Harmono, S.H.,M.H
Materi Kuliah :
3. Macam-macam Perkara PA
6. Pendaftaran Gugatan/Permohonan
7. Pemeriksaan Perkara
8. Pembuktian
9. Putusan/penetapan
11. Eksekusi
12. Advokasi.
Referensi :
6. UU Peradilan Agama No. 7 Tahun 1989 ; UUPA No. 3 Tahun 2006; UUPA No. 50 Tahun
2009
“ Hukum yang mengatur cara menyelesaikan perkara melalui Pengadilan sejak diajukan
gugatan sampai dengan pelksanaan putusan (eksekusi)”
Atau:
Atau :
“ Rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan
dimuka pengadilan dan cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak untuk melaksanakan
peraturan hukum perdata”(Wirjono Projodikuro).
Peradilan Agama:
“Salah satu kekuasaan kehakiman yang bertugas memeriksa, memutus dan menyelesaikan
(melaksanakan putusan) perkara perdata tertentu bagi orang Islam”
“ Hukum yang mengatur bagaimana cara melaksanakan hukum perdata bagi orang Islam
“ Hukum yang mengatur bagaimana seseorang harus bertindak terhadap orang lain, apa
yang boleh dilakukan dan apa yang dilarang untuk dilakukan serta sangsi apa yang harus
diterima bagi orang yang melanggarnya”
Hukum Pidana:
“Hukum yang mengatur tindak pidana (kejahatan/pelanggaran) dan sangsi yang harus
diterima bagi pelanggarnya”
3. Pihak yang mengajukan perkara ke pengadilan disebut jaksa, polisi yang melakukan
penyidikan. Pihak yang disangka melakukan tindak pidana disebut tersangka atau tertuduh
atau terdakwa;
4. Hakim bertugas mencari kebenaran sesungguhnya (materii) secara mutlak dan tuntas;
5. Pemeriksaan perkara pidana tidak boleh dilakukan perdamaian, kecualai ada alasan
dideponir;
7. Hukuman yang dibebankan oleh hakim kepada terdakwa berupa hukuman badan, denda
dan hak, yaitu hukuman mati, hukuman penjara, hukuman denda, hukuman pencabutan hak
tertentu.
Hukum Perdata:
“Hukum yang mengatur bagaimana seseorang atau pihak harus bertindak terhadap
seseorang atau pihak lain, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan serta sangsi
bagi yang malanggarnya”
Timbulnya perkara perdata karena terjadi pelanggarakan terhadap hak seseorang seperti
yang diatur dalam Hukum Perdata. Akibat pelanggaran tersebut menimbulkan kerugian bagi
yang bersangkutan;
1. Inisiatif berperkara datang dari pihak yang dirugikan. Hakim baru bertidak menyelesaikan
sesuai dengan hukum yang berlaku apabila pihak yang dirugikan mengajukan penyelesaian
(gugatan) kepada pengadilan.
2. Pihak yang mengajukan perkara ke pengadilan disebut penggugat, sedang pihak yang
digugat (lawan) disebut tergugat;
3. Hakim bertugas mencari kebenaran sesungguhnya dari apa yang dikemukakan dan
dituntut oleh pihak-pihak. Hakim tidak boleh memeriksa/memutus melebihi dari apa yang
diminta;
4. Pemeriksaan perkara perdata di muka persidangan selama belum diputus oleh hakim
selalu dapat ditawarkan perdamaian untuk mengakhiri perkara;
6. Hukuman bagi pelanggar perkara perdata dibebankan oleh hakim kepada pihak yang
kalah berupa kewajiban untuk memenuhi suatu prestasi.
“Keduanya mempunyai hubungan yang erat. Hukum materiil tidak bisa diterapkan secara
benar tanpa hukum formil. Demikian halnya, hukum formil tidak punya arti tanpa adanya
hukum materiil”
“Hukum acara yang berlaku pada Pengadilan dilingkungan Peradilan Agama adalah Hukum
Acara Perdata yang berlaku dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang telah diatur
secara khusus dalam undang-undang ini. ( UUPA No.7/1989, pasal 54).
Hukum Acara Perdata Peradilan Umum:
1. HIR ( Het Herziene Inlandsche Reglement) atau disebut juga RIB (Reglemen Indonesia
yang di Baharui);
Hukum Acara yang berlaku bagi lingkungan Peradilan Umum dan Peradilan Agama:
3. UU Nomor 1 tahun a974 dan PP Nomor 9 tahun 1975, tentang Perkawinan dan
Pelaksanaannya.
1. UU Nomor 7 tahun 1987, diubah dengan UU Nomor 3 tahun 2006, tentang Peradilan
Agama;
3. Kitab-kitab fiqih
a. Perkara sengketa yang melibatkan dua orang/pihak atau lebih, pihak penggugat dan
pihak tergugat;
f. Putusan hakim dapat dilakukan upaya hukum ( banding, kasasi atau peninjauan kembali).
a. Perkara yang hanya melibatkan satu pihak ( pemohon ) dan tidak ada sengketa;
b. Hakim dapat menetapkanp lebih dari apa yang dimohon;
1. Asas Umum:
A. Asas Kebebasan:
2. Bebas dari paksaan dan rekomendasi yang datang dari pihak extra judicial;
a. Menerapkan hukum yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang tepat dan
benar;
c. Mencari dan menemukan hukum (rechts vinding), dasar-dasar dan asas-asas hukum
melalui ilmu hukum, norma hukum tidak tertulis, yurisprodensi, maupun melalui pendekatan
realisme (nilai-nilai ekonomi, agama kepatutan dan kelaziman).
Dasar pijakan:
1. Penyelesaian perkara dengan perdamaian lebih utama dari pada melalui putusan hakim.
5. Bila terjadi perdamaian, hakim membuat Akta perdamaian dan putusan damai tidak dapat
diajukan banding atau diajukan kembali dalam perkara yang sama.
6. Akibat hukum adanya pelanggaran asas ini, putusan hakim dapat dibatalkan (batal demi
hukum).
Peradilan harus memenuhi harapan dari pencari keadilan yang selalu mengehendaki
peradilan yang cepat, tepat, adil dan biaya ringan (UUK No. 48/2009, ps 2 ayat 4; UUPA No
7/1989 ps 57 ayat 3, beserta penjelasannya).
1. Pada prinsipnya pemeriksaan dalam persidangan harus terbuka. Semua orang boleh
menyaksikan proses jalannya persidangan (fair trail), dengan tujuan: Terhindar dari
persidangan dan putusan yang tersembunyi (UUKK No. 48/2009, ps 13; UUPA No.7/1989,
ps 59 ayat 1-2).
2. Penerapan asas terbuka ini dikecualikan perkara perceraian (Lex spicialis drogat lex
generalis), (UUPA No 7/1989, ps 80 ayat 2, ps 81 ayat 1; PP No 9/1975, ps.33, ps 34, ayat
1).
- Sidang tertutup dalam masalah perceraian bersifat imperatif untuk menjaga privatisasi.
- Putusan hakim tetap diucapkan dalam sidang terbuka yang bersifat imperatif.
4. Akibat hukum adanya pelanggaran ini, putusan hakim batal demi hukum (UUKK No. 49
ayat 3; UUPA No. 7/1989, ps 59 ayat 2).
E. Asas Legalitas:
- Persamaan hak dan derajat dalam proses pemeriksaan persidangan pengadilan (equal
before the law).
- Persamaan hak mendapatkan perlakuan di bawah hukum (equal justice under the law).
1. Dalam menjalankan peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan, hakim dalam
memimpin sidang wajib mengarahkan dan mengatur jalannya sidang menuju pada tertib
sidang.
- Harus berbentuk tertulis: - Akta di bawah tangan – Akta dibuat oleh Panitera dilegalisir oleh
Ketua Pengadilan/Hakim – Akkta Otentik yan dibuat oleh Notaris.
- Harus merinci batas-batas tindakan yang dapat dilakukan oleh penerina kuasa.
e. Memberi penjelasan alat bukti yang sah/ syarat sah menjadi saksi (HIR,ps 145-146).
f. Memberi penjelasan cara mengajukan bantahan dan jawaban (eksepsi). Bantahan dapat
berupa : eksepsi obcsurlibel, Error in persona, Nebis in Idem atau menyangkut kompetensi
dll.
g. Memanggil saksi secara resmi. Saksi tidak boleh datang sendiri kecuali ada
panggilan/perintah hakim.
- Tentang batas waktu Banding/Kasasi yaitu 14 hari kerja setelah putusan diucapkan atau
putusan diterima.
i. Memberi penjelasan tata cara membuat Verzet atas Verstek dan Rekonpensi.
2. Asas Khusus:
3. Dalam perkara perkawinan, dilihat pada saat melaksanakan ikatan hubungan perkawinan
dan dasarhukum yang dipakai (hukum Islam)
4. Dalam perkara ekonomi, dilihat hukum yang dipakai pada waktu dilakukan ikatan
perjanjian
5. Dalam perkara wakaf, zakat, dan waris, dilihat ke-Islam-an pada waktu kematian atau
terjadi pemindahan harta.
A. Kedudukan PA.
PTA adalah peradilan tingkat banding yang berkedudukan Ibu Kota Provinsi
Apabila terjadi sengketa mengenai kewenangan relatif antar PA dalam wilayah kekuasaan
PTA yang berbeda, penyelesaiannya menjadi wewenang MA
Apabilla terjadi sengketa mengenai kewenangan relatif antar PTA yang berbeda,
penyelesaiannya menjadi wewenang MA.
Pengadilan Agama berwenang mengadili perkara sesuai dengan jenis perkara yang telah
diberikan oleh undang-undang ( perkara yang terjadi antara orang-orang Islam dalam
perkara perdata tertentu).UUPA No. 3/2006 ps. 2.
Dalam menyelasaikan perkara PA, sumber hukum materiil yang dipakai antara lain:
d. Zakat/shadaqah/Infak ( UUZ No. 38/1999; peraturan-2 yang terkait dan kitab-kitab fiqh).
- Kata : MELAWAN.
- Identitas tergugat/termohon : Nama asli dan orang tua, umur, alamat rumah/tinggal,
agama, pekerjaan.
- Petitum/tuntutan/permohonan, meliputi:
Silahkan anda cari seluk beluk informasi/ kasus yang terkait dengan Perkawinan, keluarga
dll, untuk kita diskusikan