Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengertian Hukum Acara Pidana

a. J.M Van Bemmelen

"Hukum pidana terdiri atas tindak pidana yang disebut berturut - turut, dari peraturan
umum yang dapat diterapkan terhadap perbuatan - perbuatan itu sendiri dan pidana yang
diancamkan terhadap perbuatan - perbuatan itu " 

b. Utrecht

"Hukum pidana merupakan hukum sanksi istimewa dan hanya mengambil alih hukum
lain dan kepadanya dilekatkan sanksi pidana"

c. Simon

" Hukum pidana adalah kesemuanya perintah - perintah dan larangan - larangan yang
diadakan oleh negara dan yang diancam dengan suatu nestapa ( Pidana ) barangsiapa
yang tidak menaati kesemuanya aturan - aturan yang menentukan syarat - syarat bagi
akibat hukum itu dan kesemuanya aturan - aturan itu untuk mengadakan ( menjatuhi ) dan
menjalankan pidana tersebut 

d. Menurut Saya
Hukum pidana adalah Sederet atauran dan peraturan yang dibuat dengan tujuan memberikan sebuah
pedoman dalam usaha mencarai kebenaran dan keadilan bila terjadi tindak pidana pemerkosaan atau
pelanggaran terhadapa ketentuan hukum yang bersifat materiil

2. Hukum materil dan kaidah hukum formil sangat erat hubungannya. Kaidah hukum materil
menggantungkan peran atau fungsinya kepada hukum formil. Hukum materil dapat berfungsi dengan baik
apabila hukum formil mampu secara baik untuk melaksanakan fungsinya dalam mempertahankan hukum
materil. Sementara hukum formil dapat dikatakan sebagai hukum yang baik apabila hukum materil dapat
dipertahankan dan dijalankan sebaik-baiknya. Dalam lingkup hukum pidana dikenal hukum pidana materil
dan hukum pidana formil. Antara hukum pidana materil dan hukum pidana formil hubungannya sangat erat
dan tidak dapat dipisahkan. Hukum pidana formil tidak mungkin ada tanpa adanya hukum pidana materil,
sebaliknya hukum pidana materil akan kehilangan maknanya tanpa keberadaan hukum pidana formil.
Hukum pidana materiil adalah hukum pidana yang memuat aturan-aturan yang menetapkan dan
merumuskan perbuatan-perbuatan yang dapat dipidana, aturan-aturan yang memuat syarat-syarat untuk
dapat dipidana dan ketentuan mengenai pidana. Sedangkan hukum pidana formil adalah hukum pidana
yang mengatur bagaimana negara dengan perantaraan alat-alat perlengkapannya melaksanakan haknya
untuk mengenakan pidana

3. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati
kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan
menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk mencari siapakah
pelaku yang tepat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan
dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa tindak pidana telah dilakukan dan
apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.” Jika memperhatikan rumusan diatas mak tujuan
hukum pidana dapat dikatakan bhwa tujuan hukum acara pidana meliputi tiga hal yaitu:
a. mencari dan mendapatkan kebenaran
b. melakukan penuntutan
c. melakukan pemeriksaan dan memberikan putusan

4. Macam-macam putusan hakim

Dalam teori ada 2 (dua) macam putusan hakim, yakni putusan sela dan putusan akhir.

a. Putusan akhir menurut sifatnya dibagimenjadi 3 (tiga), yakni:


1) Putusan Declaratoir
Putusan declaratoir yakni putusan yang bersifat hanya menerangkan, menegaskan suatu keadaan
hukum semata-mata. Contohnya mengenai anak angkat yang sah  (C adalah anak angkat sah dari
pasangan B dan E). Mengenai ahli waris yang sah (X dan Y adalah ahli waris yang sah dari almarhum
A). Mengenai ikatan perkawinan yang sah (X dan Y merupakan pasangan perkawinan yang sah
menurut hukum).
2) Putusan Constitutif
Putusan constitutif yakni putusan yang meniadakan suatu keadaan hukum atau menimbulkan suatu
keadaan hukum yang baru. Misalnya ialah putusan yang menyatakan seseorang pailit, putusan yang
berhubungan dengan perceraian.
3) Putusan Condemnatoir yakni putusan yang memuat tentang suatu penghukuman salah satu pihak yang
berperkara. Contohnya yakni dimana pihak tergugat diberi hukuman untuk menyerahkan sebidang
tanah beserta dengan rumahnya untuk membayar suatu utang.

b. Putusan sela dibagi menjadi 3 bagian juga, yakni:


1) Putusan Prepatoir
Putusan Prepatoir adalah suatu putusan yang dijatuhkan hakim untuk mempersiapkan perkara serta
untuk mengatur pemeriksaan perkara. Contohnya ialah putusan yang mengatur tentang gugat balik
tidak diputuskan secara beriringan dengan gugatan konvensi maupun putusan yang menerima atau
menolak tundanya suatu sidang karena alasan yang tidak dikabulkan. Selain itu mengenai principal
yang harus datang sendiri di suatu sidang.

2) Putusan Provisionil
Putusan Profisionil adalah putusan yang dijatuhkan berhubungan dengan tuntutan dalam pokok
perkara, sementara itu ditiadakannya tindakan-tindakan pendahuluan untuk kefaedahan salah satu
pihak maupun kedua belah pihak. Misalnya ialah Mobil yang disewakan oleh penggugat dirusak oleh
tergugat sedangkan pada waktu itu mobil yang dikendarai tergugat tertabrak mobil lainnya sehingga
menimbulkan terguugat harus segara dihukum untuk memperbaiki mobil tersebut.

3) Putusan Insidentil
Putusan Insidentil adalah putusan yang dijatuhkan oleh hakim karena adanya suatu kejadian yang
dimaknai sebagai timbulnya suatu peristiwa yang membuat tertundanya suatu perkara. Contohnya
yakni, ketika suatu pemeriksaan dalam pengadilan penggugat ataupun tergugat meminta agar adanya
pihak ketiga yang didengarkan untuk menjadi saksi . Dalam hal ini dibedakan menjadi 3 bagian, yakni:
 Vrijwaring adalah dimana penggugat ataupun tergugat menarik pihak ketiga kedalam suatu acara
persidangan yang berfungsi untuk menjamin kepentingan pihak yang menarik pihak ketiga
tersebut dengan harapan untuk terbebas dari suatu gugatan yang disengketakan tersebut.
 Voeging adalah ikut sertanya pihak ketiga dalam suatu acara persidangan yang mana bertujuan
agar pihak ketiga tersebut memihak kepada salah satu pihak yang sedang berperkara untuk
melindungi kepentingan hukumnya.
 Tussenkomst adalah turut campurnya pihak ketiga dalam suatu acara persidangan demi
kepentingannya sendiri atas dasar suatu kepentingannya yang diperebutkan atau dipermasalahkan
oleh salah satu pihak (penggugat atau tergugat).

5. Sumber-Sumber  Hukum Acara Pidana


a. UUD 1945: bisa dilihat pada pasal 24 ayat 1 dan 2, pasal 25.
b. KUHAP (UU No. 8 Tahun 1981, LN 1981 Nomor 76).
c. UU Pokok Kekuasaan Kehakiman (UU No.14 Tahun 1970, LN 1970 Nomor 74)
d. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana
e.  UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Mahkamah Agung.

6. Setiap orang yang dimaksud adalah tersangka / terdakwa atau yang terlibat dalam sebuah kasus pidana
a. Pejabat Penyelidik

(a) Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia

b. Pejabat Penyidik

(a) Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia;

(b) pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.

7. Asas-asas Hukum Acara Pidana


a. Asas-asas dalam Hukum Acara Pidana yang berkaitan dengan proses peradilan
1) Asas Legalitas
Legalitas berasal dari kata legal (latin), aslinya legalis, artinya sah menurut undang-undang. Dalam
hukum pidana mengatakan “ tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali berdasarkan ketentuan
perundang-undangan pidana yang telah ada. Setiap perkara pidana harus diajukan ke depan hakim.

2) Asas Opotunitas

 seseorang tidak dapat dituntut oleh jaksa karena dengan alasan dan pertimbangn Demi Kepenringan
Umum jadi dalam hal ini dideponer (dikesampingkan)

b. Asas-asas dalam Hukum Acara Pidana yang berkaitan dengan hak azazi manusia
1) Asas Perlakuan Yang Sama Di Muka Hukum ( Equality Before The Law )
Asas ini sesuai dengan UU Pokok Kekuasaan Kehakiman, Pasal 5 Ayat 1 yang berbunyi:
Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. Terdapat juga
dalam penjelasan umum KUHAP butir 3 a yang berbunyi: perlakuaan yang sama atas diri setiap
orang di muka hukum dengan tidak mengadakan pembedaan perlakuan
2)  Asas Praduga Tak Bersalah ( Presumption Of Innocent )
Asas ini dapat di jumpai dalam penjelasan umum KUHAP butir 3 huruf c. juga dirumuskan dalam
UU Pokok kekuasaan Kehakiman Nomor 14 Tahun 1970, Pasal 8 yang berbunyi: “ setiap orang
yang sudah disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan atau dihadapkan di muka sidang
pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan
kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap”.

8. Pengertian
a. Kriminalistik

Kriminalistik adalah ilmu pengetahuan untuk menetukan terjadinya kejahatan danmenyidik pembuatnya
dengan mempergunakan cara ilmu pengetahuan alam, denganmengesampingkan cara-cara lainnya yang
dipergunakan oleh ilmu kedokteran kehakiman(sekarang ilmu kedokteran forensik), ilmu racun kehakiman
(sekarang toksikologiforensik) dan ilmu penyakit jiwa kehakiman (ilmu psikologi forensik)

b. Toksologi Forensik

Toksikologi forensik adalah penggunaan toksikologi dan disiplin ilmu lainnya seperti kimia


analisis, farmakologi dan kimia klinik untuk tujuan penyelidikan hukum atau medis kasus kematian,
keracunan, dan penggunaan obat. Perhatian utama toksikologi forensik bukanlah hasil legal
penyelidikan toksikologi atau penggunaan teknologi, tetapi memperoleh dan menginterpretasi
hasilnya. Analisis toksikologi dapat dilakukan untuk beragam jenis sampel

c. Laporan

Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak atau


kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau
diduga akan terjadinya peristiwa pidana

d. Pengaduan

Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat
yang berwenang untuk menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan tindak pidana aduan
yang merugikannya

Anda mungkin juga menyukai