Disusun Oleh:
FAKULTAS SYARIAH
IAIN KUDUS
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukum acara perdata bisa disebut juga dengan hukum acara perdata formil.
Sebutan hukum acara perdata lebih lazim dipakai daripada hukum perdata formil. Hukum
acara perdata atau hukum perdata formil merupakan bagian dari hukum perdata. Karena,
disamping hukum acara perdata formil juga ada hukum perdata materiil. Hukum perdata
materiil ini lazimnya disebut hukum perdata saja. Yang dimaksud dengan hukum perdata
formil atau hukum acara perdata adalah peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang pelaksanaan sanksi hukuman terhadap para pelanggar hakhak keperdataan sesuai
hukum materiil mengandung sanksi yang sifatnya memaksa (Sarwono, 2011: 3). Sudikno
Mertokusumo, dalam bukunya Hukum Acara Perdata Indonesia menyatakan bahwa hukum
acara perdata adalah keseluruhan peraturan yang bertujuan melaksanakan dan
mempertahankan atau menegakkan hukum materiil dengan perantaraan kekuasaan negara.
Meliputi baik perkara yang mengandung sengketa (contentieus) maupun yang tidak
mengandung sengketa (voluntair). Dalam mengajukan perkara di Pengadilan Agama, baik
perkara gugatan atau perkara yang mengandung sengketa, maupun permohonan atau
perkara yang tidak mengandung sengketa, pihak yang mengajukan perkara tersebut 2 harus
betul-betul memperhatikan, apakah perkara yang diajukan sudah memenuhi syarat formil
maupun materiil. Perkara yang sudah memenuhi syarat tersebut, dapat disidangkan oleh
majelis hakim berdasarkan penetapan dari Ketua Pengadilan Agama. Setiap tahapan
tersebut harus di tulis di dalam berita acara persidangan. Karena hubungan hukum antara
putusan dan berita acara persidangan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Sehingga berita acara persidangan menjadi sumber rujukan maupun patokan dalam menguji
kebenaran pertimbangan putusan yang dijatuhkan. Putusan yang baik harus bersandar
kepada berita acara persidangan. Dalam suatu prosedur persidangan, sesuai dengan
peraturan yang berlaku, maka diakhir persidangan akan ada penetapan putusan dari majelis
hakim yang menangani perkara tersebut. Penetapan tersebut bisa berupa dikabulkannya
suatu permohonan atau malah ditolaknya suatu permohonan. Dalam hukum acara perdata,
putusan pengadilan dapat berupa tiga hal, yaitu, gugatan dikabulkan, gugatan ditolak, dan
gugatan tidak dapat diterima. Gugatan dikabulkan, menurut M. Yahya Harahap,
dikabulkannya suatu gugatan adalah dengan syarat bila dalil gugatannya dapat dibuktikan
oleh penggugat sesuai dengan alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 1865 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah hukum acara perdata menurut para ahli itu?
2. Apakah fungsi dan tujuan dari acara hukum perdata?
3. Apa sumber-sumber hukum acara perdata?
4. Apa asas-asas hukum acara perdata?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian hukum acara perdata.
2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dari hukum acara perdata.
3. Untuk mengetahui sumber-sumber hukum acara perdata.
4. Untuk mengetahui asas-asas hukum acara perdata.
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum acara perdata adalah hukum yang mengatur bagaiman caranya menjamin
ditegakkannya atau mempertahannkannya hukum perdata materill.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Argumentasi para pihak dalam praktek pengajuan upaya hukum terhadap
putusan praperadilan di Indonesia berbeda-beda. Mulai dari upaya hukum biasa
yaitu pemeriksaan banding dan kasasi serta upaya hukum luar biasa peninjauan
kembali terhadap putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Hal
tersebut dikarenakan aturan hukum praperadilan khususnya mengenai upaya
hukum terhadap putusan praperadilan belum diatur secara jelas dan sistematis.
Sehingga argumentasi para pihak berbedabeda dalam mengajukan upaya hukum
dan berakibat disparitas putusan praperadilan. Formulasi yang tepat untuk
mewujudkan payung hukum terhadap putusan praperadilan; dalam jangka pendek
Mahkamah Agung harus mengeluarkan aturan mengenai upaya hukum bagi
putusan praperadilan agar terdapat pedoman bagi para pihak dalam melakukan
upaya hukum dan dalam jangka panjang dengan 96 reformulasi KUHAP
khususnya mengenai lembaga praperadilan sehingga terwujud aturan yang jelas
dan sistematis dalam mewujudkan payung hukum terhadap putusan praperadilan.
B. SARAN
Afiah, Ratna Nurul, 1985, Praperadilan dan Ruang Lingkupnya, Akademika Presindo, Jakarta
Bemmelen, J.M. van., 1950, Strafvordering Leerboek van het Ned, Strafprocesrecht, ‘s-
Gravenhage, Martinus Nijh
Hamzah, Andi, 2008, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.
Hamzah, Andi dan Dahlan, Irhan 1987, Upaya Hukum Dalam Perkara Pidana, Bina Aksara,
Jakarta.
Kuffal, HMA., 2008, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, Universitas Muhammadiyah
Malang, Malang.
Mertokusumo, Sudikno, 2013, Hukum Acara Perdata Indonesia Edisi Revisi, Cahaya Atma
Pustaka, Yogyakarta.
Prakoso, Djoko, 1987, Upaya Hukum Yang Diatur dalam KUHAP, Aksara Persada Indonesia,
Jakarta.
Sasangka, Hari, 2007, Penyidikan, Penahanan, Penuntutan, dan Praperadilan Dalam Teori dan
Praktek, Mandar Maju, Bandung.
Tanusubroto S., 1983, Peranan Praperadilan Dalam Hukum Acara Pidana, Alumni, Bandung.
Yahya Harahap, M., 2000, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Sinar Grafika,
Jakarta.