Anda di halaman 1dari 2

Nama : Jalil Ramdani

NPM : 2340501096
Lokal/Semester : A3/2
Mata Kuliah : Hukum Pidana

1. Kesengajaan/opzet:
 Sebagai tujuan
 Insyaf kepastian
 Insyaf kemungkinan
Jawaban:
Kesengajaan/Opzet:

Wirjono Prodjodikoro dalam buku Asas-asas Hukum Pidana di


Indonesia menerangkan bahwa sebagian besar tindak pidana mempunyai
unsur kesengajaan atau opzet, bukan culpa. Hal ini dikarenakan, biasanya,
yang pantas mendapat hukuman pidana itu adalah orang yang melakukan
sesuatu dengan sengaja. kesengajaan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Kesengajaan yang bersifat tujuan (opzet als oogmerk)
Dalam kesengajaan yang bersifat tujuan, dapat dikatakan bahwa si
pelaku benar-benar menghendaki mencapai akibat yang menjadi
pokok alasan diadakan ancaman pidana.
Kesengajaan bentuk ini menimbulkan dua teori, yaitu teori
kehendak dan teori bayangan. Teori kehendak menganggap
kesengajaan ada apabila perbuatan dan akibat suatu tindak pidana
dikehendaki oleh si pelaku.
Sementara, teori bayangan menganggap kesengajaan apabila si
pelaku pada waktu mulai melakukan perbuatan ada bayangan yang
terang bahwa akibat yang bersangkutan akan tercapai. Maka dari itu,
ia menyesuaikan perbuatannya dengan akibat itu.
Sebagai contoh, dalam Putusan PN Tebing Tinggi No.
593/Pid.B/2014/PN.TBT, majelis makim menyatakan terdakwa,
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana “di muka umum secara bersama-sama melakukan kekerasan
terhadap orang” dan menjatuhkan pidana penjara selama 8 bulan.
Unsur kesengajaan dalam perkara ini terbukti berdasarkan fakta
bahwa terdakwa bersama teman-temannya mendatangi kafe tempat
saksi korban berada. Saksi korban kemudian menutup pintu, namun
terdakwa dan teman-temannya menendang pintu hingga terbuka
2) Kesengajaan secara keinsafan kepastian (opzet bij zekerheids-
bewustzijn)
Menurut Wirjono, kesengajaan semacam ini ada apabila si pelaku
dengan perbuatannya tidak bertujuan untuk mencapai akibat yang
menjadi dasar dari delict, tapi ia tahu benar bahwa akibat itu pasti
akan mengikuti perbuatan itu.
Contoh, dalam Putusan PN Garut No. 158/Pid.B/2014/PN.Grt.,
majelis hakim menyatakan terdakwa telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “penganiayaan” dan
menjatuhkan pidana penjara selama 3 bulan.
Dalam pertimbangannya, diterangkan bahwa perbuatan terdakwa
dilakukan karena terdakwa terbawa emosi, karena merasa dibohongi
oleh saksi korban. Terdakwa tidak mampu mengendalikan emosinya
dan mengakibatkan terjadinya peristiwa pemukulan.
Terdakwa menyadari bahwa pemukulan yang dilakukan terhadap
saksi korban dapat menimbulkan rasa sakit pada orang lain,
menimbulkan luka pada tubuh orang lain atau setidak-tidaknya dapat
merugikan kesehatan orang lain. Oleh karena itu, opzet perbuatan
terdakwa termasuk dalam bentuk opzet bij zekerheids-bewustzijn,
yaitu kesengajaan secara keinsafan kepastian.
3) Kesengajaan keinsafan kemungkinan (opzet bij mogelijkheids-
bewustzijn)
Sementara, kesengajaan keinsafan kemungkinan ini menurut Wirjono
dianggap terjadi apabila dalam gagasan si pelaku hanya ada
bayangan kemungkinan belaka, bahwa akan terjadi akibat yang
bersangkutan tanpa dituju. Maka harus ditinjau seandainya ada
bayangan kepastian, tidak hanya kemungkinan, maka apakah
perbuatan itu tetap akan dilakukan oleh si pelaku.
Kalau hal ini terjadi, maka dapat dikatakan bahwa kalau perlu akibat
yang terang tidak dikehendaki dan hanya mungkin akan terjadi itu,
akan dipikul pertanggungjawabannya oleh si pelaku jika akibatnya
tetap terjadi.
Contoh kasus: Seorang Terdakwa mengatakan bahwa ia tidak
bermaksud untuk membunuh korban. Tapi semestinya ia menyadari
apabila sebilah pedang ditebaskan pada bagian badan manusia akan
menyebabkan pendarahan yang hebat, dan kemungkinan besar si
korban akan kehabisan darah, yang akan mengakibatkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai