Anda di halaman 1dari 15

RUANG LINGKUP HUKUM PERDATA

Dosen Pengampu: Martunis, S.H.I., M.H.

Disusun Oleh:

Imam Fadhil Jindan : 230104032


Khairi Tanzilan : 230104068
M Ghazi Alghifari : 230104083

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kami kesehatan dan kemampuan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “RUANG LINGKUP HUKUM PERDATA” ini dengan
baik. Shalawat serta salam selalu kita curah limpahkan kepada baginda Rasulullah
Nabi Muhammad SAW tentunya kepada para sahabatnya, keluarga, tabi’i dan
tabi’at nya, hingga kepada kita selaku umatnya di akhir zaman ini. Tidak lupa juga
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan konstribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Hukum Perdata dengan dosen pengampu Martunis, S.H.I, M.H..
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga penulis. Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian
dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap
semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Banda Aceh, 28 Februari 2024


Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Pengertian Hukum Perdata ....................................................................... 3
B. Sumber-sumber hukum Perdata ................................................................ 4
C. Subjek dan Objek Hukum Perdata ............................................................ 6
D. Sistematika Hukum Perdata ...................................................................... 8
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 10
A. Kesimpulan ............................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum Perdata merupakan salah satu cabang hukum yang memiliki peran
penting dalam mengatur hubungan antara individu atau badan hukum dalam
masyarakat. Ruang lingkup Hukum Perdata sangat luas dan mencakup berbagai
aspek kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan hak dan kewajiban individu
atau badan hukum. Dalam konteks ini, pemahaman yang mendalam tentang ruang
lingkup Hukum Perdata menjadi sangat penting bagi para praktisi hukum,
mahasiswa, dan masyarakat umum agar dapat menjalani kehidupan berhukum
dengan baik.
Dengan memahami ruang lingkup Hukum Perdata, seseorang dapat
mengetahui hak dan kewajibannya dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam
urusan keluarga, harta kekayaan, waris, kontrak, dan tanggung jawab hukum atas
tindakan perdata. Selain itu, pemahaman tentang ruang lingkup Hukum Perdata
juga penting dalam menyelesaikan perselisihan atau konflik yang mungkin timbul
dalam hubungan perdata.
Dalam makalah ini, akan dibahas secara lebih mendalam mengenai ruang
lingkup Hukum Perdata, pengertian, sumber-sumber hukum perdata, serta subjek
dan objek hukum perdata. Hal ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang
lebih komprehensif tentang peran dan pentingnya Hukum Perdata dalam
membentuk tatanan hukum yang adil dan berkeadilan dalam masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Hukum Perdata?
2. Bagaimana Sumber-sumber Hukum Perdata?
3. Bagaimana Subjek dan Objek Hukum Perdata?
4. Bagaimana Sistematika Hukum Perdata?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Hukum Perdata.
2. Untuk Mengetahui Sumber-sumber Hukum Perdata.
3. Untuk Mengetahui Subjek dan Objek Hukum Perdata.
4. Untuk Mengetahui Sistematika Hukum Perdata.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Perdata


Hukum Perdata menurut isinya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
hukum publik dan hukum privat (hukum perdata). Kata perdata berasal dari kata
pradoto (Bahasa Jawa Kuno) yang berarti bertengkar atau berselisih, sehingga
secara letterlijk dapat dikatakan bahwa hukum perdata adalah hukum
pertengkaran atau hukum perselisihan.
Beberapa pakar hukum memberikan pengertian hukum perdata, antara lain
sebagai berikut:
1. Mr. L.J. Van Apeldorn
Hukum sipil adalah peraturan-peraturan hukum yang mengatur
kepentingan seseorang dan yang pelaksanaanya terserah kepada maunya yang
berkepentingan sendiri.
2. Prof. Mr. E.M. Mejers
Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hak-hak yang diberikan
kepada perorangan (individu), yang diserahkan sepenuhnya untuk menetapkan
kepada mereka, apabila ia akan mempergunakan hak-hak itu, sepenuhnya dapat
melulu memperhatikan kepentingan sendiri. 1
3. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan
Hukum perdata ialah hukum yang mengatur kepentingan antara warga
negara yang satu dengan warga negara yang lain.
4. Sudikno Mertokusumo
Hukum perdata ialah hukum antar perorangan yang mengatur hak dan
kewajiban orang perorangan yang satu terhadap yang lain dalam hubungan
kekeluargaan dan dalam pergaulan masyarakat.2

1
Komariah, Hukum Perdata, (Malang: UMMPress, 2010), hal. 3.
2
Djaja S. Maliala, Perkembangan Hukum Perdata tentang Benda dan Perikatan.
(Bandung: Nuansa Indah, 2007), hal. 13.

3
Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa hukum perdata, diber arti:
mengatur kepentingan/perlindungan antara orang yang satu dengan orang yang
lain. Padahal dalam bidang ilmu hukum, kita mengenal subyek hukum, bukan
hanya orang (manusia) tetapi juga badan hukum. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa hukum perdata adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang
mengatur hubungan antara subyek hukum yang satu dengan subyek hukum yang
lain dalam hubungan kekeluargaan dan dalam pergaulan masyarakat.3
Bisa dikatakan hukum perdata mengatur antar satu individu dengan
individu lain atau disebut dengan hukum privat atau hukum sipil. Tidak ada
campur tangan pemerintah di dalam penyelesaian hukumnya. Berbeda dengan
hukum pidana, yang mana yang terlibat didalam hukum adalah si pelaku (subyek
hukum) dengan penyidik yang telah dibentuk oleh pemerintah. 4
Menurut ilmu pengetahuan hukum, hukum perdata dibagi ke dalam 4
bagian, yaitu: (1) Hukum Perorangan; (2) Hukum Keluarga; (3) Hukum Harta
Kekakyaan; dan (4) Hukum Waris.

B. Sumber-sumber Hukum Perdata


Sumber hukum adalah asal mula Hukum Perdata, atau tempat di mana
Hukum Perdata ditemukan. Asal mula menunjuk kepada sejarah asal dan
pembentuknya, sedangkan “tempat” menunjukkan kepada rumusan-rumusan
tersebut dimuat, ditemukan dan dapat dibaca. Sumber dalam arti “sejarah
asalnya”, di mana Hukum Perdata adalah buatan Pemerintah Kolonial Belanda
yang terhimpun dalam Burgelijk Wetbook (B.W). Berdasarkan aturan peralihan
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), B.W itu dinyatakan tetap berlaku
sepanjang belum diganti dengan undang-undang yang baru berdasarkan UUD
1945. Sumber dalam arti “Pembentuknya” adalah pembentuk undang-undang
berdasarkan UUD 1945. Oleh karena itu, atas dasar aturan peralihan, B.W
dinyatakan tetap berlaku, hal ini berarti pembentuk UUD 1945 ikut menyatakan

3
Yulia, Hukum Perdata, (Lhokseumawe: CV. BieNa Edukasi, 2015), hal. 13.
4
Muhammad Shoim, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, (Semarang: CV. Rafi
Sarana Perkasa, 2022), hal. 2.

4
berlakunya B.W. yang disebut dengan Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUH Perdata).
Sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan
yang bersifat memaksa, yaitu aturan-aturan yang apabila dilanggar
mengakibatkan sanksi tegas dan nyata. Pada dasarnya sumber hukum dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:
1. Sumber Hukum Materiil
Sumber Hukum Materiil adalah tempat dari mana materi hukum itu diambil.
Sumber dalam arti materiil adalah sumber dalam arti “tempat“ adalah
Staatsblad (Stbl) atau Lembaran Negara di mana dirumusan ketentuan
undang-undang Hukum Perdata dapat dibaca oleh umum. Contoh, Stbl.
1847-23 memuat B.W, L.N. 1974-1 memuat Undang-Undang Perkawinan.
Keputusan Hakim (yurisprudensi) juga termasuk sumber dalam arti tempat
di mana Hukum Perdata yang dibentuk hakim dapat dibaca, sehingga
sumber dalam arti tempat disebut sumber dalam arti materiil.
2. Sumber Hukum Formal
Sumber Hukum Formal merupakan tempat memperoleh kekuatan hukum.
Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum
formal itu berlaku.
Volmar membagi sumber Hukum Perdata menjadi 4 (empat) macam,
yaitu: KUH Perdata, Traktat, Yurisprudensi dan Kebiasaan. Traktat adalah suatu
perjanjian yang dibuat antara dua Negara atau lebih dalam bidang keperdataan.
Terutama erat kaitannya dengan perjanjian internasional. Yurisprudensi atau
putusan pengadilan merupakan produk yudikatif, yang berisi kaidah atau
peraturan hukum yang mengikat pihak-pihak yang berperkara terutama dalam
perkara perdata.5
Dari keempat sumber tersebut dibagi lagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu
sumber Hukum Perdata tertulis dan sumber Hukum Perdata tidak tertulis.
Sumber Hukum Perdata tertulis, yaitu tempat ditemukannya kaidah-kaidah

5
Ketut Oka Setiawan, Hukum Perdata Mengenai Orang dan Kebendaan, (Jakarta: FH
Utama Jakarta, 2011), hal. 5.

5
Hukum Perdata yang berasal dari sumber tertulis. Umumnya kaidah Hukum
Perdata tertulis terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, traktat dan
yurisprudensi. Sumber Hukum Perdata tidak tertulis adalah tempat
ditemukannya kaidah Hukum Perdata yang berasal dari sumber tidak tertulis,
seperti dalam hukum kebiasaan.

C. Subjek dan Objek Hukum Perdata


1. Obyek Hukum Perdata
Objek hukum adalah segala sesuatu yang berada di dalam pengaturan
hukum dan dapat dimanfaatkan oleh subyek hukum berdasarkan hak/kewajiban
yang dimilikinya atas obyek hukum yang bersangkutan. Jadi, obyek hukum itu
haruslah sesuatu yang pemanfaatannya diatur berdasarkan hukum. Benda dalam
hukum perdata diatur dalam Buku II KUH Perdata, tidak sama dengan bidang
disiplin ilmu fisika, di mana dikatakan bahwa bulan itu adalah benda (angkasa),
sedangkan dalam pengertian Hukum Perdata bulan itu bukan (belum) dapat
dikatakan sebagai benda, karena tidak/belum ada yang (dapat) memilikinya.
Pengaturan tentang hukum benda dalam Buku II KUH Perdata mempergunakan
sistem tertutup, artinya orang tidak diperbolehkan mengadakan hak-hak
kebendaan selain dari yang telah diatur dalam undang-undang ini. Selain itu,
hukum benda bersifat memaksa (dwingend recht), artinya harus dipatuhi, tidak
boleh disimpangi, termasuk membuat peraturan baru yang menyimpang dari
yang telah ditetapkan.6
2. Subjek Hukum Perdata
Subyek hukum (rechts subject) adalah setiap orang mempunyai hak dan
kewajiban, yang menimbulkan wewenang hukum (rechtsbevoegheid),
sedangkan pengertian wewenang hukum itu sendiri adalah kewenangan untuk
menjadi subyek dari hak-hak. Subyek hukum adalah segala sesuatu yang pada
dasarnya memiliki hak dan kewajiban dalam lalu lintas hukum.
Subjek hukum dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

6
Yulia, Hukum Perdata, (Lhokseumawe: CV. BieNa Edukasi, 2015), hal. 14.

6
1. Manusia (Naturlijke Person), yaitu manusia sama dengan orang karena
manusia mempunyai hak-hak subjektif dan kewenangan hukum. Pengertian
secara yuridisnya, ada dua alasan yang menyebutkan alasan manusia sebagai
subyek hukum, yaitu:
a) manusia mempunyai hak-hak subyektif.
b) kewenangan hukum, dalam hal ini kewenangan hukum berarti, kecakapan
untuk menjadi subyek hukum, yaitu sebagai pendukung hak dan
kewajiban.
Pada dasarnya manusia mempunyai hak sejak dalam kandungan (Pasal 2
KUH Perdata), namun tidak semua manusia mempunyai kewenangan dan
kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum, orang yang dapat melakukan
perbuatan hukum adalah orang yang sudah dewasa (berumur 21 tahun atau
sudah kawin), sedangkan orang-orang yang tidak cakap melakukan perbuatan
hukum adalah orang yang belum dewasa, orang yang ditaruh di bawah
pengampuan, seorang wanita yang bersuami (Pasal 1330 KUH Perdata).
Setiap manusia adalah sebagai subjek hukum dan pendukung hak serta
kewajiban. Tidak setiap manusia (orang) wenang berbuat atau bertindak untuk
melaksanakan hak dan kewajiban yang dimilikinya. Untuk wenang berbuat atau
bertindak melaksanakan hak dan kewajiban yang dimilikinya dibutuhkan adanya
syarat kecakapan. Syarat-syarat seseorang yang cakap hukum, yaitu:
a) Seseorang yang sudah dewasa (berumur 21 tahun).
b) Seseorang yang berusia dibawah 21 tahun tetapi pernah menikah.
c) Seseorang yang sedang tidak menjalani hukum.
d) Berjiwa sehat dan berakal sehat.
2. Badan hukum (Vicht Person), yaitu badan hukum adalah kumpulan orang-
orang yang mempunyai tujuan tertentu, harta kekayaan, serta hak dan
kewajiban. Badan hukum merupakan badan-badan atau perkumpulan.
Badan hukum yakni orang yang diciptakan oleh hukum. Oleh karena itu,
badan hukum sebagai subjek hukum dapat bertindak hukum (melakukan
perbuatan hukum) seperti manusia. Dengan demikian, badan hukum dapat
melakukan persetujuan-persetujuan, memiliki kekayaan yang sama sekali

7
terlepas dari kekayaan anggota-anggotanya. Oleh karena itu, badan hukum
dapat bertindak dengan perantaraan pengurus-pengurusnya.
Badan hukum dibedakan dalam dua bentuk, yaitu:
a) Badan hukum publik, adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan
hukum publik atau yang menyangkut kepentingan publik atau orang
banyak atau negara umumnya.
b) Badan hukum privat, adalah badan hukum yang didirkan berdasarkan
hukum sipil atau perdata yang menyangkut kepentingan pribadi orang di
dalam badan hukum itu.

D. Sistematika Hukum Perdata


Hukum perdata menurut ilmu pengetahuan hukum sekarang ini dibagi
menjadi empat bagian, yaitu hukum:
1. tentang diri seseorang (hukum perorangan);
2. kekeluargaan;
3. kekayaan terbagi atas hukum kekayaan yang absolut, hukum kekayaan yang
relatif;
4. waris.7
Penjelasan:
1. Hukum perorangan memuat peraturan tentang manusia sebagai subjek
hukum, peraturan perihal percakapan untuk memiliki hak dan percakapan
untuk bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya itu serta hal yang
mempengaruhi kecakapan. Merupakan keseluruhan norma hukum yang
mengatur mengenai kedudukan orang mengenai manusia sebagai subjek
hukum, kecakapan bertindak dalam lalu lintas hukum, catatan sipil,
ketidakhadiran, dan domisili. Termasuk kedudukan badan hukum sebagai
subjek hukum perdata.

7
Akhmad Budi Cahyono dan Surini Ahlan Sjarif, Mengenal Hukum Perdata, (Depok:
CV Gitama Jaya, 2008), hal. 4.

8
2. Hukum keluarga merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur
hubungan hukum bersumber pada pertalian keluarga, misalnya perkawinan,
kekuasaan orang tua, perwalian, dan pengampuan.
3. Hukum kekayaan merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur
antara subjek hukum dan harta kekayaannya atau mengatur mengenai hak dan
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang. Hukum kekayaan yang absolut
berisi hak kebendaan, yaitu hak yang memberi kekuasaan langsung atas suatu
benda dan dapat dipertahankan terhadap setiap orang. Hukum kekayaan yang
relatif berisi hak perorangan, yaitu hak yang timbul dari suatu perikatan dan
hanya dapat dipertahankan terhadap pihak-pihak tertentu saja.
4. Hukum waris merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur peralihan
hak dan kewajiban di bidang hukum kekayaan dari si pewaris kepada sekalian
ahli warisnya beserta akibat-akibatnya.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hukum Perdata mengatur hubungan antara individu atau badan hukum
dalam masyarakat terkait hak dan kewajiban perdata seperti keluarga, harta
kekayaan, dan waris. Berbeda dengan hukum pidana, hukum perdata tidak
melibatkan campur tangan pemerintah dalam penyelesaiannya, sehingga
sering disebut sebagai hukum privat atau sipil. Tidak ada peran penyidik
seperti dalam hukum pidana.
2. Sumber-sumber Hukum Perdata merupakan asal atau tempat
ditemukannya aturan-aturan yang mengatur dalam Hukum Perdata. Ada
dua jenis sumber hukum, yaitu materiil dan formal. Sumber hukum
materiil adalah tempat ditemukannya materi hukum, seperti dalam
Staatsblad (Lembaran Negara) atau keputusan hakim. Sementara itu,
sumber hukum formal adalah tempat memperoleh kekuatan hukum,
berkaitan dengan bentuk atau cara berlakunya peraturan hukum. Sumber-
sumber Hukum Perdata meliputi Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUH Perdata), traktat, yurisprudensi, dan kebiasaan. Sumber-sumber ini
dapat dibagi lagi menjadi tertulis dan tidak tertulis, tergantung pada
ditemukannya kaidah-kaidah hukum dari sumber tertulis atau tidak tertulis.
3. Subjek dan Objek Hukum Perdata membahas tentang individu atau badan
hukum serta benda-benda yang menjadi objek hukum. Objek hukum
adalah segala sesuatu yang diatur dalam hukum dan dapat dimanfaatkan
oleh subyek hukum berdasarkan hak atau kewajibannya. Subjek hukum
terdiri dari manusia dan badan hukum, dengan masing-masing memiliki
hak dan kewajiban dalam hukum. Manusia harus memenuhi syarat
kecakapan hukum untuk dapat melakukan perbuatan hukum, sedangkan
badan hukum dibedakan menjadi publik dan privat, tergantung pada dasar
pendiriannya.

10
4. Sistematika Hukum Perdata mencakup hukum perorangan, hukum
keluarga, hukum kekayaan (absolut dan relatif), dan hukum waris yang
mengatur individu sebagai subjek hukum, hubungan keluarga, kepemilikan
harta, dan transfer warisan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Budi Cahyono dan Surini Ahlan Sjarif, Mengenal Hukum Perdata,
(Depok: CV Gitama Jaya, 2008), hal. 4.
Komariah, Hukum Perdata, (Malang: UMMPress, 2010)
Djaja S. Maliala, Perkembangan Hukum Perdata tentang Benda dan Perikatan.
(Bandung: Nuansa Indah, 2007)
Muhammad Shoim, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, (Semarang: CV.
Rafi Sarana Perkasa, 2022)
Yulia, Hukum Perdata, (Lhokseumawe: CV. BieNa Edukasi, 2015)
Ketut Oka Setiawan, Hukum Perdata Mengenai Orang dan Kebendaan, (Jakarta:
FH Utama Jakarta, 2011)

12

Anda mungkin juga menyukai