Anda di halaman 1dari 17

1

MAKALAH
POKOK-POKOK HUKUM PERDATA

Dosen pengampu :
Dr. Kiljamilwati., S.Ag.,M.H

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Nisra Amelia (10900122109)
Irmadana (10900122105)
Muh. Bambang Kurniawan (10900122102)
Muh. Khusnul Ibrahim (10900122122)

PROGRAM STUDI ILMU FALAK


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2023

1
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami mencoba berusaha menyusun makalah ini sedemikian rupa dengan


harapan dapat membantu pembaca dalam memahami pelajaran pengantar hukum
indonesia ini yang merupakan judul dari makalah kami, yaitu “Pokok-Pokok
Hukum Perdata”. Disamping itu, kami berharap bahwa makalah ini dapat
dijadikan bekal pengetahuan untuk melangkah ke jenjang berikutnya.

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah pendidikan


kewarganegaraan ini masih ada kekurangan sehingga kami berharap saran dan
kritik dari pembaca sekalian agar dapat meningkatkan mutu dalam penyajian
berikutnya.

Gowa, 12 Maret 2023

Penyusun

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pengertian Hukum Perdata ........................................................................... 3
B. Sejarah Hukum Perdata ................................................................................ 5
C. Sumber-Sumber dan Asas Hukum Perdata .................................................. 6
D. Sistematika Hukum Perdata ......................................................................... 9
E. Hukum Yang Berlaku di Indonesia ............................................................ 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................ 13
B. Saran ........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya suatu
“hubungan”, baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain.
Adakalanya hubungan antara seseorang atau badan hukum itu tidak berjalan
mulus seperti yang diharapkan, sehingga seringkali menimbulkan permasalahan
hukum. Sebagai contoh sebagai akibat terjadinya hubungan pinjam meminjam
saja seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Atau contoh lain dalam hal
terjadinya putusnya perkawinan seringkali menimbulkan permasalahan hukum.
Hal tersebut termasuk dalam masalah hukum perdata.1
Hukum perdata di Indonesia adalah sekumpulan peraturan yang berisi
perintah dan larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat
dipaksakan pemberlakuaanya berfungsi untuk mengatur masyarakat demi
terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya. Salah satu
bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek
hukum dan hubungan antara obyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum
privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum
(misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan
sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum
pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga
negara sehari- hari.2
Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda,
khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab

1 A. Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung, PT Refika Aditama,

2007), hlm.9
2A. Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung, PT Refika Aditama,
2007), hlm. 10

1
2

Undang undang Hukum Perdata (dikenal KUHPerdata.) yang berlaku di


Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk
Wetboek (atau dikenal dengan BW) yang berlaku di kerajaan Belanda dan
diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda) berdasarkan azas
konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda,
BW diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari
hukum perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa penyesuaian.3

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukum perdata ?
2. Bagaimana sejarah hukum perdata ?
3. Apa saja sumber-sumber dan asas hukum perdata ?
4. Bagaimana sistematika hukum perdata ?
5. Bagaimana hukum yang berlaku di Indonesia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hukum perdata
2. Untuk mengetahui sejarah hukum perdata
3. Untuk mengetahui sumber-sumber dan asas hukum perdata
4. Untuk mengetahui sistematika hukum perdata
5. Untuk mengetahui hukum yang berlaku di Indonesia

3 Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), hlm. 197
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Perdata

Istilah hukum perdata pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Djojodiguno


sebagai terjemahan dari bahasa Belanda yaitu burgerlijkrecht Wetboek (B.W)
pada masa pendudukan Jepang. Di samping istilah itu, sinonim hukum perdata
adalah civielrecht dan privatrecht.
Para ahli memberikan batasan hukum perdata, seperti berikut. Van Dunne
mengartikan hukum perdata, khususnya pada abad ke -19 adalah, “Suatu
peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan
individu, seperti orang dan keluarganya, hak milik dan perikatan. Sedangkan
hukum publik memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan pribadi”
Pendapat lain yaitu Vollmar, dia mengartikan hukum perdata adalah,
“Aturan-aturan atau norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh
karenanya memberikan perlindungan pada kepentingan perseorangan dalam
perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu dengna kepentingan
yang lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang
mengenai hubungan keluarga dan hubungan lalu lintas”.4
Hukum perdata merupakan salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan
kewajiban yang dimiliki subjek hukum. Subjek adalah pelaku. Subjek hukum
ada dua, yaitu manusia dan badan hukum (PT, firma, yayasan, dan sebagainya).
Hukum perata ada karena kehidupan seseorang didasarkan pada adanya suatu
“hubungan”, bagi hubungan berdasarkan kebendaan atau hubungan yang lain.
Manusia. Hukum perdata bertujuan untuk mengatur hubungan di antara
penduduk atau warga Negara sehari-hari, seperti kedewasaan seseorang,
perkawinan, perceraian, kematian, waris, harta benda, kegiatan usaha, dan
tindakan bersifat perdata lainnya. Karena hukum perdata “rangkaian peraturan-
peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dan

4 Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), hlm. 209-215

3
4

orang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan perseoranagan”. Hukum


perdata merupakan ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah laku
manusia dalam memenuhi kepentingannya serta membatasi kehidupan manusia
atau seseorang dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingannya.
Hukum perdata juga disebut hukum privat atau hukum sipil (Civil Law).
Hukum privat adalah hukum yang baik materi maupun prosesnya didasarkan
kepada kepentingan pribadi-pribadi. Misalnya ketika terjadi transaksi jual beli
rumah, kedua belah pihak berhak untuk menentukan metode pembayaran,
apakah kontan atau kredit. Jual beli ini merupakan urusan pribadi sehingga
institusi public seperti polisi atau jaksa tidak berhak untuk ikut campur dalam
prosesnya. Jadi, ketika ditemukan masalah perdata dan polisi atau jaksa turut
campur dalam kasus tersebut (dengan membawa baju institusinya), maka
tindakan aparat tersebut patut dicurigai. Namun ketika terjadi penipuan,
misalnya rumah dijual bukan hak milik si Penjual, maka kasus ini bisa
dilaporkan ke polisi.5
Hukum perdata menentukan, bahwa didalam perhubungan antar mereka,
orang harus meundukan diri kepada apa saja dan norma-norma apa saja yang
harus mereka indahkan. Dalam hal ini hukum perdata memberikan wewenang-
wewenang di satu pihak dan di lain pihak iamembebankan kewajiban-
kewajiban, yang pemenuhannya dan justru ini adalah inti aturan hukum, jika
perlu dapat dipaksakan dengan bantuan penguasa.6
Pengertian Hukum Perdata Material dan Formal
- Hukum Perdata Material
Pengertian hukum perdata material adalah menerangkan perbuatan-
perbuatan apa yang dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa yang dapat
dijatuhkan. Hukum materil menentukan isi sesuatu perjanjian, sesuatu

5 Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka

Grhatama, 2011). hlm. 12-13


6Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1996). Hlm. 2
5

perhubungan atau sesuatu perbuatan. Dalam pengertian hukum materil


perhatian ditujukan kepada isi peraturan.
- Hukum Perdata Formal
Pengertian hukum perdata formil adalah menunjukkan cara
mempertahankan atau menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam
perselisihan maka hukum formil itu menunjukkan cara menyelesaikan di
muka hakim. Hukum formil disebut pula hukum Acaara. Dalam pengertian
hukum formil perhatian ditujukan kepada cara mempertahankan/
melaksanakan isi peraturan.
B. Sejarah Hukum Perdata

1. Kodifikasi Hukum Perdata Belanda Tahun 1830

Sumber pokok hukm perdata (Burgerlijkrecht) iyalah Kitab Undang-


Undang Hukum Perdata (Burgerljk Wetboek), disingkat KUHPer (B.W.)
KUHPer sebagian besar adalah hukum perdata prancis, yaitu Code
Napoleon tahun 1811-1838; akibat penduduk prancis di Belanda, berlaku di
Negeri Belanda sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang resmi.
Sebagian dari Code Napoleon ini adalah Code Civil, yang dalam
penyusunanya mengambil karangan-karanngan pengarang-pengarang
bangsa prancis mengenai hukum Romawi (Corpus Juris Ciivlis), yang pada
jaman dahulu dianggap sebagai hukum yang paling sempurna. Juga unsure-
unsur hukum kanoniek (hukum agama Katolik) dan hukum kebiasaan
setempat mempengaruhinya.7
Setelah penduduk Prancis berakhir, oleh pemerintah Belenda dibentuk
suatu panitia yang di ketuai oleh Mr. J.M. Kemper dan bertugas membuat
rencana kodifikasi hukum perdata Belanda dengan menggunakan sebagai
sumber sebagaian besar “Code Napoleon” dan sebagian kecil hukum
belanda Kuno. Kemudian diresmikan pada 1 Oktober 1838 yang

7 Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). hlm.
40
6

mengeluarkan Burgerilijk Wetboek (KUHPer) dan Wetboek van


Koophandel ( KUH Dagang).
2. Kodifikasi Hukum Perdata Di Indonesia Tahun 1848
KUHPer yang terlaksana pada 1 Mei 1848 itu adalah hasil panitia
kodifikasi yang diketuai oleh Mr. C.J. Scholten van Oud-Haarlem. Maksud
dari kodifikasi pada waktu itu untuk mengadakan persesuaian antara hukum
dan keadaan di Indonesia dengan hukum dan keadaan negeri Belanda. Di
negeri Belanda aliran kodifikasi adalah dari pada aliran kodifikasi yang di
Eropa berlangsung secara umum pada akhir abad ke-18; masalah pada
waktu itu sudah ada Negara-negara yang telah selesai dengan kodifikasinya.
KUHPer Indonesia sekarang ini (yang mulai berlaku sejak 1 Mei 1848)
dapat dikatakan suatu copy KUHPer Belanda, sehingga untuk
menyediakannya perlula sedianya untuk menyelidiki KUHPer Belanda.
C. Sumber-Sumber dan Asas Hukum Perdata
Sumber-Sumber Hukum Perdata
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau
dilanggar mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas dan nyata. Sumber
hukum perdata adalah asal mula hukum perdata atau tempat dimana hukum
perdata di temukan.8
Volamar membagi sumber hukum perdata menjadi empat macam. Yaitu
KUHperdata ,traktat, yurisprudensi, dan kebiasaan. Dari keempat sumber
tersebut dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu sumber hukum perdata tertulis
dan tidak tertulis. Yang dimaksud dengan sumber hukum perdata tertulis yaitu
tempat ditemukannya kaidah-kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber
tertulis. Umumnya kaidah hukum perdata tertulis terdapat di dalam peraturan
perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sumber hukum perdata tidak

8 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung, PT Citra Aditya


Bakti, 2014), hal. 15
7

tertulis adalah tempat ditemukannya kaidah hukum perdata yang berasal dari
sumber tidak tertulis. Seperti terdapat dalam hukum kebiasaan.
Yang menjadi sumber perdata tertulis yaitu:
1. AB (algemene bepalingen van Wetgeving) ketentuan umum permerintah
Hindia Belanda
2. KUHPerdata (BW)
3. KUH dagang
4. UU No 1 Tahun 1974
5. UU No 5 Tahun 1960 Tentang Agraria.
Asas Hukum Perdata
Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang sangat penting dalam
Hukum Perdata adalah:
1. Asas kebebasan berkontrak
Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan
perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang,
maupun yang belum diatur dalam undang-undang (lihat Pasal 1338
KUHPdt).
2. Asas konsesualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1)
KUHPdt. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya
perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas
ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya
tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan
kedua belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan
pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.
3. Asas kepercayaan
Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan
mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan
diantara mereka dibelakang hari.
4. Asas Kekuatan Mengikat
8

Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang menyatakan bahwa perjanjian
hanya mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian
tersebut dan sifatnya hanya mengikat.
5. Asas Persamaan hukum
Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum yang
mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang
sama dalam hukum. Mereka tidak boleh dibeda-bedakan antara satu sama
lainnya, walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit, agama, dan ras.
6. Asas Keseimbangan
Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak
memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan
untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan
prestasi melalui kekayaan debitur, namun debitur memikul pula kewajiban
untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik.
7. Asas kepastian hukum
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda
merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta
sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus
menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana
layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi
terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak.
8. Asas moral
Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela
dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi
dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang
melakukan perbuatan dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan
mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan
perbuatannya. Salah satu faktor yang memberikan motivasi pada yang
bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu adalah didasarkan pada
kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati nuraninya.
9

9. Asas perlindungan
Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan
kreditur harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat
perlindungan itu adalah pihak debitur karena pihak ini berada pada posisi
yang lemah.Asas-asas inilah yang menjadi dasar pijakan dari para pihak
dalam menentukan dan membuat suatu kontrak/perjanjian dalam kegiatan
hukum sehari-hari. Dengan demikian dapat dipahami bahwa keseluruhan
asas diatas merupakan hal penting dan mutlak harus diperhatikan bagi
pembuat kontrak/perjanjian sehingga tujuan akhir dari suatu kesepakatan
dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana diinginkan oleh para pihak.
10. Asas kepatutan
Berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik
dari para pihak.
11. Asas Kepribadian (Personality)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang
akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan
perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340
KUHPdt.
12. Asas Itikad Baik (Good Faith)
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang
berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini
merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus
melaksanakan substansi kontrak.
D. Sistematika Hukum Perdata
1. Menurut Undang-Undang sebagaimana termuat dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata terdiri atas 4 buku, yaitu:
a. Buku I, yang berjudul Perihal Orang (Van Personen), yang memuat
Hukum Perorangan dan Hukum Kekeluargaan;
b. Biku II, yang berjudul Perihal Benda (Van Zaken), yang memuat
Hukum Benda dan Hukum Waris;
10

c. Buku III, yang berjudul perihal perikatan (Van Verbintennissen), yang


memuat Hukum Harta Kekayaan yang berkenan dengan hak-hak dan
kewajiban yang berlaku bagi-orang-orang atau pihak tertentu;
d. Buku IV, yang berjudul perihal pembuktian dan kadauiawarsa (Van
Bewijs en Berjaring), yang memuat perihal alat-alat pembuktian dan
akibat-akibat lewat waktu terhadap hubungan-hubungan hukum.
2. Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum, Hukum Perdata (yang termuat dalam
KUHPer) terdapat 4 bagian, yaitu:
• Hukum Perorangan (Personenrecht) yang memuat antara lain:
a. Peraturan-peraturan tentang manusia sebagai subyek hukum,
b. Peraturan-peraturan tentang kecakapan untuk memiliki hak-hak dan
bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya itu.
• Hukum Keluarga (Familierecht) yang memuat antara lain:
a. Perkawinan beserta hubungan dalam hukum harta kekayaan antara
suami/istri
b. Hubungan antara orangtua dan anak-anaknya (kekuasaan orangtua-
ouderlijke macht),
c. Perwalian (voogdij),
d. Pengampunan (curalele).
• Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht), yang mengatur tentang
hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilaikan dengan uang. Hukum
Harta Kekayaan meliputi;
a. Hak mutlak, yaitu hak-hak yang berlaku terhadap tiap orang;
b. Hal perorangan, yaitu hak-hak yang hanya berlak terhadap seorang
atau suatu pihak tertentu saja.
• Hukum Waris (Erfrecht), yang mengatur tentang benda atau harta
kekayaan seseorang jika meninggal dunia (mengatur akibat-akibat dari
hubungan keluarga terhadap harta peninggalan seseorang).
11

E. Hukum Yang Berlaku Di Indonesia


1. Bagi Golongan eropa dan yang dipersamakan berlaku Hukum Perdata
dan Hukum Dagang Barat yang diselaraskan dengan Hukum Perdata
dan Hukum Dagang di negeri Belanda berdasarkan azas konkordansi.
2. Bagi Golongan Bumi Putera (Indonesia asli) dan yang dipersamakan
berlaku Hukum Adat merka. Yaitu Hukum yang sejak dahulu kala
berlaku di kalangan rakyat, dimana sebagian besar dari Hukum Adat
tersebut belum tertulis, tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat.
3. Bagi Golongan Timur Asing (bangsa Cina, India, Arab) berlaku hukum
msing-masing, dengan catatan bahwa golongan Bumi Putera dan Timur
Asing (Cina, Arab, India) diperbolehkan untuk menundukkan diri
kepada Hukum Eropa Barat baik secara keseluruhan maupun untuk
beberapa macam tindakan hukum tertentu saja. Maksudnya untuk segala
golongan warga negara berlainan satu dengan yang lain. Dapat kita lihat
:9
a. Untuk Golongan Bangsa Indonesia Asli: Berlaku Hukum Adat yaitu
hukum yang sejak dahulu kala berlaku di kalangan rakyat, hukum
yang sebagian besar masih belum tertulis, tetapi hidup dalam
tindakan-tindakan rakyat mengenai segala hal di dalam kehidupan
kita dalam masyarakat.
b. Untuk Golongan warga negara bukan asli yang berasal dari
Tionghoa dan Eropa: Berlaku kitab KUHP (Burgerlijk Wetboek)
dan KUHD (Wetboek van koophandel), dengan suatu pengertian
bahwa bagi golongan tionghoa ada suatu penyimpangan, yaitu pada
bagian 2 dan 3 dari TITEL IV dari buku I tentang: Upacara yang
mendahului pernikahan dan mengenai penahanan pernikahan. Hal
ini tidak berlaku bagi golongan tionghoa, karena pada mereka

9Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1996). Hlm. 35
12

diberlakukan khusus yaitu Burgerlijke stand, dan peraturan


mengenai pengangkatan anak (adopsi).
Selanjutnya untuk golongan warga negara bukan asli yang bukan berasal
dari tionghoa atau eropa berlaku sebagian dari BW yaitu hanya bagian-
bagian yang mengenai Hukum kejayaan Harta Benda (Vermogensrecht),
jadi tidak mengenai Hukum Kepribadian dan Hukum Kekelurgaan
(Personen en Familierecht) maupun yang mengenai Hukum Warisan.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar individu dalam
pergaulan masyarakat. Jadi, hukum perdata adalah hukum pokok yang
mengatur kepentingan-kepentingan perorangan.
Menurut Undang-Undang sebagaimana termuat dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata terdiri atas 4 buku, yaitu:
1. Buku I, yang berjudul Perihal Orang (Van Personen)
2. Buku II, yang berjudul Perihal Benda (Van Zaken)
3. Buku III, yang berjudul perihal perikatan (Van Verbintennissen)
4. Buku IV, yang berjudul perihal pembuktian dan kadauiawarsa (Van
Bewijs en Berjaring)
Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum, Hukum Perdata (yang termuat dalam
KUHPer) terdapat 4 bagian, yaitu:
1. Hukum Perorangan (Personenrecht)
2. Hukum Keluarga (Familierecht)
3. Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht)
4. Hukum Waris (Erfrecht)
B. Saran
Dalam penyelesaian makalah ini, tentunya masih banyak terdapat kekurangan
dan keterbatasan pengetahuan oleh kami sebagai penyusun, maka harapan kami
akan adanya saran serta kritik yang membangun dapat menjadi batu loncatan
unuk kedepannya dalam penyelesaian tugas-tugas yang akan datang, tentunya
kami akan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mungkin tidak disadari oleh
kami dengan mengacu pada sumbersumber terpercaya. Adapun harapan kami
semoga pembaca mendapatkan ilmu dari makalah sederhana yang kami susun
dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari.

13
DAFTAR PUSTAKA

A. Siti Soetami (2007), Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung, PT Refika


Aditama)
Abdulkadir Muhammad (2014), Hukum Perdata Indonesia, (Bandung, PT Citra
Aditya Bakti)
Darda Syahrizal (2011), Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesia, (Yogyakarta:
Pustaka Grhatama)
Kansil (1993), Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka)
Kansil, C.S.T (1989), Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka)
Vollmar (1996), Pengantar Studi Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada)
Vollmar (1996), Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid I (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada)

14

Anda mungkin juga menyukai