Dalam hal ini pembuat bertujuan untuk menimbulkan akibat yang dilarang.
Bentuk kesengajaan ini artinya sama dengan menghendaki (willens) untuk mewujudkan
suatu perbuatan (tindak pidana aktif), melalaikan kewajiban hukum (tindak pidana pasif)
dan tahu juga menghendaki timbulnya akibat dari perbuatan itu (tindak pidana materiil). 4
Dalam hal ini perbuatan berakibat yang dituju namun akibatnya yang tidak
diinginkan tetapi suatu keharusan mencapai tujuan. Kesadaran seseorang terhadap suatu
akibat yang menurut akal orang pada umumnya pasti terjadi karena dilakukannya suatu
perbuatan tertentu. Apabila perbuatan tertentu yang disadarinya itu pasti menimbulkan
akibat yang tidak dituju itu dilakukan juga maka, di sini terdapat kesengajaan sebagai
kepastian.
Ada beberapa contoh yang diceritakan secara turun menurun dalam perkuliahan
hukum pidana terkait dengan kesengajaan sebagai kepastian, yakni contoh Thomas van
Bremenhaven. Thomas, ingin memperoleh asuransi yang besar, sehingga kapalnya yang
berlayar ke Southamton dipasangi dinamit. Ketika kapal meledak dia akan mendapatkan
asuransi namun beberapa awak kapal akan ikut meninggal. Namun, awak kapal bisa tidak
meninggal dan tenggelam jika mereka diselamatkan terlebih dahulu sebelum kapal
dipasangi dinamit.
Dalam hal ini, keadaan tertentu yang semula mungkin terjadi kemudian benar-
benar terjadi. Kesengajaan sebagai kemungkinan adalah kesengajaan untuk melakukan
perbuatan yang diketahuinya bahwa ada akibat lain yang mungkin dapat timbul yang ia
tidak inginkan dari perbuatan, namun begitu besarnya kehendak untuk mewujudkan
perbuatan, ia tidak mundur dan siap mengambil resiko untuk melakukan perbuatan.
Contoh : menaruh racun kepada seorang bapak, namun yang kena adalah anaknya.
Sedangkan mengenai culpa, sama juga masuk dalam kategori kesengajaan karena
salah satu bentuk dari kesalahan, dalam kata lain kesengajaan merupakan bentuk yang
paling rendah derajatnya dari pada kesengajaan. Memang sangat sukar untuk membedakan
antara kesengajaan dan culpa, apalagi kalau sudah menginjak permasalahan kesengajaan
bersyarat (dolus eventualis) dengan kealpaan berat (culpa lata). Pada memori penjelasannya
Memorie van Toelichting (MvT) dijelaskan, dalam hal kealpaan, pada diri seorang pelaku
terdapat, (1) kekurangan pemikiran (penggunaan akal) yang diperlukan, (2) kekurangan
pengetahuan (ilmu) yang diperlukan, dan (3) kekurangan kebijakan (belied) yang diperlukan.
Unsur-Unsur Kesalahan
4
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm 96
3
3. Tidak adanya alasan yang menghapus kesalahan atau tidak ada alasan pemaaf dan
pembenar.
Penghapusan pidana dijelaskan pada bab ketiga dari buku pertama KUHP. Namun,
dalam KUHP tidak disebutkan istilah-istilah alasan pembenar dan alasan pemaaf.
5
Ibid Moeljatno hlm 165
4
Penjelasan tentang alasan dihapusnya sebuah unsur pidana dibedakan menjadi tiga
sebagai berikut :6
Alasan pembenar, yaitu alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya
perbuatan, sehingga apa yang dilakukan oleh terdakwa lalu menjadi perbuatan yang
patut dan benar. Contohnya terdapat di KUHP Pasal 49 ayat (1) , 50 dan 50 ayat (1)
Alasan pemaaf, yaitu alasan yang menghapuskan kesalahan terdakwa. Perbuatan
yang dilakukan oleh terdakwa tetap bersifat melawan hukum, jadi tetap merupakan
perbuatan pidana, tetapi dia tidak dipidana, karena tidak ada kesalahan. Contohnya
terdapat di Pasal 49 ayat (2).
Alasan penghapus penuntutan, disini permasalahannya bukan ada alasan pembenar
maupun alasan pemaaf, jadi tidak ada pikiran mengenai sifatnya perbuatan maupun
sifatnya orang yang melakukan perbuatan, tetapi pemerintah menganggap bahwa
atas dasar utilitas atau kemanfaatannya kepada masyarakat, sebaiknya tidak
diadakan penuntutan.
Salam Takdzim
Muhtar Said
Dosen Hukum di Universitas Nahdlatul Ulama’ Indonesia
6
K. Wancik Saleh, Tindak Pidana Korupsi dan Suap, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2007, hlm 15