Nim : 23/517761/HK/23694
1
Ridwan Mansyur, “Catat!, Permohonan Kasasi Yang Dikabulkan Hanya 11,92%”,
https://kepaniteraan.mahkamahagung.go.id/registry-news/2156-catat-permohonan-kasasi-yang-
dikabulkan-hanya-11-92 (diakses pada 07 September 2023, pukul 18.41).
d. Apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa
dipertimbangkan sebab-sebabnya;
e. Apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama, atas
dasar yang sama oleh Pengadilan yang sama atau sama tingkatnya telah
diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang lain;2
3) Paksa badan atau gijzeling adalah upaya yang dilakukan agar wajib melunasi
utang pajaknya, bukan karena adanya tindak pidana yang dilakukan oleh
individu atau badan hukum. Paksa badan atau gijzeling diterapkan ketika wajib
pajak memiliki kemampuan untuk membayar pajak, tetapi dengan sengaja
menghindari kewajibannya.3 Tindakan wajib pajak yang berusaha menghindari
pajak yang dibebankan kepadanya, tentu saja akan berdampak bagi negara
karena negara akan kehilangan potensi penerimaan dari sektor pajak. Menurut
Undang-Undang Nomor 19 tahun 1997 yang telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa,
Pasal 1, angka 21, penyanderaan merujuk pada pembatasan sementara
kebebasan wajib pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu.4
Dasar Hukum
Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR): Staatblad No 16 Tahun 1848;
S. 44 Tahun 1941) untuk daerah Jawa dan Madura.
Rechsreglement Buitengewesten (Rbg): Staatblad No. 227 Tahun 1927
untuk daerah di luar Jawa dan Madura.
Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering (Rv): S. No. 52 Tahun 1847;
S. No. 63 Tahun 1849) untuk golongan Eropa.
Buku IV KUHPerdata.
UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman; UU Peradilan
Umum; UU Peradilan Agama; UU PTUN; dll.
Peraturan Mahkamah Agung.
2
Yenni Ratna Pratiwi, “Menanggapi Adanya Permohonan Peninjauan Kembali (PK) Dari Lawan”,
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-banjarmasin/baca-artikel/12955/Menanggapi-Adanya-
Permohonan-Peninjauan-Kembali-PK-Dari-Lawan.html (diakses pada 07 September 2023, pukul 19.15).
3
Artha Polma Naibaho dkk, “Paksa Badan Gijzeling) Sebagai Instrumen Penagihan Pajak (Kajian
Yuridis Dari Perspektif Hukum Pidana)”, Diponegoro Jurnal Law, Vol. 5, No. 3 (2016), hal. 3.
4
Artha Polma Naibaho dkk, “Paksa Badan Gijzeling) Sebagai Instrumen Penagihan Pajak (Kajian
Yuridis Dari Perspektif Hukum Pidana)”, Diponegoro Jurnal Law, Vol. 5, No. 3 (2016), hal. 3.
Dalam Pasal II dari Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia telah ditetapkan, bahwa segala Badan-Badan Negara dan Peraturan-
Peraturan yang ada, masih berlaku sebelumnya diadakan peraturan baru.
Fungsi
1) Menguji efektifitas hukum.
2) Sarana bagi hakim melaksanakan fungsinya.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata, perbuatan Melawan Hukum
adalah: Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada
orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.
Berlakunya
1) Formil : imperatif (paksa).
2) Materil : fakultatif (bisa memilih).
Fokus
1) Materil : hubungan individu dengan hak.
2) Formil : hubungan hak dengan tuntutan hak.
Perkara Perdata
1) Dasar timbulnya perkara (sengketa).
2) Inisiatif berperkara (diri sendiri).
3) Istilah yang digunakan (penggugat atau digugat).
4) Tugas hakim dalam acara (mencari kebenaran).
5) Masalah perdamaian (mediasi).
6) Tentang hukuman (monitory punishment, unmonitory punishment).
Perkara Pidana
1) Dasar timbulnya perkara (konflik).
2) Inisiatif berperkara (laporan).
3) Istilah yang digunakan (terdakwa).
4) Tugas hakim dalam acara.
5) Masalah perdamaian.
6) Tentang hukuman.
Kebenaran Formil : Komposisi kebenarannya cukup 51%, penggugat dan
tergugat tetapi kekuatan penggugat lebih tinggi maka hakim boleh langsung
memutuskan.
Kebenaran Materil : Harus 100% dan antara Jaksa Penuntut Umum dan
terdakwa.
3. Asas-Asas
Asas- Asas Hukum
1) Basic principles : civil justice system,
Sistem peradilan civil law berlaku di negara-negara Eropa daratan, termasuk
Indonesia. Sistem ini didasarkan pada hukum perdata dan hukum publik,
memiliki tiga karakteristik utama. Yaitu, pertama, sistem ini menggunakan
pengkodean hukum sebagai dasar untuk menciptakan keseragaman hukum.
Kedua, hakim tidak terikat oleh preseden atau doktrin stare decisis,
sehingga undang-undang menjadi sumber utama rujukan hukum. Ketiga,
sistem peradilan dalam civil law bersifat inkuisitorial, di mana hakim
memiliki peran besar dalam mengarahkan dan memutus perkara. Dalam
sistem hukum civil law, penting untuk menciptakan kodifikasi hukum agar
tercapainya keseragaman dan mengubah kebiasaan menjadi hukum yang
berlaku secara umum. Sistem ini cenderung merencanakan,
mensistematiskan, dan mengatur persoalan sehari-hari melalui aturan
hukum yang dibuat melalui legislasi. Dalam menangani suatu perkara,
hakim akan mencari aturan-aturan yang sesuai dengan kasus yang sedang
ditangani. Hakim dalam sistem hukum civil law aktif dalam mencari fakta
dan cermat dalam menilai bukti-bukti, sehingga dapat memperoleh
gambaran yang lengkap tentang perkara tersebut.5
5
Editor hukumonline.com, “Mengenal Civil Law Legal System di Indonesia”,
https://www.hukumonline.com/berita/a/civil-law-legal-system-lt621f35d762707/ (diakses pada 07
September 2023, pukul 19.27).
2) Sifat terbukanya persidangan.
3) Mendengar kedua belah pihak.
4) Putusan disertai alasan-alasan.
5) Point d'interet point d'action (barang siapa yang mempunyai kepentingan dapat
mengajukan tuntutan hak/gugatan ke pengadilan).
Setiap orang memiliki kesempatan menjadi salah satu pihak dalam
persidangan perdata, asalkan mereka mempunyai kepentingan hukum yang
cukup. Dalam proses persidangan, kepentingan hukum yang cukup akan
dijelaskan melalui penggunaan alat bukti yang mendukung. Tanpa alat bukti
yang cukup dalam persidangan perdata, ada risiko bahwa pihak yang tidak
mampu membuktikan kebenaran secara formal (preponderance of evidence:
Anglo-Amerika, verhandlung maxime: Eropa Kontinental) akan mengalami
kekalahan dalam pembuktian.6
6) Actori incumbit probation (siapa yang menggugat dialah yang wajib
membuktikan).
Asas ini ada di hukum acara perdata dan diatur secara eksplisit dalam Pasal
163 HIR/283 RBg dan Pasal 1863 KUHPerdata. Dalam pasal-pasal tersebut
memiliki ketentuan menetapkan bawa yang diembani kewajiban untuk
membuktikan adalah pihak yang mendalilkan bahwa ia mempunyai hak atau
untuk mengukuhkan haknya sendiri ataupun membantah suatu hak orang
lain yang menunjuk pada suatu peristiwa.7
7) Ultra Petita (penjatuhan putusan oleh Majelis Hakim atas suatu perkara yang
melebihi tuntutan atau dakwaan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum).
Prinsip ultra petita menerangkan bahwasannya hakim dapat mengeluarkan
putusan yang melampaui tuntutan atau permintaan yang diajukan. Dalam
konteks hukum acara pidana, putusan ultra petita terjadi ketika dakwaan Jaksa
Penuntut Umum (JPU) kurang sempurna dan sebagai wujud pengembangan
6
Elly Kristiani Purwendah, “Pergeseran Asas Pointd’interetpointd’action dalam Gugatan Citizen Law
Suit dan Action Popularis Sebagai Pemenuhan Asas Manfaat dalam Peradilan Perdata”,
https://media.neliti.com/media/publications/23189-ID-pergeseran-asas-pointdinteretpointdaction-dalam-
gugatan-citizen-law-suit-dan-act.pdf (diakses pada 07 September 2023, pukul 19.33).
7
Ridwan Mansyur, “Actori In Cumbit Probatio”, https://kepaniteraan.mahkamahagung.go.id/glosarium-
hukum/2192-actori-in-combit-probatio (diakses pada 07 September 2023, pukul 19.53).
hukum progresif, dan hakim sebagai corong keadilan dapat menghasilkan
putusan yang berkualitas dengan menemukan sumber hukum yang tepat.
Putusan hakim tidak hanya harus mengikuti prosedur yang mutlak
berdasarkan undang-undang. Jika putusan hakim hanya didasarkan pada
prosedur, maka roh dan cita-cita hukum pidana dalam mencapai keadilan tidak
dapat direalisasikan.
Putusan hakim merupakan hasil akhir dari proses peradilan pidana secara
keseluruhan. Dalam putusan hakim, diharapkan akan tercermin nilai-nilai
keadilan dan kebenaran, hak asasi manusia, pemahaman yang kuat terhadap
hukum dan fakta yang faktual dan akurat.8
Asas Peradilan
1) Cepat.
2) Sederhana.
3) Biaya ringan.
konsep sistem peradilan umum di Indonesia dapat mengimplementasikan
prinsip peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. Penerapan prinsip ini
dalam sistem peradilan umum di Indonesia didasarkan pada beberapa prinsip
umum sebagai standar minimum dalam sistem peradilan yang terintegrasi
dengan baik. Prinsip ini bertujuan untuk memastikan bahwa pemeriksaan dan
penyelesaian perkara dilakukan secara efisien dan efektif, sambil tetap
mempertimbangkan biaya yang terjangkau bagi para pihak yang terlibat dalam
perkara tersebut.9
B. Hukum Perdata
8
Editor hukumonline.com, “Mengenal Prinsip Ultra Petita”,
https://www.hukumonline.com/berita/a/mengenal-prinsip-ultra-petita-lt63f335f902f77/ (diakses pada
07 September 2023, pukul 19.58).
9
https://simpus.mkri.id/opac/detail-opac?id=7711
Hukum adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai tatanan, karena setiap aturan
hukum tidak dapat dipahami secara terpisah tanpa mempertimbangkan hubungan
dengan aturan lainnya.
1. Klasifikasi Hukum
a. Hukum Publik:
Hukum publik adalah serangkaian peraturan yang menjadi dasar bagi negara
dalam mengatur pelaksanaan tugasnya dan melindungi kepentingan umum. Pelaksanaan
hukum publik dilakukan oleh penguasa untuk memastikan kepentingan negara dan
masyarakat terpenuhi.
b. Hukum Privat:
Hukum privat adalah hukum yang mengatur hak dan kewajiban antara individu
dalam pergaulan masyarakat. Bidang hukum privat mencakup hukum mengenai orang,
keluarga, benda, perikatan, dan waris.10
Tujuan Hukum:
1) Kepastian hukum
2) Kemanfaatan bagi masyarakat
3) Keadilan
10
Adminuniv, “Hukum Publik dan Hukum Privat”, https://fahum.umsu.ac.id/hukum-publik-dan-hukum-
privat/ (diakses pada 07 September 2023, pukul 20.19).
Untuk memahami hukum perdata maka harus dipahami dulu apa itu sistem
hukum, sistem hukum Eropa continental dan bagaimana ciri-ciri sistem
hukum perdata Indonesia dan perkembangannya.
Pluralisme Hukum
Pluralisme hukum adalah keberadaan lebih dari satu ketentuan atau aturan hukum
dalam kehidupan sosial. Di Indonesia, pluralisme hukum muncul karena adanya
perbedaan suku, bahasa, budaya, agama, dan ras dalam sejarah bangsa Indonesia.
Pluralisme memiliki berbagai makna, dasarnya adalah mengakui perbedaan sebagai
kenyataan. Tujuan pluralisme hukum di Indonesia adalah untuk mencapai keadilan dan
kemaslahatan bangsa.
Indonesia menganut tiga sistem hukum, yaitu hukum adat, hukum Islam, dan
hukum Barat. Ketiga sistem hukum ini saling berkesinambungan untuk mencapai tujuan
yang sama, dengan mengikuti aturan yang ada dalam masing-masing sistem hukum
tersebut. Meskipun memiliki perbedaan, ketiga sistem hukum tersebut memiliki
kesamaan di dalamnya.
Pluralisme hukum telah menjadi bagian integral dari masyarakat Indonesia.
Konsep pluralisme hukum di Indonesia menekankan bahwa masyarakat memiliki cara
berhukum sendiri yang sesuai dengan rasa keadilan dan kebutuhan mereka dalam
mengatur hubungan sosial. Hukum-hukum yang ada di Indonesia akan diterapkan sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat tersebut.
5. Asas Hukum:
1) Asas “Lex Superior Delogate Legi Inferiori”. Diartikan bahwa peraturan
perundang-undangan yang mempunyai kedudukan lebih rendah dalam
hierarki peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan
yang lebih tinggi.
2) Asas “Lex Posterior Derogat Legi Priori”. Adalah asas yang menafsirkan
hukum yaitu menyatakan bahwa hukum yang terbaru mengesampingkan
hukum yang lama.
3) Asas “Lex Specialis Derogat Legi Generali”. Adalah asas yang menafsirkan
hukum yang bersifat khusus (Lex Specialis) mengesampingkan hukum yang
bersifat umum (Lex Generalis).
Putusan Mahkamah Konstitusi harus dipandang sebagai Putusan yang
berlaku sesuai asas res judicata (putusan hakim harus dianggap benar), serta
asas res judicata pro veritate habetur, yang berarti apa yang diputus hakim
harus dianggap benar dan harus dilaksanakan. Untuk itu perlu menjadi
perhatian bahwa kewajiban melaksanakan Putusan Mahkamah Konstitusi
harus tercantum secara langsung dalam pasal-pasal yang berkaitan dengan
kekuatan mengikat Putusan Mahkamah Konstitusi.
Contoh kasus dari badan usaha berbadan hukum adalah jika seorang direktur
suatu Perusahaan membuat kesalahan. Maka, perusahaan yang akan
menanggung kesalahan tersebut.11
11
Ryan Apriyandi, “Perbedaan Badan Usaha Badan Hukum dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum”,
https://prolegal.id/perbedaan-badan-usaha-badan-hukum-dan-badan-usaha-bukan-badan-hukum/ (diakses
Perusahaan berbadan hukum di antaranya:
1) Perseroan terbatas.
2) Perusahaan negara.
3) Perusahaan daerah.
4) Koperasi.
C. Hukum Ketenagakerjaan
Pengantar Hukum Ketenagakerjaan
1. Pengertian dan ruang lingkup hukum.
2. Ketenagakerjaan.
3. Hakikat dan sifat.
4. Jenis Perjanjian Kerja Syarat-Syarat Kerja.
5. PHK dan akibatnya.
6. Sumber hukum ketenagakerjaan.
1) Moleenar menyatakan bahwa Hukum Perburuhan adalah bagian dari hukum yang
berlaku yang pada pokoknya mengatur hubungan antara buruh dan majikan, buruh
dengan buruh, dan buruh dengan penguasa;
2) Mr. Soetikno memberikan pengertian Hukum Perburuhan merupakan keseluruhan
peraturan-peraturan hukum mengenai hubungan kerja yang mengakibatkan
seseorang secara pribadi ditempatkan di bawah perintah/pimpinan orang lain dan
mengenai keadaan-keadaan penghidupan yang langsung bersangkut paut dengan
hubungan kerja tersebut;
3) Iman Soepomo berpendapat bahwa Hukum Perburuhan adalah suatu himpunan
peraturan, baik tertulis maupun tidak yang berkenaan dengan kejadian di mana
seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah;
4) Hukum Ketenagakerjaan adalah bagian dari hukum berkenaan dengan pengaturan
hubungan ketenagakerjaan baik yang bersifat perseorangan maupun kolektif;
5) Pengertian Ketenagakerjaan berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan,
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada
waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja;
6) Berdasarkan pengertian ketenagakerjaan dapat diketahui bahwa ruang lingkup
Hukum Ketenagakerjaan meliputi pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa
kerja (Pra Kontraktual, Kontraktual, dan Pasca Kontraktual).
14
Admin Law Office, “Hukum Ketenagakerjaan”, http://pengacaramuslim.com/hukum-ketenagakerjaan/
(diakses pada 08 September 2023, pukul 17.22).
15
Nurfadillah, “Hukum ketenagakerjaan”, https://osf.io/w43as/download (diakses pada 08 September
2023, pukul 17.39).
Hakikat secara sosial-ekonomi kedudukan antara pekerja dan pengusaha
adalah berbeda. Akibatnya tenaga buruh seringkali diperas oleh majikan
dengan upah yang relatif kecil.
Tujuan Hukum Perburuhan adalah melaksanakan keadilan sosial dalam
bidang perburuhan yang diselenggarakan dengan melindungi buruh terhadap
kekuasaan majikan;
Perlindungan ini telah dimulai dari adanya Perjanjian Kerja antara
majikan/pengusaha dengan buruh/pekerja yang mana perjanjian ini diatur di
dalam Buku III KUHPerdata sehingga bersifat privat.
Tetapi perlindungan tersebut tidaklah cukup karena jika secara sosial-
ekonomi kedudukan majikan/pengusaha dan buruh/pekerja itu berbeda
maka perlu ada campur tangan pemerintah untuk melindungi pihak yang
lemah (buruh) dari kekuasaan majikan guna menempatkannya pada
kedudukan yang layak sesuai dengan harkat dan martabat manusia.
Sehingga sifat hukum perburuhan dapat menjadi hukum publik.
Pacta Sunt Servanda berasal dari Bahasa latin yang berarti janji harus ditepati
(Agreements must be kept). Norma yang terkandung dalam hukum positif rumusnya
adalah menjadikan setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang –
undang bagi mereka yang dibuatnya. Peraturan tentang asas Pacta Sunt Servanda pada
hukum positif, diatur dalam pasal 1338 ayat (1) dan (2) KUHPerdata yaitu mengatur:
1) Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya;
16
Susilo Andi Darma, “Kedudukan Hubungan Kerja : Berdasarkan Sudut Pandang Ilmu Kaidah Hukum
Ketenagakerjaan dan Sifat Hukum Publik dan Privat”,
https://media.neliti.com/media/publications/178886-ID-kedudukan-hubungan-kerja-berdasarkan-sud.pdf
(diakses pada 08 September 2023, pukul 17.44).
2) Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah
pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang.17
KUHPerdata memiki dua sistem yaitu terbuka dan tertutup, contoh sistem tertutup
adalah orang, benda, dan pembuktian. Sedangkan, pada sistem terbuka contohnya
adalah perikatan.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terjadi ketika hubungan kerja antara pekerja
dan perusahaan/majikan berakhir karena kejadian atau faktor tertentu. Dengan
demikian, terdapat hak dan kewajiban yang berakhir antara kedua belah pihak. Oleh
karena itu, diperlukan alasan khusus yang menjadi dasar pengakhiran hubungan kerja
ini. Dalam aturan perburuhan, yang mendasari alasan dilakukannya PHK dapat
ditemukan dalam pasal 154A ayat (1) UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(UU 13/2003) jo. Undang-undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU 11/2021)
dan peraturan pelaksananya yakni pasal 36 Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2021
tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat,
dan Pemutusan Hubungan Kerja (PP 35/2021).18
17
Abdul Rasyid, “Asas Pacta Sunt Servanda dalam Hukum Positif dan Hukum”, https://business-
law.binus.ac.id/2017/03/31/asas-pacta-sunt-servanda-dalam-hukum-positif-dan-hukum-islam/ (diakses
pada 08 September 2023, pukul 17.58).
18
Editor gajimu.com, “Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)”,
https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/jaminan-kerja-1/pemutusan-hubungan-kerja (diakses pada 08
September 2023, pukul 17.52).
melepaskan pekerjaan yang tidak produktif dan fokus pada kreativitas untuk
perkembangan perusahaan.
3) Menurunnya moral pegawai
PHK dapat menyebabkan adanya penurunan moral antar pegawai karena
ketakutan kehilangan pekerjaan. Termasuk perubahan pada tingkat
kenyamanan dan jaminan pekerjaan, dapat mempengaruhi komitmen
pegawai terhadap atasan. Ketidakpastian posisi kerja juga menurunkan
motivasi dan keterikatan pegawai terhadap perusahaan.19
Akibat PHK bagi karyawan
1) Karyawan kehilangan pekerjaan
Mengakibatkan karyawan kehilangan sumber pendapatan untuk mencukupi
kehidupannya atau beban yang dia tanggung seperti keluarga.
2) Emosi dari karyawan
pegawai yang terkena PHK dapat merasakan perasaan marah,
ketidakberdayaan, dan hal negatif lainnya karena pegawai merasakan
kehidupan kedepannya tidak pasti dari pemberhentian pekerjaan yang baru
saja terjadi.
3) Psikologi Karyawan yang terganggu
Pemberhentian karyawan mengurangi kepercayaan mantan pegawai
terhadap atasan dan dapat menyebabkan konflik perilaku di antara rekan
kerja dan manajemen. 20
6. PERUNDANG - UNDANGAN
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/ Serikat
Buruh;
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial;
19
Editor edufund.co.id, “Dampak PHK Bagi Perusahaan dan Karyawan”,
https://edufund.co.id/blog/dampak-phk-bagi-karyawan/ (diakses pada 08 September 2023, pukul 18.09).
20
Editor edufund.co.id, “Dampak PHK Bagi Perusahaan dan Karyawan”,
https://edufund.co.id/blog/dampak-phk-bagi-karyawan/ (diakses pada 08 September 2023, pukul 18.10).
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional;
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS;
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja
MigranIndonesia;
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2021 tentang Penggunaan Tenaga
Kerja Asing;
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 tentang PKWT, Alih Daya,
Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan PHK;
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan;
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan.