MAKALAH
POKOK-POKOK HUKUM PERDATA
Dosen pengampu :
Dr. Kiljamilwati., S.Ag.,M.H
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Nisra Amelia (10900122109)
Irmadana (10900122105)
Muh. Bambang Kurniawan (10900122102)
Muh. Khusnul Ibrahim (10900122122)
1
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
i
ii
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya suatu
“hubungan”, baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain.
Adakalanya hubungan antara seseorang atau badan hukum itu tidak berjalan
mulus seperti yang diharapkan, sehingga seringkali menimbulkan permasalahan
hukum. Sebagai contoh sebagai akibat terjadinya hubungan pinjam meminjam
saja seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Atau contoh lain dalam hal
terjadinya putusnya perkawinan seringkali menimbulkan permasalahan hukum.
Hal tersebut termasuk dalam masalah hukum perdata.1
Hukum perdata di Indonesia adalah sekumpulan peraturan yang berisi
perintah dan larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat
dipaksakan pemberlakuaanya berfungsi untuk mengatur masyarakat demi
terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya. Salah satu
bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek
hukum dan hubungan antara obyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum
privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum
(misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan
sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum
pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga
negara sehari- hari.2
Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda,
khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab
2007), hlm.9
2A. Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung, PT Refika Aditama,
2007), hlm. 10
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukum perdata ?
2. Bagaimana sejarah hukum perdata ?
3. Apa saja sumber-sumber dan asas hukum perdata ?
4. Bagaimana sistematika hukum perdata ?
5. Bagaimana hukum yang berlaku di Indonesia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hukum perdata
2. Untuk mengetahui sejarah hukum perdata
3. Untuk mengetahui sumber-sumber dan asas hukum perdata
4. Untuk mengetahui sistematika hukum perdata
5. Untuk mengetahui hukum yang berlaku di Indonesia
3 Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), hlm. 197
BAB II
PEMBAHASAN
4 Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), hlm. 209-215
3
4
7 Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). hlm.
40
6
tertulis adalah tempat ditemukannya kaidah hukum perdata yang berasal dari
sumber tidak tertulis. Seperti terdapat dalam hukum kebiasaan.
Yang menjadi sumber perdata tertulis yaitu:
1. AB (algemene bepalingen van Wetgeving) ketentuan umum permerintah
Hindia Belanda
2. KUHPerdata (BW)
3. KUH dagang
4. UU No 1 Tahun 1974
5. UU No 5 Tahun 1960 Tentang Agraria.
Asas Hukum Perdata
Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang sangat penting dalam
Hukum Perdata adalah:
1. Asas kebebasan berkontrak
Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan
perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang,
maupun yang belum diatur dalam undang-undang (lihat Pasal 1338
KUHPdt).
2. Asas konsesualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1)
KUHPdt. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya
perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas
ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya
tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan
kedua belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan
pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.
3. Asas kepercayaan
Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan
mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan
diantara mereka dibelakang hari.
4. Asas Kekuatan Mengikat
8
Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang menyatakan bahwa perjanjian
hanya mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian
tersebut dan sifatnya hanya mengikat.
5. Asas Persamaan hukum
Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum yang
mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang
sama dalam hukum. Mereka tidak boleh dibeda-bedakan antara satu sama
lainnya, walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit, agama, dan ras.
6. Asas Keseimbangan
Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak
memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan
untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan
prestasi melalui kekayaan debitur, namun debitur memikul pula kewajiban
untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik.
7. Asas kepastian hukum
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda
merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta
sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus
menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana
layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi
terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak.
8. Asas moral
Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela
dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi
dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang
melakukan perbuatan dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan
mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan
perbuatannya. Salah satu faktor yang memberikan motivasi pada yang
bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu adalah didasarkan pada
kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati nuraninya.
9
9. Asas perlindungan
Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan
kreditur harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat
perlindungan itu adalah pihak debitur karena pihak ini berada pada posisi
yang lemah.Asas-asas inilah yang menjadi dasar pijakan dari para pihak
dalam menentukan dan membuat suatu kontrak/perjanjian dalam kegiatan
hukum sehari-hari. Dengan demikian dapat dipahami bahwa keseluruhan
asas diatas merupakan hal penting dan mutlak harus diperhatikan bagi
pembuat kontrak/perjanjian sehingga tujuan akhir dari suatu kesepakatan
dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana diinginkan oleh para pihak.
10. Asas kepatutan
Berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik
dari para pihak.
11. Asas Kepribadian (Personality)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang
akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan
perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340
KUHPdt.
12. Asas Itikad Baik (Good Faith)
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang
berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini
merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus
melaksanakan substansi kontrak.
D. Sistematika Hukum Perdata
1. Menurut Undang-Undang sebagaimana termuat dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata terdiri atas 4 buku, yaitu:
a. Buku I, yang berjudul Perihal Orang (Van Personen), yang memuat
Hukum Perorangan dan Hukum Kekeluargaan;
b. Biku II, yang berjudul Perihal Benda (Van Zaken), yang memuat
Hukum Benda dan Hukum Waris;
10
9Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1996). Hlm. 35
12
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar individu dalam
pergaulan masyarakat. Jadi, hukum perdata adalah hukum pokok yang
mengatur kepentingan-kepentingan perorangan.
Menurut Undang-Undang sebagaimana termuat dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata terdiri atas 4 buku, yaitu:
1. Buku I, yang berjudul Perihal Orang (Van Personen)
2. Buku II, yang berjudul Perihal Benda (Van Zaken)
3. Buku III, yang berjudul perihal perikatan (Van Verbintennissen)
4. Buku IV, yang berjudul perihal pembuktian dan kadauiawarsa (Van
Bewijs en Berjaring)
Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum, Hukum Perdata (yang termuat dalam
KUHPer) terdapat 4 bagian, yaitu:
1. Hukum Perorangan (Personenrecht)
2. Hukum Keluarga (Familierecht)
3. Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht)
4. Hukum Waris (Erfrecht)
B. Saran
Dalam penyelesaian makalah ini, tentunya masih banyak terdapat kekurangan
dan keterbatasan pengetahuan oleh kami sebagai penyusun, maka harapan kami
akan adanya saran serta kritik yang membangun dapat menjadi batu loncatan
unuk kedepannya dalam penyelesaian tugas-tugas yang akan datang, tentunya
kami akan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mungkin tidak disadari oleh
kami dengan mengacu pada sumbersumber terpercaya. Adapun harapan kami
semoga pembaca mendapatkan ilmu dari makalah sederhana yang kami susun
dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari.
13
DAFTAR PUSTAKA
14