A. PENDAHULUAN
Hukum perdata merupakan hukum yang mengatur hubungan antar
perseorangan dengan tujuam untuk melindungan kepentingan individu.
Keseluruhan mengenai hukum perdata diatur di KUHPerdata yang terdiri dari 4
(empat) buku yaitu buku I mengatur tentang orang atau van personnen, buku II
mengatur tentang benda atau van zaken, buku III mengatur tentang perikatan atau
van verbintenissen dan buku IV mengatur tentang pembuktian dab kadaluwarsa
atau van bewijs en venjaring. Dalam sistematika ilmu hukum pembagian hukum
perdata sedikit berbeda yaitu bagian pertama mengatur tentang hukum perorangan,
bagian kedua mengatur tentang hukum keluarga, bagaian ketiga mengatur tentang
hukum harta kekayaan dan bagian keempat mengaur tentang hukum warisan.1
Hukum perdata sebagai hukum formil memiliki kedudukan yang penting
dalam penegakan hukum khususnya dalam menegakkan hukum perdata ( materiil )
di ranah peradilan. Sebagai hukum formil, hukum perdata bertujuan untuk
menegakkan dan menjamin hukum perdata ( materiil ) ditaati di dalam pratek
pengadilan. Maka dari itu, hukum perdata saling berkaitan dengan hukum acara
perdata bahkan tidak dapat dipisahkan.2 Hukum acara perdata menurut Wiryono
Prodjodikoro adalah sekumpulan peraturan yang menjelasakan tentang bagaimana
cara seseorang harus bertindak atau bersikap di dalam ranah pengadilan dan
bagaimana cara pengadilan harus bertindak untuk melaksanakan perturan
hukum perdata.3
1
Tan Kamello, Hukum Perdata: Hukum orang& Keluarga, (Medan: USU
Press,2011),hlm.11
2
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Hukum Acara Perdata
Indonesia, (Yogyakarta:Liberty,1998),hlm.5.
3
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Bandung: Sumur Batu, 1962),
hlm. 12.
Di Indonesia, menggunakan ketentuan hukum acara perdata peninggalan
Pemerintah Hindia Belanda sehingga tidak dapat mengikuti atau tidak sesuai
dengan kondisi masyarakat dan keaadan Indonesia sekarang, maka dari itu
dibutuhkan pembaharuan dalam ketentuan hukum acara perdata agar terdapat
keseimbangan dengan keadaan jaman sekarang.
Indonesia sedang mengalami Pandemi Covid-19 yang berakibat
mengharuskan masyarakat untuk melakukan adaptasi kebiasaan baru (new normal)
yakni menjalankan rutinitas dengan mematuhi protokol kesehatan dan menjaga
jarak (physical distancing). Pandemi Covid-19 ini pun berimbas pada pelaksanaan
proses persidangan di pengadilan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah pengertian dan tujuan dari hukum acara perdata ?
2. Bagaimanakah upaya-upaya hukum yang dapat dilakukan dalam proses
penyelesaian perkara perdata ?
3. Apakah ada pembaharuan untuk mekanisme penyelesaian perkara perdata
dalam sistem hukum acara perdata Indonesia ?
4. Bagaimanakah tantangan penyelesaian perkara perdata dalam masa
pandemi
covid-19 ?
C. PEMBAHASAN
1. Pengertian dan Sumber Hukum Acara Perdata
Hukum acara perdata melaksanakan dan mempertahankan atau
menegakkan kaidah hukum perdata yang ada atau melindungi hak
perseorangan sedangkan hukum perdata lebih mengatur tentang hak dan
kewajiban seseoranag terhadap yang lain, hal tersebutlah yang membedakan
antara hukum acara perdata dengan hukum perdata di dalam sistem hukum
Indonesia. Hukum acara perdata digunakan untuk menjamin terlaksananya
Hukum perdata. Menurut Sudikno Mertokusumo, hukum acara perdata
merupakan peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin
ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantara hakim. Dengan
perkataan lain hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang
menentukan bagaimana caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata
materiil. Hukum acara perdata lebih mengatur mengenai bagaimana caranya
mengajukan tuntutan hak, memeriksa, memutusnya dan pelaksaannya
terhadap putusaanya. Tuntutan dibuat dengan tujuan untuk memperoleh
perlindungan hukum yang diberikan oleh pengadilan agar mencegah
Tindakan menghakimi sendiri.4
Menurut R. Soepomo menyatakan bahwa Hukum Acara Perdata
adalah dalam peradilan perdata tugas hakim ialah mempertahankan tata
hukum perdata (hurgelijk rechtsorde), menetapkan apa yang ditentukan oleh
hukum dalam suatu perkara.5 Pengertian Hukum Acara Perdata menurut
Sudikno Mertokusumo memberikan batasan pada pengertian Hukum Acara
Perdata, tetapi menurut R. Soepomo lebih mengartikan Hukum Acara
Perdata tanpa memberikan suatu batasan tertentu tetapi melalui visi tugas
dan peranan hakim.
Jadi jika diliat dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa
hukum acara perdata bertujuan untuk menjamin ditaatinya hukum perdata
materiil dan memuat aturan tentang cara melaksanakan dan
mempertahankan atau menegakan kaidah-kaidah yang termuat dalam
hukum perdata materiil.
Dalam praktik perdilan hukum acara perdata memiliki sumber-
sumber hukum yaitu, pertama, Herziene Indonesisch Reglement (HIR) HIR
ini dibagi dua yaitu bagian hukum acara pidana dan acara perdata, yang
diperuntukkan bagi golongan Bumiputra dan Timur Asing di Jawa dan
Madura untuk berperkara di muka Landraad. Bagian acara pidana dari Pasal
1 sampai dengan 114 dan Pasal 246 sampai dengan Pasal 371. Bagian acara
perdata dari Pasal 115 sampai dengan 245. Sedangkan titel ke 15 yang
merupakan peraturan rupa-rupa (Pasal 372 s.d 394) meliputi acara pidana
dan acara perdata. Kedua, Reglement Voor de Buitengewesten (RBg) Rbg
yang ditetapkan dalam Pasal 2 Ordonansi 11 Mei 1927 adalah pengganti
berbagai peraturan yang berupa reglemen yang tersebar dan berlaku hanya
4
Sudikno Mertokusumo, 2002, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta, Liberty.
hlm.2.
5
Soepomo. R, 1994, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, Jakarta, Pradnya Piramita,
hlm. 13
dalam suatu daerah tertentu saja. RBg berlaku untuk di luar Jawa dan
Madura. Ketiga, Reglement op de Burgelijke Rechtvordering (RV) Adalah
reglemen yang berisi ketentuan-ketentuan hukum acara perdata yang
berlaku khusus untuk golongan Eropa dan yang dipersamakan dengan
mereka untuk berperkara di muka Raad Van Justitie dan Residentie
Gerecht. 3. Adat Kebiasaan 4. Doktrin 5. Instruksi dan Surat Edaran
Mahkamah Agung 6. Yurisprudensi 7. Undang-Undang No 14 Tahun 1970
yang diubah dengan UU No 4 Tahun 2004 Tentang Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman yang memuat juga beberapa hukum acara. 8. Di
Tingkat banding berlaku UU No 20 Tahun 1947 untuk Jawa dan Madura 9.
Undang-Undang No 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung.
6
Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata di Indonesia, (Jakarta: Prenamedia Group, 2016),
hlm. 135.
dilanggar oleh para pihak. Upaya hukum tersebut bisadilakukan oleh para
pihak asal tidak melewati tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-
undang. Jenis Upaya Hukum Biasa diantaranya yaitu, Upaya Hukum
Verzet, Upaya HukumBanding dan Upaya Hukum Kasasi.Upaya Hukum
Luar Biasa tentunya adalah upaya hukum yang diluar upaya hukum biasa
yang telah disebutkan pada Upaya Hukum Biasa tersebut, diantaranya yaitu,
PeninjauanKembali (PK) dan Perlawanan dari Pihak Ketiga (denderverzet )
terhadap sita eksekutorial.Upaya hukum luar biasa dilakukan terhadap
putusan yang telah mempunyai kekuatan hukumtetap dan pada asasnya
upaya hukum ini tidak menangguhkan eksekusi.
10
Fahmi Putra Hidayat and Asni, ‘Efektifitas Penerapan E-Court Dalam Penyelesaian
Perkara Di Pengadilan Agama Makassar’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Hukum Keluarga
Islam, Vol.2, No.1 (2020), h. 104
pengadilan yang memiliki efektifitas dan efisien waktu termasuk salah
satu peradilan yang unggul. Hal tersebut dipengaruhi oleh sarana-sarana
yang ada, salah satu dari itu yakni dalam pemanfaatan teknologi informasi.
Dan Mahkamah Agung Republik Indonesia telah meluncurkan aplikasi
e-court untuk mempermudah seluruh masyarakatnya dalam
menyelesaikan perkaranya hanya dengan berdiam diri di rumah dan
melakukan nya secara online, pada masa Pandemi ini, kita bisa merasakan
efek positif dari pada adanya aplikasi tersebut, salah satunya bisa
meminimalisir virus covid-19 menyebar, karena itu salah satu cara kita
sebagai masyarakat untuk membantu semua pihak dalam membasmi
virus covid-19 ini.
Tantangan dalam pelaksanaan persidangan dalam masa pandemic
yang mengharuskan siding dilakukan secara online yaitu persidangan secara
daring harus tetap memenuhi berbagai asas hukum layaknya persidangan
biasa, seperti terbuka untuk umum, peradilan yang jujur, imparsial, dan
berbagai norma yang diatur dalam KUHAPerdata.
KESIMPULAN
SARAN
E. DAFTAR PUSTAKA
Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata di Indonesia, (Jakarta: Prenamedia Group, 2016),
hlm. 135.
Fahmi Putra Hidayat and Asni, ‘Efektifitas Penerapan E-Court Dalam Penyelesaian
Perkara Di Pengadilan Agama Makassar’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Hukum
Keluarga Islam, Vol.2, No.1 (2020), h. 104
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/2296/Upaya-Hukum-dalam-Hukum-
Acara-Perdata.html
https://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online/
rechtsvinding_online_PEMBAHARUAN%20SISTEM %20HUKUM%20ACARA
%20PERDATA.pdf Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2015 (Perma) tentang
Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana telah diundangkan sejak 7 Agustus 2015
https://pshk.or.id/blog-id/memangkas-kerumitan-peradilan-perdata/
https://www.bphn.go.id/data/documents/na_ruu_tentang_hukum_acr_perdata.pdf