Anda di halaman 1dari 7

Nama : Siftiana Sariyatul Arzaqiyah

NIM : 8111421266
Tugas Hukum Pidana 1 (Kesalahan dan Kemampuan Bertanggungjawab)

1. Apa yang dimaksud dengan kesalahan? Jelaskan!


Dipidananya seseorang tidaklah cukup apabila orang itu telah melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan hukum atau bersifat melawan hukum. Jadi, meskipun perbuatannya
memenuhi rumusan delik dalam undang-undang dan tidak dibenarkan (an objective breach
of a penal provision), namun hal tersebut belum memenuhi syarat untuk penjatuhan
pidana. Untuk pemidanaan masih perlu syarat, bahwa orang yang melakukan perbuatan itu
mempunyai kesalahan atau bersalah (subjective guilt).
A. Kesalahan Menurut Para Tokoh dan Ahli
1) MEZGER: kesalahan adalah keseluruhan syarat yang memberi dasar untuk adanya
pencelaan pribadi terhadap si pembuat tindak pidana.
2) SIMONS: sebagai dasar untuk pertanggungjawaban dalam Hukum Pidana ia
berupa keadaan psychic dari si pembuat dan hubungannya terhadap perbuatannya,
dan dalam arti bahwa berdasarkan keadaan psychic (jiwa) itu perbuatannya dapat
dicelakan kepada si pembuat.
3) VAN HAMMEL: kesalahan dalam suatu delik merupakan pengertian
psychologist, perhubungan antara keadaan jiwa si pembuat dan terwujudnya unsur-
unsur delik karena perbuatannya. Kesalahan adalah pertanggungan jawab dalam
hukum.
4) VAN HATTUM: pengertian kesalahan yang paling luas memuat semua, unsur
dalam mana seseorang dipertanggungjawabkan menurut Hukum Pidana terhadap
perbuatan yang melawan hukum, meliputi semua hal, yang bersifat psychic yang
terdapat keseluruhan yang berupa strafbaarfeit termasuk si pembuatnya.
5) KARNI: “Salah Dosa”, pengertian salah dosa mengandung celaan ini menjadi
dasarnya tanggungan jawab terhadap Hukum Pidana. Salah dosa berada jika
perbuatan dapat dan patut dipertanggungkan atas si pembuat; si pembuat harus
boleh dicela karena perbuatan itu; perbuatan itu mengandung perlawanan hak;
perbuatan itu harus dilakukan, baik dengan sengaja maupun dengan salah.
6) POMPE: pada pelanggaran norma yang dilakukan karena kesalahannya, biasanya
sifat melawan hukum itu merupakan segi luarnya. Yang bersifat melawan hukum
itu adalah perbuatannya. Segi dalamnya, yang bertalian dengan kehendak si
pembuat adalah kesalahan. Kesalahan dapat dibagi menjadi 2 sudut: menurut
akibatnya ia adalah hal yang dapat dicelakan, menurut hakikatnya ia adalah hal
dapat dihindarkannya perbuatan yang melawan hukum.
B. Kesalahan Dalam Arti Luas
Pertanggungjawaban dalam Hukum Pidana; di dalamnya terkandung makna dapat
dicelanya si pembuat atas perbuatannya. Jadi, dapat dikatakan bahwa orang bersalah
melakukan sesuatu tindak pidana, maka berarti bahwa ia dapat dicela atas
perbuatannya.
C. Kesalahan Dalam Arti Bentuk Kesalahan (Schuldvorm)
1) Kesengajaan (dolus, opzet, vorsatz atau intention)
2) Kealpaan (culpa, onachtzaamheid, nelatighed, fahrlassigkeit atau negligence). Ini
pengertian kesalahan yuridis.
D. Kesalahan Dalam Arti Sempit
Kesalahan dalam arti sempit, ialah kealpaan (culpa) seperti yang disebutkan di atas.
Pemakaian istilah “kesalahan” dalam arti ini sebaiknya dihindarkan dan digunakan saja
istilah “kealpaan”.
E. Pengertian Kesalahan Psychologisch
Dalam arti ini, kesalahan hanya dipandang sebagai hubungan psikologis (batin) antara
pembuat dan perbuatannya. Hubungan batin tersebut bisa berupa kesengajaan atau
kealpaan. Pada kesengajaan hubungan batin itu berupa menghendaki perbuatan
(beserta akibatnya) dan pada kealpaan tidak ada kehendak demikian. Jadi, di sini hanya
digambarkan (descriptive) keadaan batin si pembuat, sedangkan yang menjadi
ukurannya (kriteriumnya) adalah sikap batin yang berupa kehendak terhadap
perbuatan atau akibat perbuatan.
F. Pengertian Kesalahan yang Normatif
Pandangan yang normatif tentang kesalahan ini menentukan kesalahan
seseorang tidak hanya berdasarkan sikap batin atau hubungan batin antara pembuat
dengan perbuatannya, tetapi di samping itu harus ada unsur penilaian atau unsur
normatif terhadap perbuatannya. Penilaian normatif artinya penilaian (dari luar)
mengenai hubungan antara si pembuat dengan perbuatannya.
“Penilaian dari luar” ini merupakan pencelaan dengan memakai ukuran yang
terdapat dalam masyarakat, ialah apa yang seharusnya dibuat oleh si pembuat. Secara
ekstrim dikatakan bahwa kesalahan seseorang tidaklah terdapat dalam kepala si
pembuat, melainkan di dalam kepala orang-orang lain, ialah dalam kepala dari mereka
yang memberi penilaian terhadap si pembuat itu. Yang memberi penilaian pada
instansi terakhir adalah hakim.
Di dalam pengertian ini sikap batin si pembuat ialah yang berupa kesengajaan
dan kealpaan tetap diperhatikan, akan tetapi hanya merupakan unsur dari kesalahan
atau unsur dari pertanggungjawaban pidana. Di samping itu ada unsur lain ialah
penilaian mengenai keadaan jiwa si pembuat, ialah kemampuan bertanggungjawab dan
tidak ada alasan penghapus kesalahan.

2. Apakah ada asas yang berlaku dalam kesalahan? Sebutkan dan jelaskan!
Ada, yaitu asas “Tiada Pidana Tanpa Kesalahan” (Keine Strafe ohne Schuld atau Geen
Straf Zonder Schuld atau Nulla Poena Sine Culpa) culpa di sini dalam arti luas, meliputi
juga kesengajaan. Asas ini tidak tercantum dalam KUHP Indonesia atau dalam peraturan
lain, namun berlakunya asas tersebut sekarang tidak diragukan. Akan bertentangan dengan
rasa keadilan, apabila ada orang yang dijatuhi pidana padahal ia sama sekali tidak bersalah.
Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman (UU No. 14/1970) berbunyi
“Tiada seorang jua pun yang dapat dijatuhi pidana kecuali apabila Pengadilan, karena alat
pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan, bahwa seorang yang
dianggap dapat bertanggungjawab, telah bersalah atas perbuatan yang dituduhkan atas
dirinya.

3. Apakah kesalahan sebagai unsur penjatuhan pidana? Jelaskan!


Di negara Anglo Saxon tampak dengan adanya maxim (asas) “Actus non facit reum,
nisi mens sit rea” atau disingkat asas “mens rea”. Arti aslinya ialah “evil mind” atau “evil
will” atau “guilty mind”. Mens rea merupakan subjective guilt yang melekat pada si
pembuat. Subjective guilt ini berupa intent (kesengajaan) atau setidak-setidaknya
negligence (kealpaan). Hanya perlu diketahui bahwa di Inggris ada apa yang disebut “strict
liability”, yang berarti bahwa pada beberapa tindak pidana tertentu atau mengenai unsur
tertentu pada sesuatu tindak pidana tidak diperlukan adanya mens rea.
Di Uni Soviet, dalam Fundamentals of Criminal Legislation for the U.S.S.R and the
Union Republics (yanng disetujui oleh Soviet Tertinggi tanggal 25 Desember 1958)
tercantum dalam Pasal 3: “Only a person guilty of the commission of crime that is who
has, either deliberately of by negligence, committed any of the socially dangerous acts
defined by the criminal laws, is deemed liable to criminal responsibility and to
punishment”. Dari pasal tersebut dapat juga disimpulkan ketentuan “tiada
pertanggungjawaban atau pemidanaan tanpa adanya kesalahan”, baik berupa kesengajaan
atau pun kealpaan.

4. Untuk ada pemidanaan harus ada kesalahan, kesalahan ada hubungan dengan
kebebasan berkehendak. Ada atau tidaknya hubungan kesalahan dengan kebebasan
berkehendak ada 3 pendapat. Sebutkan dan jelaskan! KUHP menganut yang mana?
a. Kaum Indeterminis, yang pada dasarnya berpendapat, bahwa manusia mempunyai
kehendak bebas dan ini merupakan sebab dari segala keputusan kehendak. Tanpa ada
kebebasan kehendak maka tidak ada kesalahan, apabila tidak ada kesalahan maka tidak
ada pencelaan, sehingga tidak pemidanaan.
b. Kaum Determinis, mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai kehendak bebas.
Keputusan kehendak ditentukan sepenuhnya oleh watak (dalam arti nafsu-nafsu
manusia dalam hubungan kekuatan satu sama lain) dan motif-motif, ialah perangsang-
perangsang yang datang dari dalam atau dari luar yang mengaktifkan watak tersebut
ini berarti bahwa seseorang tidak dapat dicela atas perbuatannya atau dinyatakan
mempunyai kesalahan, sebab ia tidak punya kehendak bebas. Namun meskipun diakui
bahwa tidak punya kehendak bebas, itu tak berarti bahwa orang yang melakukan tindak
pidana tidak dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya. Justru karena tidak
adanya kebebasan kehendak itu maka ada pertanggungjawaban dari seseorang atas
perbuatannya. Tetapi reaksi terhadap perbuatan yang dilakukan itu berupa tindakan
(maatregel) untuk ketertiban masyarakat, dan bukannya pidana dalam arti “penderitaan
sebagai buah hasil dari kesalahan oleh si pembuat”.
c. Golongan ketiga mengatakan: ada dan tidak adanya kebebasan kehendak itu untuk
Hukum Pidana tidak menjadi soal (irrelevant). Kesalahan seseorang tidak dihubungkan
dengan ada dan tidak adanya kehendak bebas.
KUHP kita berpijak kepada indeterminisme, sesuai dengan aliran Klasik (neo-
klasik). Aliran modern (positif) berpandangan deterministis.

5. Apa yang dimaksud dengan kemampuan bertanggungjawab (KBJ)? Jelaskan!


a. Simons: kemampuan bertanggungjawab dapat diartikan sebagai suatu keadaan psychis
sedemikian, yang membenarkan adanya penerapan sesuatu upaya pemidanaan, baik
dilihat dari sudut umum maupun dari orangnya. Dikatakan selanjutnya, bahwa
seseorang mampu bertanggungjawab, jika jiwanya sehat, yakni apabila:
1) Ia mampu untuk mengetahui atau menyadari bahwa perbuatannya bertentangan
dnegan hukum
2) Ia dapat menentukan kehendaknya sesuai dengan kesadaran tersebut
b. Van Hammel: kemampuan bertanggungjawab adalah suatu keadaan normalitas
psychis dan kematangan (kecerdasan) yang membawa 3 kemampuan:
1) Mampu untuk mengerti nilai dari akibat-akibat perbuatannya sendiri
2) Mampu untuk menyadari, bahwa perbuatannya itu menurut pandangan masyarakat
tidak diperbolehkan
3) Mampu untuk menentukan kehendaknya atas perbuatan-perbuatannya itu
c. Memorie van Toelichting (Memori Penjelasan): secara negatif menyebutkan
mengenai pengertian kemampuan bertanggungjawab itu, antara lain:
1) Dalam hal ia tidak ada kebebasan untuk memilih antara, berbuat dan tidak berbuat
mengenai apa yang dilarang atau diperintahkan oleh undang-undang
2) Dalam hal ia ada dalam suatu keadaan yang sedemikian rupa, sehingga tidak dapat
menginsyafi bahwa perbuatannya itu bertentangan dengan hukum dan tidak dapat
menentukan akibat perbuatannya.

6. Apa yang dimaksud dengan tidak mampu bertanggungjawab untuk sebagian?


Jelaskan!
Dalam praktik ada beberapa jenis penyakit jiwa, hingga penderitanya bisa disebut tidak
mampu bertanggungjawab untuk sebagian (gedeeltelijke ontoerekeningvatbaarheid). Jenis
tidak mampu bertanggungjawab untuk sebagian, misal:
a. Kleptomania, ialah penyakit jiwa yang berwujud dorongan yang kuat dan tak
tertahankan untuk mengambil barang orang lain, tetapi tak sadar bahwa perbuatannya
terlarang. Biasanya barang yang dijadikan sasaran itu barang yang tidak ada nilainya
sama sekali baginya. Dalam keadaan biasa ia berjiwa sehat.
b. Pyromanie, ialah penyakit jiwa yang berupa kesukaan untuk melakukan pembakaran
tanpa alasan sama sekali.
c. Claustrophobia, ialah penyakit jiwa yang berupa ketakutan untuk berada di ruang yang
sempit. Penderitanya dalam keadaan tersebut misal lalu memecah-mecahkan kaca
jendela.
d. Penyakit yang berupa perasaan senantiasa dikejar-kejar (achtervolgingswaan) oleh
musuh-musuhnya.
Dalam keadaan-keadaan tersebut di atas, mereka yang dihinggapi penyakit itu dapat tidak
dipertanggungjawabkan atas perbuatannya, yang ada hubungan dengan penyakit itu. Jika
antara penyakit dan perbuatannya tidak ada hubungannya, maka mereka tetap dapat
pidana. Misalnya seorang kleptoman melakukan penganiayaan; seorang pyrooman yang
mencuri; seorang yang menderita “claustrophobia” memalsukan surat; seorang yang
menderita penyakit perasaan dikejar-kejar melakukan penipuan. Perbuatan-perbuatan
tersebut tidak ada hubungannya secara kausal dengan penyakitnya. Dalam hal-hal ini
mereka tetap dianggap sebagai mampu bertanggungjawab secara penuh.

7. Apa yang dimaksud dengan kurang mampu bertanggungjawab? Jelaskan!


Kekurangmampuan bertanggungjawab, yaitu terdakwa yang dianggap kurang mampu
bertanggungjawab tetap dianggap mampu bertanggungjawab dan dapat dipidana, akan
tetapi faktor itu dipakai sebagai faktor untuk memberikan keringanan dalam pemidanaan.
Contoh kasus: seorang keturunan Jerman menyatakan simpati atas didudukinya negeri
Belanda oleh Jerman (Tahun 1940). Ia dipidana oleh Politierechter Batavia 4 bulan penjara
berdasarkan peraturan Panglima Tentara Hindia Belanda (Leger Commandant). Terdakwa
naik banding Mahkamah Agung Hindia Belanda (Hooggerechtshof) dalam keputusannya
mengubah pidananya menjadi 2 (dua) minggu penjara. Alasannya ialah karena ada surat
keterangan dokter yang menyebutkan bahwa terdakwa kurang mampu bertanggungjawab
(L.T.R 1940 No. 155 halaman 144)

8. Bagaimana batas mampu dan tidak mampu bertanggungjawab? Jelaskan!


Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada jawaban nomor 9 terkait orang mabuk di bawah
ini, batas mampu dan tidak mampu bertanggungjawab tidak mudah untuk ditentukan
batasnya, sebab beralihnya keadaan yang satu ke keadaan yang lain itu “berangsur-angsur”
(geleidelijk).

9. Apakah orang mabuk mampu bertanggungjawab? Jelaskan!


Mampu dan tidak mampunya bertanggungjawab orang mabuk haruslah dibedakan antara
orang yang tanpa kemauan sendiri menjadi mabuk dan orang yang memang menghendaki
diri untuk mabuk. Dalam hal yang pertama dapat diterima adanya ketidakmampuan
bertanggungjawab karena si pemabuk melakukan perbuatan yang tidak disadari atau ia
dalam keadaan yang bersifat penyakit (pathologisch roes). Untuk hal yang kedua, terlebih
seseorang tersebut memabukkan diri sebelum melakukan suatu kejahatan agar menjadi
berani (courage drinken), pada hakikatnya hubungan antara kehendak dengan
perbuatannya tidak putus. Orang tersebut masih dapat dikatakan menyadari nilai perbuatan
beserta akibatnya, oleh karena itu ia dapat dipertanggungjawabkan. Sementara itu, tingkat
kemabukan sukar ditentukan secara pasti, oleh karena itu tidak dapat dijadikan ukuran
untuk menetapkan mampu dan tidak mampunya bertanggungjawab.

10. Bagaimana KUHP mengatur untuk orang yang tidak mampu bertanggungjawab?
Jelaskan!
Menurut pasal 44 ayat (2) KUHP, apabila tersangka ternyata tidak mampu
bertanggungjawab karena keadaan-keadaan yang disebut dalam ayat (1), maka Hakim
dapat memerintahkan agar ia dimasukkan dalam rumah sakit jiwa selama suatu masa
percobaan yang tidak melebihi waktu satu tahun.

Anda mungkin juga menyukai