Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Hukum Perdata Di Indonesia

Oleh:

EDY EKA PUTRA


216110049

PRODI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2016
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah ke khadirat Allah SWT,


karena atas perkenannya tugas ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktu yang telah direncanakan. Tidak lupa kepada Nabi besar
Muhammad SAW, Keluargnya serta para sahabatnya dan umatnya yang
setia sampai akhir zaman.

Tugas ini, merupakan Mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum tentang


penyusunan Makalah mengenai Hukum Perdata Indonesia. Dalam
penyusunan tugas ini, penulis banyak mendapatkan petunjuk serta
pelajaran yang bermanfaat bagi penulis. Tugas yang sederhan ini jauh
dari sempurna, penulis mengharapkan kritik atau saran dari pembaca
guna untuk memperbaiki kekurangan kekurangan tugas ini.

Demikian Makalah ini disusun dengan harapan. Mudah-mudahan


guna dan manfaat bagi kita semua khususnya insan pencipta dunia
pendidikan dan penulis sangat selalu berharap mudah-mudahan Allah
selalu meridhai kita semua.

Mataram, 21 September 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah ........................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hukum ........................................................... 2

2.2. Pengertian Hukum Perdata ............................................. 2

2.3. sejarah hukum perdata .................................................... 3

2.4. keadaan hukum perdata di Indonesia .............................. 5

2.5. sistematika hokum perdata .............................................. 7

2.6. contoh-contoh kasus hokum perdata ............................... 9

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan .................................................................... 12

3.2. Saran ............................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 13


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Hukum perdata adalah aturan-aturan hukum yang mengatur


tingkah laku setiap orang terhadap orang lain yang berkaitan dengan hak
dan kewajiban yang timbul dalam pergaulan masyarakat maupun
pergaulan keluarga atau Hukum perdata adalah hukum yang mengatur
hubungan antar perorangan di dalam masyarakat luas. Hukum perdata
merupakan hukum yang sangat berkaitan dengan hubungan antar orang –
perorangan, seperti misalnya hukum perkawinan yang mengatur segala
sesuatu yang berkaitan dengan perkawinan yang didalamnya berupa
perkawinan yang sah dan tidak sah, hubungan hukum antara suami dan
istri, hubungan hukum antara wali dan anak, harta benda dalam
perkawinan, perceraian, serta akibat-akibat hukumnya ; hukum kewarisan.
Dan juga mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, aturan
mengenai jual-beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, persyarikatan (
kerja sama bagi hasil ), pengalihan hak, dan segala yang berkaitan
dengan transaksi.

1.2. Rumusan masalah.

a. Apa pengertian Hukum

b. Apa pengertian Hukum Perdata

c. Apa contoh Kasus Hukum perdata

1.3. Tujuan Penulisan

a. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud Hukum perdata

b. Untuk mengetahui arti Pengertian Hukum terlebih dahulu


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi


tingkah laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol , hukum
adalah aspek terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan, Hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya
kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh karena itu setiap masyarat
berhak untuk mendapat pembelaan didepan hukum sehingga dapat di
artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sangsi bagi pelanggarnya.

Tujuan hukum mempunyai sifat universal seperti ketertiban,


ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata
kehidupan bermasyarakat. Dengan adanya hukum maka tiap perkara
dapat di selesaikan melaui proses pengadilan dengan prantara hakim
berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku,selain itu Hukum bertujuan
untuk menjaga dan mencegah agar setiap orang tidak dapat menjadi
hakim atas dirinya sendiri.

2.2. Pengertian Hukum Perdata

Yang dimaksud dengan Hukum Perdata ialah hukum yang mengatur


hubungan antara perorangan di dalam masyarakat.
Perkataan Hukum Perdata dalam arti yang luas meliputi semua
Hukum Privat materiil dan dapat juga dikatakan sebagai lawan dari Hukum
Pidana
Untuk Hukum Privat materiil ini ada juga yang menggunakan dengan
perkataan Hukum Sipil, tapi oleh karena perkataan sipil juga digunakan
sebagai lawan dari militer maka yang lebih umum digunakan nama Hukum
Perdata saja, untuk segenap peraturan Hukum Privat materiil (Hukum
Perdata Materiil).
Dan pengertian dan Hukum Privat (Hukum Perdata Materiil) ialah
hukum yang memuat segala peraturan yang mengatur hubungan antar
perseorangan di dalam masyarakat dan kepentingan dari masing-masing
orang yang bersangkutan. Dalam arti bahwa di dalamnya terkandung hak
dan kewajiban seseorang dengan sesuatu pihak secara timbal balik dalam
hubungannya terhadap orang lain di dalam suatu masyarakat tertentu.
Disamping Hukum Privat Materiil, juga dikenal Hukum Perdata Formil
yang lebih dikenal sekarang yaitu dengan HAP (Hukum Acara Perdata)
atau proses perdata yang artinya hukum yang memuat segala peraturan
yang mengatur bagaimana caranya melaksanakan praktek di lingkungan
pengadilan perdata.
Di dalam pengertian sempit kadang-kadang Hukumi Perdata ini
digunakan sebagai lawan Hukum Dagang.

Definisi Menurut para Ahli


1. Sri Sudewi Masjchoen Sofwan
Hukum yang mengatur kepentingan warga negara perseorangan yang
satu dengan
perseorangan yang lainnya.
2. Prof. Soediman Kartohadiprodjo, S.H.
Hukum yang mengatur kepentingan perseorangan yang satu dengan
perseorangan
yang lainnya.
3. Sudikno Mertokusumo
Hukum antar perseorangan yang mengatur hak dan kewajiban
perseorangan yang
satu terhadap yag lain didalam lapangan berkeluarga dan dalam
pergaulan masyarakat.
4. Prof. R. Soebekti, S.H.
Semua hak yang meliputi hukum privat materiil yang mengatur
kepentingan perseorangan.

2.3. Sejarah Hukum Perdata yang Berlaku di Indonesia


Sejarah membuktikan bahwa Hukum Perdata yang saat ini berlaku di
Indonesia, tidak lepas dari Sejarah Hukum Perdata Eropa.
Bermula di benua Eropa, terutama di Eropa Kontinental berlaku
Hukum Perdata Ramawi, disamping adanya Hukum tertulis dan Hukum
kebiasaan setempat. Diterimanya Hukum Perdata Romawi pada waktu itu
sebagai hukum asli dari negara-negara di Eropa, oleh karena keadaan
hukum di Eropa kacau-balau, dimana tiap-tiap daerah selain mempunyai
peraturan-peraturan sendiri, juga peraturan setiap daerah itu berbeda-
beda.
Oleh karena adanya perbedaan ini jelas bahwa tidak ada suatu
kepastian hukum. Akibat ketidak puasan, sehingga orang mencari jalan
kearah adanya kepastian hukum, kesatuan hukum dan keseragaman
hukum.
Pada tahun 1804 atas prakarsa Napoleon terhimpunlah Hukum
Perdata dalam satu kumpulan peraturan yang bemama Code Civil des
Francais yang juga dapat disebut Code Napoleon", karena Code Civil des
Francais ini adalah merupakan sebagian dari Code Napoleon
Sebagai petunjuk penyusunan Code Civil ini dipergunakan karangan
dari beberapa ahli hukum antara lain Dumoulin, Domat dan Pothies,
disamping itu juga dipergunakan Hukum Bumi Putra Lama, Hukum
Jemonia dan Hukum Cononiek.
Dan mengenai peraturan - peraturan hukum yang belum ada di
Jaman Romawi antara lain masalah wessel, assuransi, badan-badan
hukum. Akhimya pada jaman Aufklarung (Jaman baru sekitar abad
pertengahan) akhirnya dimuat pada kitab Undang—Undang tersendiri
dengan nama "Code de Commerce".
Sejalan dengan adanya penjajahan oleh bangsa Belanda (18o9-181
1), maka Raja Lodewijk Napoleon Menetapkan : "Wetboek Napoleon
Ingerighr Voor het Koninkrijk Holland" yang isinya mirip dengan "Code
Civil des Francais atau Code Napoleon" untuk dljadikan sumber Hukum
Perdata di Belanda (Nederland).
Setelah berakhimya penjajahan dan dinyatakan Nederland disatukan
dengan Prancis pada tahun 1811, Code Civil des Francais atau Code
Napoleon ini tetap berlaku di Belanda (Nederland).
Oleh Karena perkembangan jaman, dan setelah beberapa tahun
kemerdekaan Belanda (Nederland) dari Perancis ini, bangsa Belanda
mulai memikirkan dan mengadakan kodifikasi dari Hukum Perdatanya.
Dan tepatnya 5 Juli 1830 kodefikasi ini selesai dengan terbentuknya BW
(Burgerlijk Wetboek) dan WVK (Wetboek van koophandle) ini adalah
produk Nasional- Nederland namun isi dan bentuknya sebagian besar
sama dengan Code Civil des Francais dan Code de Commerce.
Dan pada tahun 1948, kedua Undang-Undang produk Nasional-
Nederland ini diberlakukan di Indonesia berdasarkan azas koncordantie
(azas Politik Hukum).
Sampai sekarang kita kenal dengan nama KUH Sipil (KUHP) untuk
BW (Burgerlijk Wetboek). Sedangkan KUH Dagang untuk WVK (Wetboek
van koophandle).

2.4. Keadaan Hukum Perdata Dewasa ini di Indonesia


Mengenai keadaan Hukum Perdata dewasa ini di Indonesia dapat
kita katakan masih beisifat majemuk yaitu masih beraneka warna
Penyebab dari keaneka ragaman ini ada 2 faktor yaitu :
1. Faktor Ethnis disebabkan keaneka ragaman Hukum Adat bangsa
Indonesia, karena negara kita Indonesia ini terdiri dari berbagai suku
bangsa.
2. Faktor Hostia Yuridis yang dapat kita lihat, yang pada pasal 163.I.S.
yang membagi penduduk Indonesia dalam tiga Golongan, yaitu :
a. Golongan Eropa dan yang dipersamakan.
b. Golongan Bumi Putera (pribumi /bangsa Indonesia asli) dan yang
dipersamakan
c. Golongan Timur Asing (bangsa Cina, India, Arab).
Dan pasal 131 .I.S. yaitu mengatur hukum—hukurn yang
diberlakukan bagi masing- masing golongan yang tersebut dalam pasal
163 I.S. di atas.
Adapun hukum yang diberlakukan bagi masing-masing golongan
yaitu :
a. Bagi golongan Eropa dan yang dipersamakan berlaku'Hukum Perdata
dan Hukum Dagang Barat yang diselaraskan dengan Hukum Perdata dan
Hukum Dagang di negeri Belanda berdasarkan azas konkondansi.
b. Bagi golongan Bumi Putera (Indonesia Asli) dan yang dipersamakan
berlaku Hukum Adat mereka. Yaitu hukum yang sejak dahulu kala berlaku
di kalangan rakyat, dimana sebagian besar dari Hukum Adat tersebut
belum tertulis, tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat.
c. _ Bagi golongan timur asing (bangsa Cina, India, Arab) berlaku hukum
masing-masing, dengan catatan bahwa golongan Bumi Putera dan Timur
Asing (Cina,India, Arab) diperbolehkan untuk menundukkan diri kepada
Hukum Eropa Barat baik secara keseluruhan maupun untuk beberapa
macam tindakan hukum tertentu saja.
— Maksudnya untuk segala golongan warga negara berlainan sama
dengan yang lain. Dapat kita Iihat :
a. Untuk Golongan Bangsa Indonesia Asli
Berlaku Hukum Adat yaitu hukum yang sejak dahulu kala berlaku di
kalangan rakyat, hukum yang sebagian besar masih belum tertulis, tetapi
hidup dalam tindakan-tindakan rakyat mengenai segala hal di dalam
kehidupan kita dalam masyarakat.
b. Untuk golongan warga negara bukan asli yang berasal dari Tionghoa
dan Eropa
Berlaku kitab KUHP(Burgerlijk Wetboek) dan KUHD (Wetboek Van
Koophandel), dengan suatu pengertian bahwa bagi golongan Tionghoa
ada suatu penyimpangan, yaitu pada bagian 2 dan 3 dari TITEL IV dari
buku I tentang :
— Upacara yang mendahului pernikahan dan mengenai penahanan
pemikahan Hal ini tidak berlaku bagi golongan Tionghoa. Karena pada
mereka diberlakukan khusus yaitu Burgerlijke Stand, dan peraturan
mengenai pengangkatan anak (adopsi).
Selanjutnya untuk golongan warga negara bukan asli yang bukan
berasal dari Tionghoa atau Eropah (antara lain Arab, India dan lainnya)
berlaku sebagian dari BW yaitu hanya bagian-bagian yang mengenai
Hukum Kekayaan Harta Benda (Vermororgensrecht), jadi tidak mengenai
Hukum Kepribadian dan Kekeluargaan (Personen en Familierecht)
maupun yang mengenai Hukum Warisan.
Untuk memahami keadaan Hukum Perdata di Indonesia perlulah kita
mengetahui riwayat politik pemerintah Hindia Belanda terlebih dahulu
terhadap hukum di Indonesia.
Pedoman politik bagi pemerintah HIindia Belanda terhadap hukum di
Indonesia ditulis dalam pasal 131 (I.S) (Indische Staatregeling) yang
sebelumnya pasal 131 (I.S) yaitu pasal 75 RR (Regerings reglement) yang
pokok-pokoknya sebagai berikut:
1. Hukum Perdata dan Dagang (begitu pula Hukum Pidana besena
Hukiun Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana harus diletakkan dalam
Kitab Undang-undang yaitu di Kodifikasi).
2. Untuk golongan bangsa Eropa harus dianut perundang- undangan yang
berlaku di negeri Belanda (sesuai azas Konkordansi ).
3. Untuk golongan bangsa Indonesia Asli dan Timur Asing (yaitu
Tionghoa, Arab dan lainnya) jika temyata bahwa kebutuhan
kemasyarakatan mereka menghendakinya, dapatlah peraturan-peraturan
untuk bangsa Eropa dinyatakan berlaku bagi mereka.
4. Orang Indonesia Asli dan orang Timur Asing, sepanjang mereka belum
ditundukkan di bawah suatu peraturan bersama dengan bangsa Eropa,
diperbolehkan menundukkan diri pada hukum yang berlaku untuk bangsa
Eropa Penundukan ini boleh dilakukan baik secara umum maupun secara
hanya mengenai suatu perbuatan tertentu saja.
5. Sebelumnya hukum untuk bangsa Indonesia ditulis di dalam Undang-
Undang, maka bagi mereka itu akan tetap berlaku hukum yang sekarang
berlaku bagi mereka, yaitu Hukum Adat.
Berdasarkan pedoman tersebut di atas, di jaman Hindia Belanda itu telah
ada beberapa peraturan Undang-Undang Eropa yang telah dinyatakan
berlaku untuk bangsa Indonesia Asli, seperti pasal 1601-1603 lama dari
BW yaitu perihal :
a. Perjanjian kerja perburuhan : (staatsblat 1879 no 256)
b. Pasal 1788-1791 BW perihal hutang-hutang dari perjudian (staatsblad
1907 no 306)
c. Dan beberapa pasal dan WVK (KUHD) yaitu sebagian besar dari
Hukum Laut(Staatsblad 1933 no 49)
Disamping itu ada peraturan-peraturan yang secara khusus dibuat untuk
bangsa Indonesia seperti :
a.Ordonansi Perkawinan bangsa Indonesia Kristen (Staatsblad 1933 no
74).
b.Organisasi tentang Maskapai Andil Indonesia (IMA) Staatsblad 1939 no
570 berhubungan dengan no. 717).
Dan ada pula peraturan - peraturan yang berlaku bagi semua golongan
warga negara, yaitu:
- Undang-undang Hak Pengarang (Auteurswet tahun 1912)
- Peraturan Umum tentang Koperasi (Staatsblad 1933 no 108)
- Ordonansi Woeker (Staatsblad 1938 no 523)
- Ordonansi tentang pengangkutan di udara (Staatsblad 1938 no 98).
2.5. Sistematika Hukum Perdata
Sistematika Hukum Perdata kita (BW) ada dua pendapat. Pendapat
yang penama yaitu, dari pemberlaku Undang-Undang berisi:
Buku I : Berisi mengenai orang. Di dalamnya diatur hukum tentang diri
seseorang dan hukum kekeluargaan.
Buku II : Berisi tentang hal benda. Dan di dalanmya diatur hukum
kebendaan dan hukum waris.
Buku III : Berisi tentang hal perikatan. Di dalamnya diatur hak-hak dan
kewajiban timbal balik antara orang-orang atau pihak-pihak tertentu.
Buku IV : Berisi tentang pembuktian dan daluarsa. Di dalamnya diatur
tentang alat-alat pembuktian dan akibat-akibat hukum yang timbul dari
adanya daluwarsa itu.
Pendapat yang kedua menurut ilmu Hukum / Doktrin dibagi dalam 4
bagian yaitu :
I. Hukum tentang diri seseorang (pribadi).
Mengatur tentang manusia sebagai subyek dalam hukum, mengatur
tentang perihal kecakapan untuk memiliki hak-hak dan kecakapan untuk
bertindak sendiri melaksanakan hak-hak itu dan selanjutnya tentang hal-
hal yang mempengaruhi kecakapan-kecakapan itu.
II. Hukum Kekeluargaan
Mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang timbul dari
hubungan kekeluargaan yaitu:
— Perkawinan beserta hubungan dalam lapangan hukum kekayaan
antara suami dengan istri, hubungan antara orang tua dan anak,
perwalian dan curatele.
III. Hukum Kekayaan
Mengatur prihal hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai
dengan uang.
Jika kita mengatakan tentang kekayaan seseorang maka yang
dimaksudkan ialah jumlah dan segala hak dari kewajiban orang itu
dinilaikan dengan uang.
Hak-hak kekayaan terbagi lagi atas hak-hak yang berlaku terhadap
tiap-tiap orang, oleh karenanya dinamakan Hak Mutlak dan hak yang
hanya berlaku terhadap seseorang atau pihak tertentu saja dan karenanya
dinamakan hak perseorangan.
Hak mutlak yang memberikan kekuasaan atas suatu benda yang
dapat terlihat dinamakan hak kebendaan. Hak mutlak yang tidak
memberikan kekuasaan atas suatu benda yang dapat terlihat dinamakan
hak kebendaan.
Hak mutlak yang tidak memberikan kekuasaan atas suatu benda
yang dapat terlihat.
— Hak seorang pengarang atas karangannya
— Hak seseorang atas suatu pendapat dalam lapangan Hmu
Pengetahuan atau hak pedagang untuk memakai sebuah merk,
dinamakan hak mutlak saja.
IV. Hukum Warisan
Mengatur tentang benda atau kekayaan seseorang jika ia meninggal.
Disamping itu Hukum Warisan mengatur akibat-akibat dari hubungan
keluarga terhadap harta peninggalan seseorang

2.6. Contoh-contoh Kasus Hukum Perdata


Sengketa tanah Prokimal (proyek pemukiman TNI AL) meletus
tahun 1998. Warga di sekitar Prokimal sering menggelar unjuk rasa
dengan cara memblokade jalur pantura (pantai utara) untuk menuntut
pembebasan lahan yang dianggap miliknya. Di lain pihak, menurut
keterangan TNI AL, lahan yang diinginkan warga itu merupakan milik TNI
AL yang diperoleh dengan pembelian yang sah tahun 1960 seluas
3.569,205 hektare yang tersebar di dua kecamatan, yakni Nguling dan
Lekok, serta di 11 desa, yakni Desa Sumberanyar, Sumberagung,
Semedusari, Wates, Jatirejo, Pasinan, Balunganyar, Brang, Gejugjati,
Tamping, dan Alas Telogo.
Saat itu tanah tersebut dibeli seharga Rp 77,66 juta dan rencananya
digunakan untuk pusat pendidikan dan latihan TNI AL yang terlengkap
dan terbesar. Karena belum memiliki dana, agar tidak telantar, tanah
tersebut dijadikan area perkebunan dengan menempatkan 185 keluarga
prajurit.

Kemudian pada 1984 keluar Surat Keputusan KSAL No Skep/675/1984


tanggal 28 Maret 1984 yang menunjuk Puskopal dalam hal ini Yasbhum
(Yayasan Sosial Bhumyamca) untuk memanfaatkan lahan tersebut
sebagai lahan perkebunan produktif, dengan memanfaatkan penduduk
setempat sebagai pekerja.

Upaya-upaya penyelesaian sertifikasi tanah yang dilaksanakan Lantamal


III Surabaya sejak 20 Januari 1986 dapat terealisir BPN pada 1993
dengan terbitnya sertifikat sebanyak 14 bidang dengan luas 3.676
hektare. Meski demikian masih ada penduduk yang belum melaksanakan
pindah dari tanah yang telah dibebaskan TNI AL. Pada 20 November
1993 Bupati Pasuruan mengirimkan surat kepada Komandan Lantamal III
Surabaya perihal usulan pemukiman kembali nonpemukim TNI AL di
daerah Prokimal Grati. Kemudian Bupati Pasuruan mengajukan surat
kepada KSAL pada 3 Januari 1998 untuk mengusulkan bahwa tanah
relokasi untuk penduduk nonpemukim TNI AL agar diberikan seluas 500
meter persegi per KK.

Dari catatan media Surya, dalam setahun terakhir terjadi dua kali
pemblokiran jalan pantura oleh warga, yakni 14 Desember 2006 dan 10
Januari 2007. Selain itu, warga Desa Alas Telogo, Kecamatan Lekok,
memilih menempuh jalur hukum dan menggugat kepemilikan tanah itu ke

Pengadilan Negeri (PN) Bangil, 18 Juli 2006 lalu. Gugatan itu ditempuh
256 warga, namun mereka dinyatakan kalah oleh PN Bangil dalam sidang
12 Maret lalu. Munculnya keputusan tersebut membuat warga marah
hingga berujung pada bentrokan dengan polisi seusai sidang putusan.
Sebelum persidangan itu, yakni pada 15 Februari, Pangarmatim Laksda
Moekhlas Sidik meresmikan Prokimal sebagai pusat latihan tempur
(Puslatpur) dan warga 11 desa yang berjumlah sekitar 5.700 keluarga
rencananya direlokasi ke bagian yang aman. ―Sesuai pesan Panglima
TNI, 2007 ini lahan akan di-set up ulang sebagai pusat latihan tempur
untuk meningkatkan profesionalitas prajurit TNI AL. Untuk relokasi warga,
karena ada niatan baik dari kami, tidak akan terjadi masalah seperti saya
utarakan di hadapan warga,‖ kata Laksda Moekhlas Sidik saat
meresmikan Prokimal sebagai Puslatpur.

Janji untuk merelokasi warga kemudian diwujudkan, dan 360 hektare


tanah diberikan kepada warga di 11 desa yang ditempatkan di luar sabuk
batas tempat latihan tempur.

―Sesuai Keputusan KSAL, lahan Prokimal dijadikan pusat latihan tempur


dan 5.702 rumah direlokasi di luar garis latihan. Setiap rumah diberi tanah
500 meter persegi sekaligus bentuk pelepasan dari inventarisasi kekayaan
negara (IKN) AL. Untuk biaya relokasi, TNI AL dan Bupati akan
mengusulkan kepada pimpinan masing-masing,‖ tandas Moekhlas Sidik
didampingi Bupati Pasuruan Jusbakir Aldjufri kepada wartawan seusai
bertemu dengan 11 kepala desa mewakili warga di lahan Prokimal Grati,
22 Maret lalu.

Selain itu, TNI AL juga memberikan tambahan lahan sebesar 20 persen


untuk pemenuhan fasilitas umum. Dengan adanya keputusan ini,
diharapkan masyarakat tidak resah karena jaminan keamanan tidak
terkena peluru nyasar serta adanya keputusan hukum atas tanah yang
dimilikinya.

Upaya relokasi warga 11 desa ini disambut positif Pemkab Pasuruan,


bahkan Pemkab mengusulkan anggaran untuk relokasi itu ke pemerintah
pusat ditambah dengan anggaran dari APBD Kabupaten Pasuruan.
Meski TNI AL memberikan tanah seluas 360 hektare kepada warga 11
desa, namun para kepala desa saat itu tidak berani menerimanya dan
hanya akan menyampaikan lebih dulu kepada warga. Alasannya, lahan
500 meter persegi dianggap kurang untuk memenuhi kebutuhan warga.

Di tengah upaya penyelesaian sengketa kasus tanah dengan jalan damai


itulah, tiba-tiba terjadi insiden antara Marinir dengan warga Rabu (30/5),
yang menyebabkan empat warga tewas dan enam lainnya luka-luka.

Sengketa masalah tanah antara warga dengan TNI di Kabupaten


Pasuruan bukan hanya terjadi di lahan Prokimal, Grati. Di Raci,
Kecamatan Bangil, juga terjadi kasus sengketa tanah serupa antara warga
dengan TNI Angkatan Udara (AU). Namun dalam kasus Raci ini, pihak
TNI AU telah memberikan lampu hijau untuk pengelolaan lahan dengan
porsi 60:40 untuk TNI AU dan warga Desa Raci.

Contoh Hukum Perdata Warisan

Seorang ayah yang ingin mewariskan harta bendanya ketika kelak


ia meninggal tentunya akan menuliskan sebuah surat wasiat. Namun
ketika seorang ayah tersebut telah meninggal, dimana kemudian terjadi
selisih paham antara anak-anaknya dan berujung kepada pelaporan salah
seorang anak kepada pihak yang berwenang tentang perselisihan yang
terjadi, maka kasus tersebut juga termasuk salah satu contoh kasus
hukum perdata.

Contoh Kasus Perdata Pencemaran Nama Baik

Seorang artis merasa terhina atas pemberitaan sebuah media


massa. Gosip tersebut telah digosipkan oleh media menjadi seorang
pengedar dan pemakai psikotropika. Karena tidak terima dengan
pemberitaan tersebut, maka sang artis melaporkan media massa tersebut
ke polisi atas tuduhan telah melakukan pencemaran nama baik dan
perbuatan tidak menyenangkan. Kasus antara artis dan media massa
tersebut juga termasuk menjadi salah satu contoh kasus hukum perdata.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Jadi Hukum perdata adalah segala hukum pokok yang mengatur


kepentingan-kepentingan perorangan. Jadi, dalam peradilan hukum
perdata itu diutamakan perdamaian karena hukum itu tidak hanya
difungsikan untuk menghukum seseorang, tapi juga sebagai alat untuk
mendapatkan keadilan dan perdamaian.

3.2. Saran

Saran dari penyusun adalah semoga setelah melihat, membaca,


dan mempelajari makalah ini, kita semua dapat mengerti dan menjauhi
tindakan- tindakan yang berlawanan dengan hukum yang berlahu,
khususnya hukum yang ada di Negara kita Indonesia .Bukan sekedar
isapan jempol semata, sebenarnya kehidupan yang berdasar dari hukum
akan jauh lebih dalam pengaturanya pada pribadi setiap individu, karena
hukum dapat membuat orang lebih dewasa dalam bertindak, dan lebih
disiplin dalam pemikiran dan tindakanya pula
Daftar pustaka

http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/45?&show_interstitial
1&u=%2Fjournal%2Fitem

http://joeniarianto.files.wordpress.com/2008/07/microsoft powerpoint
hk-perdata.pdf

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul

Anda mungkin juga menyukai