Pidana
?
Kemampuan Bertanggungjawab
Tidak ditemukan pengaturan spesifik dalam KUHP
Aturannya lebih merujuk pada Pasal 44 KUHP
1) Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepadanya, karena jiwanya cacat
dalam tumbuhnya atau terganggu jiwanya karena penyakit,
tidak dipidana.
2) Jika ternyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungkan
kepada pelakunya karena pertumbuhan jiwanya cacat atau
terganggu karena penyakit, maka hakim dapat memerintahkan
supaya orang itu dimasukkan ke rumah sakit jiwa, paling lama
satu tahun sebagai waktu percobaan.
3) Ketentuan dalam ayat 2 hanya berlaku bagi Mahkamah Agung,
Pengadilan Tinggi, dan Pengadilan Negeri.
Assessment Pasal 44 KUHP
Van Hamel:
1. Mampu menginsyafi Perbuatan
2. Menyadari larangan atas perbuatan tersebut
3. Mampu berkehendak
Simons :
1. mampu menginsyafi perbuatannya yang bersifat
melawan hukum.
2. Mampu berkehendak.
MvT (menentukan secar negatif):
Tidak mampu bertanggungjawab adalah :
1. Tidak memiliki kebebasan berkehendak
2. Tidak menginsyafi perbuataannya
Metode Penentuan
1.Metode biologis
2.Metode psikologis
3.Metode biologis-psikologis
Ketidakmampuan
bertanggungjawab sebagian
?
Kesalahan dan
Pertanggungjawaban Pidana
Kesalahan
Aberratio actus
Transferred mensrea
Corak Kesengajaan
?
Corak Kesengajaan
1) Kesengaajan sebagai Maksud (opzet als oogmerk)
2) Kesengajaan sebagai kemungkinan (opzet bij
mogelijkheidsbewustzijn)
3) Kesengajaan sebagai kepastian (opzet bij noodzakelijkheids)
4) Dolus eventualis
12)Dolus Alternativus
5) Kesengajaan berwarna
6) Kesengajaan tidak berwarna 13)Dolus Generalis
7) Kesengajaan yang diobjektifkan 14)Dolus Repentinus
8) Dolus Directus 15)Dolus Premeditatus
9) Dolus Indirectus 16)Dolus antencendents
10)Dolus Determinatus
17)Dolus Subsequens
11)Dolus Indeterminatus
18)Dolus Malus
Kesengajaan Sebagai Maksud
Hasil sesuai tujuan
Affectio tua nomen imponit operi
tuo
Kesengajaan Sebagai Kepastian
perbuatan mempunyai 2 akibat (satu akibat
merupakan tujuan, akibat lain tidak namun
merupakan kepastian)
Kasus Thomas van Bremerhaven
Kesengajaan Sebagai Kemungkinan
Hasilnya tidak pasti dicapai sesuai tujuan
HR 19 Juni 1911 Taart cake in Hoorn City
Vos, Hazewinkel Suringa, Jonkers, Simons,
and Moeljatno equalizes the intention as
possibility and dolus eventualis
Jan Remmelink, Schaffmeister, Keijzer,
Sutorius, Prof Eddy Hiariej distinguish
Dolus Eventualis
Perbuatan dilakukan, namun akibatnya bukan
merupakan tujuan
Pelaku tidak memiliki tujuan terhadap akibat
Billigend in kauf nehmen Tetap harus
menanggung akibatnya
Close to Culpa Lata (the Gross negligence)
Kesengajaan yang diobjektifkan
Merupakan mekanisme untuk menentukan
kesengajaan
sikap batin pelaku disimpulkan dari keadaan
lahir yang tampak dari luar.
Kesengajaan yang Berwarna dan
tidak berwarna
Didasarkan pada Pengetahuan pelaku
tentang hukum
Menyulitkan pembuktian dan sudah tidak lagi
dipakai
MvT juga tidak mensyaratkan pengetahuan
tentang hukum
Dolus Directus - Indirectus
Kealpaan
Kurang Kehati-hatian
Kurang pendugaan
Soedarto
1. Harus dibuktikan secara normative oleh hakim
2. Reasonable person
3. Dalam kurang kehati-hatian harus dilihat kewajiban yang
melekat
4. Kewajiban tersebut harus dapat dilihat dalam peraturan
perundang-undangan
Cara menentukan kealpaan
Berkaitan dengan delik materiil
Von Buri Condition Sine Qua Non
Traeger Generalisir (in abstracto) dan
Individualisi Individualize (In concreto)
Generalisir Adequat Subjektif dan Objektif
Individualisir : primary cause, setiap sebab
dipertimbangkan, berdasarkan bentuknya
“Jika mencintaimu adalah
kejahatan,
Maka aku tidak dapat dipidana
karena aku mencintaimu
dengan tergila-gila”
DILAN 2019
Kea-
Romantisme
Pertanggungjawaban Pidana