Anda di halaman 1dari 4

NAMA : DENISA JULIANI

NPM : 191000231
KELAS :E
MATA KULIAH : HUKUM ACARA PERDATA

BAB II
SISTEM DAN ASAS HUKUM ACARA PERDATA DI INDONESIA

A. SISTEM HUKUM ACARA PERDATA DI INDONESIA


Hukum acara perdata adalah sekumpulan peraturan yang membuat bagiamana cara orang bertindak di
depan pengadilan. Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Darurat No. 1 Tahun 1951 yang sampai sekarang masih
berlaku, menjadi dasar berlakunya ketentuan hukum formil positif Indonesia, yaitu HIR dan Rbg. Ketentuan
lain peninggalan kolonial yang berlaku untuk golongan Eropa yang sampai sekarang resmi tidak dicabut
adalah Burgerlijke Rechtsvordering (Rv).
Menurut Mertokusumo menyebutkan bahwa kaedah hukum meliputi asas-asas hukum, kaedah hukum
dalam arti sempit adalah nilai (norm) yang terdapat dalam peraturan konkrit. Kaedah hukum dalam arti luas,
yaitu tatanan atau kesatuan yang utuh yang terdiri dan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berkaitan
erat satu sama lain, dapat disebut pula sebagai sistem hukum. Loudoe menyebutkan sistem itu
memungkinkan menemukan dan mengisi kekosongan hukum dengan sederhana.
Undang-undang tidak selalu jelas dan lengkap sedangkan fakta yang diajukan memerlukan penyelesaian
menurut hukum. Oleh karena itu untuk melengkapi sistem hukum menjadi luwes diperlukan adanya asas
hukum yang bersifat mengatur dan eksplikatif. Sebenarnya sistem hukum itu lengkap. Yang tidak lengkap
adalah peraturan konkrit dalam sistem hukum. Dengan demikian asas hukum melengkapi peraturan konkrit
yang tidak lengkap dalam sistem hukum. Peraturan hukum yang tidak lengkap juga dapat dilengkapi dengan
jalan penemuan hukum (Rechtsvinding).
Sistem Hukum Acara Perdata dalam praktiknya bersifat memaksa, kecuali dalam hal Penggugat atau
Tergugat mengajukan eksepsi, mengajukan replik atau duplik, karena undang-undang membolehkan
demikian.

B. ASAS-ASAS HUKUM ACARA PERDATA


1. Asas Kebebasan Hakim
Kekuasaan kehakiman pada hakekatnya adalah bebas (Pasal 1 dan 4 ayat (3) UU No 14 Tahun 1970).
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan, vide Pasal 24 ayat (2) UUD RI 1945. Pengertian kebebasan hukum
meliputi kebebasan mengadili dan bebas dan campur tangan dan kekuasaan lain di luar kekuasaan
kehakiman. Jadi hakim bebas untuk mengadili dan bebas dari pengaruh apa atau siapapun. Kebebasan
itu mutlak sifatnya. Artinya tetap dibatasi oleh sistem pemerintah, politik, ekonomi, dan lainnya.
2. Asas Hakim Bersifat Menunggu
Artinya bahwa hakim hanya duduk dan berkantor di pengadilan, dan tidak mungkin mencari
perkara di luar kantor pengadilan.
3. Asas Hakim Bersifat Pasif (Lijdelijkeheid van rechter)
Hakim hanya tetap menunggu diajukannya perkara kepadanya. Ada suatu adigum yang
menyebutkan “tidak ada tuntutan hak dari para pihak, maka juga tidak ada hakim”.
4. Asas Peradilan Terbuka Untuk umum (openbaarheid van rechtspraak)
Hakim dalam memulai tugasnya, sebelum sidang dimualai Hakim harus menyatakan “sidang dibuka
dan terbuka untuk umum” bila hakim tidak melakukan hal tersebut, maka persidangan atau putusan
dinyatakan batal demi hukum.
5. Asas Hakim Mengadili Kedua Belah Pihak (Horen van beide partjen)
Hakim dalam melakukan pemeriksaan di persidangan harus memperlakukan kedua belah pihak
yang berperkara dalam kapasitas yang sama.
6. Asas Pemeriksaan dalam Dua Tingkatan (Onderzoek in twee instanties)
Pasal 1 ayat (1) UU No. 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Negeri memberikan pengertian bahwa
Pemeriksaan perkara perdata dilingkungan peradilan umum, dilakukan dalam dua tingkatan yaitu
Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi.
7. Asas Pengawasan Putusan Pengadilan Melalui Kasasi (Toezicht op rechtspraak door van cassatie)
Mahkamah agung adalah sebagai Pengadilan Negara tertinggi, yang merupakan Pengadilan Kasasi.
8. Mahkamh Agung adalah Puncak Peradilan di Indonesia
Semua badan peradilam berpuncak ke MA, sehingga putusan semua badan peradilan diajukan kasasi ke
MA (Pasal 20 dan Pasal 28 UU No. 48 Tahun 2009).
9. Asas Putusan Hakim Harus disertai Alasan
Alasan tersebut sebagai pertanggungjawaban hakim atas putusannya terhadap masyarakat.
10. Asas Berperkara dikenakan Biaya
Berperkara di pengadilan dikenakan biaya diatur dalam pasal 52 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009.
11. Asas Tidak Ada Keharusan Mewakilkan dalam Berbicara
Tidak wajib diwakili kepada para Advokat (lawyer). pada dasarnya setiap orang yang berperkara datang
sendiri, karena yang mengetahui persis tentang permasalahannya adalah dirinya sendir (para pihak).
12. Susunan Majelis Hakim di Persidangan
Susunan persidangan badan peradilan berbentuk majelis yang sekurang-kurangnnya tiga orang hakim
(Pasal 11ayat (1) UU No.48 Tahun 2009). untuk menjamin pemeriksaan yang objektif, memberikan
perlindungan HAM dala Peradilan.
13. Prinsip “Demi keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”
Semua lingkungan peradilan di Indonesia, proses pengadilan harus dilakukan dengan prinsip tersebut
(Pasal 2 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009).
14. Asas Peradilan Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan
Pasal 2 Ayat (4)UU kekuasaan kehakiman
15. Hak Menguji Tidak dikenal
Hak Menguji tidak diatur dalam UUD Tahun 1945. dalam Pasal 26 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009
sekarang pasal 31 Ayat (1), (2), (3), (4), (5) Mahkamah Agung mempunyai wewenang menguji peraturan
Perundang-undangan di bawah UU terhadap UU.
16. Asas Obyektivitas
Asas tidak memihak diatur dalam Pasal 4 Ayat (1) UU No.48 artinya dalam pemeriksaan dan
putusan hakim harus objektif dan tidak memihak, hakim, panitera yang ada hubungan darah derajat
ketiga dengan para pihak/salah satu pihak tersebut mempunyai hak ingkar, yaitu untuk mengundurkan
diri.
C. SIFAT HUKUM ACARA PERDATA
Sifat dari hukum acara perdata adalah MENGIKAT dan MEMAKSA
D. LINGKUNGAN PERADILAN DI INDONESIA
Pasal 18 Ayat (1) UU No.48 Tahun 2009 menyebutkan ada empat lingkungan badan peradilan di
Indonesia yaitu :
a. Peradilan Umum : Pengadilan Negeri dan Pengadilan Khusus (Pengadilan Niaga, Anak, Tipikor, HAM,
Perikanan, Hubungan Industrial).
b. Peradilan Agama : menyelesaikan perkara umat islam di bidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah
wakaf, sadaqoh dan ekonomi syariah.
c. Peradilan Militer : mengadili perkara pidana yang dilakukan oleh anggota militer.
d. Peradilan Tata Usaha Negara

BAB III
PERIHAL TUNTUTAN HAK

Tuntutan hak adalah tindakan yang bertujuan memperoleh perlindungan hak melalui pengadilan, untuk
mencegah “eigenrichting”. Dalam beberapa kasus perdata eigenrichting diperbolehkan, dapat dilihat pasal
666 KUHPdt.
Salah satu syarat seseorang dapat mengajukan tuntutan hak ke pengadilan adalah adanya suatu
kepentingan hukum. Kepentingan hukum disini adalah suatu kepentingan yang timbul akibat adanya
hubungan hukum diantara kedua belah pihak (yang satu dengan yang lainnya), hal ini didasarkan pada
yurisprudensi MA No 294K./Sip/1971.
Dalam hukum acara perdata tuntutan hak dapat dibedakan menjadi dua yaitu gugatan dan permohonan.
Pasal 118 Ayat (1) menyebutkan bahwa Tuntutan Hak disisni adalah Tuntutan hak yang mengandung
sengketa dan lazimnya disebut dengan istilah gugatan. Selain itu tuntutan hak juga dapat diajukan dalam
bentuk permohonan. Permohonan adalah suatu tuntutan hak yang pada dasarnya diajukan oleh satu orang
yang disebut “pemohon”. dalam permohonan tidak terdapat persengketaan dan produk dari pengadilan
disebut penetapan.

A. GUGATAN BIASA (DIATUR DALAM HIR)


Pasal 120 HIR menyebutkan “tuntutan hak dapat diajukan secara lisan” sedangkan pasal 118 HIR
mengatur “tuntutan hak yang diajukan secara tertulis”. Agar gugatan dapat diterima di pengadilan maka
harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
1. Syarat-syarat yang dimuat dalam (isi) gugatan
Diatur dalam Rv, adapun syarat-syarat yang harus dimuat dalam (isi) gugatan tersebut diatur dalam
pasal 8 ayat (3) Rv. Menyebutkan gugatan harus memuat : (1)Identitas para pihak, (2) Fundamentum
petendie (posita/dasar gugatan/alasan-alasan gugatan), (3) Petitum atau Tuntutan.
2. Bentuk Gugatan
Gugatan diajukan berbentuk tertulis (118 ayat (1) HIR/Pasal 142 Rbg) dan Lisan (Pasal 120 HIR/Pasal 144
Rbg)
3. Cara Mengajukan Gugatan
 Pihak yang merasa haknya dirugikan (mempunyai kepentingan hukum) dapat mengajukan gugatan ke
Pengadilan negeri terhadap pihak yang merugikan.
 Gugatan diajukan secara tertulis atau lisan. Untuk para pihak yang mewakilakan, dalam beracara
dimuka pengadilan harus dilakukan secara tertulis (wajib menggunakan surat kuasa).
 Dalam praktiknya isi surat gugatan di dasarkan kepada Pasal 8 ayat (3) Rv.
4. Para Pihak dalam Perkara Perdata
Semua orang boleh berperkara di depan pengadilan kecuali orang yang dinyatakan tidak cakap. Dalam
perkara perdata sekurang-kurangnya terdapat dua pihak yaitu penggugat dan tergugat. Dalam proses
beracara dimungkinkan adanya pihak ketiga yang mempunyai kepentingan, tetapi tidak ikut digugat atau
menggugat.
5. Masuknya Pihak Ketiga Sebagai Pihak Dalam Perkara Yang Sedang Berjalan (Intervensi)
Intervensi dibagi menjadi dua : pertama, Veoging ialah ikut sertanya Pihak Ketiga dalam perkara secara
langsung dengan sikap memihak salah satu pihak (misalnya Penjamin). Kedua, Tussenkomst pihak ketiga
untuk membela kepentingannya sendiri atas perkara yang berlangsung. Selain itu ada pembantah/deerden
verzet dan Vrijiwaring (penanggungan).
6. Komulasi Gugatan Atau Penggabungan Gugatan
Penggabungan beberapa tuntutan dalam satu gugatan diperkenankan apabila penggabungan itu
menguntungkan proses dan terdapat koneksitas yang akan memudahkan pemeriksaan serta mecegah
puutusan yang saling bertentangan.
7. Tujuan dan manfaat dari komulasi subyektif dan obyektif
Adalah untuk mencegah adanya putusan yang saling bertentangan dan sekaligus untuk
menyederhanakan proses peradilan, selain itu dapat menghemat biaya, diharapkan dapat mempercepat
proses peradilan, sehungga dapat pula tercapainya asas peradilan sederhana, cepat dan biaya murah.

B. GUGATAN PRODEO
Berdasarkan SEMA No 10 Tahun 2010 tentang bantuan hukum, dinyatakan bahwa prodeo adalah proses
berperkara di pengadilan secara cuma-cuma dengan dibiayai negara melalui DIPA pengadilan. Subyek hukum
yang berhak hanya masyarakat yang tidak mampu (miskin) secara ekonomis.
I. Syarat-syarat pengajuan Gugatan Prodeo
1. Surat keterangan tidak mampu (SKTM) yang dikeluarkan oleh kepala Desa/Lurah/Banjar/Gampong.
2. Surat Keterangan Tunjangan Sosial lainnya seperti Kartu Keluarga Miskin (KKM).

II. Langkah-Langkah Mengajukan Permohonan Prodeo


1. Datang ke kantor Pengadilan Negeri setempat, menemui bagian pendaftaran.
2. Membuat surat permohonan/gugatan untuk berperkara untuk berperkara secara Prodeo dengan
mencantumkan alasan-alasannya.
3. Melampirkan surat keterangan tudak mampu (SKTM).
4. Menunggu panggilan sidang dari pengadilan.
5. Pengadilan akan mengirim surat panggilan.
6. Menghadiri persidangan.
7. Pemohon/penggugat mengajukan surat bukti alasan permohonan prodeo.
8. Proses persidangan perkara. Dilakukan sesuai perkara yang diajukan.
9. Pengambilan keputusan berperkara secara prodeo. Jika memenuhi syarat maka akan di ijinkan.

C. GUGATAN SEDERHANA
Gugatan sederhana diatur dalam Mahkamah Agung RI. Penyelesaian Gugatan sederhana hanya bisa
digunakan untuk perkara ingkar janji (wanprestasi) dan/atau perbuatan melawan hukum (PMH). Namun
tidak semua perkara ingkar janji dan PMH dapat diselesaikan melalui gugatan sederhana, yakni perkara yang
penyelesaian sengketanya dilakukan melalui pengadilan khusus. Tujuan small claim court, yakni agar asas
cepat, murah, sedrhana terwujud di Pengadilan Negeri.
1. Syarat-syarat Gugatan Sederhana
a. Nilai gugatan materil pang banyak dua ratus juta rupiah.
b. Bukan perdata yang penyelesaian sengketanya secara khusus.
c. Bukan sengketa hak atas tanah.
d. Kedua belah pihak berdomisisli di wilayah hukum yang sama.
e. Jika tergugat tidak diketahui tempat tinggalnya, tidak dapat diajukan gugatan sederhana.
f. Para pihak wajib menghadiri secara langsung setiap persidangan dan lain-lain.
2. Pemeriksaan gugatan sederhana oleh hakim tunggal dengan tahapan sebagai berikut :
Pendaftaran, pemeriksaan kelengakapan gugatan sederhana, penetapan hakim dan penunjukkan
panitera pengganti, pemeriksaan opendahuluan, penetapan hari sidang dan pemanggilan para pihak,
pemeriksaan sidang dan perdamaian, pembuktian, putusan.

Anda mungkin juga menyukai