Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HUKUM KEPERDATAAN
“MATA KULIAH PHI B”

OLEH

ANUGRAH HERU SAPUTRA


B021201023

KELAS PHI B
PRODI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN

i
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah senantiasa saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu, dengan judul: Hukum Keperdataan.

Saya pribadi juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagi pihak ataupun
pembaca. Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Makassar, 10 November 2020

ii
DAFTAR ISI

BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
A. Pengertian Hukum Perdata..........................................................................................................2
B. Sumber Hukum Perdata...............................................................................................................2
C. Asas Hukum Perdata.....................................................................................................................3
D. Sejarah Hukum Perdata di Indonesia..........................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................................6
PENUTUP..................................................................................................................................................6
A. Kesimpulan....................................................................................................................................6
B. Saran...............................................................................................................................................6

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya suatu “hubungan”,
baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain. Adakalanya hubungan antara
seseorang atau badan hukum itu tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan, sehingga
seringkali menimbulkan permasalahan hukum.
Sebagai contoh sebagai akibat terjadinya hubungan pinjam meminjam saja seringkali
menimbulkan permasalahan hukum. Atau contoh lain dalam hal terjadinya putusnya
perkawinan seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Hal tersebut termasuk dalam
masalah hukum perdata.
Apa itu hukum perdata? pertanyaan ini awalnya sangat sulit untuk dijawab, mengingat
hukum perdata mempunyai banyak segi, mempunyai arti sendiri. Penerapan hukum perdata
berkaitan dengan ruang lingkup hukum perdata itu sendiri dapat bersifat luas dan dapat pula
bersifat sempit. Dalam hukum perdata dapat melihat seberapa jauh seseorang bergaul di
dalam masyarakat dan apa saja yang dilakukan seseorang tersebut di masyarakat.
Pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba menerangkan tentang hukum perdata.
Makalah ini akan memaparkan tentang pengertian tentang hukum perdata, sumber hukum
perdata dan hal-hal yang menyangkut tentang hukum perdata.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukum perdata?
2. Apa sumber hukum perdata?
3. Apa asas-asas hukum perdata?
4. Bagaimana sejarah hukum perdata di Indonesia ?

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Perdata


Hukum perdata (Privat recht) adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi
tingkah laku manusia dalam memenuhi kepentingan (kebutuhan) manusia itu sendiri.
Perkataan hukum perdata (privat recht) dalam arti luas meliputi ketentuan-ketentuan hukum
material yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan.
Istilah hukum perdata dikenal pertama kali di Indonesia dengan bahasa Belanda yakni
Burgerlijk Recht. Berikut beberapa pendapat ahli mengenai pengertian hukum perdata:
1. Prof. Subekti
Menurut Prof. Subekti, hukum perdata merupakan semua hukum private materiil berupa
segala hukum pokok mengatur kepentingan perseorangan.
2. Prof. Sudikno Mertokusumo
Hukum perdata yakni keseluruhan peraturan mempelajari tentang hubungan antara orang
yang satu dengan orang lainnya. Baik meliputi hubungan keluarga dan pergaulan
masyarakat.
3. Sri Sudewi Masjchoen Sofwan
Hukum perdata diartikan sebagai hukum yang mengatur kepentingan warga negara
perseorangan yang satu dan perseorangan lainnya.

B. Sumber Hukum Perdata


Secara harfiah, sumber hukum perdata terbagi menjadi dua yaitu sumber hukum perdata
tertulis dan tidak tertulis (berupa kebiasaan). Khusus sumber hukum perdata tertulis memiliki
banyak sumber, diantaranya:
1) Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB).
2) Burgelik Wetboek (BW) atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Ketetapan produk hukum
dari Hindia Belanda yang berlaku di Indonesia berdasarkan asas concordantie.
3) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang atau Wetboek van Koopandhel (WvK).
4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria. Keberadaan UU ini mencabut
berlakunya Buku II KUHP yang berkaitan dengan hak atas tanah, kecuali hipotek. Undang-
undang Agraria secara umum mengatur mengenai hukum pertanahan yang berlandaskan hukum
adat.
5) UUg Nomor 16 Tahun 2019 jo No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
6) UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan terhadap tanah dan benda berhubungan dengan
tanah.
7) UU Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
8) UU Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Jaminan Simpanan.
9) Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

5
C. Asas Hukum Perdata
Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang sangat penting dalam Hukum
Perdata adalah:
1. Asas Kebebasan Berkontrak
Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan perjanjian
apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang belum diatur
dalam undang-undang (lihat Pasal 1338 KUHPdt).

2. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPdt. Pada pasal
tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kata
kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa
perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya
kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan
pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.

3. Asas Kepercayaan
Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan mengadakan
perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara mereka dibelakang hari.

4. Asas Kekuatan Mengikat


Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang menyatakan bahwa perjanjian hanya
mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian tersebut dan sifatnya
hanya mengikat.

5. Asas Persamaan hukum


Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum yang mengadakan
perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum. Mereka
tidak boleh dibeda-bedakan antara satu sama lainnya, walaupun subjek hukum itu
berbeda warna kulit, agama, dan ras.

6. Asas Keseimbangan
Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan
melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika
diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun debitur
memikul pula kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik.

7. Asas Kepastian Hukum


Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda merupakan asas
yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas
bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh

6
para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh
melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak.

8. Asas Moral
Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela dari
seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari pihak debitur.
Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan perbuatan dengan
sukarela (moral). Yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan
dan menyelesaikan perbuatannya. Salah satu faktor yang memberikan motivasi pada yang
bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan (moral)
sebagai panggilan hati nuraninya.

9. Asas Perlindungan
Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan kreditur harus
dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah pihak
debitur karena pihak ini berada pada posisi yang lemah.Asas-asas inilah yang menjadi
dasar pijakan dari para pihak dalam menentukan dan membuat suatu kontrak/perjanjian
dalam kegiatan hukum sehari-hari. Dengan demikian dapat dipahami bahwa keseluruhan
asas diatas merupakan hal penting dan mutlak harus diperhatikan bagi pembuat
kontrak/perjanjian sehingga tujuan akhir dari suatu kesepakatan dapat tercapai dan
terlaksana sebagaimana diinginkan oleh para pihak.

10. Asas Kepatutan


Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini berkaitan dengan ketentuan
mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan berdasarkan sifat perjanjiannya.

11. Asas Kepribadian (Personality)


Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan
melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal
ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPdt.

12. Asas Itikad Baik (Good Faith)


Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang berbunyi:
“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan asas bahwa para
pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak
berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para
pihak.

7
D. Sejarah Hukum Perdata di Indonesia
Sejarah hukum perdata di Indonesia berhubungan dengan sejarah hukum perdata Eropa.
Terutama Eropa kontinental yang diberlakukan Hukum Perdata Romawi menjadi hukum
orisinil dari benua Eropa. Akan tetapi karena kultur dan aturan masyarakat masing-masing
wilayah berbeda, membuat orang-orang mencari kepastian dan kesatuan hukum.
Berdasarkan catatan Napoleon pada tahun 1804, telah dihimpun hukum perdata yang
dinamakan Code Civil de Francais. Masyarakat Eropa juga mengenalnya dengan sebutan
Code Napoleon. Terhitung tahun 1809-1811 dimana Perancis tengah menjajah Belanda.
Seiring dengan itu pula Raja Lodewijk Napoleon menerapkan Wetboek Napoleon
Ingeriht Voor het Koninkrijk Hollad. Isinya hampir sama dengan Code Civil de Francais dan
Code Napoleon diberlakukan menjadi sumber hukum perdata Belanda.
Usai masa penjajahan berakhir, Belanda akhirnya menerapkan secara tetap Code
Napoleon dan Code Civil des Francais sebagai aturan hukum. Barulah tahun 1814, Belanda
mengkodifikasi susunan ini menjadi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Sipil).
Dasar kodifikasi hukum Belanda tersebut dibuat Mr.J.M.Kemper dan dikenal sebagai
Ontwerp Kemper. Namun, sebelum tugasnya selesai Kemper meninggal dunia pada tahun
1824. Selanjutnya, kodifikasi hukum Belanda diteruskan oleh Nicolai yang ketika itu
menjadi Ketua Pengadilan Tinggi di Belanda.
6 Juli 1830, perumusan hukum selesai dengan berhasil membuat BW atau Burgerlijik
Wetboe (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda). Serta dibuat WvK atau Wetboek
van Koophandle (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang).
Ketika Belanda menjajah Indonesia, secara gamblang menerapkan kedua kitab undang-
undang tersebut. Bahkan, KUHPerdata dan KUHDangan hingga kini masih digunakan oleh
bangsa Indonesia. Pada tahun 1948 atas dasar asas concordantie (asas politik), Indonesia
memberlakukan kedua Kitab Undang-Undang tersebut secara resmi.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum perdata adalah suatu ketentuan yang mengatur hak dan kepentingan antar
individu di dalam masyarakat dan juga berfungsi untuk menangani masalah yang bersifat
privat. Dalam hukum perdata juga ada asas-asas dan juga sumber-sumber hukum, serta
sejarah hukum perdata di Indonesia juga tak lepas dari sentuhan Eropa.
B. Saran
Demikianlah makalah tentang Hukum Perdata. Kami menyadari bahwa makalah yang
kami buat jauh dari pada sempurna dan juga masih banyak kesalahan, untuk itu kami
harapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya menjadi lebih baik, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita.

Anda mungkin juga menyukai