Anda di halaman 1dari 3

Nama.

:Andrio Pratama

Nim :931114219

Mata kuliah hukum acara perdata (

1. Sebut dan jelaskan azas – azas hukum acara perdata!

2. Apa yang dimaksud dengan hukum acara perdata?

3. Sebut dan jelaskan dasar hukum acara perdata yang berlaku di Indonesia!

4. Sebut dan jelaskan syarat membuat sebuah gugatan!

5. Apakah suatu gugatan dapat dicabut? Jelaskan!

Jawab ;

1 Asas-asas hukum acara perdata ialah sebagai berikut:

1. Hakim Bersifat Menunggu

Asas dari hukum acara perdata pada umumnya, termasuk hukum acara perdata, ialah bahwa
pelaksanaannya, yaitu inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak diserahkan sepenuhnya kepada yang
berkepentingan. Jadi, apakah akan ada proses atau tidak, apakah suatu perkara atau tuntutan hak itu
akan diajukan atau tidak, sepenuhnya diserahkan kepada pihak yang berkepentingan. Kalau tidak ada
tuntutan hak atau penuntutan, tidak ada hakim, demikianlah bunyi pameo yang tidak asing lagi (wo kein
Klager ist, ist kein Richter; nemo judex sine actore).

2.Hakim Pasif

Hakim di dalam memeriksa perkara perdata bersikap pasif dalam arti kata bahwa ruang lingkup atau
luas pokok sengketa yang diajukan kepada hakim untuk diperiksa pada asasnya ditentukan oleh para
pihak yang berperkara dan bukan oleh hakirn. Hakim hanya membantu para pencari keadilan dan
berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan (Pasal 4 ayat (2)
UU No. 48 tahun 2009).

3.Sifat Terbukanya Persidangan


Sidang pemeriksaan pengadilan pada asasnya adalah terbuka untuk umum, yang berarti bahwa setiap
orang dibolehkan hadir dan mendengarkan pemeriksaan di persidangan. Tujuan dari asas ini tidak lain
untuk memberi perlindungan hak-hak asasi manusia dalam bidang peradilan serta untuk lebih menjamin
objektivitas peradilan dengan mempertanggungjawabkan pemeriksaan yang fair, tidak memihak, serta
putusan yang adil kepada masyarakat. Asas ini kita jumpai dalam Pasal 13 ayat (1) dan 2 UU No. 48
tahun 2009.

Beracara Dikenakan Biaya.

Untuk berperkara pada asasnya dikenakan biaya (Pasal 2 ayat (2) UU No. 48 tahun 2009, 121 ayat 4, 182
HIR, 145 ayat 4, 192-194 Rbg.). Biaya perkara ini meliputi biaya kepaniteraan dan biaya untuk panggilan,
pemberitahuan para pihak serta biaya materai. Di samping itu, apabila diminta bantuan seorang
pengacara, harus pula dikeluarkan biaya. Pengadilan Negeri Baturaja dengan putusannya tanggal 6 Juni
1971 No. 6/1971 /Pdt menggugurkan gugatan penggugat karena penggugat tidak menambah persekot
biaya perkaranya, sehingga penggugat dianggap tidak lagi meneruskan gugatannya.

2.Hukum acara perdata adalah serangkaian kaidah, prosedur, dan peraturan hukum yang mengatur
tentang pelaksanaan formil hukum perdata dalam tata hukum positif sebuah negara.

3.Hukum Acara Perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana orang
harus bertindak terhadap dan dimuka pengadilan dan cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak,
satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan hukum perdata.” Putusan serta
merta sebenarnya terjemahan dari “uitvoerbaar bij voorraad” yang artinya adalah putusan yang dapat
dilaksanakan serta merta. Artinya, putusan yang dijatuhkan dapat langsung dieksekusi, meskipun
putusan tersebut belum memperoleh kekuatan hukum tetap

4.4. Dalam membuat gugatan ada beberapa syarat yang harus terpenuhi diantaranya:

Syarat formil : gugatan didaftarkan di Pengadilan Negeri sesuai dengan

kewenangan relatif, diberi tanggal, ditandatangani oleh penggugat atau kuasanya, serta adanya identitas
para pihak.• Syarat Materil : dasar gugatan atau dasar tuntutan (fundamentum petendi), dan tuntutan
(petitum) penggugat yang nantinya diputuskan oleh hakim berdasarkan gugatan atau dasar tuntutan
tersebut.
5. Pada umumnya, hukum acara perdata di Indonesia mengacu pada Het Herzienne Indonesische
Reglement (“HIR”) atau Reglemen Indonesia yang Diperbarui. Dalam HIR memang tidak diatur mengenai
pencabutan gugatan.Tapi, pengaturan mengenai pencabutan gugatan dapat kita temui dalam pasal 271
Reglement op de Burgerlijke Rectsvordering (“Rv”). Dalam alinea 1 pasal 271 Rv diatur bahwa penggugat
dapat mencabut perkaranya, selama tergugatbelum menyampaikan jawaban atas gugatan tersebut.
Sedangkan menurut alinea 2 pasal 271 Rv, jika tergugat sudah menyampaikan jawaban atas gugatan,
maka pencabutan gugatan hanya boleh dilakukan dengan persetujuan pihak tergugat. Jadi, surat
gugatan yang telah masuk ke pengadilan masih boleh dicabut oleh penggugat dengan ketentuan
sebagaimana diatur dalam pasal 271 Rv di atas.

Anda mungkin juga menyukai