwajib mengenai hak dan di atas namanya
pembeli terhadap bangunan dan hak apapun di atas tanah
tersebut di atas, menghadap pada Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT), membuat dan menandatangani akta pemindahan hak atas
nama pihak kesatu kepada pihak kedua, menghadap Kantor
Agraria di Kabupaten Tan Toraja . . . dst”;
Bahwa dengan dipenggalnya atau dipotongnya kalimat akhir dari
pasal 5 a quo oleh Judex Facti Pengadilan Negeri Makale, pada hal
kalimat akhir tersebut adalah sesungguhnya yang merupakan
hakekat serta maksud dan tujuan surat kuasa tersebut dibuat dan
diberikan, maka yang nampak dan sengaja ditonjolkan oleh Judex
Facti Pengadilan Negeri Makale, hanya Surat Kuasa tersebut tidak
akan batal dan tidak dapat dicabut dan dibatalkan oleh siapapun juga
dan karena apapun juga dan tidak akan berakhir karena sebab-sebab
yang termaktub dalam pasal 1813 KUHPerdata dan karena apapun,
sehingga dengan demikian maka Surat Kuasa a quo nampak seolah-

Halaman 24 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


olah dengan sengaja diarahkan pada pengertian dan penafsiran
sebagai Surat Kuasa Mutlak yang diberikan kepada Penerima
Kuasa untuk melakukan Penjualan tanah;
Bahwa pada hal Surat Kuasa a quo, bukanlah Surat Kuasa untuk
menjual tanah in casu objek sengketa melainkan Surat Kuasa
tersebut diberikan hanya dengan maksud dan tujuan untuk
menindaklanjuti atau merealisasikan Akte Pengikatan Jual Beli a quo
sebagaimana dengan jelas dan tegas diuraikan dalam pasal 5 Akte
Pengikatan Jual Beli Nomor 27 tanggal 21 Desember 1988, “ ...
sebab kekuasaan ini merupakan bagian yang terpenting dan syarat
mutlak yang tidak dapat dipisahkan dari perjanjian ini karena tanpa
kuasa ini perjanjian ini tidak dapat dibuat untuk mengurus balik nama
dan /atau mohon apa saja dari yang berwajib mengenai hak dan di
atas namanya pembeli terhadap bangunan dan hak apapun di atas
tanah tersebut di atas, menghadap pada Pejabat Pembuat Akta
Tanah (PPAT), membuat dan menandatangani akta pemindahan hak
atas nama pihak kesatu kepada pihak kedua, menghadap Kantor
Agraria di Kabupaten Tan Toraja . . . dst”;
Bahwa dengan pertimbangan hukum Judex Facti Pengadilan Negeri
Makale demikian, yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
ditafsirkan seolah-olah bahwa Surat Kuasa tersebut adalah sama
dengan Surat Kuasa Mutlak yang diberikan kepada Penerima Kuasa
untuk melakukan transaksi jual beli tanah, sehingga akan
bertentangan dan dilarang dalam Yurisprudensi MA RI Nomor 2584
K/Pdt/1986 tanggal 14 April 1988 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri
Nomor 14 Tahun 1982, lalu diambil alih dan dijadikan pertimbangan
hukum sendiri oleh Judex Juris Mahkamah Agung RI, maka dengan
demikian Judex Juris telah melakukan kekeliruan dan kekhilafan
nyata dalam menafsirkan Surat Kuasa a quo sebagai Surat Kuasa
Mutlak, pada hal maksud dan tujuan Surat Kuasa tersebut dibuat dan
diberikan, pengertiannya tidaklah demikian, namun Surat Kuasa a
quo diberikan semata-mata hanyalah untuk merealisasikan Perjanjian
jual beli yang telah disepakati oleh Penjual in casu Nyoya Anie
dengan pembeli in casu Willem Sakkung yakni Akte Pengikatan Jual
Beli No 27 tanggal 21 Desember 1988, sehingga adalah tepat dan
beralasan untuk membatalkan Putusan Judex Juris Mahkamah Agung
RI a quo;
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan peninjauan kembali
tersebut Mahkamah Agung berpendapat:

Halaman 25 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


Bahwa alasan peninjauan kembali tersebut dapat dibenarkan, oleh
karena setelah meneliti secara saksama memori peninjauan kembali tanggal 22
Desember 2016 dan kontra memori peninjauan kembali tanggal 18 Januari 2017
dihubungkan dengan pertimbangan Judex Juris, terdapat kekhilafan hakim dan
kekeliruan yang nyata dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Bahwa oleh karena telah ada Akta Pengikatan Jual Beli tanggal 21
Desember 1988 (P.1) dan harga sudah dibayar lunas (bukti PK-1), serta
objek jual beli sudah diserahkan kepada pembeli, dengan demikian jual beli
sudah dianggap telah terlaksana secara terang dan tunai;
2. Bahwa kemudian untuk menindaklanjuti Akta Pengikatan Jual Beli tersebut,
telah dibuat pula Akta Jual Beli berdasarkan surat kuasa dari pemilik
tanah/penjual.;
3. Bahwa walaupun surat kuasa dinyatakan tidak dapat dicabut oleh penjual,
namun demikian karena harga tanah sudah dibayar lunas, maka surat kuasa
tersebut bukan termasuk kuasa mutlak yang dilarang.;
4. bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas, maka Akta Pengikatan
Jual Beli tersebut dapat digunakan untuk penerbitan sertifikat atas nama
pembeli, mengingat bahwa Penerbitan sertifikat tersebut telah memenuhi
dokumen yuridis dan prosedur penguasaan fisik tanah beralih dari penjual
kepada pembeli. Sehingga secara yuridis bahwa sertifikat tersebut sah
secara hukum dan tidak dapat diganggu gugat;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah
Agung berpendapat bahwa terdapat cukup alasan untuk mengabulkan
permohonan peninjauan kembali dari Para Pemohon Peninjauan Kembali:
ALCE alias ICE WILLEM SAKKUNG dan membatalkan Putusan Mahkamah
Agung Nomor 41 K/Pdt/2014 tanggal 27 November 2014 serta Mahkamah
Agung akan mengadili kembali perkara ini dengan amar putusan sebagaimana
yang akan disebutkan dibawah ini;
Menimbang, bahwa oleh karena Termohon Peninjauan Kembali berada
di pihak yang kalah, maka dihukum untuk membayar biaya perkara dalam
semua tingkat pengadilan;
Memperhatikan Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah dan ditambah dengan
Undang Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang
Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang
bersangkutan;
M E N G A D I L I:

Halaman 26 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


1. Mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari Para Pemohon
Peninjauan Kembali: 1. ALCE alias ICE WILLEM SAKKUNG (istri
almarhum WILLEM SAKKUNG), 2. DEDE JAURI SAKKUNG, 3. JAMES
SAKKUNG, 4. LINA SAKKUNG, 5. JONI TONDOK, 6. AGUS
SAKKUNG tersebut;
2. Membatalkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 41 K/Pdt/2014 tanggal
27 November 2014;
MENGADILI KEMBALI:
Dalam Eksepsi:
- Menolak eksepsi Tergugat VI, VIII, IX untuk seluruhnya;
Dalam Pokok Perkara:
- Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
- Menghukum Termohon Peninjauan Kembali/Pemohon Kasasi/
Penggugat/Terbanding untuk membayar biaya perkara dalam semua
tingkat pengadilan yang dalam pemeriksaan peninjauan kembali ini
sejumlah Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim pada
hari Selasa tanggal 20 Juni 2017 oleh Dr. Yakup Ginting, S.H., C.N, M.Kn.
Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua
Majelis, Dr. H. Zahrul Rabain, S.H., M.H. dan Dr. Ibrahim, S.H., M.H., L.L.M.,
Hakim-hakim Agung sebagai anggota dan diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis dengan dihadiri Hakim-Hakim

Halaman 27 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017


Anggota tersebut dan Baryanto, S.H., L.L.M. Panitera Pengganti dan tidak
dihadiri oleh para pihak.

Hakim-Hakim Anggota: Ketua Majelis,

Ttd. Ttd.

Dr. H. Zahrul Rabain, S.H., M.H. Dr. Yakup Ginting, S.H., C.N, M.Kn.

Ttd.

Dr. Ibrahim, S.H., M.H., L.L.M.,


Panitera Pengganti,

Ttd.

Baryanto, S.H., L.L.M.

Biaya-biaya:
1. M e t e r a i…………….. Rp 6.000,00
2. R e d a k s i…………….. Rp 5.000,00
3. Administrasi PK ……….. Rp2.489.000,00
Jumlah …………………. Rp2.500.000,00

Untuk Salinan
Mahkamah Agung RI
a.n. Panitera
Panitera Muda Perdata,

Dr. Prim Haryadi, SH., MH.


NIP. 19630325 198803 1 001

Halaman 28 dari 28 Hal. Put. Nomor 152 PK/Pdt/2017

Anda mungkin juga menyukai