Anda di halaman 1dari 13

HUKUM PIDANA

PERCOBAAN DAN PENYERTAAN


Pak Sigit
Dasar Pemidanaan Teori Campuran
1. Sifat bahaya pelaku dan sifat bahayanya perbuatan
masyarakat.
2. Sifat bahayanya pelaku ditandai dgn adanya niat utk
melakukan kejahatan dan sifat bahayanya perbuatan ditandai
dengan adanya permulaan pelaksanaan.
3. Teori subyektifnya terletak pada subjek yang berupa
kesengajaan dari pelaku sedangkan teori obyektif terletak
pada perbuatan pelaku.

Unsur Percobaan
1. Niat
2. Sudah ada permulaan pelaksanaan
3. Tidak selesainya perbuatan bukan atas kemauan sendiri
Sanksi Pidana:
1. Ancaman pidana berdasarkan perbuatan pidana yang
dilakukan dikurangi 1/3.
2. Jika perbuaan yang dilakukan diancam pidana mati atau
seumur hidup, ancaman pidana paling lama 15 tahun.
3. Pidana tambahan dapat dijatuhkan pada percobaan.
4. Percobaan melakukan pelanggaran tidak dipidana.

Unsur Niat (Voornemen)


1. Menurut Suringa sama dengan kesengajaan, yang dapat
mengandung:
Rencana untuk melakukan perbuatan tertentu dalam keadaan
tertentu yang ada dalam pikiran.
Mengandung bagaimana perbuatan akan dilakukan.
Memperkirakan akibat-akibat lain yang tidak diinginkan, tetapi
dapat diperkirakan akan terjadi.
2.

Menurut Moeljatno
Niat tidak sama dengan sengaja.
Niat merupakan subjective onrechtlement.
Sengaja merupakan objective onrechtlement.
Niat adalah sikap batin atau sesuatu yang masih ada dalam
hati.

Sengaja merupakan niat sudah diwujudkan dalam perbuatan


nyata.
Unsur sengaja dalam kontek percobaan beraryi sudah ada
permulaan pelaksanaan.

Permulaan Pelaksanaan
1. Van Hamel, Pompe, Van Bemelen dan Van Hattumm
permulaan pelaksanaan harus diartikan sebagai permulaan
melaksanakan kejahatan.
2. Memorie van Toelichting (Mvt)
Perbuatan persiapan.
Perbuatan pelaksanaan.
Mvt tidak memberikan penjelasan lebih lanjut (diserahkan
dalam praktek)

Tidak Selesainya Perbuatan Bukan Karena


Kehendak Sendiri
1. Memorie van Toelichting:
Negara (Hukum Pidana) menjamin terhadap orang yang mempunyai
kehendak sendiri untuk tidak melaukan perbuatan pidana.
2. Vos
Merupakan unsur tambahan agar orang itu dapat dipidana.
3. Pompe
Merupakan alasan penghapus pidana.
4. Moeljatno
Merupakan alasan penghapus penuntutan.

Penentuan Kehendak
1. J Remmelink:
Dasar penentuan secara suka rela tidak jadi melakukan perbuatan
pidana dpt disimpulkan dr pertimbangan akal-budi dan dari
pertentangan antara motif dan kontra-motif.

Cari tau
Bentuk Percobaan
1. Percobaan Terhenti (gechorte poging atau delik
tentative), yaitu suatu percobaan namun csalon korban
selamatm karena kemampuan korban.

2. Percobaan Berlanjut (voltoode poging atau delict


mancue), yaitu suatu percobaan pembunuhan yang hendak
menggunakan senapan sudah ditembakkan ke korban
ternyata meleset

Percobaan Mampu dan Tidak Mampu


Ketidakmampuan pelaku.
Ketidakmampuan sarana atau alat.
Ketidakmampuan tentang obyek.

Penyertaan (deelneming, complicity)


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tempat pengaturan Buku I, Bab VII, Pasal 55 s/d 60 KUHP


Kedudukan pelaku dalam penyertaan
Orang yg melakukan (pleger)
Orang yg menyuruh melakukan (doenpleger)
Orang yg turut serta melakukan (medepleger)
Orang yg menganjurkan (medelocker)
Orang yg membantu (sebelum / sesudah) terjadi kejahatan
(medeplechtige)

Kedudukan Penyertaan Dalam Delik


1. Penyertaan bukan sebagai delik, melainkan berupa perluasan
tentang pelaku yang dapat dipertanggungjawabkan
(staufdenungsgrund). Van Hamel, Simons
2. Penyertaan sebagai delik yang berdiri sendiri dan bersifat
khusus (sui generis). Pompe, Moeljatno

Subyek yang Dapat Dipertanggungjawabkan


1. Penyertaan yang berdiri sendiri dan penyertaan yang tidak
berdiri sendiri (Simons)
2. Penyertaan yang berdiri sendiri, adalah perbuatan
masing2 peserta dalam suatu perbuatan pidana dinilai /
dikualifikasikan sendiri dan masing2 diadili sendiri (yang
melakukan, yang menyuruh melakukan dan turut serta)
3. Penyertaan yang tidak berdiri sendiri, adalah dapat
tidaknya seorang dipidana tergantung pada peranannya
dalam perbuatan pidana yang telah dilakukan oleh seorang
pelaku atau perbuatan pidana atau bukan (penganjur dan
membantu melakukan perbuatan pidana)

Postulat dalam Hukum Romawi yang Mempengaruhi


Pertanggungjawaban Pidana dalam Penyertaan
(van Hamel dan Simons)
1. Pelaku pembantu mengikuti pelaku utamanya.
2. Peserta pembantu tidak memimpin, namun mengikuti
pelakunya.
3. Pelaku pembantu termasuk dalam yurisdiksi yang sama
dengan pelakunya.
4. Pelaku pembantu diadili pada pengadilan yang sama.
5. Pelaku pembantu tidak boleh diadili sebelum pelaku utamanya
diadili.

Pertanggungjawaban Penyertaan Tidak Perlu


Dipisahkan (van Bemmelen, van Hattum, Pompe,
Moeljatno)
1. Dipidananya seseorang tergantung dari perbuatan pidana
yang dilakukan sendiri dan tidak dapat digantungkan pada
pemidanaan orang lain.
2. Penyertaan tidak berdiri sendiri, meskipun perbuatan masing2
peserta harus ditinjau sendiri
3. Dalam pembantuan diperlukan adanya pelaksanaan yang
dapat dipidana
4. Antara satu peserta dengan peserta lain adalah satu kesatuan

Prof.Eddy; Tidak ada pembedaan dalam


penyertaan
Plegen (yang melakukan), Pleger (pelaku)
1. Pelaku dapat ditentukan berdasarkan rumusan delik (van
Bemmelen, van Hattum)
2. Orang yang secara mandiri telah memenuhi unsur delik, tanpa
penyertaan pihak lain. (H. Suringa)
3. Semua orang yang disebut dalam Pasal 55 adalah pelaku.
(Pompe)
4. Orang yg melakukan perbuatan (baik atas kehendak sendiri
atau digerakkan oleh pihak ketiga) yang dilarang oleh
Undang-Undang. (Simons)
5. Seorang diri yg telah melakukan perbuatan pidana dan harus
dibuktikan. (van Hamel)

6. Jika ada penyertaan, maka pelaku lebih dari satu orang


kedudukan mereka dapat sebagai materiil dader, pelaku yang
menyuruh lakukan, pelaku yang turut serta melakukan, atau
pelaku yang menggerakkan suatu perbuatan pidana atau
kombinasi. (Prof. Eddy)

Doenplegen (menyuruh lakukan / manus domina /


middelijk dader), Doenpleger (orang yang
menyuruh lakukan / manus ministra / onmiddelijk
dader)
1. Pada awalnya dipandang sebagai pelaku, orang yang
menyuruh lakukan dimasukkan sebagai pelaku dalam arti
luas, sedang orang yang disuruh hanyalah sebagai instrumen
(code penal).
2. Pelaku bukan saja orang yang melakukan perbuatan pidana,
namun termasuk orang yang melakukan secara tidak in
persona, tetapi melalui orang lain yang merupakan alat untuk
mewujudkan kehendaknya (MvT).

Pandangan Restrictief Daderscrap dan Extensief


Daderscap tentang Penyertaan
1. Pandangan restrictief (pandangan sempit), menyatakan
bahwa pelaku hanyalah orang yg secara materiil dan
personlijk melakukan suatu perbuatan pidana. Kalau orang
yang menyuruh lakukan dipandang sbagai pelaku maka
keuanya harus mempunyai syarat personiljk sebagaimana
rumusan delik. Menurut pandangan ini tidaklah mungkin
seorang militer atau seorang yang bukan pejabat menyuruh
lakukan kepaa pejabat (van Bemmelen dan van Hattum).
2. Pandangan extensief (luas), bentuk menyuruh lakukan
tidaklah mempunyai kualitas personlijk, misalnya kasus
Gemeente Zaandam yang menyuruh Opsir polisi untuk
membuat surat jalan.

Medeplegen (turut serta melakukan)


1. Tindakan yang dilakukan oleh peserta harus terlibat
melakukan seluruh perbuatan. (van Hamel)
2. Orang yang turut serta melakukan harus memiliki semua sifat
menurut rumusan Undang-Undang telah disyaratkan harus
disyaratkan oleh seorang pelaku. (Simons)

3. Syarat dipandang turut serta melakukan harus lengkap adalah


tidak mungkin, kecuali terdapat kesengajaan turut serta
melakukan dilakukan dengan niat dan kerjasama untuk
mewujudkan suatu delik tertentu.

4. ADA DI SLIDE GRAVI


Uitlakking (menganjurkan / menggerakkan),
Uitlakker (orang yang menganjurkan /
menggerakkan)
1. Kesengajaan menggerakkan orang lain yang dapat
dipertanggungjawabkan pada dirinya sendiri untuk melakukan
suatu perbuatan pidana yang ditentukan oleh UndangUndang, kemudian orang yang bersangkutan melakukan
perbuatan pidana.
2. Pasal 55 ayat 1 ke-2, terdapat lima tindakan menganjurkan.
3. Memberi atau menjanjikan sesuatu.
4. Menyalahgunakan martabat atau kekuasaan.
5. Dengan kekerasan.
6. Dengan ancaman atau penyesaatan.
7. Memberikan sarana atau keterangan.

Syarat Penyertaan dalam Penganjuran


1. Kesengajaan untuk menggerakkan atau menganjurkan orang
lain melakukan perbuatan pidana.
2. Ada orang lain yang melakukan perbuatan dianjurkan atau
digerakkan
3. Orang yg dianjurkan melakukan perbuatan atau percobaan
melakukan perbuatan yang dianjurkan
4. Cara melakukan penganjuran sesuai dengan rumusan
Undang-Undang
5. Orang yang dianjurkan dapat dimintai pertanggungjawaban
pidana.

Pembantuan dalam Penganjuran

Bentuk pembantuan: a) Membantu pada waktu perbuatan


dilakukan, dan b) Membantu untuk melakukan kejahatan.
Pembantu harus tahu tentang apa yang harus diperbuat dan
cara membantunya.
Kesengajaan membantu harus ditujukan kepada semua unsur
perbuatan pidana dan terhadap unsur2 yang oleh UndangUndang tidak disyaratkan, bahwa kejahatan pelaku harus
ditujukan pada unsur2 delik

Jika suatu delik dirumuskan dengan sengaja makan membantu


harus diperlukan adanya kesengajaan, namun jika dirumuskan
sebagai kealpaan, maka adanya kealpaan dalam pembantuan
sudah cukup memenuhi unsur delik.

Hal-Hal Lain yang Terkait dengn Delik Penyertaan


1. Delik Penyertaan dalam penyertaan: pada prinsipnya tidak ada,
karena menyuruhkan

Teori Pemidanaan
Pokok:
Absorbsi / Absortie : Apabila seseorang melakukan
perbuatan yang masuk dalam lebih dari 1 peraturan hukum
pidana. Berdasarkan sistem ini, pidana paling banyak
dijatuhkan pada pelaku adalah hanya 1 perbuatan pidana saja
dengan ancaman paling tinggi.

Kumulasi / Cumulatie: Apabila seseorang melakukan


beberapa perbuatan pidana yg masing2 diancam dengan
pidana sendiri2. Maka berdasarkan sistem ini, semua
ancaman pidana yang ada dijumlahkan tanpa ada
pengurangan. Sering juga disebut kumulasi murni.
Perbuatan pidananya; pelanggaran.

Tengah:
Absorbsi Dipertajam: Apabila seseorang melakukan
beberapa perbuatan pidana yang diancam dengan pidana
sendiri2, yang sejenis. Maka berdasarkan sistem ini, pidana
yg paling banyak bisa dijatuhkan adalah perbuatan pidana
dengan ancaman paling berat ditambah dengan 1/3.

Kumulasi Diperlunak / Terbatas / Sedang : Apabila


seseorang melakukan beberapa perbuatan pidana yang

diancam dengan pidana sendiri2, yang tidak sejenis. Maka


berdasarkan sitem ini, pidana yg paling banyak bisa
dijatuhkan adalah semua ancaman pidana yang ada
dijumlahkan, tapi tidak boleh lebih dari ancaman pidana yg
paling berat ditambah 1/3.

Pasal 63; mengatur tentang Concorcus Idealis.


Ayat 1:
Ayat 2: Apabila satu perbuatan yang memenuhi lebih dari 1
aturan
hukum pidana tapi peraturan yg dilanggar
merupakan aturan umum dan aturan khusus. Maka bagi
pelakunya pidana yg paling banyak dapat dijatuhkan adalah
apa yg diatur dalam aturan khusus (Lex specialis derogat lege
generalis). Misal, seorang ibu yang membunuh anak
kandungnya sendiri yg baru saja dilahirkan. Melanggar 338
KUHP; ancamannya 15 tahun pidana penjara (2) pembunuhan
terhadap anak kandung yg baru dilahirkan, melanggar 341
KUHP; ancaman pidananya adalah 7 tahun pidana penjara. Yg
digunakan, maksimal penjara adalah 7 tahun, karena
menggunakan Lex specialis derogat lege generalis.
Pasal 65; mengatur tentang Concorcus Realis.
Misal, sesorang melakukan pemerasan dengan ancaman 9
tahun pidana penjara, juga melakukan perbuatan pidana yg
ancamannya 1 tahun penjara; concorcus realis, dengan teori
pemidanaan absorbsi dipertajam. Maka maksimal ancaman
pidana adalah 12 tahun.
Pasal 71; Ayat 1: Jika seseorang setelah dijatuhi pidana,
dipersalahkan pula melakukan kejahatan atau pelanggaran
sebelum dia dipidana, maka pidana yg dahulu diperhitungkan
pula pada pidana yg akan dijatuhkan dengan menggunakan
aturan2 mengenai perkara2 yang diadili pada saat yg sama
Contoh:
1.
2.
3.
4.

1-2 Mei Pencurian (Ps. 262)


4-2 Mei Penganiayaan (Ps. 351)
8-2 Mei Penipuan (Ps. 378)
14-2 Mei Penadahan (Ps. 480)

5 tahun
2 tahun 8 bulan
4 tahun
4 tahun

Menggunakan teori pemidanaan Absorbsi Dipertajam, karena sejenis


maka pidana yg paling banyak bisa dijatuhkan adalah perbuatan
pidana dengan ancaman paling berat, yaitu 5 tahun, ditambah
dengan 1/3 dari 5 tahun yaitu 1 tahun 8 bulan, maka yg paling
banyak dpt dijatuhkan adalah 6 tahun 8 bulan.
Pada tgl 15 Mei sudah dijatuhi 5 tahun penjara, untuk penganiayaan
tetap menggunakan absorbsi dipertajam. Putusan sebelumnya
diperhitungkan, maka dapat dijatuhi pidana paling banyak 1 tahun 8
bulan, karen sudah ada putusan yg sebelumnya walaupun untuk
penganiayaan adalah 2 tahun 8 bulan.
Pasal 71; Ayat 2: Walaupun terdakwa terbukti bersalah, tapi
hakim tidak dapat lagi menjatuhkan pidana karena pidana yg
dijatuhkan sebelumnya sudah merupakan pidana maksimum.

Perbuatan Berlanjut = Voorgezette


Apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan, masing2
merupakan kejahatan atau pelanggaran sendiri2. Tapi diantara
perbuatan2 itu terdapat hubungan sedemikian rupa atau
sedemikian erat, sehingga rangkain perbuatan itu harus diartikan
sebagai perbuatan berlanjut. Menggunakan teori pemidanaan
absorbsi.

Persamaan dengan Conc.Idealis adalah dikenakan satu


perbuatan pidana dgn ancaman paling berat.
Perbedaannya adalah dalam Conc.Idealis ada 1 perbuatan,
namun dalam Perbuatan Berlanjut ada beberapa perbuatan.
Persamaan dengan Conc.Realis adalah dalam keduanya ada
beberapa perbuatan.
Perbedaannya dalam Perbuatan Berlanjut dikenakan satu
perbuatan ancaman terberat sedangkan dalam Conc.Realis
teori pemidanaannya menggunakan a
bsorbsi atau kumulasi.

Pasal 341
Subjek: seorang ibu
Objek: nyawa bayi
Perbedaan 338 dengan 341: 338 tidak direncana, 341 berencana

Kejahatan Terhadap Nyawa Bayi (342)


Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan
karena takut ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada
saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudia merampas
nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan
anak sendiri dengan rencana -> 9 tahun
Penambahan unsur niat yg ditentukan dapat dipersamakan
Dengan rencana terlebih dahulu
Apabila misal ayahnya ikut membunuh, apakah dapat
dipidana dgn 342 juga? Tidak, karena delik dalam pasalnya
adalah Seorang ibu.
Dalam Ps. 343 Orang lain yg melakukan 341 / 342 -> makan
dikenakan sebagai pembunuhan biasa / pembunuhan
berencana

Kejahatan Terhadap Nyawa Lainnya (344)


344: menghilangkan nyawa orang lain ats permintaannya
(nyata + sungguh2; harus ada bukti) ernstig -> 12 tahun.
345: dengan sengaja + mendorong / menolong / memberikan
sarana + pada orang untuk bunuh diri + terjadi bunuh diri ->
4 tahun
Aborsi dalam 4 pasal; Dilakukan sendiri (346), Orang lain atas
persetujuan (347), orang lain tanpa persetujuan (348),
kualitas pribadi tertentu (348)

Aborsi
346 Wanita (karena blm jadi ibu) + sengaja + menggugurkan /
mematikan / menyuruh orang lain untuk itu + kandungannya
sendiri -> 4 tahun
347 (1) Barang siapa + sengaja + mengugurkan + tanpa
persetujuan wanita 12 tahun; (2) akibat : wanita mati -> 15
tahun
348 (1) Barang siapa _ sengajamenggugurkan dengan izin : 5
tahun 6 bulan : (2) mati : 7 tahun
349 : Dokter / bidan / juru obat (apoteker) Hukuman
menggunakan 348 lalu ditambah sepertiga
HR 1-11-1987 .
Jenis Aborsi Berdasarkan Hukum
Aborsi yang legal: Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan
Aborsi ilegal: diluar KUHP, diluar Undang-undang Kesehatan

Kejahatan Terhadap Tubuh Manusia


1. Penganiayaan (Mishandeling)
351 Penganiayaan biasa
1) Penganiayaan dihukum 2 tahun 8 bulan
2) Mengakibatkan luka berat (5 tahun)
3) Mengakibatkan Mati (7 tahun)
4) Sama dengan merusak kesehatan
5) Percobaan melakukan ini tidak dipidana
6) Perasaan tidak enak: membuat seseorang pada kondisi
yang tidak nyaman, menyeburkan ke kali, menjemur, dll
7) Rasa sakit: cubit, pukul
8) Luka: timbul irisan, tusukan

9) Merusak kesehatan: contoh buka jendela


10) Luka berat: (Pasal 90) -> Luka yang tidak dapat sembuh
sempurna (jari hilang), tidak dapat melakukan pekerjaan,
tidak dapat menggunakan panca indera, cacat, lumpuh,
akal rusak lebih dari 4 minggu, keguguran
2.

Penganiayaan Ringan
Pasal 352
Bukan penganiayaan berencana (353)
Bukan penganiayaan yang dilakukan: terhadap
ibu/bapak/istri/anak, terhadap PNS dalam tugasnya,
memasukkan barang berbahaya
.
3.

Penganiayaan Berat
Pasal 354 (1)
Barang siapa + sengaja + melukai berat (8 tahun)
Bedanya dengan 351 adalah kesengajaannya.
Pasal 355 (1) rencana terlebih dahulu (12 tahun)

4.
o
o
o

Pencurian (362), Unsur:


Barang siapa
Mengambil (memindahkan kekuasaan)
Barang (berwujud atau tidak berwujud; listrik), (memiliki harga
ekonomis) seluruh atau sebagian
o Maksud untuk memiliki
o Melawan secara hukum
Pencurian dengan Pemberatan
363 -> 7 tahun
1. Pencurian hewan (memamah biak, berkuku satu, babi)
2. Pencurian pada waktu kebakaran, bencana, kapal terdampar,
kecelakaan
3. Pencurian di malam hari pada suatu rumah atau pekarangan
(gudang tidak masuk dalam pemberatan)
4. Dilakukan dua orang atau lebih
5. Pencurian dilakukan dengan cara membongkar, memecah,
memanjat, kunci palsu, perintah palsu, jabatan palsu
6. Jika nomor 3 dilakukan dengan 4 dan /atau 5 dikenakan 9
tahun
7.

Anda mungkin juga menyukai