Anda di halaman 1dari 6

KESALAHAN 🡪 Jantungnya Hukum Pidana

( Dra. Dani Krisnawati, S.H., M.Hum.)

� KUHP : sanksi pidana (puniishment) dan sanksi tindakan (treatment). Kalau yang
diberlakukan hanya sanksi pidana namanya single plan system.
� Dipidananya pembuat 🡪 asas kesalahan
� Hubungan antara kebebasan kehendak dengan ada atau tidak adanya kesalahan
ada 3 pendapat :
1. Kaum indeterminis (penganut indeterminisme) punya kehendak bebas sehingga tidak
ada pengaruh dari manapun.
2. Kaum determinis (penganut determinisme) tidak punya kehendak bebas, ditentukan
sepenuhnya oleh watak dan motif yang dapat rangsangan dari dalam maupun luar.
3. Kesalahan seseorang tidak dihubungkan dengan ada dan tidak adanya kehendak
bebas (tidak relevan).
� PENGERTIAN KESALAHAN
1. Kesalahan psikologis : hanya dipandang sebagai hubungan psikologis / batin antara
pembuat dan perbuatannya. Kemudian berubah menjadi:
2. Kesalahan normatif : harus ada unsur penilaian normatif terhadap perbuatannya (dari
luar mengenai hubungan si pembuat dan perbuatannya) = normatif. (Kalau hukum
pidana yang menilai hakim)
� UNSUR – UNSUR DARI KESALAHAN (dalam arti seluas-luasnya) merupakan
kesatuan yang tak dapat dipisahkan (ROESLAN SALEH)
1. Adanya kemampuan bertanggungjawab pada si pembuat, artinya keadaan jiwa si
pembuat harus normal.
2. Hubungan batin antara si pembuat dengan perbuatannya yang berupa kesengajaan
atau kealpaan.
3. Tidak adanya alasan yang menghapus kesalahan atas tidak adanya alasan pemaaf.
Pasal 49
(1) Alasan pembenar : pembelaan terpaksa
(2) Kalau melampaui batas sudah jadi alasan pemaaf (not well exist).
2. KEMAMPUAN BERTANGGUNGJAWAB (zurechrungfaligkert / Toerekeningsvat
baarhcid) 🡪 tidak ada di KUHP, hanya ketentuan yang menunjuk ke arah itu.
a. Van Hamel : kemampuan bertanggungjawab adalah suatu keadaan normalitas
psychis dan kematangan kecerdasan) yang membawa 3 kemampuan.
(1) Mampu untuk mengerti nilai-nilai dan akibat-akibat dari perbuatannya sendiri.
(2) Mampu untuk menyadari bahwa perbuatannya itu menurut pandangan
masyarakat tidak dibolehkan.
(3) Mampu untuk menentukan kehendaknya atas perbuatan-perbuatannya itu.
Ajaran Monistis: ajaran yang mencampurkan pertanggungjawaban pidana dengan
perbuatan pidana
Ajaran Dualistis: Ajaran yang memisahkan pertanggungjawaban pidana dengan
perbuatan pidana
● MEMORI PENJELASAN KUHP 🡪 Memorie van Toelichting
(secara negatif menyebutkan pengertian kemampuan bertanggungjawab)
MvT : tidak ada kemampuan bertanggungjawab pada si pembuat.
a. Dalam hal itu tidak ada kebebasan untuk memilih antara berbuat dan tidak
berbuat mengenai apa yang dilarang atau diperintahkan oleh undang-undang.
Dilarang 🡪 Membunuh, mencuri, penipuan.
Diperintahkan 🡪 Pasal 224: Hadir sebagai saksi (wajib) jika tidak hadir maka
akan dikenai sanksi pidana, Pasal
b. Dalam hal ia ada dalam suatu keadaan yang sedemikian rupa sehingga tidak
dapat menginsyafi bahwa perbuatannya itu bertentangan dengan hukum dan
tidak dapat menentukan akibat perbuatan (Pasal 44 Ayat (1) KUHP, (2) nya
sanksi tindakan).
o Bagi orang yang sakit ingatan tapi kadang” ingat/sehat bisa dihadirkan
sebagai saksi di pengadilan hanya tidak disumpah 🡪 Tidak bernilai sebagai
alat bukti. Hanya masuk sebagai berkas kesesuaian, disesuaikan dengan alat
bukti yang ada untuk memperkuat keyakinan hakim.
Apakah anak bisa diproses hukum?
Dulu, anak bisa jadi alasan pemaaf. Kemudian anak bisa diproses hukum kalau
berumur 12-18 tahun (1905). Sekarang diganti jadi berumur 8-18 tahun. Sanksi
pidana ada pada Pasal 8 -18. Pasal 45-47 dihapus dengan UU No. 3 Tahun 1997
(diganti UU No. 11 Tahun 2012).
● KUHP itu system double track (dua jalur) ada dua sanksi. Buku I KUHP sampai Pasal
103. Selain sanksi pidana, KUHP juga mengenal sanksi tindakan (Pasal 44 ayat (2)
KUHP)
● Pasal 103 🡪 Ketentuan menyimpang/di luar KUHP diatur oleh Peraturan Perundang-
Undangan tersendiri yang terpisah dari KUHP
● Isi Pasal 44 KUHP ada 2 hal : (Alasan yang terdapat dalam diri si pembuat, sehingga
perbuatan yang dilakukan tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya)
Alasan itu berupa keadaan pribadi si pembuat yang bersifat biologis.
a. Penentuan bagaimana keadaan jiwa si pembuat. Biasanya yang menilai dokter
penyakit jiwa / psikiater. Bersifat deskriptif (digambarkan apa adanya oleh psikis).
b. Adanya penentuan hubungan kausal antara keadaan jiwa si pembuat dengan
perbuatannya. Yang menilai hakim. Bersifat normatif, hakim menilai mampu /
tidak mampunya terdakwa bertanggungjawab atas perbuatan pidana yang
dilakukan.
KUHP dalam menentukan tidak dapat dipertanggungjawabkannya si Pembuat itu
adalah deskriptif-normatif.
● Tidak mampu bertanggungjawab untuk sebagian (perbuatannya harus ada
hubungannya dengan penyakitnya). 🡪 Bukan alasan pemaaf.
- Kleptomanie : mencuri untuk disimpan. Penyakit jiwa yang mana memiliki
dorongan yang kuat dan tak tertahankan untuk mengambil barang dan tidak
sadar bahwa itu perbuatan terlarang.
- Pyromanie : penyakit jiwa, kesukaan untuk melakukan pembakaran tanpa
alasan.
- Claustrophobie : penyakit jiwa berupa ketakutan di ruangan sempit.
- Acrophobia : takut ketinggan
● Keadaan mabuk (intoxictaction, dronkenschap)
1. Tanpa kemauan sendiri menjadi mabuk 🡪 Dicekokin. Kalau tanpa kemauan sendiri
tidak ada kemampuan bertanggungjawab.
2. Kalau kemauan sendiri 🡪 Ada kemampuan bertanggung jawab.
- Actio libera in causa :
Seseorang sengaja memabukkan diri dalam hal melakukan kejahatan agar
semakin berani.
● Batas mampu dan tidak mampu bertanggungjawab
Kalau ada ragu-ragunya?
1. Si pembuat dapat tetap dipidana (in dubio pro lege fori). Kemampuan
bertanggungjawab dianggap ada selama tidak dibuktikan sebaliknya 🡪 Pompe.
2. Si pembuat tidak dipidana (in dubio pro reo) dianggap tidak mampu bertanggung
jawab 🡪 Nayan & Lengenmeijer . Dalam hal keragu-raguan harus diambil
keputusan yang menguntungkan bagi terdakwa.
● Cara menentukan suatu keadaan tidak mampu bertanggungjawab sehingga terhadap
orang tersebut tidak dapat dipidana
1) Biologische methode 🡪 menguraikan sakit jiwanya tersebut. Kalau sudah
dinyatakan sakit jiwa oleh psikiater, dengan sendirinya langsung tidak dapat
dipidana.
2) Psichologische methode 🡪 menunjukkan hubungan antara keadaan jiwa yang
upnormal terhadap perbuatannya. Akibat penyakit jiwa terhadap perbuatannya.
3) Biologische – psichologische methode 🡪 cara gabungan. Di samping menyatakan
sakit jiwa dan penilaian antara perbuatan dengan keadaan jiwa untuk dinyatakan
tidak mampu bertanggungjawab. ( Dianut KUHP (PASAL 44))
● Putusan dari pengadilan bisa berupa putusan
1) Dipidana
2) Lepas dari segala tuntutan hukum (perbuatan terbukti tapi ada alasan pemaaf).
3) Bebas
KESENGAJAAN (DOLUS, OPZET)
● MvT 🡪 willens en wetens (menghendaki dan mengetahui).
● Menghendaki adanya perubahan dan mengetahui apa yang dilakukan
● Kehendak untuk mewujudkan unsur’ delik dalam rumusan uu
Berdasarkan keadaan batin orang yang sengaja. Dalam ilmu hukum pidana ada 2 teori
kesengajaan :
1. Teori kehendak (wilstheorie) Van Hippel, Simons, Zevenbergen
Teori yang berpendapat bahwa kehendak untuk mewujudkan unsur-unsur delik
dalam rumusan UU (Teori kesengajaan)
2. Teori pengetahuan atau membayangkan (vorestellingstheorie) Frank
Sengaja berarti membayangkan akan timbul akibat dari perbuatannya (Teori
membayangkan)
- Persamaan kedua teori ini adalah Bahwa dalam kesengajaan harus ada
kehendak untun berbuat
- Perbedaannya terdapat pada akibat dan keadaan’ yang menyertai
Kesengajaan tetap dapat dihukum meskipun tujuannya tidak tercapai.
● Corak kesengajaan
3 corak sikap batin :
1. Kesengajaan sebagai maksud, menghendaki perbuatan dan akibat, perbuatan si
pembuat dengan tujuan untuk menimbulkan akibat yang dilarang. Apabila akibat
ini tidak ada maka ia ridak akan berbuat demikian (bentuk kesengajaan yang
sederhana). Contoh : a dan b, b teman baik istri a, a sengaja menemui si b, a
menempeleng si b dengan tujuan agar b merasa sakit.
2. Kesengajaan sebagai kepastian.
Perbuatan punya 2 akibat :
a. Akibat dikehendaki pelaku
b. Akibat tidak dikehendaki namun pasti terjadi
Contoh :
1) Meledaknya kapal Thomas vam Bremenhoven, New York. Pelakunya
Alexander Keit untuk mengejar asuransi. Ia memasukkan peti berisi
dinamit. Tapi selain kapal meledak, menyebabkan mati dan lukanya
orang-orang.
2) Orang nembak dari jendela, tujuannya bikin mati tapi selain mati
sekaligus kaca jendela pecah.
3. Kesengajaan sebagai kemungkinan. Keadaan semula yang mungkin terjadi
ternyata benar terjadi. Contoh kasus Hoornse Taart. Kirim kue tart bisa dimakan
oleh target mupun istrinya. Yang meninggal malah istrinya target.
● Kesengajaan berwarna dan tidak berwarna
- Kesengajaan berwarna : apakah untuk ada kesengajaan, si pembuat menghendaki
akibat hukum atau tidak. Kesengajaan yang mencakup bahwa perbuatan si
pembuat itu melawan hukum atau tidak. (Bolus malus : sengaja melakukan
perbuatan jahat( penganutnya : Zevenbergen)). Kesengajaan melakukan suatu
perbuatan berdasarkan pengetahuan pembuat dengan sifat melawan hukum.
- Kesengajaan tidak berwarna : cukup bahwa sipembuat menghendaki perbuatan
yang dilarang tersebut. Tidak perlu tau bersifat melawan hukum maupun tidak.
(Pompe, jonkers)
� KUHP mengakui kesengajaan tidak berwarna.
MvT : melakukan perbuatan dengan sengaja tidak perlu pengetahuan si pembuat.
KEALPAAN (CULPA) : terjadi karena sembrono,kurang hati-hati, kurang
menduga-duga
● Pasal 359 (bikin mati, 360 (luka berat), 188 (ledakan)
● Penjara waktu tertentu paling singkat 1 hari paling lama 15 tahun
● Kuhp menganut minimum umum dan maksimum khusus
● Apakah alasan pembentuk UU mengancam pidana, perbuatan yg mengandung unsur
kealpaan disamping unsur kesengajaan?
● MvT : ada keadaan yang sedemikian membahayakan keamanan orang atau barang
atau mendatangkan kerugian terhadap seseorang yang sedemikian besarnya dan tidak
dapat diperbaiki lagi sehingga UU juga bertindak terhadap kekurang hati-hati / sikap
sembrono tersebut. (Kealpaan di sattu pihak benar-benar berlawanan kesengajaan dan
di pihak lain dengan hal yang kebetulan tavel/cases)
● Pembagian kealpaan
1. Kealpaan yang disadari (bewuste schuld)🡪 kesadaran tidak dijalankan secara
tepat.pembuat dapat menyadari apa yang dilakukan beserta akibatnya akan tetapi
ia percaya dan mengharap-harap bahwa akibatnya tidak akan terjadi.
2. Kealpaan yang tidak disadari (onbewuste schuld) pembuat melakukan sesuatu dan
menyadari kemungkinan akan timbulnya suatu akibat padahal seharusnya dia
dapat menduga sebelumnya.

Asas geen straf zonder schuld tidak berlaku dalam pidana korporasi

Anda mungkin juga menyukai