Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEPERDATAAN, SIFAT, SUMBER, SERTA ASAS-ASAS HUKUM ACARA


Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Hukum Acara Peradilan Agama
Dosen Pengampu: Mushofikin, M.S.I.

Disusun oleh:
1. Aida Nur Baitis Tsani (22020161053)
2. Syaiful Anam (2202016149)

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatNya.
Sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak
Mushofikin, M.S.I. Sebagai dosen pengampu mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama yang
telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
penulis. Maka dariitu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan
makalah ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Semarang, 17 Februari 2024

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagi makhluk sosial sering melakukan
perbuatan hukum dengan orang lain. Hubungan yang lahir dari perbuatan hukum itu tidak
selamnya berakhir dengan baik, teradang tidak jarang berakhir dengan konflik atau
sengketa yang berujung di pengadilan. Untuk menuntut hak-hak yang lahir dari hubungan
hukum itu diperlukan tata cara dan pengaturan agar tuntutan hak tersebut berjalan sesuai
dengan hukum. Hukum yang mengatur hal tersebut biasa disebut dengan hukum acara
perdata.hukum acara mengatur bagaimana cara dan siapa yang berwenang menegakkan
hukum materiel dalm hal apabial terjadi pelanggran terhadap hukum materiel. Untuk
memahami lebih jelasnya mengenai hukum-hukum acara perdata, dalam makalah ini
kami akan sedikit memberi pemahaman mengenai Hukum Acara Perdata/keperdataan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hukum perdata materiil dan formil?
2. Apa pengertian perkara perdata?
3. Apa pengertian sengketa perdata?
4. Apa pengertian beracara perdata?
5. Bagaimana sifat hukum acara perdata?
6. Apa suamber-sumber hukum acara perdata?
7. Bagaimana asas-asas hukum acara perdata?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HUKUM PERDATA MATERIIL DAN FORMIL
Hukum Perdata Materil dan Hukum Perdata Formil, yang mengatur bagaimana
seseorang mempertahankan haknya jika hak tersebut dilanggar oleh orang lain, yang
dikenal dengan Hukum Acara Perdata. Hukum Perdata atau Hukum Sipil didefinisikan
dalam bahasa Inggris sebagai "hukum sipil". Istilah “sipil” berasal dari kata Latin “civitas”,
yang berarti “warga negara”, sehingga “hukum sipil” mengatur masalah yang berkaitan
dengan hak-hak individu atau warga negara.1 Sumber Hukum Materiil adalah tempat dari
mana materi hukum itu diambil. Sumber dalam arti materiil adalah sumber dalam arti “tempat“
adalah Staatsblad (Stbl) atau Lembaran Negara di mana dirumusan ketentuan undangundang
Hukum Perdata dapat dibaca oleh umum. Sumber Hukum Formal merupakan tempat
memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan
peraturan hukum formal itu berlaku.

B. PENGERTIAN PERKARA PERDATA

Ketika kita berbicara tentang perkara perdata, kita sedang berbicara tentang perkara
perdata yang terjadi antara pihak yang satu dengan pihak lainnya dalam hubungan. Semua
jenis perkara perdata baik yang mengandung perdamaian maupun yang tidak termasuk
dalam istilah "perkara perdata" dalam arti luas, sedangkan istilah "perkara perdata" dalam
arti sempit mengacu pada perkara perdata yang sudah pasti mengandung Perdata. Profesor
Dr. Sudikno Mertokusumo,S.H., dalam bukunya Hukum Acara Perdata Indonesia
menyatakan bahwa perkara perdata adalah “meliputi baik perkara yang mengandung
sengketa (contentieus) maupun yang tidak mengandung sengketa (voluntair).2

C. PENGERTIAN SENGKETA PERDATA

Sengketa perdata adalah suatu perkara perdata yang terjadi antara dua pihak yang
bersengketa dan mengandung penyelesaian yang harus diselesaikan oleh masing-masing
pihak. Perkara perdata (Permohonan Penetapan) yang tidak mengandung persyaratan tidak

1
http://spada.unprimdn.ac.id/course/view.php?id=1992
2
https://kantorpengacara-ram.com/pengertian-perkara-perdata/
termasuk dalam pengertian persyaratan karena tujuannya adalah untuk memperkuat hak
permohonan.3

D. PENGERTIAN BERACARA PERDATA

Hukum Acara Perdata, menurut Wirjono Prodjodikoro, adalah seperangkat aturan


yang mengatur bagaimana orang bertindak terhadap dan di depan pengadilan serta
bagaimana pengadilan bertindak satu sama lain untuk melaksanakan hukum perdata
Peraturan yang berlaku.

R. Subekti berpendapat bahwa karena hukum acara mengabdi kepada hukum


materiil, setiap kemajuan dalam hukum materiil harus diikuti dengan penyesuaian hukum
acara. Menurut MH Tirtaamidjaja, hukum acara perdata merupakan konsekuensi dari
hukum perdata materil.

Soepomo menyatakan bahwa tanggung jawab hakim dalam peradilan perdata


adalah untuk mempertahankan tata hukum perdata (Burgelijke Rechtorde), yang
menetapkan apa yang ditentukan oleh hukum dalam suatu kasus.

Soedikno Mertokusumo menyatakan bahwa hukum acara perdata adalah aturan


hukum yang mengatur bagaimana hukum perdata materiil dapat ditaati dengan perantaraan
hakim.4

E. SIFAT HUKUM ACARA PERDATA


Dalam Hukum acara perdata juga mempunyai sifat yang perlu di ketahui, berikut
sifat hukum acara perdata meliputi:
1) Sifat memaksa, yakni mengikat orang yang lagi berperkara dan ketentuannya harus
mengikuti peraturan hukum acara perdata harus yang dipenuhi. Seperti kasus gugatan harus
diajukan Dimana tempat tinggal tergugat

3
Sarwono. 2011. Hukum Acara Perdata Teori Dan Praktik. Jakarta: Sinar Grafika.
4
M.Laila., Rasyid., Herniawan. 2015. Pengantar Hukum Acar Perdata. Sulawesi: Unimal Perss
2) Sifat mengatur, yakni peraturan dalam hukum acara perdata bisa ditepis oleh para
pihak yang berpakara. Misalnya pada hal pembuktian perkara. (R. Soeroso, 2010)

Dari sifat ini sehingga kita tau tujuan hukum acara perdata adalaha meminta
keadilan dari hakim, hukum acara perdata dibuat sebagai hukum yang dibuat untuk
mengatur berjalannya dalam penyelesaian kasus perkara keperataan yang dijalankan oleh
hakim pengadilan dari masuknya gugatan sampai dengan berpekara di pengadilan.

F. SUMBER-SUMBER HUKUM ACARA PERDATA


Berbicara tentang sumber hukum, maka dalam ilmu hukum dikenal beberapa
sumber hukum dalam arti formil yang meliputi: Undang-undang, perjanjian (antarnegara),
kebiasaan, doktrin, dan yurispudensi5.
Sedangkan dalam sumber hukum acara perdata sendiri adalah tempat Dimana dapat
ditemukan peraturan hukum acara perdata yang berlakua dinegara kita, beberap sumber
tersebut adalah:
1) Herziene Inlandsch Reglemen (HIR)
HIR merupakan hukum acara perdata yang berlakau untuk daerah pulau Jawa dan
Madura. Hukum acara perdata dalam HIR dituangkan dalam pasal 115-245 yang termuat
dalam BAB IX, serta beberapa pasal yang tersebar antara Pasal 372-394.
2) Rechtsreglement Voor de Butengewesten (RBg.)
RBg meruakan Hukum Acara Perdata yang diterapkan di wilayah luar pulau Jawa
dan Madura. Yang mana terdiri dari 5 BAB dan 723 pasal yang mengatur tentang
pengadilan pada umumnya dan acara pidananya tidak digunakan lagi karena adanya UU
Darurat No1 tahun 1951.
3) Burgerlijk Wetboek (BW)
BW atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, meskimerupakan suatu
pembaharuan Hukum Perdata Materil, namun juga memuat Hukum Acara Perdata,
terutama dalam Buku IV tentang pembuktian dan kadaluwarsa (Pasal 1865-Pasal 1993),
selain itu juga terdapat dalam pasal Buku I, misal tentang tempat tinggal atau domisili
(Pasal 17- Pasal 25), serta beberapa pasal Buku II dan Buku III (misalnya Pasal
533,535,1244, dab 1365)

5
Zainal Asikin, 2012, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Rajawali,2012, hlm.80.
4) Ordonasi Tahun 1867 No. 29
Ordonasi ini memuat tentang ketentuan Hukum Acara Perdata tentang kekuatan
pembuktian tulisan-tulisan dibawah tangan dari orang-orang Indonesia atau yang
dipersamakan dengan mereka.
5) Wetboek van Koophandel (WVK)
WvK atau Kitab Undang-Undang Dagang ini meski sebagai kodifikasi Hukum
Perdata Materiel, namun didalamnya juga terdapat pasal-pasal yang memuat ketentuan
Hukum Acara Perdata (misalnya dalam pasal 7, ,8, 9, 22, 23, 32, 255, 258, 272, 273, 274,
dan 275).
6) Undang-Undang Nomer 37 Tahun 2004
Merupakan Undang-Undang tentang kepailitan dan penundaan kewajiban
pembayaran utang yang memuat ketentun-ketentuan hukum acara perdata khusus tentang
kepailitan.
7) Undang-Undang Nomer 20 Tahun 1947
Merupakan Undang-Undang tentang peradilan Ulangan di Jawa dan Madura yang
berlaku sejak 24 Juni 1947.
8) Undang-Undang Darurat Nomer 1 Tahun 1951
Merupakan Undang-Undang tentang Tindakan-tindakan sementara untuk
menyelenggarakan kesatuan susunan, kekuasaan dan acara pengadilan-pengadilan sipil
yang berlaku sejak 14 Januari 1951.
9) Undang-Undang Nimer 4 Tahun 1004
Merupakan Undang-Undang tentang kekuasaan kehakiman yanga berlaku sejak
diundangkan tanggal 15 Januari 2004.
10) Undang-Undang Nomer 1 Tahun 1974
Merupakan Undang-Undang tentang perkawinan, yangh memuat ketentuan-
ketentuan Hukum Acara Perdata (Khusus) untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan
serta menyelesaikan, mengadili dan memutuskan serta menyelesaikan perkara-perkara
perdata mengenai perkawinan, pencegahan perkawinan, pembatalan perkawinan, hingga
perceraian.
11) Undang-Undang Nomer 14 Tahun 1985
Dalam Undang-Undang ini mengatur mengenai kedudukan, susuanan, ekuasaan, dan
hukum acara bagi mahkamah Agung (Pasal 40-78).
12) Undang-Undang Nomer 2 Tahun 1986
Merupakan Undang-Undang tentang Peradilan Umum, yang berlaku sejak
diundangkan pada 8 Maret 1986. Yang mengatur mengenai kedudukan, susunan, dan
kekuasaan pengadilan dalam lingkungan peradilan umum.
13) Undang-Undang Nomer 18 Tahun 2003
Merupakan Undang-Undang Advokat yang berlaku sejak diundangkannya tanggal
5 April 2003.
14) Yurispudensi
Beberapa Yurispudensi terutama dari Mahkamah Agung menjadi sumber Hukum
Acara Perdata yang sangat penting di negara kita, terutama untuk mengisi kekosongan,
kekurangan, dan ketidak sempurnaan yang banyak terdapat dalan peraturan perundang-
undangan Hukum Acra Perdata peninggalan Zaman Hindia Belanda.
15) Peraturan Mahkamah Agung
Peraturan ini merupakan sumber Hukum Acara Perdata. Karena dasar hukum bagi
MA untuk mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung yang termuat dalam pasal 79
Undang-Undang Nomer 14 Tahun 1985.
16) Adat Kebiasaan
Wirjoyo Prodjodikoro menyebutkan bahwa kebiasaan yang dianut oleh para hakim
dalam melakukan pemeriksaan perkara perdata, sebagai sumber dari Hukum Acara
Perdata.
17) Doktrin
Menjadi sumber Hukum Acara Perdata dikarenakan adanya pendapat umum yang
menyatakan bahwa manusia tidak boleh menyimpang dari Communis Opinion Doctorum
(Prndapat Umum Para Sarjana).
18) Instruksi dan Surat Edaran Mahkamah Agung

G. ASAS HUKUM ACARA PERDATA


Dalam proses acara perdata, terdapat asas-asas yang berfungsi sebagai pedoman
untuk membangun seluruh kegiatan dan berfungsi sebagai pedoman untuk membantu
seluruh kegiatan dan pelaksanan acara perdata dalam persidangan. Selain itu asas-asas
terseubut juga dapat membantu memberikan perlindungan hukum, tranparasi dan keadilan
bagi pihak-pihak yang berprasangka maupun masyrakat secara luas.
Berikut disebutkan bahwa asas-asas hukum acara perdata adalah sebagi berikut:
1) Hakim bersifat menunggu
Yakni hak inisatif untuk mengajukan gugatan diserahkan kepada pihak yang
berkepentingan atau pihak yang berperkara. Jika tidak ada gugatan maka tidak ada hakim.
2) Hakim Pasif
Merupakan hakim yang dalam memeriksa suatu perkara bersifat pasif, yang artiny, ruang
lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan kepad hakim ditentukan oleh pihak yang
berperkara dan bukan oleh hakim.
3) Hakim aktif
Merupakan hakim yang harus aktif sejak perkara dimasukkan ke pngadilan, yang artinya
hakim yang menentukan berjalannya proses peradilan, mulai dari memimpin sidang,
melancarkan jalannya persidangan, membantu para pihak mencari kebenaran, sampai
dengan pelaksanaan putusan (eksekusi).
4) Sidang pengadilan terbuka untuk umum
Sidang ini artinya setiap orang boleh menghadiri dan mendengarkan pemeriksaan perkara
di persidanga. Hal ini secara tegas dituangkan dalam Pasal 13 ayat (1) dan (2) UU Nomer
48 tahun 2009, yakni:
1. Semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali
undang-undang menentukan lain.
2. Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum.
5) Mendengar kedua belah pihak
Kedua belah pihak harus diperlakukan sam, tidak memihak, dan didengar bersam-sama.
Asas ini mengartikan haki tidak boleh menerima keterangan dari salah satu pihak sebagai
benar apabila pihak lawan tidak didengar atau tidak diberi kesempatan untuk megeluarkan
pendapatnya.
6) Putusan harus disertai alasan
Semua putusan hakim (pengadilan) pasa asas acara perdata harus memuat alasan-alasan
putusan yang dijadikan dasar untuk mengadili. Alasan tersebut meruoakan argumentasi
sebagai pertanggungjawaban hakim kepada mayrakat, para pihak, pengadilan yang lebih
tinggi dan ilmu hukum sehingga mempunyai nilai objektif.
7) Hakim harus menunjuk dasar hukum putusannya
Hakim (pengadilan) tidak boleh menulak untuk memeriksa,mengadili, dan memutus
suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya
8) Hakim harus memutuskan semua tuntutan
Hakim tidak boleh memutus lebih, kurang atau lain dari pada yang dituntut. Yang dikenal
dengan iudex non ultra petita atau petita non cognoscitur yang artinya hakim hanya
menimbang hal-hal yang diajukan para pihak dan tututan hukum yang didasarkan
kepadanya.
9) Beracara dikenakan biaya
Yakni seseorang yang beperkara akan dikenakan biaya perkara meliputi biaya
kepaniteraan, biaya panggilan, pemberitahuan para pihak, serta biaya materai.
10) Tidak ada keharusan mewakilkan
Tidak ada ketentuan yang mewajibkan pra pihak mewakilkan pada orang lain (kuasa)
untuk berperkara di muka pengadilan, sehingga dapat terjadi langsung pemeriksaan
terhadap para pihak yang beperkara.
BAB III
KESIMPULAN

Hukum Perdata Materil dan Hukum Perdata Formil, yang mengatur bagaimana seseorang
mempertahankan haknya jika hak tersebut dilanggar oleh orang lain, yang dikenal dengan
Hukum Acara Perdata. Berbicara tentang perkara perdata merupakan suatu perkara yang
terjadi antara pihak yang satu dengan pihak lainnya dalam hubungan. Dalam perkara
perdata dikenal juga sengketa perdata yang merupakan suatu perkara perdata yang terjadi
antara dua pihak yang bersengketa dan mengandung penyelesaian yang harus diselesaikan
oleh masing-masing pihak.
Ada dua sifat dalam hukum acara perdata yakni bersifat memaksa dan bersifat
mengatur. Sedangkan dalam sumber hukum acara perdata sendiri adalah tempat Dimana
dapat ditemukan peraturan hukum acara perdata yang berlaku dinegara kita. Selain itu
dalam Hukum acar perdata juga terdapat asas-asas yang berfungsi sebagai pedoman untuk
membangun seluruh kegiatan dan berfungsi sebagai pedoman untuk membantu seluruh
kegiatan dan pelaksanan acara perdata dalam persidangan. Selain itu asas-asas terseubut
juga dapat membantu memberikan perlindungan hukum, tranparasi dan keadilan bagi
pihak-pihak yang berprasangka maupun masyrakat secara luas.
DAFTAR PUSTAKA

Asikin, Z. 2015. Hukum Acara Perdata di Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group.


Asman., Suryadi., Hamid, A., Ismail., Tuhumury, H., Watkat, F., Mahrida., Purwoto, a.
2023. Hukum Acara Perdata dan Praktik Peradilan Perdata. Padang: PT. Global
Eksekutif Teknologi.
Benny Rijanto. 2021. Sejarah, Sumber, dan Asas-asas Hukum Acara Perdata. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
M.Laila., Rasyid., Herniawan. 2015. Pengantar Hukum Acar Perdata. Sulawesi: Unimal
Perss
Sarwono. 2011. Hukum Acara Perdata Teori Dan Praktik. Jakarta: Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai