Anda di halaman 1dari 13

Adapun unsur-unsur dari petikan dakwaan di atas, adalah sebagai berikut:

1. Setiap orang
2. Dengan sengaja
3. Mengumpulkan atau Memberikan dana baik langsung maupun tidak
langsung
4. Dengan maksud digunakan seluruhnya untuk Tindak Pidana
Terorisme

UNSUR KE-1 : SETIAP ORANG

Pengertian Setiap Orang dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013


Tentang

Pencegahan

dan

Pemberantasan

Tindak

Pidana

Pendanaan

Terorisme di Pasal 1 butir 3 adalah orang perseorangan dan termasuk


korporasi.
Bahwa unsur Setiap Orang merujuk kepada siapa saja yang dicakupi
oleh peraturan undang-undang pidana yang diikat melalui asas teritorial
dan personal. Seseorang dapat menjadi subjek dalam hukum pidana
sepanjang dapat dimintakan pertanggungjawab (toerekeningsvabaarheid).
Yang dikecualikan sebagai subjek tindak pidana adalah orang yang
menderita gangguan jiwa, penyakit jiwa serta anak-anak yang belum cukup
umur.
Didalam setiap rumusan pasal-pasal KUHP maupun tindak pidana,
unsur

Setiap Orang

merupakan sebuah kata yang penting didalam

melihat kesalahan dan pertanggungjawaban pidana. Memerlukan kajian


yang cukup serius dalam asas kesalahan dan pertanggungjawaban pidana
dalam upaya pembuktian. Dalam penentuan unsur Setiap Orang

juga

harus

diperhatikan

kemampuan

bertanggung

jawab

Terdakwa

serta

pembuktian dimuka persidangan.


Menurut Van Hamel kemampuan bertanggung jawab setidaknya harus
memenuhi 3 syarat :
1. mampu untuk mengerti nilai dari akibat-akibat perbuatannya
sendiri;
2. mampu untuk menyadari, bahwa perbuatannya itu menurut
pandangan masyarakat tidak dibolehkan;
3. mampu untuk menentukan kehendaknya atas perbuatannya
itu.
Di sini yang sebagai setiap orang adalah Terdakwa Fachryzal Riyadi
Alias Afan Ali sebagai person, diduga mengumpulkan dan memberikan
dana yang seluruh atau sebagian nya digunakan dengan maksud untuk
tindak pidana Terorisme. Dari syarat-syarat yang diberikan Van Hamel
tentang kemampuan bertanggung jawab, tidak satupun yang dapat
disesuaikan dengan keadaan Terdakwa, karena di sini Terdakwa benarbenar tidak mengerti, tidak menyadari, tidak punya kehendak untuk
melakukan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme dimana yang didakwakan
Penuntut Umum.
Dalam menguraikan pembuktian unsur setiap orang dalam Surat
Tuntutannya,

Penuntut

Umum

juga

hanya

membenarkan

mengenai

identitas seseorang, dan menurut Penuntut Umum, orang tersebut sudah


dapat dikatakan telah memenuhi unsur setiap orang tanpa membuktikan
lebih lanjut apakah ia benar-benar setiap orang seperti yang dimaksud.
Menurut Prof. Dr. (Jur) O.C. Kaligis, S.H., M.H., pembuktian unsur
barang siapa atau setiap orang, yaitu subyek hukum yang diduga atau
didakwa melakukan Tindak Pidana bergantung pada pembuktian delik
intinya sebab unsur barang siapa atau setiap orang merupakan suatu

elemen delik yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak dapat ditempatkan
sebagai unsur pertama atas perbuatan sebagaimana yang dimaksud oleh
Penutut Umum dalam Dakwaan Primair.(vide Buku Kumpulan Kasus-kasus
Menarik, karangan O.C. Kaligis & Associates, halaman 87)

Hal ini sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 951


K/Pid/1982 tanggal 10 Agustus 1983 dalam perkara YOJIRO KITAJIMA,
yang antara lain menerangkan :
Bahwa unsur setiap orang hanya merupakan kata ganti orang, dimana
unsur ini baru mempunyai makna jika dikaitkan dengan unsur-unsur pidana
lainnya, oleh karenanya haruslah dibuktikan secara bersamaan dengan
unsur-unsur lain dalam perbuatan yang didakwakan dalam kaitannya
dengan unsur setiap orang.
Dengan demikian, untuk menentukan Setiap Orang dalam Dakwaan
Penuntut Umum tidak secara otomatis terbukti dengan mengajukan
Terdakwa Fachryzal Riyadi alias Afan Ali dalam persidangan ini. melainkan
harus dibuktikan terlebih dahulu unsur dari dakwaan tersebut barulah
dapat membahas unsur setiap orang.
Tidak hanya itu Penuntut Umum harus benar-benar bisa membuktikan
bahwa Subjek Hukum yang didakwakan Penuntut Umum adalah benar
Terdakwa Fachryzal Riyadi alias Afan Ali
Berdasarkan uraian dan fakta-fakta yang terungkap di atas, Kami selaku
Penasihat Hukum Terdakwa dengan yakin menyatakan bahwa Unsur
SETIAP ORANG tidak terbukti.

UNSUR KE-2 : DENGAN SENGAJA

Menurut Van Hamel, kesalahan dalam suatu delik merupakan pengertian


psychologis, perhubungan antara keadaan jiwa si pembuat dan terwujudnya
unsur-unsur delik karena perbuatannya. Kesalahan adalah pertanggung
jawaban dalam hukum (Schuld is de verantwoordelijkheid rechtens).
Kesalahan dapat dilihat dari 2 (dua) sudut yaitu :
1. Menurut akibatnya ia adalah hal yang dapat dicela (verwijtbaarheid).
2.

Menurut

hakikatnya

ia

adalah

hal

dapat

dihindarkannya

(vermijdbaarheid) perbuatan yang melawan hukum


Eksistensi

pertanggungjawaban

dapat

diawali

dengan

kata

pertanggungjawaban, yang kata dasarnya adalah tanggung jawab, yang


berarti keadaan wajib untuk menanggung segala sesuatu (kalau terjadi
sesuatu boleh dituntut, dipersalahkan. Sedangkan pertanggungjawaban
berarti

perbuatan

bertanggung

dipertanggungjawabkan.

Sedangkan

jawab,

pidana

adalah

sesuatu
penderitaan

yang
yang

sengaja dibebankan oleh Negara kepada seseorang yang melakukan tindak


pidana dan terbukti bersalah/dapat dicela. Jadi, yang dimaksud dengan
pertanggungjawaban

pidana

adalah

dikenakannya

penderitaan

yang

sengaja dibebankan oleh Negara kepada seseorang yang terbukti melakukan


tindak pidana dan dapat dipersalahkan atau dapat dicela. Sehingga
dijalaninya pidana oleh seseorang yang bersalah karena telah melakukan
tindak pidana merupakan wujud tanggung jawab pidana yang harus
diterima. Setiap orang yang melakukan tindak pidana tidak dengan
sendirinya harus dipidana. Pertanggungjawaban pidana lahir dengan
diteruskannya celaan yang objektif terhadap perbuatan yang dinyatakan
sebagai tindak pidana berdasarkan hukum pidana yang berlaku, dan secara

subjektif kepada pembuat yang memenuhi persyaratan untuk dapat sanksi


pidana karena perbuatannya tersebut. Dasar adanya tindak pidana adalah
asas legalitas, sedangkan dasar pidana pembuat adalah asas kesalahan.
Hal ini mengandung arti bahwa pembuat atau pelaku tindak pidana dapat
dipidana jika ia mempunyai kesalahan dalam melakukan tindak pidana
tersebut.
Dalam Surat Tuntunan Penuntut Umum Hal xxx - xxx disebutkan :
-

Karena dalam hal ini, Terdakwalah orang yang mempunyai niatan


untuk

menerima

dan

mengumpulkan

dana

yang

maksudnya

digunakan untuk tindak pidana terorisme dalam hal ini aksi


pengeboman di Hotel Bali Hyatt.
Lazimnya sengaja diartikan sebagai Kehendak dan pengetahuan.
Dalam hubungan kompleksitas unsur tindak pidana, penegakan kehendak
selalu ditujukan pada perbuatan. Penekanan arah pengetahuan atau apa
yang diketahui ditujukan pada unsur lainnya. Meskipun di dalam kehendak
sudah terkandung pengetahuan, pengetahuan timbul lebih dulu sebelum
kehendak orang menghendaki sesuatu, sebelumnya ia sudah mengetahui
tentang sesuatu tersebut. Tidak mungkin menghendaki sesuatu yang
tidak diketahuinya.
Menurut Prof. Andi Hamzah, dalam bukunya Asas-Asas Hukum Pidana,
terbitan Rineka Cipta tahun 1994 halaman 106, dengan merujuk pada
Memorie Van Toelichting (M.v.T) Kitab Undang-Undang Pidana Hukum
(KUHP), mengatakan bahwa sengaja (opzet) berarti kehendak yang disadari
dan yang ditujukan untuk melakukan kejahatan. Maka Penuntut Umum
harus dapat membuktikan adanya kehendak dan yang disadari dan yang
ditujukan untuk melakukan perbuatan sebagaimana didakwakan yang
bersifat kejahatan. Dalam maksim hukum, unsur ini merupakan bagian
dari actus non facit, nisi mens rea.

Adapun pendapat Prof. Sudarto, S.H. mengenai teori kesengajaan yaitu:


Berhubung dengan keadaan batin orang yang berbuat dengan sengaja, yang
berisi menghendaki dan mengetahui itu, maka dalam ilmu pengetahuan
hukum pidana dapat disebut 2 teori sebagai berikut:
a. Teori kehendak (wilstheorie)
Inti kesengajaan adalah kehendak untuk mewujudkan unsur-unsur delik
dalam rumusan Undang-Undang, demikian Von Hippel (1903), Simons
dan Zevenbergen menganut teori ini.
b. Teori pengetahuan atau membayangkan (voorstellings-theorie)
Sengaja berarti membayangkan akan timbulnya akibat perbuatannya,
orang

tak

bisa

menghendaki

akibat,

melainkan

hanya

dapat

membayangkannya. Teori ini menitik beratkan pada apa yang diketahui


atau dibayangkan oleh sipembuat, ialah apa yang akan terjadi pada
waktu ia berbuat. Penganutnya adalah Frank (1907)1
Teori

membayangkan

tersebut

dibenarkan

oleh

P.A.F.

Lamintang,

menurutnya:
Jika kehendak dan pengetahuan pelaku ataupun salah satu dari kehendak
dan pengetahuan pelaku tersebut diatas ternyata tidak dapat dibuktikan,
maka dengan sendirinya juga tidak ada alasan baik bagi Penuntut Umum
maupun bagi hakim untuk menyatakan pelaku terbukti memenuhi unsur
dengan sengaja yang disyaratkan di dalam rumusan ketentuan pidana yang
diatur dalam Pasal 263 ayat (2) KUHP, dan hakim harus memberikan
putusan bebas atau vrijspraak bagi pelaku.2

Berdasarkan Fakta-Fakta dalam persidangan :

1 Prof. Sudarto, S.H. Hukum Pidana I, cetakan ketiga, Penerbit Yayasan Sudarto,
Semarang, 2009, halaman 172
2 P.A.F. Lamintang, Delik-Delik Khusus, 1991, hal 37-38

Terdakwa Fachryzal Riyadi alias Afan Ali adalah pendakwah yang


sering melakukan dakwah mengajarkan Ekonomi Syariah Islam yang
sesuai dengan syariat Islam dan sering melakukan acara-acara seperti
Tabligh Akbar untuk mempersatukan dan meningkatkan keimanan

umat muslim3.
Selain mengisi dakwah dalam acara-acara Tabligh Akbar yang sering

diselenggarakan nya4,
Terdakwa Fachryzal Riyadi

alias

mengetahui

Rusliyadi

bahwa

Hendra

Afan

Ali
ingin

sama

sekali

melakukan

tidak
aksi

pengeboman di Hotel Bali Hyatt-Sanur5.


Baik dalam teori kehendak (wilstheorie) maupun teori pengetahuan atau
membayangkan (voorstellings-theorie), tidak ditemukan kesengajaan dalam
diri Terdakwa Fachryzal Riyadi alias Afan Ali. Tidak ada satupun secara
terang atau setidak-tidaknya lukisan kesengajaan dalam diri Terdakwa
Fachryzal Riyadi alias Afan Ali dalam perkara ini.

Maka jelas perbuatan Terdakwa tidaklah memenuhi rumusan unsur


dengan sengaja seperti dakwaan Penuntut Umum. Dalam hal ini Penuntut
Umum

tidak dapat membuktikan bahwa Terdakwa memenuhi rumusan

unsur dengan sengaja. Bagaimana mungkin seseorang didakwakan dan


dituntut dengan rumusan unsur yang tidak ada relevansinya terhadap
kesalahan Terdakwa.

3 Bukti Anggota Ikatan Pendakwah Muslim Indonesia


4 Berdasarkan Keterangan Ayu Arafah
5 Berdasarkan Keterangan Terdakwa

Dengan demikian Unsur DENGAN SENGAJA tidak terbukti secara sah


dan meyakinkan menurut hukum.

UNSUR KE-3 :

MENGUMPULKAN ATAU MEMBERIKAN DANA BAIK

LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG

Yang di maksud dengan mengumpulkan di Blacks Law Dictionary adalah;


To gather together; to bring scattered things (assets, accounts, articles of
property) into one mass or fund. To collect a debt or claim is to obtain payment
or liquidation of it, either by personal solicitation or legal proceedings
Untuk berkumpul bersama; untuk membawa hal-hal yang tersebar (aset,
rekening, artikel properti) menjadi satu massa atau dana. Untuk menagih
utang atau klaim adalah untuk memperoleh pembayaran atau likuidasi itu,
baik oleh ajakan pribadi atau proses hukum
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengumpulkan adalah
membawa sesuatu dan menyatukan dengan yang lain agar berkumpul;
mengerahkan; menyuruh supaya berkumpul; menjumlahkan

Dalam Surat Tuntutannya di halaman 91 menyebutkan :


-

Bahwa berdasarkan keterangan Hendra Rusliyadi, organisasi Matisyahu


biasanya mendapatkan dana untuk melakukan aksi pengeboman salah
satunya dari Tim FaI yang bertugas mencari dana. Kemudian diperkuat
dengan adanya alat bukti transkrip Short Message Service (SMS) antara
Terdakwa dengan Satria Wibawa yang menerangkan bahwa Terdakkwa
telah menerima uang dari Satria Wibawa sebesar Rp 250.000.000,00
yang berasal dari Tim FaI yang bekerja dengan Satria Wibawa.

Berdasarkan Fakta - Fakta Persidangan :

Terdakwa Fachryzal Riyadi alias Afan Ali memiliki bisnis CV. HERBAL

MUSLIMINDO yang menjual produk herbal Asy-Syifa6


Asy-Syifa Herbal menjual obat herbal seperti Mustika

Habatusauda, Madu Asli, Produk Kosmetik7.


Dalam sistem penjualan nya adalah dengan mengunakan reseller, saat

Dara,

reseller sudah menjual obat-obat herbal yang diambilnya akan


menyetor hasil penjualan ke Terdakwa selaku pemilik Toko Herbal

Asy-Syifa8
Satria Wibawa adalah salah satu reseller aktif dari Terdakwa
Fachryzal Riyadi alias Afan Ali yang berada di Jawa salah satu

konsumen terbesar milik Asy-Syifa Herbal.


Setiap tahun nya Terdakwa mendapat penghasilan per bulan nya
sekitar Rp. 50.000.000- Rp. 100.000.000 tergantung keaktifan reseller
dalam menjual produk herbal Asy-Syifa9

Sangat aneh rasanya jika Penuntut Umum dalam Surat Tuntunan nya
mengatakan bahwa Terdakwa Fachryzal Riyadi alias Afan Ali menerima uang
dari Tim Fai yang berkerja dengan Satria Wibawa, sedangkan dalam Fakta
Persidangan dengan nyata menjelaskan bahwa Satria Wibawa adalah salah
satu reseller dari Bisnis Herbal yang dimiliki oleh Terdakwa Fachryzal Riyadi
alias Afan Ali dan tidak ada satupun dari Keterangan Saksi, Keterangan
Ahli, Surat , Petunjuk dan Keterangan Terdakwa maupun Barang Bukti
dalam persidangan yang bisa menjelaskan apa yang dimaksud Tim Fai
sebagaimana yang dituduh oleh Penuntut Umum.
6 Bukti Surat Izin Usaha Perdagangan CV. HERBAL MUSLIMINDO
7 BuktiSertififat Halal MUI
8 Berdasarkan Fakta Persidangan Keterangan Terdakwa
9 Bukti Laporan Keuangan Bisnis Asy-SyifaHerbal

Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI)

Memberikan

adalah

Menyerahkan, membagikan atau menyampaikan sesuatu kepada orang lain.

Di dalam Surat Tuntutan Penuntut Umum Halaman 92 menjelaskan :


.Kemudian dalam keterangan BAP dibawah sumpah atas nama
Raihan Zaky diperkuat dengan alat bukti surat berupa transkrip Short
Message Service (SMS) antara Terdakwa dengan nomor telepon
+6285741491446

dengan

Raihan

Zaky

dengan

nomor

telepon

+6285740741832 diketahui pada tanggal 11 Desember 2013 Terdakwa


telah mengirimkan uang sebesar Rp 160.000.000,00 untuk keperluan
mencari bahan-bahan perakitan bom.
Kemudian dari fakta persidangan diketahui bahwa Terdakwa
menghubungi Raihan Zaky untuk memberitahu bahwa Terdakwa telah
mengirimkan uang sebesar Rp 90.000.000,00
Berdasarkan Fakta - Fakta Persidangan :

Bisnis herbal Asy-Syifa memiliki banyak pegawai yang mempunyai


tugas untuk mencari bibit-bibit Herbal dan meracik obat herbal untuk

diproduksi dan diberikan kepada reseller agar dijual ke konsumen


Raihan Zaky adalah salah satu dari banyak Pegawai dari Terdakwa

Fachryzal Riyadi alias Afan Ali10


Setiap dana yang tentang pemasukan dan pengeluaran dimasukkan
ke dalam Laporan Keuangan Bisnis Asy-Syifa Herbal milik Terdakwa11

Dalam hal Unsur mengumpulkan dan memberikan sebagaimana yang ada


di dalam Fakta - Fakta Persidangan, Penuntut Umum terkesan menarik
Fakta-Fakta Bohong dengan memfitnah Terdakwa Fachryzal Riyadi alias
10 Bukti Fakta Persidangan Keterangan Terdakwa
11 Laporan Keuangan Bisnis Asy-Syifa Herbal

Afan Ali. Disini perlu dilihat apa tujuan dari Terdakwa untuk melakukan
hal tersebut? Terdakwa adalah pendakwah yang memiliki bisnis herbal yang
cakupan nya sudah Asia Tenggara.

Dengan demikian Unsur MENGUMPULKAN ATAU MEMBERIKAN DANA


BAIK LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG tidak terbukti secara sah
dan meyakinkan menurut hukum.
UNSUR KE-4 :

DENGAN MAKSUD DIGUNAKAN SELURUHNYA UNTUK

TINDAK PIDANA TERORISME

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Maksud

adalah niat

yang dikehendaki atau tujuan. Maksud disini berhubungan dengan keadaan


batin orang yang berbuat dengan sengaja yang berisi mengkehendaki dan
mengetahui itu maka dapat disebut teori kehendak. Teori kehendak
(wiltstheory) inti kesengajaan adalah kehendak untuk mewujudkan unsurunsur delik dalam rumusan Undang-Undang. blablabla
Arti Melakukan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
mengerjakan (menjalankan dan sebagainya); mengadakan (suatu perbuatan,
tindakan, dan sebagainya); melaksanakan; mempraktikan; menunaikan;
melazimkan; (kebiasaan, cara, dan sebagainya); menjadikan (membuat dan
sebagainya) berlaku; menjadikan laku; berbuat sesuatu terhadap (suatu hal,
orang, dan sebagainya); mengabulkan (permintaan, doa, dan sebagainya);
meluluskan
Tindak Pidana Terorisme menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme adalah segala
perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesudai dengan
ketentuan dalam Peraturan Pemerintahan Pengganti Undang-Undang ini.

Bahwa disini yang dengan maksud melakukan tindak pidana


Terorisme adalah pelaku atau orang yang melakukan aksi terror secara
langsung yang berdampak ketakutan pada orang yang menjadi korban.
Kutip tuntutan
Berdasarkan Fakta- Fakta Persidangan :

Terdakwa Fachryzal Riyadi alias Afan Ali sering melakukan

kegiatan-kegiatan Islami seperti acara Tabligh Akbar12


Kegiatan Tabligh Akbar sudah sebanyak tiga kali diselenggarakan
dan berencana untuk membuat Tabligh Akbar ke empat yang akan
dilaksanakan pada

tanggal 18 Februari di Masjid Al-Huda,

Denpasar
Dana yang dibutuhkan tiap diselenggarakan Kegiatan Tabligh Akbar

adalah Rp. 30.000.000 - Rp. 50.000.00013


Sesuai dengan anggaran dana yang sudah dibuat. Terdakwa
Fachryzal Riyadi memberikan dana sesuai yang dibutuhkan kepada
Hendra Rusliyadi orang yang dipercaya mengadakan acara Tabligh
Akbar14.

Dari fakta-fakta Persidangan tidak ada satu pun yang melukiskan niat atau
kehendak dari Terdakwa Fachryzal Riyadi alias Afan Ali untuk melakukan
sebuah Tindak Pidana Terorisme sebagaimana yang dituduhkan oleh
Penuntut Umum.

Dengan demikian Unsur DENGAN MAKSUD DIGUNAKAN SELURUHNYA


UNTUK TINDAK PIDANA TERORISME tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan menurut hukum.
12 Berdasarkan Keterangan Ayu Arafah
13 Bukti Laporan Rancangan Anggaran Dana Tabligh Akbar
14 Bukti Fakta Persidangan Keterangan Terdakwa

Anda mungkin juga menyukai