Anda di halaman 1dari 37

Pertanggungjawaban

Pidana

Muhammad Fatahillah Akbar


Outline
• Kemampuan Bertanggungjawab
• Pasal 44
• Definisi
• Metode
• Jenis-Jenis kesalahan
• Kesengajaan
• Kealpaan
Kapan seseorang
dikatakan mampu
bertanggungjawab

?
Kemampuan Bertanggungjawab
Tidak ditemukan pengaturan spesifik dalam KUHP
Aturannya lebih merujuk pada Pasal 44 KUHP
1) Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepadanya, karena jiwanya cacat
dalam tumbuhnya atau terganggu jiwanya karena penyakit,
tidak dipidana.
2) Jika ternyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungkan
kepada pelakunya karena pertumbuhan jiwanya cacat atau
terganggu karena penyakit, maka hakim dapat memerintahkan
supaya orang itu dimasukkan ke rumah sakit jiwa, paling lama
satu tahun sebagai waktu percobaan.
3) Ketentuan dalam ayat 2 hanya berlaku bagi Mahkamah Agung,
Pengadilan Tinggi, dan Pengadilan Negeri.
Assessment Pasal 44 KUHP

Ketidak mampuan bertanggungjawab melekat kepada diri


pelaku;
Penentuan kemampuan bertanggungjawab tersebut hanya
dapat dinilai oleh psikiater / kompetensi di bidang tsb
(Deskriptif);
Hubungan kausal;
Hakim yang akan menilai hubungan kausal (Normatif);
KUHP menggunakan konsep deskriptif-normatif.
Mampu bertanggungjawab

Van Hamel:
1. Mampu menginsyafi Perbuatan
2. Menyadari larangan atas perbuatan tersebut
3. Mampu berkehendak
Simons :
1. mampu menginsyafi perbuatannya yang bersifat
melawan hukum.
2. Mampu berkehendak.
MvT (menentukan secar negatif):
Tidak mampu bertanggungjawab adalah :
1. Tidak memiliki kebebasan berkehendak
2. Tidak menginsyafi perbuataannya
Metode Penentuan

1.Metode biologis
2.Metode psikologis
3.Metode biologis-psikologis
Ketidakmampuan
bertanggungjawab sebagian

Ada penyakit jiwa yang tidak dapat


dipertanggungjawabkan untuk sebagian;
Chleptomania
Pyromania
Clausthropobie
Waham Kebesaran
Keragu-raguan dalam menentukan
Ketidakmampuan bertanggungjawab

Ada dua Pendapat:


Terdakwa tetap dipidana .
Pompe
Asas In dubio pro lege fori
Terdakwa tidak dipidana
Noyon - Langemeijer
asas in dubio proreo
Bagaimana bentuk
kesalahan

?
Kesalahan dan
Pertanggungjawaban Pidana

Kesalahan

Dalam arti luas Dalam Bentuk Dalam arti


Pertanggungjawaban Kesengajaan sempit
Pidana Kealpaan Kealpaan
Kesengajaan
MvT : willens en wetens
Didasarkan pada dua teori
Wilstheorie
voorstellings-theorie
Animus homis est anima scripti
Animus ad se omne jus ducit
Kekeliruan dalam Kesengajaan
(dwaling)
Feitelijke dwaling : Kesesatan Fakta (Eror Factie)
Rechts dwaling : Kesesatan hukum (dapat dimengerti dan
tidak dapat)
(Regula est, juris quidem ignorantiam cuique nocere,
facto vero ignorantiam non nocere
Error invicilibis
Error in persona
Error in objecto

Aberratio actus
Transferred mensrea
Corak Kesengajaan

?
Corak Kesengajaan
1) Kesengaajan sebagai Maksud (opzet als oogmerk)
2) Kesengajaan sebagai kemungkinan (opzet bij
mogelijkheidsbewustzijn)
3) Kesengajaan sebagai kepastian (opzet bij noodzakelijkheids)
4) Dolus eventualis
12)Dolus Alternativus
5) Kesengajaan berwarna
6) Kesengajaan tidak berwarna 13)Dolus Generalis
7) Kesengajaan yang diobjektifkan 14)Dolus Repentinus
8) Dolus Directus 15)Dolus Premeditatus
9) Dolus Indirectus 16)Dolus antencendents
10)Dolus Determinatus
17)Dolus Subsequens
11)Dolus Indeterminatus
18)Dolus Malus
Kesengajaan Sebagai Maksud
Hasil sesuai tujuan
Affectio tua nomen imponit operi
tuo
Kesengajaan Sebagai Kepastian
perbuatan mempunyai 2 akibat (satu akibat
merupakan tujuan, akibat lain tidak namun
merupakan kepastian)
Kasus Thomas van Bremerhaven
Kesengajaan Sebagai Kemungkinan
Hasilnya tidak pasti dicapai sesuai tujuan
HR 19 Juni 1911 Taart cake in Hoorn City
Vos, Hazewinkel Suringa, Jonkers, Simons,
and Moeljatno equalizes the intention as
possibility and dolus eventualis
Jan Remmelink, Schaffmeister, Keijzer,
Sutorius, Prof Eddy Hiariej distinguish
Dolus Eventualis
Perbuatan dilakukan, namun akibatnya bukan
merupakan tujuan
Pelaku tidak memiliki tujuan terhadap akibat
Billigend in kauf nehmen Tetap harus
menanggung akibatnya
Close to Culpa Lata (the Gross negligence)
Kesengajaan yang diobjektifkan
Merupakan mekanisme untuk menentukan
kesengajaan
sikap batin pelaku disimpulkan dari keadaan
lahir yang tampak dari luar.
Kesengajaan yang Berwarna dan
tidak berwarna
Didasarkan pada Pengetahuan pelaku
tentang hukum
Menyulitkan pembuktian dan sudah tidak lagi
dipakai
MvT juga tidak mensyaratkan pengetahuan
tentang hukum
Dolus Directus - Indirectus

Directus hasil memang dari tujuan (bisa


masuk kesengajaan sebagai maksud atau
kepastian)
Indirectus Sengaja melakukan perbuatan
pidana, namun akibatnya tidak menjadi tujuan
Leer van het versari in re illicita
Dolus Determinatus -
Indeterminatus
Determinatus Kesengajaan didasarkan pada
objek tertentu
Indeterminatus Tidak memiliki objek khusus
Dolus Alternativus - Generalus

Alternativus memiliki alternatif akibat


Generalus untuk mencapai tujuan, dilalui
berbagai perbuatan
Marcel N case in Rotterdam
Simon, it’s murder with Dolus Generalus
Suringa, attempted murder
The Court, Dolus Eventualis
Dolus Repentinus - Premeditatus

Repentinus Kesengajaan yang timbul tiba-tiba


Premeditatus Kesengajaaan berdasarkan
rencana
Premeditatus berkaitan dengan pembunuhan
berencana, penganiayaan berencana, dll
Dolus Antecendents - Subsequents

Antencendent Kesengajaan telah ada jauh


sebelum perbuatan (mendekati premeditatus)
Subsequen Kesengajaan ada setelah
perbuatan
Dolus Malus

Sebuah kesengajaan yang memang didukung


dengan niat jahat
Kesengajaan dalam Rumusan Delik

Diformulasikan secara Tidak Diganti dengan


tegas diformulasikan kata
“mengetahui”,
“dengan maksud”
atau “dengan
tujuan”
Kealpaan
Imperitia culpae annumeratur
Imperitia est maxima mechanicorum poena
MvT Culpa sebagai pengecualian dari kesengajaan membahayakan
keamanan dan mengakibatkan kerugian bagi orang lain, maka hokum
mengatur
Negligentia semper habet infortuniam comitem Kealpaan berakibat
merugikan bagi orang lain
Remmelink: kesengajaan adalah lawan kealpaan culpa dolo
exonerate kealpaan menghapus kesengajaan
Van Bemmelen: Kealpaan meliputi
Ketidak hati-hatian
Kurang penduga-dugaan
Kealpaan

Kealpaan

Kurang Kehati-hatian
Kurang pendugaan

Kealpaan yang disadari – Tidak disadari


Bewuste Culpa Unbewuste Culpa Objective Subjective
Culpa Lata Culpa Levis
Kealpaan disadari
Culpa lata
Pelaku menyadari bahwa akan ada akibat
buruk, namun meyakini berdasarkan
kemampuannya tidak akan ada akibat buru
Perbedaannya dengan dolus eventualis
hanya pada kehendak berdasarkan
pengetahuan
Kealpaan tidak disadari
Negligentia – Culpa Levis
Tidak ada dugaan terhadap hasil
Kealpaan Objektif dan Subjektif

Subjektif :tergantung pada background


pelaku dalam kehati-hatian
Objektif : tergantung perbuatan
Perumusan Kealpaan

Pengaturan tegas kealpaan


Kesengajaan yang diatur dengan Kealpaan
(Pro parte dolus pro parte culpa)
Cara menentukan kealpaan

Soedarto
1. Harus dibuktikan secara normative oleh hakim
2. Reasonable person
3. Dalam kurang kehati-hatian harus dilihat kewajiban yang
melekat
4. Kewajiban tersebut harus dapat dilihat dalam peraturan
perundang-undangan
Cara menentukan kealpaan
Berkaitan dengan delik materiil
Von Buri Condition Sine Qua Non
Traeger Generalisir (in abstracto) dan
Individualisi Individualize (In concreto)
Generalisir Adequat Subjektif dan Objektif
Individualisir : primary cause, setiap sebab
dipertimbangkan, berdasarkan bentuknya
“Jika mencintaimu adalah
kejahatan,
Maka aku tidak dapat dipidana
karena aku mencintaimu
dengan tergila-gila”

DILAN 2019
Kea-

Romantisme
Pertanggungjawaban Pidana

Anda mungkin juga menyukai