Anda di halaman 1dari 7

Nama : Satria Rizki Wibisono

NIM : 12030119410046

Kelas : JSM Maksi’41

RESUME HUKUM PIDANA

PPT 8 DAN PPT 9

KESALAHAN (SCHULD)

(PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA

KESALAHAN

Kesalahan adalah dasar untuk pertanggungjawaban. Kesalahan merupakan keadaan jiwa


dari si pembuat dan hubungan batin antara si pembuat dan perbuatannya. Mengenai keadaan
jiwa dari seseorang yang melakukan perbuatan, lazim disebut sebagai kemampuan
bertanggung jawab, sedangkan hubungan batin antara si pembuat dan perbuatannya itu
merupakan kesengajaan, kealpaan, serta alasan pemaaf.

POSISI KESALAHAN DALAM SISTEM HP (SISTEM PEMIDANAAN)

 Merupakan salah satu masalah pokok HP (masalah sentral/masalah dasar).

 MASALAH POKOK HP :

 SAUER menyebutnya sbg “salah satu Trias dalam hkm. Pidana”.

 Trias dalam HP (menurut Sauer) :

1) Sifat melawan hukum;


2) Kesalahan

3) Pidana

 Herbert L. Packer menyebutnya dgn istilah “3 konsep” (three concepts) yan jg


mengandung “3 masalah dasar” (the three basic problems), yaitu :

1) Offence;

2) Guilt; dan

3) Punishment

PENGERTIAN KESALAHAN

1) Dlm arti luas : sama dg “pertang-gungjawaban dalam HP”  dapat dicelanya


(“pencelaan”) si pembuat atas perbuatannya;

2) Dlm arti juridis (bentuk-bentuk kesalahan) :

a. Kesengajaan;

b. Kealpaan;

3) Dlm arti sempit : kealpaan (culpa)

KESENGAJAAN TEORI

 Teori Kehendak (Wilstheorie)

 Teori Pengetahuan (Voorstellingstheorie)

 Teori apa boleh buat (In Kauf nehmen theorie – op de koop toe nemen theorie).

TEORI KEHENDAK

 kesengajaan adalah kehendak untuk mewujudkan unsur-unsur delik dalam rumusan


undang-undang (perbuatan maupun akibat/keadaan yg menyertainya)
 Penganut a.l. :

 Von Hippel;

 Simons;

 Zevenbergen.

Teori apa boleh buat

 Menurut teori ini :

 Akibat yg timbul sebenarnya tidak dikehendaki;

 Namun apabila akibat/keadaan itu timbul, apa boleh buat, ia berani memikul
risiko.

 Prinsip batinnya : “lebih baik berbuat daripada tidak berbuat”;

 Dgn teori ini, sebenarnya tidak perlu lagi membedakan antara kesengajaan dengan
sadar kepastian dan kesengajaan dengan sadar kemungkinan.

SIFAT DOLUS

 Ada 2 pandangan :

1. BERWARNA (GEKLEURD) :

– Hrs tahu/sadar bahwa perbuatannya melawan hukum (dilarang)

– sengaja di sini berarti dolus malus, artinya sengaja untuk berbuat jahat
(boos opzet).

– Penganut : Zevenbergen; Moeljatno.

2. TIDAK BERWARNA (KLEURLOOS)

– Tidak hrs tahu/sadar bahwa perbuatannya melawan hukum (dilarang);


– Penganut: Simons, Pompe, Jonkers, MvT.

Menurut M.v.T. tidak perlu ada "boos opzet"

 MvT :

 Prof. Mulyatno :

 Yang dikuasai : hanya unsur-unsur yang diperlukan untuk menentukan sifat


melawan hukumnya perbuatan saja .

 Konsekuensinya : unsur “sengaja” tdk perlu disebut dalam perumusan delik.

PERBEDAAN
Dolus Eventualis dengan Culpa

Dolus Eventualis Culpa Disadari (Bewuste Schuld)


1. Prinsip sikap batinnya: “lebih baik 1. Prinsip sikap batinnya: “lebih baik
berbuat daripada tdk berbuat” tidak berbuat daripada berbuat”
walaupun menge-tahi kemungkinan apabila mengeta-hui/membayangkan
akan terjadinya akibat lain; kemung-kinan adanya akibat lain;

2. Tidak melakukan tindakan preventif 2. Telah melakukan tindakan preventif


untuk mencegah kemungkinan untuk mencegah kemungkinan
terjadinya akibat lain itu. terjadinya akibat lain itu.

DOLUS EVENTUALIS

 Beberapa istilah :

 Kesengajaan kemungkinan;

 Kesengajaan bersyarat (voorwaardelijk opzet/ conditional intent)


 Kesengajaan kesempatan (kans opzet)

 Kesengajaan risiko (risk intent)

 Unsur “kehendak” lebih menonjol (“lebih senang/lebih baik berbuat daripada


tidak”);

 Terdakwa menempatkan diri dalam keadaan yg mungkin sekali menimbulkan akibat


oleh krn itu disebut kesengajaan “kesempatan”.

KEALPAAN

 Beberapa istilah :

 Culpa (dalam arti sempit)

 Schuld  sebaiknya dihindari;

 Nalatigheid;

 Negligence;

 Fahrlassigkeit;

 Sembrono/teledor

 MvT : dolus >< culpa >< toeval (casus)

 Menurut para sarjana, unsur/syaratnya :

 Kurang penduga-duga (batinnya);  sec. normatif

 Kurang penghati-hati (perbuatannya);  apbl ini ada, umumnya no. 1 dianggap


ada.
Alasan Penghapus Pidana dalam KUHP

1. DIATUR (BUKU I Bab III) ttg alasan menghapus, mengurangkan dan memberatkan
pidana
2. Alasan yg memungkinkan org yg melak perb penuhi rumusan delik tidak dipidana
3. Pembedaan mnrt M.v.T : (1). Alasan dlm diri (pd diri) si pelaku (inwendig); (2).
Diluar diri pelaku (uitwendig)

A. ALASAN PENGHAPUSAN PIDANA (UMUM) DALAM KUHP

1. Tidak mampu bertanggung jawab (Pasal 44 KUHP)

2. Daya paksa (overmacht) (Pasal 48 KUHP)

3. Keadaan darurat (noodtoestand)

ada 3 keadaan darurat

- perbenturan antara dua kepentingan hukum

- perbenturan antara kepentingan hukum dan kewajiban hukum

- perbenturan antara kewajiban hukum dan kewajiban hokum

B. ALASAN PENGHAPUS PIDANA YANG ADA DI LUAR UNDANG-UNDANG

1. hak dari orang tua, guru untuk menertibkan anak-anak atau anak didiknya

2. hak yang timbul dari pekerjaan seorang dokter, apoteker, bidan dan penyelidik ilmiah

3. izin atau persetujuan dari orang yang dirugikan kepada orang lain mengenai suatu
perbuatan yang dapat dipidana, apabila dibukukan tanpa izin atau persetujuan

4. mewakili urusan orang lain

5. tidak adanya unsur sifat melawan hukum yang materiil


6. tidak adanya kesalahan sama sekali.

C. ALASAN PENGHAPUSAN PIDANA PUTATIEF

Alasan penghapus pidana putatief merupakan alasan penghapusan kesalahan (alasan


pemaaf)

Anda mungkin juga menyukai