Berbicara mengenai praktek peradilan perdata di Indonesia tentu tidak bisa dilepaskan dari aturan-
aturan normatif yang mengaturnya. Hal ini diperlukan agar semua pihak yang terlibat di dalam suatu
sistem peradilan dapat memperoleh panduan untuk menjalankan proses persidangan yang dihadapi. Di
Indonesia, mekanisme tentang praktek peradilan perdata terdapat pada Hukum Acara Perdata yang
berfungsi untuk menegakkan aturan hukum material dan Hukum Acara Pidana adalah hukum formil .
Karena itu kita harus mengerti betul tentang hukum acara perdata dan yang didalamnya terkandung
esensi praktek peradilan perdata . Oleh karena itu, dalam makalah ini saya akan membahas tentang
asas-asas yang berlaku pada hukum acara perdata di Indonesia.
Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Prof. Dr. Wiryono Prodjodikoro,S. H., “Hukum Acara Perdata merupakan rangkaian peraturan-
peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka pengadilan dan
cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya
peraturan-peraturan hukum perdata”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hukum acara perdata meliputi ketentuan-ketentuan tentang cara
bagaimana orang harus menyelesaikan masalah dan mendapatkan keadilan dari hakim apabila
kepentingan atau haknya dilanggar oleh orang lain dan sebaliknya bagaimana cara mempertahankan
kebenarannya apabila ia dituntut oleh orang lain.
Asas asas hukum acara perdata ada 7 yang dimuat sebagai berikut :
Diselenggarakannya proses acara perdata (peradilan perdata) tergantung pada mereka yang
berkepentingan. Inisiatif datang dari masyarakat, khususnya yang berkepentingan. Dengan
demikian,proses peradilan perdata terjadi bila ada permintaan dari seseorang atau sekelompok orang
yang menuntut haknya. Jadi hakim menunggu datangnya permintaan atau tuntutan atau gugatan dari
masyarakat.
2. Hakim Bersifat Pasif
Hakim, dalam memeriksa perkara perdata, bersifat pasif. Artinya bahwa luas pokok sengketa yang
diajukan kepada hakim pada asasnya ditentukan oleh para pihak yang berperkara, bukan oleh hakim.
Hakim hanya membantu para pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan
untuk tercapainya peradilan (Pasal 5 UU No. 14/1970). Bila yang bersengketa mencabut gugatannya
karena telah tercapai penyelesaian melalui perdamaian, hakim tidak akan menghalangi (Pasal 130 HIR,
154Rbg). Hakim hanya dibenarkan untuk memutuskan apa yang diminta oleh para pihak (Pasal 178
ayat(2) dan 3 HIR, 189 ayat(2) dan (3) Rbg).
Berperkara pada asasnya dikenakan biaya (Pasal 4 (2), UU No. 14/1970). Biaya perkara meliputi biaya
kepaniteraan dan biaya untuk panggilan, pemberitahuan untuk para pihak serta biaya materai. Mereka
yang tidak mampu membayar biaya perkara dapat mengajukan perkara secara cuma-cuma (prodeo).
Penutup
3.1 KESIMPULAN
Hukum acara perdata meliputi ketentuan-ketentuan tentang cara bagaimana orang harus
menyelesaikan masalah dan mendapatkan keadilan dari hakim apabila kepentingan atau haknya
dilanggar oleh orang lain dan sebaliknya bagaimana cara mempertahankan kebenarannya apabila ia
dituntut oleh orang lain
3.2 SARAN
Untuk pengembangan lebih lanjut, saya menyarankan agar pembaca lebih memahami tentang Asas-Asas
Hukum Acara Perdata secara baik agar pembaca lebih mengetahui serta dapat menerapkan asas-asas
tersebut dalam hukum beracara sehari-hari.