Kelas : 2F
Nim : 2014101171
Soal
Jawaban
1. Pengertian Kemampuan Bertanggungjawab Pertanggungjawaban pidana dalam istilah
asing disebut dengan toekenbaardheid atau criminal responsibility dalam bahasa
Inggris yang menjurus kepada pemidanaan pelaku dengan maksud untuk menentukan
apakah seseorang terdakwa atau tersangka dipertangungjawabkan atas suatu tindak
pidana yang terjadi atau tidak. Untuk dapat dipidananya si pelaku, diharuskan
perbuatan yang dilakukannya itu memenuhi unsur delik yang telah ditentukan dalam
undangundang. Dilihat dari sudut terjadinya tindakan yang dilarang, seseorang akan
dipertanggungjawabkan atas tindakannya apabila tindakan tersebut melawan hukum
serta tidak ada alasan pembenar atau peniadaan sifat melawan hukum dari
perbuatannya. Dilihat dari sudut kemampuan bertanggungjawab maka hanya
seseorang yang mampu bertangungjawab yang dapat dipertangung jawabkan atas
perbuatannya.
2. Unsur Kemampuan Bertanggungjawab Pemahaman kemampuan bertanggungjawab
menurut beberapa pandangan adalah sebagai mana diuraikan di bawah ini. Menurut
Pompe kemampuan bertanggungjawab pidana harus mempunyai unsur-unsur sebagai
berikut:
(1) Kemampuan berpikir (psychisch) pembuat (dader) yang memungkinkan ia
menguasai pikirannya, yang memungkinkan ia menentukan perbuatannya.
(2) Oleh sebab itu, ia dapat menentukan akibat perbuatannya;
(3) Sehingga ia dapat menentukan kehendaknya sesuai dengan pendapatnya.
3. Asas Geen straf zonder schuld diartikan sama yakni tidak ada pidana tanpa kesalahan.
Namun yang perlu digaris bawahi di sini yaitu, kita dapat mengartikan “kesalahan”
dalam arti sempit, yaitu kesalahan yang berupa kealpaan (culpa) saja seperti yang
disebutkan di atas. Akan lebih baik jika kita menggunakan istilah kealpaan saja untuk
kesalahan dalam arti sempit. Jadi, di sini asas “Geen Straf Zonder Schuld” dapat
diartikan bahwa tidak ada pidana jika kesalahan tersebut berupa kealpaan.
4. Ajaran kesalahan menjadi penting dalam hukum pidana karena menyangkut kualitas
criminal intens pembuat dan hal inilah yang menentukan dapat atau tidaknya pelaku
dipidana sesuai dengan adagium “Tiada Pidana Tanpa Kesalahan” yang dalam bahasa
asing disebut “Geen Straf Zonder Schuld”. Pengertian kesalahan masih tetap berbeda
dan tidak pasti. Sebagai dasar pertanggungjawaban adalah kesalahan yang terdapat
pada jiwa pelaku dan berdasarkan kejiwaanya itu pelaku dapat dicela dan dipidana.
Untuk mengatakan adanya kesalahan pada pelaku maka harus ditentukan terlebih
dahulu beberapa hal yang menyangkut pelaku yakni pertama: kemampuan
bertanggungjawab, kedua: hubungan kejiwaan antara pelaku, kelakuannya dan
ketiga : akibat yang ditimbulkan, dolus dan culpa.
5. Pengertian Kesengajaan Kebanyakan tindak pidana mempunyai unsur kesengajaan
atau opzet, bukan unsur culpa. Inilah yang biasanya, yang pantas mendapatkan
hukuman pidana itu ialah orang yang melakukan sesuatu dengan sengaja.
Kesengajaan ini harus mengenai ketiga unsur tindak pidana, yaitu :
1. perbuatan yang dilarang,
2. akibat yang menjadi pokok alasan diadakan larangan itu, dan
3. bahwa perbuatan itu melanggar hukum.
Dalam KUHP tidak ada satu pasalpun yang memberikan arti atau makna tentang
kesengajaan akan tetapi menurut memori penjelasan (Memorie van Toelichting)yang
dimaksud dengan kesengajaan itu adalah “menghendaki dan mengetahui” (willens en
wetens), yang artinya seseorang yang melakukan sesuatu perbuatan dengan sengaja
haruslah meghendaki (willens) apa yang ia perbuat dan harus mengetahui (wetens)
pula apa yang ia perbuat itu beserta akibatnya. Seseorang yang melakukan suatu
perbuatan karena dipaksa oleh orang lain atau karena gerakan reflex tidak dapat
dikatakan bahwa ia menghendaki perbuatan tersebut.
6. Secara umum, terdapat tiga bentuk dolus/opzet (sengaja), yaitu :
1. Sengaja sebagai maksud (opzet als oogmerk) dimana perbuatan yang
dilakukan dan akibat yang terjadi memang menjadi tujuan pelaku ;
2. Sengaja sebagai sadar kepastian/sengaja sebagai sadar keharusan (opzet bij
zekerheids-bewustzijn) dimana akibat yang terjadi bukanlah akibat yang
menjadi tujuan, tetapi untuk mencapai suatu akibat yang benar-benar dituju,
memang harus dilakukan perbuatan lain tersebut sehingga dalam hal ini
perbuatan menghasilkan 2 (dua) akibat, yaitu :
a. Akibat pertama sebagai akibat yang dikehendaki pelaku; dan
b. Akibat kedua sebagai akibat yang tidak dikehendaki pelaku tetapi
harus terjadi agar akibat pertama (akibat yang dikehendaki) benar-
benar terjadi.
3. Sengaja sebagai sadar kemungkinan/sengaja sebagai sadar bersyarat (dolus
eventualis/voorwadelijk opzet/opzet bij mogelijkheids bewustzijn) dimana
dengan dilakukannya suatu perbuatan, pelaku menyadari kemungkinan
terjadinya akibat lain yang sebenarnya tidak dikehendaki, namun kesadaran
tentang kemungkinan terjadinya akibat lain itu tidak membuat pelaku
membatalkan niatnya dan ternyata akibat yang tidak dituju tersebut benar-
benar terjadi. Dengan kata lain, pelaku pernah berpikir tentang kemungkinan
terjadinya akibat yang dilarang undang-undang, namun ia mengabaikannya
dan kemungkinan itu ternyata benar-benar terjadi. Arrest Hoge Raad tanggal
19 Juni 1911 (Hoornse taart arrest) menjadi putusan yang hampir selalu
dirujuk saat membahas bentuk kesengajaan dalam gradasi ketiga ini.
7. Kealpaan adalah suatu struktur yang sangat gecompliceerd. dia mengandung dalam
satu pihak kekeliruan dalam perbuatan lahir dan menunjuk kepada adanya keadaan
batin yang tertentu, dan di lain pihak keadaan batin itu sendiri.
Hammel mengatakan bahwa kealpaan itu mengandung dua syarat yaitu :
1) Tidak mengadakan penduga duga sebagaimana diharuskan oleh
hukum.
2) Tidak mengadakan penghati hati sebagaimana diharuskan oleh hukum
8. Bentuk-bentuk ke alpaan
1.Kealpaan yang Disadari dan Tidak Disadari
a) Kealpaan yang disadari: bila seseorang melakukan perbuatan yang sudah
dapat dibayangkan akibatnya sadar akibat buruk akan terjadi, tapi tetap
melakukannya.
b) Kealpaan yang tidak disadari: bila pelaku tidak dapat membayangkan sama
sekali akibat dari perbuatannya yang seharusnya dibayangkannya.