Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dwi Vika Sari

NIM : 2105056076
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Prodi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2021
Kelas :B
Mata Kuliah : Hukum Pidana
UTS (Ujian Tengah Semester)

1. Sebutkan dan jelaskan asas-asas Hukum Pidana !


Jawaban : KUHP Baru mengenal 5 asas hukum pidana, yakni asas legalitas, asas teritorial,
asas personalitas, asas perlindungan, dan asas persamaan.
1. Asas legalitas atau the principle of legality merupakan asas yang menentukan bahwa
tindak pidana haruslah diatur terlebih dulu dalam undang-undang atau suatu aturan hukum
sebelum seseorang melakukan pelanggaran atau perbuatannya.

2. Asas Wilayah atau Teritorial

Asas hukum pidana yang satu ini dilandasi oleh kedaulatan negara. Negara yang berdaulat
wajib menjamin ketertiban hukum di wilayahnya dan oleh sebab itu, negara berhak
menjatuhkan pidana bagi siapapun yang melakukan tindak pidana di wilayahnya.

3. Asas Perlindungan atau Asas Nasional Pasif

Menurut asas hukum pidana yang satu ini, berlakunya perundang-undangan pidana
didasarkan pada kepentingan hukum suatu negara yang dilanggar oleh seseorang di luar
negeri dengan tidak dipersoalkan kewarganegaraannya; apakah pelaku adalah warga negara
atau orang asing. Jika disederhanakan, pada intinya asas perlindungan menitikberatkan pada
perlindungan unsur nasional terhadap siapapun dan di mana pun.

4. Asas persamaan

Atau yang dikenal juga dengan asas universal adalah asas yang menitikberatkan pada
kepentingan hukum internasional secara luas atau. Makna luas berarti hukum pidana tidak
dibatasi oleh tempat, wilayah, atau bagi orang tertentu saja, melainkan berlaku di mana pun
dan bagi siapa pun.
5. Asas Nasional Aktif

Secara sederhana, asas nasional aktif adalah asas yang menitikberatkan subjek hukum sebagai
warga negara tanpa mempermasalahkan lokasi keberadaannya. Jika diartikan, dengan asas
personalitas atau nasional aktif, peraturan perundang-undangan pidana berlaku bagi semua
perbuatan pidana yang dilakukan warga negara di mana pun warga tersebut berada, sekalipun
di luar negeri.

2. Sanksi Hukum Pidana adalah Penderitaan. Jelaskan yang dimaksud !


Jawaban : Sanksi pidana adalah ancaman hukuman yang bersifat penderitaan dan siksaan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Anselm Von Feuerbach dengan ajarannya yang terkenal
dengan “Tekanan Psikologis” (de psychologiesche dwang), yaitu bahwa ancaman hukuman
akan menghindarkan orang lain dari perbuatan jahat (Satochid Kartanegara:tanpa tahun:56). |
Sanksi pidana sangatalah diperlukan, kita tidak dapat hidup, sekarang ataupun dimasa yang
akan datang, tanpa pidana.

Sanksi pidana merupakan alat atau sarana terbaik yang tersedia, yang kita miliki untuk
menghadapi kejahatan-kejahatan atau bahaya besar dan segera untuk menghadapi ancaman-
ancaman dari bahaya.

Sanksi pidana suatu ketika merupakan penjamin yang utama/terbaik atau prime threatener
dari kebebasan manusia. Ia merupakan penjamin apabila digunakan secara hemat cermat atau
prudently dan secara manusiawi atau humanly, ia merupakan suatu pengancam, apabila
digunakan secara sembarangan dan secara paksa.

3. Sebutkan & jelaskan yang dimaksud dengan Delik Dolus dan Delik Culpa !
Jawaban : Delik dolus adalah perbuatan pidana yang oleh pelakunya dilakukan dengan
sengaja. Delik ini memiliki level kesalahan yang lebih tinggi dari delik culpa, yakni delik
yang dilakukan karena kealpaan. Dolus dibedakan atas tiga jenis atau tingkatan, yakni
sengaja dengan niat; sengaja dengan kesadaran akan kepastian dan sengaja dan isyaf akan
kemungkinan.

1. Tindak pidana penghasutan (pasal 162 KUHP)


2. Tindak pidana pencemaran nama baik (pasal 310 KUHP)
Delik culpa merupakan delik yang terjadi karena suatu kelalaiannya atau kekurang hati-
hatiannya. Contoh:

1. Tindak pidana yang terjadi karena kealpaannya menyebabkan hilangnya


nyawa orang lain (pasal 359 KUHP)
2. Tindak pidana yang terjadi karena kealpaannya menyebabkan orang lain
mendapat luka berat (pasal 360 KUHP)
3. Tindak pidana yang arena kealpaannya menyebabkan tanda untuk keamanan
dihancurkan (pasal 197 KUHP)

4. Sebutkan & jelaskan yang dimaksud Eksepsi Kompetensi Absolut & Eksepsi
Kompetensi Relatif !
Jawaban :

A. Eksepsi Kewenangan Absolut (Exceptio Declinatoir atau Absolute Competency)


Sebagaimana pengertian Kompetensi Absolut yang bicara terkait Badan Peradilan apa yang
berwenang mengadili suatu perkara, maka diajukannya Eksepsi Kewenangan Absolut
didasarkan oleh kesalahan penggugat dalam menentukan Badan Peradilan apa yang
berwenang terhadap perkaranya. Tergugat dapat dan mempunyai hak untuk mengajukan
eksepsi ini di setiap proses pemeriksaan mulai dari sidang tingkat pertama sampai sebelum
dijatuhkan putusan. Pengajuan eksepsi ini biasanya dilakukan secara bersamaan dengan
pengajuan jawaban setelah pembacaan gugatan dan harus diputus sebeum putusan pokok
perkara. Namun, jika eksepsi ini tidak dilakukan tergugat. Hakim secara ex-officio dalam
Pasal 132 Rv punya kewajiban untuk menyatakan diriya tidak berwenang menangani perkara
tersebut.

B. Eksepsi Kompetensi Relatif (Relative Competentie)


Eksepsi Kompetensi Relatif dapat diajukan saat Surat Jawaban/Eksepsi ini diserahkan. Untuk
bentuk pengajuan eksepsi ini menurut Pasal 125 dan Pasal 133 HIR dapat dilakukan secara
tertulis ataupun lisan.
Jenis Eksepsi Formil (formile exceptie)
1. Eksepsi Prosesual (Processuele Exceptie)
Eksepsi Prosesual adalah eksepsi yang berkaitan dengan syarat formil dari suatu gugatan.
Jika suatu gugatan mengandung cacat formil, maka terhadap gugatan yang diajukan tersebut
menjadi tidak sah dan oleh karena itu dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Onvantkelijke
verklaard).

5. Sebutkan & jelaskan yang dimaksud Gugatan Rekonvensi !


Jawaban : Gugatan rekonvensi adalah gugatan balik atau gugatan balasan. Gugatan ini
diajukan oleh tergugat sebagai gugatan balasan atas gugatan yang diajukan penggugat.
Rekonvensi memberi kesempatan bagi tergugat untuk melakukan perlawanan. Untuk
menggugat penggugat, tergugat tidak perlu mengajukan tuntutan baru. Penggugat hanya
perlu mengajukan rekonvensi bersama-sama dengan jawabannya terhadap gugatan
penggugat. Hal ini dapat memperlancar proses persidangan karena dua gugatan diperiksa
dalam waktu dan tempat yang sama dan oleh majelis hakim yang sama juga.

6. Peninjauan Kembali disebut upaya hukum luar biasa. Jelaskan yang dimaksud !
Jawaban : Peninjauan kembali adalah upaya hukum luar biasa bagi seorang terpidana untuk
mohon peninjauan ulang atas putusan yang telah berkekuatan hukum tetap dan final. Putusan
itu dapat berupa putusan pengadilan negeri atau pengadilan tinggi, juga dapat berupa putusan
Mahkamah Agung RI yang telah berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde).

7. Sebutkan & jelaskan urutan alat bukti dalam Hukum Acara Pidana !
Jawaban : Di dalam dunia peradilan, pembuktian adalah proses terpenting dalam
persidangan, baik itu dalam perkara pidana maupun perdata. Pembuktian merupakan titik
sentral pemeriksaan perkara dalam sidang pengadilan. Ia berisikan ketentuan-ketentuan
mengenai pedoman tentang tata cara yang dibenarkan undang-undang untuk membuktikan
kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1981
Tentang Hukum Acara Pidana telah mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan undang-undang
yang boleh dipergunakan hakim dalam membuktikan kesalahan yang didakwakan, sehingga
majelis hakim tidak bisa secara subjektif memvonis terdakwa.
Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana, Pasal 184 (1) ada
disebutkan bahwa alat bukti yang sah ialah:

1. Keterangan Saksi;

2. Keterangan Ahli;

3. Surat;

4. Petunjuk;

5. Keterangan Terdakwa.’’

Anda mungkin juga menyukai