3.
4. Syarat formil : gugatan didaftarkan di Pengadilan Negeri sesuai dengan
kewenangan relatif, diberi tanggal, ditandatangani oleh penggugat atau kuasanya,
serta adanya identitas para pihak.
5. a. Tergugat
b. pengugat
c. turut tergugat
d. pengugat atau tergugat intervensi
6. surat-surat, saksi-saksi, pengakuan, sumpah, persangkaan hakim
7. Akta otentik adalah akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi
wewenang oleh undang-undang. Akta tersebut memuat
keterangan seorang pejabat yang menerangkan apa yang
dilakukan dan dilihat dihadapannya (vide pasal 165 HIR/285 RBG).
Akta otentik dibagi menjadi dua macam yakni : akta yang dibuat
oleh pejabat (ambtlijke acta) dan akta yang dibuat oleh para
pihak (partij acta). Akta yang pejabat merupakan akta yang dibuat
oleh pejabat yang diberi wewenang untuk hal tersebut. Akta ini
tidak mempunyai kekuatan pembuktian materiil, kecuali : akta
yang dikeluarkan oleh catatan sipil sepanjang isinya sesuai
dengan daftar aslinya dan salinan dari daftar aslinya, selain itu
hanya memiliki kekuatan pembuktian formil. HIR dan RBG hanya
mengatur partij acta dan tidak mengatur ambtlijke acta. Partij
acta merupakan akta yang dibuat dihadapan pejabat yang diberi
wewenang untuk itu, dan pejabat tersebut menerangkan juga
atas yang dilihat serta dilakukannya. Akta ini dibuat oleh pejabat
atas permintaan pihak yang berkepentingan. Partij acta memiliki
kekuatan pembuktian materiil bagi kepentingan dan terhadap
pihak ketiga. Kekuatan pembuktian materiilnya diserahkan
kepada pertimbangan hakim. Apabila hakim menerima akta
tersebut, maka tidak perlu bukti tambahan lagi. Satu akta otentik
yang diajukan pihak sebagai alat bukti sudah cukup bagi hakim
untuk menyatakan gugatannya terbukti atau sangkalannya
terbukti dan tidak diperlukan membebankan pihak untuk
menambah alat-alat bukti lain untuk mendukung dalil gugatan
atau dalil bantahannya (vide asas volledig brindinde). Nilai
kekuatan pembuktian akta otentik adalah sempurna dan
mengikat (vide pasal 165 HIR/pasal 285 RBG), artinya memiliki
kekuatan pembuktian lahiriah, formil dan materiil terhadap pihak
ketiga, kecuali : pihak lawan dapat membuktikan akta otentik
tersebut tidak benar, jika pihak lawan tidak dapat membuktikan
ketidakbenaran akta tersebut, maka hakim tidak boleh menolak
akta tersebut, jika pihak lawan dapat membuktikan
ketidakbenaran akta otentik tersebut, maka nilai otentiknya jatuh
menjadi alat bukti permulaan. Sehingga apabila akta otentik
nilainya jatuh menjadi alat bukti permulaan maka : akta tersebut
harus didukung oleh suatu alat bukti lain sehingga nilainya
menjadi otentik kembali, hakim dapat menganulir/menganggap
akta tersebut sebagai alat bukti bebas, yang kekuatan
pembuktiannya terserah kepada penilaian hakim. Pihak lawan
dapat menyangkal otentisitas akta tersebut berdasarkan
ketentuan pasal 164 HIR/284 RBG melalui alat bukti
surat,saksi,persangkaan,pengakuan atau sumpah. Apabila akta
otentik disangkal kebenarannya maka pembuktiannya
dibebankan kepada pihak yang menyangkal. Sedangkan pada
akta dibawah tangan jika disangkal kebenarannya maka
pembuktiannya dibebankan kepada pemegang akta. Salinan (foto
copy) surat saja tanpa menunjukkan aslinya tidak memiliki
kekuatan pembuktian (vide pasal 1888 KUHPerdata).
Akta di bawah tangan adalah akta yang sengaja dibuat untuk
pembuktian para pihak tanpa bantuan dari seorang pejabat,
sehingga akta tersebut semata-mata dibuat antara pihak yang
berkepentingan (vide pasal 286-305 RBG). Batas minimal alat
bukti akta dibawah tangan antara lain : isi dan tanda tangan
dibawahnya diakui pihak lawan, isinya berlaku untuk pihak-pihak,
nilai kekuatan pembuktiannya sama dengan akta otentik yakni
sempurna dan mengikat. Beban pembuktian akta dibawah
tangan adalah : jika dibantah kebenarannya oleh pihak lawan
maka pemegang akta dibebani untuk membuktikan kebenaran
akta tersebut, apabila akta otentik dibantah kebenaranya, maka
beban pembuktian diberikan kepada pihak yang membantah
untuk membuktikan ketidakbenaran isi akta tersebut. Kekuatan
pembuktian akta dibawah tangan yang dibantah nilai menjadi alat
bukti permulaan dan kekuatan pembuktiannya tidak sempurna
dan tidak mengikat. Kekuatan pembuktian lahir dari akta dibawah
tangan jika tanda tangan dalam akta dibawah tangan diakui pihak
lawan, maka kekuatan pembuktiannya adalah sempurna dan
berlaku bagi pihak yang mengakui. Isi pernyataan yang terdapat
didalamnya tidak dapat lagi disangkal. Akta dibawah tangan
memiliki kekuatan pembuktian bebas terhadap pihak ketiga
tergantung kepada penilaian hakim. Oleh karena tanda tangan
pada akta dibawah tangan kemungkinannya masih dapat
dilawan, maka akta dibawah tangan tidak memiliki kekuatan
pembuktian lahir. Kekuatan pembuktian formil akta dibawah
tangan sama dengan kekuatan pembuktian formil akta otentik,
yakni telah pasti bagi siapapun yang menandatangani
menyatakan seperti yang terdapat diatas tanda tangannya.
Kekuatan pembuktian materiil akta dibawah tangan sempurna
seperti akta otentik apabila diakui oleh lawan, isi keterangan
didalamnya berlaku sebagai benar apabila : terhadap siapa yang
membuatnya dan bagi kepentingan orang kepada siapa penanda
tangan hendak memberi bukti. Terhadap selain ketentuan
tersebut kekuatan pembuktiannya adalah bebas. Apabila surat
dibawah tangan dibubuhi cap sidik jari kekuatan pembuktiannya
disamakan dengan akta dibawah tangan yang dibubuhi tanda
tangan (vide pasal 286 ayat (2) RBG).
8.