KELAS : B
NIM :1904551082
HAL 161.
Kealpaan :
Pada umumnya, kealpaan dibedakan atas :
HAL 176
1. Perbedaan Hukuman dan Pidana
Hukuman adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai
dengan tingkah laku yang berlaku secara umum. Dalam hal ini, hukuman diberikan
ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan ditampilkan oleh orang yang
bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak
menampilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan.
Secara umum hukuman dalam hukum adalah sanksi fisik maupun psikis untuk
kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan. Hukuman mengajarkan tentang apa yang
tidak boleh dilakukan.sedangkan Pidana ialah Istilah yang lebih tepat dari istilah
hukuman karena hukum sudah lazim merupakan terjemahan dari recht. Dapat
dikatakan istilah pidana dalam arti sempit adalah berkaitan dengan hukum pidana.
Pidana didefinisikan sebagai suatu penderitaan yang sengaja dijatuhkan/diberikan
oleh negara pada seseorang atau beberapa orang sebagai akibat hukum (sanksi)
baginya atas perbuatannya yang telah melanggar larangan hukum pidana. Secara
khusus larangan dalam hukum pidana ini disebut sebagai tindak pidana (strafbaar
feit).
Double track system adalah sistem dua jalur tentang sanksi dalam hukum pidana,
yaitu jenis sanksi pidana di satu pihak dan jenis sanksi tindakan di pihak lain.
Sanksi pidana bersumber pada ide dasar mengapa diadakan pemidanaan, sedangkan
sanksi tindakan bersumber pada ide dasar “untuk apa diadakan pemidaan
itu”.Sehingga sanksi pidana sesungguhnya bersifat reaktif terhadap suatu perbuatan,
sedangkan sanksi tindakan lebih bersifat antisipatif terhadap pelaku . Fokus sanksi
pidana ditujukan pada perbuatan salah yang telah dilakukan seseorang melalui
pengenaan penderitaan agar pelakunya menjadi jera, adapun fokus sanksi tindakan
lebih terarah pada upaya memberi pertolongan pada pelaku agar berubah. Sehingga
sanksi pidana lebih menekankan unsur pembalasan dan sanksi tindakan menekankan
kepada perlindungan masyarakat dan pembinaan atau pun perawatan bagi pelakunya.
Perbedaan prinsip antara sanksi pidana dengan sanksi tindakan adalah sanksi pidana
menerapkan unsur pencelaan, bukan kepada ada tidaknya unsur penderitaan,
sedangkan sanksi tindakan menerapkan unsur pendidikan yang tidak membalas dan
semata-mata melindungi masyarakat dari ancaman yang dapat merugikan
kepentingan masyarakat.
Pemidanaan adalah salah satu permasalahan pokok dalam hukum pidana yang
signifikan Pembahasan mengenai pemidanaan dan tujuan/alasan pembenaran adanya
pemidanaan telah menjadi diskusi panjang bahkan semenjak dikenalnya hukum
pidana itu sendiri. Pun dalam perjalanan hukum pidana Indonesia, pemidanaan
menjadi topik pembahasan para konseptor hukum pidana nasional. Tentunya semua
sepakat bahwa penentuan jenis pemidanaan dalam sebuah bangunan hukum nasional
akan tergantung pada pandangan filosofis: bagaimana tujuan pemidanaan yang
hendak dibangun dalam sistem hukum tersebut. Dengan memperhatikan beberapa
catatan perjalanan hukum Indonesia semenjak zaman prakolonial sampai pada usaha
pembangunan hukum nasional dapat disimpulkan bahwa tujuan pemidanaan dalam
hukum pidana Indonesia akan dibawa ke arah pemidanaan yang moderat dan lebih
baik. Dalam perkembangannya dewasa ini, di banyak negara di dunia, ketidak puasan
dan rasa frustasi terhadap mekanisme pemidanaan yang ada karena dirasakan tidak
dapat memenuhi rasa keadilan dan tujuan yang ingin dicapai yaitu mencegah dan
menanggulangi kejahatan. Perkembangan pemikiran tentang Hak Asasi Manusia telah
mempertajam pertanyaan-pertanyaan tentang hukuman dalam kaitannya dengan etika
dan moral. Meskipun undang undang telah mengatur mengenai jenis pidana mati
misalnya. Dewasa ini perkembangan tujuan pemindaan berkembang dengan lebih
memikirkan pelaku sebagai terpidana sehingga bisa kembali lagi ke dalam
masyarakat setelah menjalani proses pidana atau dengan kata lain memiliki tujuan
pada perbaikan atau pembinaan pelaku, yaitu dengan salah satunya rehabilitasi.
Pemberian efek jera ini biasanya berupa hukuman kurungan yang diberikan
tergantung dengan delik yang dilakukan. Berbeda delik yang dilakukan, berbeda juga
hukuman kurungan yang dijatuhi pada pelaku. Hukuman kurungan ini ditujukan dan
diharapkan agar para pelaku tindak pidana tidak mengulangi hal yang sama ataupun
melakukan hal lain yang juga melanggar dari hukum positif yang ada. Lalu muncul
yang lain adalah sebagai perlindungan masyarakat atau social defence. Tujuan yang
ini dimaksudkan sebagai salah satu contohnya adalah jika terjadi suatu extra ordinary
crime yang sangat meresahkan masyarakat, maka pelaku dari tindak pidana luar biasa
itu harus segera di tangkap dan dijatuhi pidana agar tidak meresahkan masyarakat.
Setelah social defence ada pencegahan, ini dimaksudkan bagi pelaku yang akan
melakukan tindak pidana melihat pidana yang akan di dapat jika ia melakukan tindak
pidana tersebut. Jadi pidana yang akan di dapat membuat pelaku untuk berfikir jika ia
melakukan akan mendapat pidana tersebut sehingga ia tidak jadi melakukan tindak
pidana tersebut
1. Kesengajaan bertujuan (opzet als oogmerk); Berarti apabila perbuatan yang dilakukan
atau terjadinya suatu akibat adalah memang menjadi tujuan si pembuat. Contoh: delik
formal (pencurian), delik materiil (pembunuhan).
2. Kesengajaan berkesadaran kepastian atau keharusan; Berarti apabila perbuatan yang
dilakukan atau terjadinya suatu akibat bukanlah yang dituju, tetapi untuk mencapai
perbuatan atau akibat yang dituju itu pasti/harus melakukan perbuatan atau terjadinya
akibat tersebut. Contoh: Kasus Kapal Thomas van Bremenharven tanggal 21 Mei
tahun 1900.
3. Kesengajaan berkesadaran kemungkinan atau kesengajaan bersyarat; Berarti apabila
dengan dilakukannya perbuatan atau terjadinya suatu akibat yang dituju itu, maka
disadari adanya kemungkinan akan timbulnya akibat lain. Contoh: Arrest Hoge Raad
‘Hoornse Taart’ tanggal 19 Juni 1911