Anda di halaman 1dari 9

Asas yang digunakan KPK dalam menjalankan tugas dan wewenangnya dalam memberantas

korupsi adalah

Asas kepastian hukum, yang merupakan asas yang ada dalam negara hukum. Asas ini mengutamakan
landasan peraturan perundang - undangan, keptutan serta keadilan dalam kebijakan suatu
penyelenggara negara.
Asas keterbukaan, merupakan suatu asas yang membuka diri terhadap hak - hak masyarakat dalam
pemperolehan informasi yang benar dan tidak diskriminatif.
Asas akuntabilitas, berfungsi untuk menentukan pelaksanaan kegiatan dan hasil akhir dari suatu kegiatan
penyelenggara negara yang dapat dipertanggung jawabkan kepada kalangan masyarakat.
Asas kepentingan umum, merupakan suatu asas yang mendahulukan kepentingan umum atau
kesejahteraan umum melalui cara - cara yang aspiratif, akomodatif serta selektif.
Peoporsionalitas merupakan asas dalam menjalankan tugas yang mengutamakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban dari penyelenggara negara.

Tugas dan Wewenang Kejaksaan


Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI telah mengatur tugas dan wewenang
Kejaksaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 30, yaitu :

1. Dalam bidang pidana, Kejaksaan memiliki tugas dan wewenang:

 Melakukan penuntutan
 Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap
 Melakukan pengawasan pada pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana
pengawasan, dan keputusan bersyarat
 Melaksanakan penyidikan pada tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang
 Melengkapi berkas perkara tertentu dan melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan
ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

2. Dalam bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak di
dalam ataupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah

3. Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan:

 Peningkatan kesadaran hukum masyarakat


 Pengamanan kebijakan penegakan hukum
 Pengamanan peredaran barang cetakan
 Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara
 Pencegahan penyalahgunaan dan atau penodaan agama
 Penelitian dan pengembangan hukum statistik kriminal.

Jelaskan 3 klasifikasi hakim dalam kekuasaan kehakiman menurut UU No 48 tahun


2009 ?
Pasal 1 ayat 2
Mahkamah Agung adalah pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Hakim Agung adalah hakim pada Mahkamah Agung. (ayat 6)
Pasal 1 ayat 3
Mahkamah Konstitusi adalah pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Hakim Konstitusi adalah hakim pada Mahkamah Konstitusi. (ayat 7)

Pasal 1 ayat 9
Hakim ad hoc adalah hakim yang bersifat sementara yang memiliki keahlian dan
pengalaman di bidang tertentu untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu
perkara yang pengangkatannya diatur dalam undang-undang.

Hak seorang Advokat

Dalam kehidupan ber-sosial, kita tidak dapat melepaskan hubungan antara hak dan kewajiban. Begitu pula halnya
dengan profesi advokat, sebagai salah satu elemen penting dalam penegak hukum di Indonesia, advokat juga
memiliki hak dan kewajiban. Ada banyak hak yang disebut oleh undang-undang No. 18 tahun 2003 yang
dituangkan pada Bab IV dengan Title hak dan kewajiban.

1. Hak kebebasan dan kemandirian (independen)

Hak kebebasan dan kemandirian diatur dalam pasal 14 dan 15, sebagai berikut :

Pasal 14

“ Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi tanggung
jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan berrpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 15

“Advokat bebas menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya
di dalam sidang pengadilan dengan berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan.”

Kebebasan mengeluarkan pendapat adalah membuat pernyataan-pernyataan, baik secara lisan maupun
tulisan dalam membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya dalam sidang pengadilan sesuai kapasitasnya
sebagai advokat. Sedangkan kebebasan dalam menjalankan tugasnya adalah upaya dirinya dalam melakukan
pembelaan secara hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan.

2. Hak imunitas

Hak imunitas adalah hak kekebalan seorang advokat dalam membela perkaranya yang menjadi tanggung
jawabnya, bahwa ia tidak dapat dituntut secara perdata maupun pidana ketika menjalankan profesinya itu. Dalam
pasal 16 dan pasal 18 ayat 2, sebagai berikut :

Pasal 16

“ Advokat tidak dapat dituntut secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan itikad
baik untuk kepentingan pembelaan klien dalam sidang pengadilan.”

Pasal 18

“ Advokat tidak dapat diidentikkan dengan klien nya dalam membela perkara klien oleh pihak yang berwenang dan
atau masyarakat.”

3. Hak meminta informasi

Hak untuk memperoleh informasi terhadap perkara yang dihadapinya merupakan kemutlakan atas diri
advokat, baik karena kepentingan menjalankan tugasnya maupun karena kepentingan hukum dari orang yang
menjadi tanggung jawabnya (klien), hal ini dituangkan dalam pasal 17, sebagai berikut :

Pasal 17
“Dalam menjalankan profesinya, Advokat berhak memperoleh informasi, data, dan dokumen lainnya, baik dari
instansi pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan tersebut yang diperlukan untuk
pembelaan kepentingan kliennya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”

4. Hak ingkar

Seorang advokat berhak untuk mengajukan keberatan –keberatannya dalam persidangan. Ia berhak melakukan
tangkisan-tangkisan (eksepsi) terhadap perkara yang di belanya. Dalam hal pidana, ia berhak bukan hanya
melakukan eksepsi tetapi juga mengingkari , mengajukan keberatan dan menganulir segala tuntutan jaksa bahkan
atas segala putusan dalam persidangan atau keberatannya karena keberatan kliennya sebagai terdakwa yang
untuk mengajukan banding, kasasi, dan seterusnya. Dijelaskan dalam Undang-undang No. 8 tahun 1981.

Hak:- advokat bebas mengeluarkan pendapat

- advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara

- advokat berhak memperoleh informasi,data dan dokumen lainnya baik dari instansi pemerintah maupun pihak
lain nya

kewajiban:- advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yg diketahui atau diperolehnya

- advokat dilarang memegang jabatan yang bertentangan dengan kepentingan tugas dan martabat profesinya

- advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma2 kepada pencari keadilan yg tidak mampu
Berikut ini adalah beberapa syarat menjadi seorang advokat:

1. Warga Negara Indonesia

2. Tinggal di Indonesia

3. Nggak berstatus sebagai pejabat negara atau pegawai negeri

4. Berusia minimal 25 tahun

5. Memiliki pendidikan tinggi berlatar hukum

6. Sudah magang minimal 2 tahun di kantor advokat

7. Nggak pernah dipidana


8. Baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan memiliki integritas yang tinggi

Baik saya akan menjawab pertanyaan dari saudara faktor-faktor keberhasilan proses perlindungan dan penegakan
hukum ialah sebagai berikut:

Faktor-faktor tersebut adalah, sebagai berikut:

1. Faktor hukumnya sendiri, dalam hal ini dibatasi pada undang-undang saja.

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam
pergaulan hidup.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum,
juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas penegakan hukum. Dengan demikian, maka kelima faktor tersebut
akan dibahas lebih lanjut dengan mengetengahkan contoh-contoh yang diambil dari kehidupan masyarakat
Indonesia.

A. PERLINDUNGAN

Pasal 5 UU No. 31 Tahun 2014 menegaskan, selain kepada Saksi dan/atau Korban, hak yang diberikan
dalam kasus tertentu juga dapat diberikan kepada Saksi Pelaku sesuai dengan keputusan LPSK. Adapun
hak-hak yang dapat diperoleh oleh saksi pelaku meliputi:

a. Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, Keluarga, dan harta bendanya, serta bebas
dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikannya;
b. Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan keamanan;
c. Memberikan keterangan tanpa tekanan;
d. Mendapat penerjemah;
e. Bebas dari pertanyaan yang menjerat;
f. Mendapat informasi mengenai perkembangan kasus;
g. Mendapat informasi mengenai putusan pengadilan;
h. Mendapat informasi dalam hal terpidana dibebaskan;
i. Dirahasiakan identitasnya;
j. Mendapat identitas baru;
k. Mendapat tempat kediaman sementara;
l. Mendapat tempat kediaman baru;
m. Memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan;
n. Mendapat nasihat hukum;
o. Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu Perlindungan berakhir;
dan/atau
p. Mendapat pendampingan.

Saksi Pelaku tidak dapat dituntut secara hukum, baik pidana maupun perdata atas kesaksian dan/atau
laporan yang akan, sedang, atau telah diberikannya, kecuali kesaksian atau laporan tersebut diberikan
tidak dengan iktikad baik (vide; Pasal 10 ayat (1) UU No. 31 Tahun 2014).

Dalam hal terdapat tuntutan hukum terhadap Saksi Pelaku atas kesaksian dan/atau laporan yang akan,
sedang, atau telah diberikan, tuntutan hukum tersebut wajib ditunda hingga kasus yang ia laporkan atau
ia berikan kesaksian telah diputus oleh pengadilan dan memperoleh kekuatan hukum tetap (vide; Pasal
10 ayat (2) UU No. 31 Tahun 2014).

B. PENANGANAN SECARA KHUSUS

Saksi Pelaku dapat diberikan penanganan secara khusus dalam proses pemeriksaan dan penghargaan
atas kesaksian yang diberikan. Penanganan secara khusus sebagaimana dimaksud, berupa:

a. Pemisahan tempat penahanan atau tempat menjalani pidana antara Saksi Pelaku dengan
tersangka, terdakwa, dan/atau narapidana yang diungkap tindak pidananya;
b. Pemisahan pemberkasan antara berkas Saksi Pelaku dengan berkas tersangka dan terdakwa
dalam proses penyidikan, dan penuntutan atas tindak pidana yang diungkapkannya; dan/atau
c. Memberikan kesaksian di depan persidangan tanpa berhadapan langsung dengan terdakwa yang
diungkap tindak pidananya (vide; Pasal 10 A ayat (1), (2) dan (3) UU No. 31 Tahun 2014).

C. PEMBERIAN PENGHARGAAN

UU menentukan jenis Penghargaan atas kesaksian yang telah diberikan oleh Saksi Pelaku berupa keringan
penjatuhan hukuman dan pembebasan bersyarat, remisi tambahan, dan hak narapidana lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Saksi Pelaku yang berstatus narapidana
(vide; Pasal 10 ayat (2) UU No. 31 Tahun 2014).

B. SYARAT

Syarat-syarat bagi Saksi Pelaku untuk mendapatkan perlindungan ataupun fasilitas dari LPSK sebagai
berikut:

1. kwalifikasi tindak pidana yang akan diungkap merupakan tindak pidana dalam kasus tertentu
sesuai dengan keputusan dan yang ditetapkan oleh LPSK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2) UU No. 31 Tahun 2014.
2. Disamping itu, keterangan yang akan diberikan oleh Saksi Pelaku sangat penting atau sangat
dibutuhkan dalam mengungkap tindak pidana.
3. Bukan sebagai pelaku utama dalam tindak pidana yang diungkapkannya;
4. Kesediaan mengembalikan aset yang diperoleh dari tindak pidana yang dilakukan dan dinyatakan
dalam pernyataan tertulis; dan
5. Adanya Ancaman yang nyata atau kekhawatiran akan terjadinya Ancaman, tekanan secara fisik
atau psikis terhadap Saksi Pelaku atau Keluarganya jika tindak pidana tersebut diungkap menurut
keadaan yang sebenarnya (vide Pasal 28 ayat (2) UU No. 31 Tahun 2014).

C. PROSEDUR

Saksi dan/atau Korban yang bersangkutan, baik atas inisiatif sendiri maupun atas permintaan pejabat
yang berwenang, mengajukan permohonan secara tertulis kepada LPSK, berisi :

a. Identitas pemohon;
b. Kronologis kasus yang dialami pemohon;
c. Bukti dan keterangan mengenai tingkat ancaman yang dialami saksi; serta
d. Bentuk perlindungan apa yang dibutuhkan pemohon.

Dalam mengajukan surat permohonan maka Saksi Pelaku harus melampirkan syarat administratif sebagai
berikut:

a. Fotocopy KTP;
b. Fotocopy tanda penerimaan laporan di kepolisian/kejaksaan maupun KPK;
c. Fotocopy surat panggilan sebagai saksi;
d. Surat keterangan sebagai korban kejahatan atau korban pelanggaran HAM berat dari aparat
penegak hukum; serta
e. Melampirkan dokumen dan bukti terkait mengenai ancaman dan informasi penting yang dimiliki
pemohon. Apakah peranan POLRI

Mendukung teteap tegaknya negara keatuan RI,Melakukan penyuluhan


kesadaran hukum bagi warga negara,Melakukan pengaturan lalu lintas dan
memberikan pengayoman keamanan bagi warga negara,Memberikan
perlindungan keamanan kpd warga negara dari semua tindak
kejahatan,Melakukan proses penyelidikan dan penyidikan terhadap semua
tindak kejahatan

Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberi perlindungan kepada konsumen.
2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan.
3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
4. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak
bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan,
dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.
5. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi
masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.
6. Promosi adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang dan/atau jasa
untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang akan dan sedang
diperdagangkan.
7. Impor barang adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean.
8. Impor jasa adalah kegiatan penyediaan jasa asing untuk digunakan di dalam wilayah Republik
Indonesia.
9. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat adalah lembaga non-Pemerintah yang
terdaftar dan diakui oleh Pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan
konsumen.
10. Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan
dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu
dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.
11. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah badan yang bertugas menangani dan
menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.
12. Badan Perlindungan Konsumen Nasional adalah badan yang dibentuk untuk membantu upaya
pengembangan perlindungan konsumen.
13. Menteri adalah menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang
perdagangan.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan


konsumen, serta kepastian hukum.

Pasal 3

Perlindungan konsumen bertujuan :

1. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;


2. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif
pemakaian barang dan/atau jasa;
3. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya
sebagai konsumen;
4. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan
keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
5. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga
tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha;
6. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi
barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Pertama
Hak dan Kewajiban Konsumen

Pasal 4

Hak konsumen adalah :

1. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
3. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau
jasa;
4. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
5. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan
konsumen secara patut;
6. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
8. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau
jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
9. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Pasal 5

Kewajiban konsumen adalah :

a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang
dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Pasal 6

Hak pelaku usaha adalah :

a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai
tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;
c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa
konsumen;
d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak
diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Pasal 7

Kewajiban pelaku usaha adalah :

a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;


b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau
jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan
ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa
tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang
diperdagangkan;
f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang
dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Anda mungkin juga menyukai