Disusun oleh:
1. Aida Nur Baitis Tsani (22020161053)
2. Syaiful Anam (2202016149)
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatNya.
Sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak
Mushofikin, M.S.I. Sebagai dosen pengampu mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama yang
telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
penulis. Maka dariitu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan
makalah ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagi makhluk sosial sering melakukan
perbuatan hukum dengan orang lain. Hubungan yang lahir dari perbuatan hukum itu tidak
selamnya berakhir dengan baik, teradang tidak jarang berakhir dengan konflik atau
sengketa yang berujung di pengadilan. Untuk menuntut hak-hak yang lahir dari hubungan
hukum itu diperlukan tata cara dan pengaturan agar tuntutan hak tersebut berjalan sesuai
dengan hukum. Hukum yang mengatur hal tersebut biasa disebut dengan hukum acara
perdata.hukum acara mengatur bagaimana cara dan siapa yang berwenang menegakkan
hukum materiel dalm hal apabial terjadi pelanggran terhadap hukum materiel. Untuk
memahami lebih jelasnya mengenai hukum-hukum acara perdata, dalam makalah ini
kami akan sedikit memberi pemahaman mengenai Hukum Acara Perdata/keperdataan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hukum perdata materiil dan formil?
2. Apa pengertian perkara perdata?
3. Apa pengertian sengketa perdata?
4. Apa pengertian beracara perdata?
5. Bagaimana sifat hukum acara perdata?
6. Apa suamber-sumber hukum acara perdata?
7. Bagaimana asas-asas hukum acara perdata?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HUKUM PERDATA MATERIIL DAN FORMIL
Hukum Perdata Materil dan Hukum Perdata Formil, yang mengatur bagaimana
seseorang mempertahankan haknya jika hak tersebut dilanggar oleh orang lain, yang
dikenal dengan Hukum Acara Perdata. Hukum Perdata atau Hukum Sipil didefinisikan
dalam bahasa Inggris sebagai "hukum sipil". Istilah “sipil” berasal dari kata Latin “civitas”,
yang berarti “warga negara”, sehingga “hukum sipil” mengatur masalah yang berkaitan
dengan hak-hak individu atau warga negara.1 Sumber Hukum Materiil adalah tempat dari
mana materi hukum itu diambil. Sumber dalam arti materiil adalah sumber dalam arti “tempat“
adalah Staatsblad (Stbl) atau Lembaran Negara di mana dirumusan ketentuan undangundang
Hukum Perdata dapat dibaca oleh umum. Sumber Hukum Formal merupakan tempat
memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan
peraturan hukum formal itu berlaku.
Ketika kita berbicara tentang perkara perdata, kita sedang berbicara tentang perkara
perdata yang terjadi antara pihak yang satu dengan pihak lainnya dalam hubungan. Semua
jenis perkara perdata baik yang mengandung perdamaian maupun yang tidak termasuk
dalam istilah "perkara perdata" dalam arti luas, sedangkan istilah "perkara perdata" dalam
arti sempit mengacu pada perkara perdata yang sudah pasti mengandung Perdata. Profesor
Dr. Sudikno Mertokusumo,S.H., dalam bukunya Hukum Acara Perdata Indonesia
menyatakan bahwa perkara perdata adalah “meliputi baik perkara yang mengandung
sengketa (contentieus) maupun yang tidak mengandung sengketa (voluntair).2
Sengketa perdata adalah suatu perkara perdata yang terjadi antara dua pihak yang
bersengketa dan mengandung penyelesaian yang harus diselesaikan oleh masing-masing
pihak. Perkara perdata (Permohonan Penetapan) yang tidak mengandung persyaratan tidak
1
http://spada.unprimdn.ac.id/course/view.php?id=1992
2
https://kantorpengacara-ram.com/pengertian-perkara-perdata/
termasuk dalam pengertian persyaratan karena tujuannya adalah untuk memperkuat hak
permohonan.3
3
Sarwono. 2011. Hukum Acara Perdata Teori Dan Praktik. Jakarta: Sinar Grafika.
4
M.Laila., Rasyid., Herniawan. 2015. Pengantar Hukum Acar Perdata. Sulawesi: Unimal Perss
2) Sifat mengatur, yakni peraturan dalam hukum acara perdata bisa ditepis oleh para
pihak yang berpakara. Misalnya pada hal pembuktian perkara. (R. Soeroso, 2010)
Dari sifat ini sehingga kita tau tujuan hukum acara perdata adalaha meminta
keadilan dari hakim, hukum acara perdata dibuat sebagai hukum yang dibuat untuk
mengatur berjalannya dalam penyelesaian kasus perkara keperataan yang dijalankan oleh
hakim pengadilan dari masuknya gugatan sampai dengan berpekara di pengadilan.
5
Zainal Asikin, 2012, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Rajawali,2012, hlm.80.
4) Ordonasi Tahun 1867 No. 29
Ordonasi ini memuat tentang ketentuan Hukum Acara Perdata tentang kekuatan
pembuktian tulisan-tulisan dibawah tangan dari orang-orang Indonesia atau yang
dipersamakan dengan mereka.
5) Wetboek van Koophandel (WVK)
WvK atau Kitab Undang-Undang Dagang ini meski sebagai kodifikasi Hukum
Perdata Materiel, namun didalamnya juga terdapat pasal-pasal yang memuat ketentuan
Hukum Acara Perdata (misalnya dalam pasal 7, ,8, 9, 22, 23, 32, 255, 258, 272, 273, 274,
dan 275).
6) Undang-Undang Nomer 37 Tahun 2004
Merupakan Undang-Undang tentang kepailitan dan penundaan kewajiban
pembayaran utang yang memuat ketentun-ketentuan hukum acara perdata khusus tentang
kepailitan.
7) Undang-Undang Nomer 20 Tahun 1947
Merupakan Undang-Undang tentang peradilan Ulangan di Jawa dan Madura yang
berlaku sejak 24 Juni 1947.
8) Undang-Undang Darurat Nomer 1 Tahun 1951
Merupakan Undang-Undang tentang Tindakan-tindakan sementara untuk
menyelenggarakan kesatuan susunan, kekuasaan dan acara pengadilan-pengadilan sipil
yang berlaku sejak 14 Januari 1951.
9) Undang-Undang Nimer 4 Tahun 1004
Merupakan Undang-Undang tentang kekuasaan kehakiman yanga berlaku sejak
diundangkan tanggal 15 Januari 2004.
10) Undang-Undang Nomer 1 Tahun 1974
Merupakan Undang-Undang tentang perkawinan, yangh memuat ketentuan-
ketentuan Hukum Acara Perdata (Khusus) untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan
serta menyelesaikan, mengadili dan memutuskan serta menyelesaikan perkara-perkara
perdata mengenai perkawinan, pencegahan perkawinan, pembatalan perkawinan, hingga
perceraian.
11) Undang-Undang Nomer 14 Tahun 1985
Dalam Undang-Undang ini mengatur mengenai kedudukan, susuanan, ekuasaan, dan
hukum acara bagi mahkamah Agung (Pasal 40-78).
12) Undang-Undang Nomer 2 Tahun 1986
Merupakan Undang-Undang tentang Peradilan Umum, yang berlaku sejak
diundangkan pada 8 Maret 1986. Yang mengatur mengenai kedudukan, susunan, dan
kekuasaan pengadilan dalam lingkungan peradilan umum.
13) Undang-Undang Nomer 18 Tahun 2003
Merupakan Undang-Undang Advokat yang berlaku sejak diundangkannya tanggal
5 April 2003.
14) Yurispudensi
Beberapa Yurispudensi terutama dari Mahkamah Agung menjadi sumber Hukum
Acara Perdata yang sangat penting di negara kita, terutama untuk mengisi kekosongan,
kekurangan, dan ketidak sempurnaan yang banyak terdapat dalan peraturan perundang-
undangan Hukum Acra Perdata peninggalan Zaman Hindia Belanda.
15) Peraturan Mahkamah Agung
Peraturan ini merupakan sumber Hukum Acara Perdata. Karena dasar hukum bagi
MA untuk mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung yang termuat dalam pasal 79
Undang-Undang Nomer 14 Tahun 1985.
16) Adat Kebiasaan
Wirjoyo Prodjodikoro menyebutkan bahwa kebiasaan yang dianut oleh para hakim
dalam melakukan pemeriksaan perkara perdata, sebagai sumber dari Hukum Acara
Perdata.
17) Doktrin
Menjadi sumber Hukum Acara Perdata dikarenakan adanya pendapat umum yang
menyatakan bahwa manusia tidak boleh menyimpang dari Communis Opinion Doctorum
(Prndapat Umum Para Sarjana).
18) Instruksi dan Surat Edaran Mahkamah Agung
Hukum Perdata Materil dan Hukum Perdata Formil, yang mengatur bagaimana seseorang
mempertahankan haknya jika hak tersebut dilanggar oleh orang lain, yang dikenal dengan
Hukum Acara Perdata. Berbicara tentang perkara perdata merupakan suatu perkara yang
terjadi antara pihak yang satu dengan pihak lainnya dalam hubungan. Dalam perkara
perdata dikenal juga sengketa perdata yang merupakan suatu perkara perdata yang terjadi
antara dua pihak yang bersengketa dan mengandung penyelesaian yang harus diselesaikan
oleh masing-masing pihak.
Ada dua sifat dalam hukum acara perdata yakni bersifat memaksa dan bersifat
mengatur. Sedangkan dalam sumber hukum acara perdata sendiri adalah tempat Dimana
dapat ditemukan peraturan hukum acara perdata yang berlaku dinegara kita. Selain itu
dalam Hukum acar perdata juga terdapat asas-asas yang berfungsi sebagai pedoman untuk
membangun seluruh kegiatan dan berfungsi sebagai pedoman untuk membantu seluruh
kegiatan dan pelaksanan acara perdata dalam persidangan. Selain itu asas-asas terseubut
juga dapat membantu memberikan perlindungan hukum, tranparasi dan keadilan bagi
pihak-pihak yang berprasangka maupun masyrakat secara luas.
DAFTAR PUSTAKA