Anda di halaman 1dari 9

Percobaan (POGING):

Percobaan dalam KUHP diatur dalam pada Pasal 53 ayat (1) sampai dengan ayat
(4) dan Pasal 54
Actus Reus adalah esensi dari kejahatan itu sendiri atau perbuatan yang dilakukan
Mens Rea adalah sikap batin pelaku pada saat melakukan perbuatan 
Percobaan adalah pelaksanaan untuk melakukan sesuatu kejahatan yang telah
dimulai akan tetapi ternyata tidak selesai. Tujuan adanya percobaan,
tatbestandausdehnungsgrund atau dasar memperluas dapat dipidananya
perbuatan, perluasaan tindak pidana yang tadinya selesai baru dihukum tapi belum
selesai pun bisa dihukum atau adanya .
Teori Percobaan
 Teori Subjektif menyatakan bahwa patut dipidananya percobaan adalah
karena sifat berbahayanya pelaku. sikap batin niat jahat Mens Rea
 Teori Objektif menyatakan bahwa patut dipidananya percobaan adalah
karena sifat berbahayanya perbuatan yang dilakukan terhadap
masyarakat atau kepentingan umum.

Unsur-Unsur Percobaan
 Niat (Voornemen) adalah unsur yang bersifat subjektif dalam percobaan,
menurut Hazewinkel Suringha bahwa niat adalah kesengajaan, maksudnya
niat itu tidak lebih dari satu rencana untuk mengadakan perbuatan tertentu.
Bagaimana akan dilaksanakannya, dan tentang akibat-akibat tambahan yang
tidak diinginkan tapi yang dapat diperkirakan akan terjadi pula.
Menurut moeljatno niat adalah sikap batin, sesuatu yang masih berada
dalam hati jika niat sudah ditunaikan dalam Tindakan nyata, maka niat
berubah menjadi suatu kesengajaan.
Menurut Simons bahwa terkdakwa mempunyai kesengajaan untuk
melakukan kejahatan ini (percobaan) meliputi dolus eventualis (Sengaja
sebagai sadar kemungkinan/sengaja sebagai sadar bersyarat) dimana
dengan dilakukannya suatu perbuatan, pelaku menyadari kemungkinan
terjadinya akibat lain yang sebenarnya tidak dikehendaki, namun kesadaran
tentang kemungkinan terjadinya akibat lain itu tidak membuat pelaku

1
membatalkan niatnya dan ternyata akibat yang tidak dituju tersebut benar-
benar terjadi. Dengan kata lain, pelaku pernah berpikir tentang kemungkinan
terjadinya akibat yang dilarang undang-undang, namun ia mengabaikannya
dan kemungkinan itu ternyata benar-benar terjadi.
Niat itu bisa berubah jika diwujudkan dengan perbuatan yang melanggar
hukum
 Permulaan Pelaksanaan
Bahwa permulaan pelaksanaan adalah permulaan pelaksanaan dari
kejahatan.
Dalam Memorie van Toelichting, permulaan pelaksanaan dibedakan antara
perbuatan persiapan dan perbuatan pelaksanaan.
Perbuatan persiapan adalah mengumpulkan kekuatan, terjadi jika pelaku
berusaha untuk mendapatkan atau menyiapkan sarana, mengumpulkan
informasi atau Menyusun perencanaan Tindakan.
sedangkan perbuatan pelaksanaan, melepaskan kekuatan yang telah
dikumpulkan. Perbuatan pelaksanaan telah ada dengan perbuatan yang
menurut sifatnya secara langsung dapat menimbulkan akibat yang dilarang.
 Tidak selesainya perbuatan bukan karena kehendak sendiri
Moeljatno (mulyatno) berpendapat bahwa unsur ketiga adalah alasan
penghapus pidana, hal ini didasarkan pada argumentasi penilaian apakah
pelaku berhenti melakukan permulaan pelaksanaan karena kehendak
sendiri ataukah tidak, sepenuhnya ada pada penilaian hakim.

Percobaan melakukan tindak pidana yang tidak terlarang


 Pasal 184 ayat KUHP, percobaan melkukan perkelahian antara seseorang
lawan seseorang itu tidak dapat dihukum
 Pasal 302 ayat 4 KUHP, percobaan melakukan penganiayaan ringan
terhadap binatang itu tidak dapat dihukum
 Pasal-pasal 351 ayat 5 dan 352 ayat 4 KUHP, percobaan-percobaan
melakukan penganiayaan dan penganiayaan ringan itu tidak dapat dihukum.

2
Penyertaan (DEELNEMING)
pasal 55 KUHP
Satu peristiwa tindak pidana yang dilakukan oleh beberapa orang atau ada
keterlibatan pihak lain dan tentu diatur peran dan fungsinya. Ketika perbuatan
itu melibatkan beberapa orang pertanggungjawaban pidananya ada yang
disamakan pidananya dan ada yang dibedakan pidananya (Pembantuan atau
medeplichtiheid). Atau perluasan terhadap pelaku yang dapat dimintakan
pertanggungjawaban pidananya (Strauffdehnungsgrund) pokok masalah
adananya penyertaan pidana adalah pertanggungjawaban pidananya. Menurut
Pompe, Penyertaan sebagai tatbestandausdehnungsgrund, perluasan
terhadap perbuatan yang dapat dipidana.
Menurut Simons, Penyertaan di bagi dalam dua bentuk penyertaan :
 Penyertaan yang berdiri sendiri
Tindakan masing-masing peserta dalam melakukan suatu perbuatan pidana
diberi penilaian atau kualifikasi tersendiri dan Tindakan mereka masing-
masing diadili secara sendiri pula. ( pelaku, yang meunyuruh melakukan dan
turut serta melakukan)
 Penyertaan yang tidak berdiri sendiri
Dapat-tidaknya seorang peserta dihukum tergantung pada peranannya dalam
perbuatan pidana yang telah dilakukan oleh seorang pelaku dan tergantung
pula apakah perbuatan yang dilakukan oleh pelakunya itu merupakan suatu
tindak pidana atau bukan. (yang menggerakan dan membantu)
Tetapi menurut Moeljatno menyatakan bahwa antara satu peserta dengan peserta
lainnya adalah satu kesatuan. Seseorang dapat disebut sebagai pelaku kejahatan
Ketika ia melakukan kejahatannya.
Tujuan adanya pasal ini adalah untuk memperluas pertanggungjawaban
pidana

3
 PLEGEN (Yang Melakukan) mempunyai kualitas sebagai pelaku baik dari
sisi pengetahuan intelektualnya atau mempunyai pengaruh, kuasa,
kewenangan.
Pelaku (dader) adalah seseorang yang memenuhi semua unsur delik (ide
melakuan kejahatan)
 DOENPLEGEN (Menyuruh melakukan) sifatnya langsung
a. seseorang yang hendak melakukan tindak pidana tapi tidak
melakukannya sendiri melainkan dengan orang lain (manus domina)
yang menyuruh tindak pidana dan bertanggungjawab untuk menyuruh
tindak pidana), (pelaku utama yang mengendalikan dengan
kuasanya memberikan pengaruh sampai posisi yang disuruh
tidak bisa berbuat apa-apa lagi dengan posisi tertekan atau
ancaman)
seseorang yang tidak mempunyai pilihan, orang yang disuruh
melakukan tindak pidana (manus ministra) hanya dijadikan alat untuk
melakukan tindak pidana. orang yang disuruh melakukan tindak pidana
tapi tidak tau kalo itu tindak pidana dan tidak bertanggung jawab, (tidak
dapat dipertanggungjawabkan) tidak punya pilihan lain, kalau punya
pilihan lain bisa saja menjadi pembantuan.
b. Yang menyuruh melakukan (manus domina) diancam dengan
pidana sebagai pelaku
c. Yang disuruh atau pelaku langsung tidak diancam dengan pidana
karena disebabkan hilangnya unsur kesalahan (penghapus pidana
berupa alasan pemaaf) Alasan pemaaf adalah alasan yang
menghapus kesalahan dari si pelaku suatu tindak pidana, sedangkan
perbuatannya tetap melawan hukum. Pasal 44 dan 48, 51 ayat 2
KUHP dan asas tiada pidana tanpa kesalahan dan delik putatif
(salah kira/menduga) ada dua link ada kesalahan dalam
mewujudkan tindak pidana.
d. Yang disuruh hanya dijadikan alat atau instrument belaka baik itu
berdasarkan paksaan ataupun ketidaktahuan.
Dalam praktik, ada beberapa perubahan makna Disuruh dapat
dipertanggungjawabkan pidana dalam keadaan-keadaan yang menyuruh

4
dan disuruh mempunyai kualitas misalkan atasan dan bawahan dalam
hubungan pekerjaan. Manus ministra bisa saja dipertanggung
jawabkan pidananya Ketika manus ministra mempunyai Kualitas yang
sama dengan dader (pelaku) dalam mempunyai kemampuan
intelektualnya atau jabatan (kuasa atau pengaruh).
Perbedaan disuruh dan diperintah (berbeda)
Dalam konteks menyuruh (subjek) dan disuruh (objek)

Merintah dan Diperintah yang dimana ada dua pelaku atau ada 2
subjek
 MEDEPLEGEN (Turut serta melakukan) orang yang secara bersama-
sama melakukan tindak pidana, tetapi ada saatnya turut serta dilakukan
dengan bersama-sama dan saatnya juga perbuatan itu tidak bersama-
sama tapi sudah ada pembagian tugas dan fungsinya atau ada bentuk
kesepakatan jahat yang penting tujuannya tercapai: syarat adanya
kesamaan niat, pembagian tugas yang nyata, dan bekerjasama yang
disadari atau nyata. Pembagian hukumannya dalam turut serta melakukan
sama tidak ada yang lebih berat maupun lebih ringan karena kalo salah satu
tidak melakukan tugasnya tindak pidana itu tidak terjadi. Tidak bisa
melakukan tindak pidana kalo tidak dibantu sama yang satu lagi.
1. Kerjasama kesadaran kehendak
2. Kerjasama kesadaran fisik
Salah satu syarat tidak terpenuhi bisa manus ministra atau pembantu.
Menurut van Hamel, perbuatan orang medeplegen, orang-orang yang terlibat
harus melakukan seluruh perbuatan. Dalam turut serta pasti ada actor
intelektualis (pelaku utama) dan orang lainnya termasuk kategori turut
serta melakukan, dipidananya sama.
 UITLOKKEN (Penganjuran): orang yang menggerakan orang lain untuk
melakukan suatu tindak pidana dengan menggunakan sarana sarana yang
ditentukan (ada transfer niat) seorang pemimpin membujuk bawahannya
untuk melakukan pemukulan terhadap pesaing usahanya dengan di iming-
imingi di kasih hadiah atau menaikan jabatannya.

5
Tujuan pembentukan daya upaya penganjuran secara limitatif (dibatasi)
untuk memberikan kepastian hukum untuk membedakan bentuk
penyertaan lainnya.
Prof. Moeljatno mempersyaratkan adanya penganjuran yaitu :
• Harus ada orang yang mempunyai kesengajaan untuk melakukan perbuatan
pidana dengan menganjurkan orang lain
• Harus ada orang lain yang dapat melakukan perbuatan yang sengaja
dianjurkan
• Cara menganjurkan harus dengan cara seperti yang ditentukan dalam Pasal
55 ayat (1) ke-2 KUHP
• Orang yang dianjurkan harus benar-benar melakukan perbuatan pidana
seperti yang dikehendaki oleh penganjur.
Pasal 163 bis KUHP ( mislukte uitlokking) Penganjuran yang gagal.
Terjadi dalam hal seseorang telah dengan sengaja menggerakkan orang lain untuk
melakukan suatu tindak pidana dengan menggunakan salah satu sarana dalam
pasal 55 ayat (1) ke 2, akan tetapi orang lain itu tidak mau melakukan atau
mau/sudah melakukan akan tetapi tidak sampai dapat melaksanakan perbuatan
yang dapat dipidana.
 Tidak mau melakukan
 Melakukan, tapi tidak selesai (baru tahap persiapan, belum masuk
pelaksanaan, sehingga tidak ada percobaan).
A memberikan sejumlah uang kepada B, dengan janji supaya B, menganiaya C,
setelah B menerima uang, tidak jadi menganiaya C.

 MEDEPLICHTIGHEID (Pembantuan) Pasal 56 KUHP: Niat kejahatan


bukan dari orang yang memberi bantuan
mempermudah tindak pidana baik sebelum atau saat2 tindak pidana
dilakukan, hukumannya 2/3 dari pada pelaku utama. kenapa Dikurangi
sepertiga?. Pertimbangannya pembantuan bersifat accesoir (tidak
ketergantungan) dan mempermudah tindak pidana, dilihat niat
(kesengajaannya)
Dengan sengaja membantu orang lain melakukan suatu kejahatan, dibedakan
atas dua macam yaitu

6
1. pembantuan pada waktu dilakukan kejahatan tanpa dengan daya
upaya tertentu
2. pembantu yang mendahului melakukan kejahatan dengan upaya
memberi kesempatan, sarana atau keterangan-keterangan.

Professor SIMONS mengatakan perbuatan medeplichtigheid tersebut harus


memenuhi dua macam unsur, yaitu masing-masing unsur yang bersifat
objektif dan unsur yang bersifat subjektif.
 Unsur yang bersifat objektif, apabila perbuatan yang telah dilakukan
oleh medeplichtigheid tersebut memang telah ia maksudkan untuk
mempermudah atau untuk mendukung dilakukannya suatu kejahatan.
Dan ini berarti bahwa apabila ala-alat yang oleh seorang
medeplichtigheid telah dierahkan kepada seorang pelaku itu ternyata
tidak dipergunakan oleh pelakunya untuk melakukan kejahatannya,
maka medeplichtigheid tersebut juga tidak dapat dihukum.
 Unsur yang bersifat subjektif, yaitu apabila perbuatan yang telah
dilakukan oleh medeplichtigheid tersebut, benar-benar telah dilakukan
dengan sengaja, dalam arti bahwa medeplichtigheid tersebut memang
mengetahui bahwa perbuatannya itu dapat mempermudah atau dapat
mendukung dilakukannya suatu kejahatan oleh orang lain, dan
perbuatan mempermudah atau mendukung dilakukannya suatu
kejahatan oleh orang lain itu memang dikehendaki.
Contoh lain adalah seorang dokter yang membantu dalam menggugurkan
kandungan seorang wanita sebagaimana diatur dalam Pasal 349 KUHP,
Pidananya ditambah sepertiga dari ancaman pidana yang terdapat dalam
Pasal 346, 347 dan 348 KUHP. Dengan kata lain bahwa Dokter yang
membantu pengguguran kandungan lebih berat hukumannya dibanding
wanita (pelaku) yang menggugurkan kandungannya.

 Perbedaan pembantuan dengan menyuruh melakukan: tidak adanya


kesamaan niat, menyuruh niat buat maling, membantu belum tentu niatnya
untuk maling.

7
 Perbedaan pembantu dengan turut sera melakukan: kerjasama yang
nyata, walaupun tidak ada dia tindak pidana tetap bisa jalan.

Perbedaan disuruh dan diperintah (berbeda)

Dalam konteks menyuruh (subjek) dan disuruh (objek)

Menyuruh (manus domina) adalah pelaku utama yang memberikan ancaman atau
tekanan, paksaan atau ketidaktahuan sehingga orang yang disuruh (manus
ministra) tidak memilik pilihan lain selain yang disuruh oleh manus domina
Orang yang disuruh (manus ministra) hanyalah sebagai instrument atau alat bagi
manus domina.

Merintah dan Diperintah yang dimana ada dua pelaku atau ada 2 subjek
(KUALITAS YANG SAMA)
Ada hubungan tertentu (kekeluargaan dan kedinasan) antara si perintah dan orang
yang diperintahkan.

Pertanggung jawaban pidana-nya


Yang menyuruh di ancam pidana sebagai pelaku
Manus ministra atau pelaku langsung tidak diancam dengan pidana karena hiangnya
unsur kesalahan atau adanya penghapus pidana berupa alasan pemaaf.
Menurut Profesor Simons orang yang disuruh melakukan haruslah memenuhi
beberapa syarat tertentu :
 seseorang yang dimaksud di dalam pasal 44 KUHP
 tidak mempunyai unsur schuld, baik dolus maupun culpa
 di bawah pengaruh suatu overmacht atau di bawah pengaruh suatu keadaan
memaksa.
 Melakukan suatu tindak pidana dengan itikad baik telah melaksanakan suatu
perintah jabatan

Manus ministra bisa saja dipertanggung jawabkan pidananya Ketika manus


ministra mempunyai Kualitas yang sama dengan dader (pelaku) dalam mempunyai

8
kemampuan intelektualnya atau jabatan (kuasa atau pengaruh). Orang diperintah
bisa dipertanggungjawabkan dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Pasal 51 KUHPidana membedakan perbedaan antara suatu perintah yang dilakukan


oleh suatu jabatan yang berkuasa dan suatu perintah yang di keluarkan oleh suatu
jabatan yang tidak berkuasa
Ayat 1 pasal 51 KUHP suatu perintah yang dilakukan oleh suatu jabatan yang
berkuasa
 Apabila perintah yang dilakukan oleh bawahan berangkutan dengan itikad
baik sesuai kewenangan yang dimiliki atasannya. Maksud dari itikad baik ini
bahwa perbuatan yang diperintah tidak bersifat melanggar hukum
 Apabila ketaatan pada perintah tersebut memang terletak dalam lingkup
pekerjaannya sebagai seorang bawahan.

Ayat 2 pasal 51 KUHP suatu perintah yang di keluarkan oleh suatu jabatan yang
tidak berkuasa yaitu dalam hal suatu perintah tidak sah, maka perbuatan yang
bersangkutan adalah suatu perbuatan melawan hukum karena suatu perintah yang
tidak sah tidak memberi suatu hak kepada pembuat perbuatan itu yang dapat
membenarkan perbuatannya

Anda mungkin juga menyukai