Di sampaikan Oleh :
TONDI MADINGIN AN SITUMEANG, S.H.
PARTNERS PADA TAN AKMAL LAW FRIM
Profil Singkat
• Belanda merancang hukum acara perdata di Proses perdata serta proses pidana bagi golongan
Indonesia disebut dengan Istilah HIR atau
dikenal dengan Herziene Indonesisch bumiputera. Dalam waktu yang relatif singkat yaitu
Reglement (HIR) yang pada mulanya belum sampai satu tahun, Mr Wichers berhasil
bernama Indlandsch Reglement (IR) yang mengajukan sebuah rencana peraturan acara perdata
berarti Reglemen Bumi Putera yang saat itu
dirancang oleh Mr. H.L. Wichers yang dan pidana yang terdiri dari 432 Pasal. Indlandsch
menjabat sebagai Presiden dari Reglement atau IR ditetapkan dengan Keputusan
Hooggerechtschoft/ Badan Pengadilan Pemerintah tanggal 5 April 1848 dan mulai berlaku
Tertinggi di Indonesia pada zaman belanda.
Pada perkembangannya berdasarkan Surat tanggal 1 Mei 1848. Pembaharuan IR menjadi HIR dalam
Keputusan Gubernur Jendral Rochussen, tahun 1849.
tertanggal 5 Desember 1864 No. 3 Mr.
Wichers diberi tugas untuk merancang Praktik beracara menggunakan HIR sudah berjalan di
reglemen tentang administrasi, polisi, dan
Indonesia sejak tahun 1849 sampai dengan saat ini masih
berlaku sebagai hukum acara di Pengadilan Negeri (dulu
dikenal Landraad) atau sebagai acuan para hakim dalam
memutus atau mengadili suatu perkara perdata.
APA SAJAKAH ASAS DAN SUMBER HUKUM
ACARA PERDATA?
• Adapun asas-asas Hukum Acara Perdata tidak terlepas dari
asas-asas peradilan atau pedoman bagi lingkungan peradilan • Sumber Hukum Acara Perdata di Indonesia adalah :
baik umum, maupun khusus. Antara lain : 1. Herziene Indonesisch Reglement (HIR)
1. Peradilan bebas dari campur tangan pihak-pihak di luar 2. Reglement Voor de Buitengewesten (RBg)
kekuasaan kehakiman;
3. Reglement op de Burgelijke Rechtvordering
2. Asas sederhana, cepat dan biaya ringan; (RV)
3. Asas Objektivitas; 4. Adat Kebiasaan
4. Gugatan / Permohonan dapat diajukan dengan surat atau 5. Doktrin
lisan;
6. Instruksi dan Surat Edaran Mahkamah
5. Inisiatif berperkara diambil oleh pihak yang berkepentingan; Agung
6. Keaktifan hakim dalam pemeriksaaan; 7. Yurisprudensi
7. Beracara dikenakan biaya; 7. Undang-Undang Perkawinan, UU
8. Para pihak dapat meminta bantuan atau mewakilkan kepada Kekuasaan Kehakiman, UU Mahkamah
seorang kuasa; Agung, Dst.
9. Sifat terbukanya persidangan;
Pengertian Gugatan
• Gugatan adalah permasalahan • Di Indonesia adapun gugatan-gugatan yang diajukan ke
Pengadilan yaitu :
yang mengandung sengketa - Gugatan Perbuatan Melawan Hukum;
antara 2 (dua) pihak atau lebih - Gugatan Wanprestasi;
yang diajukan kepada Ketua - Gugatan Perselisihan dan Kepentingan Hak Pada
Pengadilan Negeri dimana tempat Pengadilan Hubungan Industrial;
kedudukan hukum pihak lain yang - Gugatan Perceraian;
disebut sebagai Tergugat. - Gugatan Hak Merek, HAKI, dan Hak Cipta;
• Adapun gugatan bersifat - Gugatan Waris;
contentiosa yang artinya perkara - Gugatan Sederhana;
yang mengandung sengketa. - Gugatan Class Action, dst…
Apa itu Permohonan dalam Perdata?
• Adapun Permohona mempunyai ciri sebagai • Adapun Gugatan mempunyai ciri sebagai berikut :
berikut :
- Permasalahan hukum yang diajukan ke Pengadilan
- Masalah yang diajukan bersifat kepentingan mengandung sengketa (disputes differences);
sepihak saja (for benefit of one party only);
- Terjadi sengketa di antara para pihak, minimal di antara 2
- Permasalahan yang dimohonkan penyesuaian (dua) pihak;
kepada Pengadilan Negeri pada prinsipnya tanpa
sengketa dengan pihak lain (without dispute or - Bersifat partai (party), dengan komposisi pihak satu
differences with another party); bertindak dan berkedudukan sebagai penggugat dan pihak
lainnya berkedudukan sebagai tergugat;
- Tidak ada orang lain atau pihak lain/pihak ketiga
yang ditarik sebagai lawan, tetapi bersifat mutlak - Tidak boleh dilakukan secara sepihak (ex-parte), hanya
satu pihak (ex-parte) pihak Penggugat atau Tergugat saja;
- Pemeriksaan sengketa harus dilakukan secara kontradiktor
dari permulaan siding sampai putusan dijatuhkan, tanpa
mengurangi kebolehan mengucapkan putusan tanpa
kehadiran salah satu pihak.
Apa saja Syarat dan Isi Gugatan?
berbunyi : “ setiap orang yang - Pada bagian akhir gugatan harus/ wajib menguraikan Petitum/ Resume dari Posita
yang telah diuraikan seperti :
mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu 1. Mengabulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya;
hak atau guna meneguhkan haknya sendiri 2. Menyatakan Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum/
maupun membantah suatu hak orang lain,
Wanprestasi;
menunjuk pada suatu peristiwa diwajibkan
3. Menghukum Tergugat untuk membayar suatu denda jika wanprstasi namun jika
membuktikan adanya hal atau peristiwa
PMH Menghukum Tergugat untuk mengembalikan kebendaan yang menjadi suatu
tersebut”
objek perkara;
Bagaimana tata cara/ teknis mengajukan
suatu gugatan?
• Bahwa seiring berjalannya waktu perkembangan peradilan di Indonesia semakin berkembang
pesat, adapun terobosan hukum yang dilakukan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia saat
ini yaitu transformasi dibidang digitalisasi/ elektronik, melalu Peraturan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara
Elektronik.
• Adapun mekanisme Pendaftaran Gugatan secara E-Court sebenarnya hampir sama dengan
dengan cara manual dimana Gugatan ditujukan ke Pengadilan Negeri/ Pengadilan Umum
tempat kedudukan Hukum Tergugat sebagaimana Pasal 118 HIR, tujuan Penggunaan E-Court
saat ini untuk memangkas panjangnya antrian pendaftaran gugatan di pengadilan dan selain
itu untuk mempermudah biaya ringan dan proses cepat;
• Teknis pendaftaran E-Court dapat dilakukan oleh Para Advokat maupun Para Pencari Keadilan
dengan system E-Filing yang telah terdaftar, setelah itu login ke akun E-Court dan memilih
pada bagian pendaftaran dengan memilih Pengadilan dimana diajukannya gugatan, lalu
mengupload Surat Kuasa, Mengisi Identitas para pihak, Mengupload Gugatan, Bukti Sementara
dan setelah itu melakukan pembayaran secara elektonik melalu Bank yang telah ditunjuk oleh
Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Apakah suatu gugatan dapat dicabut/dirubah?
Terhadap kewenangan absolut, walaupun Tergugat tidak mengajukan eksepsi kewenangan absolut atas perkara yang diajukan ke
suatu badan pengadilan, maka majelis hakim tetap harus memeriksa terkait kewenangan absolutnya untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus perkara yang diajukan kepadanya. Apabila terbukti bahwa perkara tersebut bukan merupakan
kewenangan absolut pengadilan yang bersangkutan, maka majelis hakim wajib menghentikan pemeriksaan.
Contoh terhadap kewenangan/kompetensi absolut, yaitu pengajuan gugatan oleh Penggugat ke Pengadilan Negeri. Dimana
diketahui sebelumnya dalam perjanjian pihak-pihak yang bersengketa terdapat perjanjian arbitrase yang menegaskan pilihan
forum penyelesaian sengketa di Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).
2. Kewenangan/ Kompetensi Relatif
Kewenangan/kompetensi relatif mengatur pembagian kekuasaan mengadili antar badan peradilan yang sama, tergantung pada
domisili atau tempat tinggal para pihak (distributie van rechtsmacht), terutama tergugat. Pengaturan mengenai kewenangan
relatif ini diatur pada Pasal 118 HIR. Kewenangan relatif ini menggunakan asas actor sequitor forum rei yang berarti yang
berwenang adalah Pengadilan Negeri tempat tinggal Tergugat/ Objek Gugatan dalam bentuk benda tidak bergerak.