Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HUKUM PERJANJIAN (KONTRAK BISNIS)

Mata kuliah : Hukum Bisnis& Perbankan

Disusun Oleh:

1.Wulandari Agustin(2020603042)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah berkenan memberikan petunjuk
dan kekuatan kepada saya sehingga Makalah yang berjudul “Telaah Ayat Al-Qur’an Dan
Hadits Tentang Proses Penciptaan Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an” ini dapat
terselesaikan. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang apa itu
lumut , yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di
susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Tuhan akhirnya Makalah ini dapat terselesaikan. Saya menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu kritik serta saran yang membangun sangat
saya harapkan. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut
berpartisipasi dalam pembuatan Makalah ini, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
yang baik bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

PALEMBANG,15 MARET

PENYUSUN: WULANDAGUSTJN.
BAB 1

PENDAHULUAN

•LATAR BELAKANG

Hukum bertujuan mengatur berbagai kepentingan manusia dalam rangka pergaulan hidup di
masyarakat.kepentingan manusia dalam masyarakat begitu luas,mulai dari kepentingan
pribadi hingga masyarakat dengan Negara. Hukum privat mengatur kepentingan individu
atau pribadi, seperti hukumdagang dan hukum perdata. Hukum perikatan yang terdapat dalam
buku kita undang-undang hukum perdata merupakan hukum yan bersiat khusus
dalammelakukan perjanjian dan perbuatan hukum yang bersiat ekonomis atau
perbuatanhukum yang dapat dinilai dari harta kekayaan seseorang atau badan hukum.$alam
kegiatan ekonomi terdapat upaya untuk mendapatkan keuntungan ataulaba. Namun harus
berdasarkan peraturan dan norma yang terdapat dalam undang-undang yang berlaku maupun
hukum yang berlaku. Dengan adanya hubungan hukummaka terjadi pertalian hubungan
subjek hukum dengan objek hukum ;hubungan hakkebendaan. Salam hukum perjanjian
didalamnya terdapat dua asas yaitu asas sensualitas dan asas kebebasan berkontrak.salam
perkembangan perekonomian di indonesia, tentunya memerlukanperangkat hukum nasional
yang sesuai dengan hukum perikatan atau kontrak yang berkembang dinamis dalam
masyarakat melengkapi perangkat perundang-undangan idonesia berbagai peratutran undang-
undang dibuat oleh pemerintah indonesia telah menggantikan sebagian kitab undang-undang
hukum perdata dan kitab undang-undang hukum dagang. Naumun untuk mengisi hukum di
Indonesianesia make dua kitab undang-undang itu masih digunakan sampai ada peraturan
perundang-undangan yang baru untuk menggantinya

BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN KONTRRAK DAN PERJANJIAN

Kontrak atau contracts (dalam bahasa Inggris) menurut Subekti, menyatakan sebagai suatu
perjanjian yang tertulis. Menurut Abdul R. Saliman, kontrak adalah peristiwa di mana dua
orang tau lebih saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan
tertentu, biasanya secara tertulis. Para pihak yang bersepakat mengenai hal-hal yang
diperjanjikan, berkewajiban untuk menaati dan melaksanakannya, sehingga perjanjian
tersebut menimbulkan hubungan hukum yang disebut perikatan (verbintenis). Maka, kontrak
dapat menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang membuatnya dan kontrak
tersebut mengikat secara sah dan dapat dijadikan sebagai sumber hukum formal bagi para
pihak yang membuatnya.

Perjanjian merupakan kesepakatan yang memberikan akibat hukum. Perjanjian dapat


mengacu kepada: Traktat dalam hukum internasional Kontrak dalam hukum perdata.
B.SUBJEK DAN OBJEK PERJANJIAN

.•Subyek dan Obyek Perjanjian

a. Subyek Perjanjian Perjanjian itu timbul disebabkan adanya hubungan hukum


kekayaan antara dua orang atau lebih, yang terdiri dari pihak kreditur dan pihak
debitur yang disebut mengenai subyek perjanjian. Sesuai dengan teori dan praktek
umum, kreditur terdiri dari : 1 Individu sebagai person yang bersangkutan a. Manusia
tertentu natuurlijke person; dan b. Badan hukum rechtsperson. 2 Seseorang atas
keadaan tertentu mempergunakan kedudukan atau hak orang lain bezitter 3 Person
yang dapat diganti. Kreditur yang menjadi subyek semula atau yang telah ditetapkan
dalam perjanjian, sewaktu-waktu dapat diganti kedudukannya dengan kreditur baru.
Perjanjian yang krediturnya dapat diganti dijumpai dalam bentuk perjanjian atas
perintah , atas nama, atau kepada pemegang atau pembawa pada surat-surat tagihan
hutang. Sedangkan yang menjadi debitur, sama keadaannya dengan orang-orang yang
menjadi kreditur, yaitu : 1. Individu sebagai person yang bersangkutan xliv 2. Seorang
atas kedudukan atau keadaan tertentu bertindak atas orang tertentu; 3. Seorang yang
dapat diganti mengganti kedudukan debitur semula, baik atas dasar bentuk perjanjian
maupun izin dan persetujuan kreditur. B. Obyek Perjanjian Obyek dari suatu
perjanjian adalah prestasi. Di mana pihak debitur yang wajib melaksanakan prestos.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 1234 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang
menyatakan : “Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu,untuk berbuat
sesuatu , atau untuk tidak berbuat sesuatu”. Obyek atau prestasi dalam perjanjian
harus dapat ditentukan sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 ayat 3 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata yang menerangkan bahwa obyek atau prestasi perjanjian
harus memenuhi syarat, yaitu obyeknya harus tertentu atau ditentukan jenisnya seperti
yang terdapat dalam Pasal 1333 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu : Pasal
1333 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : a. Suatu perjanjian harus mempunyai
sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya. B. Tidaklah
menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu, asal saja jumlah itu kemudian
dapat ditentukan atau dihitung. Prestasi yang harus dilaksanakan debitur harus benar-
benar sesuatu yang mungkin dapat dilaksanakan yang melekat pada isi perjanjian.
C.Azaz-Azaz Dalam Hukum Perjanjian

Di dalam hukum perjanjian terdapat lima asas pokok yaitu Asas Kebebasan Berkontrak, Asas
Pacta Sunt Servanda, Asas Konsensualisme, Asas Kepribadian dan Asas Iktikad Baik.
Kelima asas tersebut juga diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Berikut ini
adalah penjelasan dari masing – masing asas hukum perjanjian tersebut:

• ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK

Asas ini memiliki pengertian bahwa setiap orang dapat secara bebas membuat atau terikat
dalam suatu perjanjian dan bebas menyepakati apa saja sepanjang itu tidak bertentangan
dengan hukum, kesusilaan dan kepentingan umum. Kemudian perjanjian yang sah menurut
hukum harus memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana ditentutkan oleh undang –
undang, yakni pasal 1320 KUH Perdata, yaitu:

1. Adanya kata sepakat antar pihak

2. Adanya kecakapan dalam berbuat antar pihak

3. Adanya prihal tertentu

4. Adanya kuasa yang diperbolehkan atau halal

• ASAS PACTA SUNT SERVANDA

Asas ini juga dikenal dengan istilah asas kepasatian hukum. Asas Pacta Sunt Servanda juga
menrupakan manifestasi dari pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata. Makna dari asas ini adalah
bahwa para pihak yang membuat perjanjian terikat untuk melaksanakan isi perjanjian tersebut
sebagaimana keterikatannya untuk melaksanakan perintah undang – undang. Dengan kata
kata lain perjanjian tersebut adalah hukum yang memaksa bagi para pihak.

• ASAS KONSENSUALISME ATAU KESEPAKATAN

Kesepakatan atau kesamaan kehendak dari para pihak merupakan syarat mutlak yang harus
terpenuhi untuk menjamin keabsahan suatu perjanjian. Konkritisasi asas ini adalah pasal 1320
KUH Perdata. Adapun makna dari asas ini adalah bahwa tercapainya kata sepakat dari para
pihak, maka pada prinsipnya perjanjian tersebut telah sah, mengikat dan sudah memiliki
kekuatan hukum, meskipun perjanjian itu tidak dibuat dalam bentuk tertulis. Dengan kata lain
perjanjian itu sudah memiliki konsekuensi yuridis, yakni terbitnya hak dan kewajiban para
pihak.

• ASAS KEPRIBADIAN

Asas ini adalah bahwa sebuah perjanjian hanya mengikat para pihak secara personal dan
tidak mengikat pihak lain yang tidak memberikan kesepakatannya. Asas ini dapat ditelusuri
pada pasal 1315 KUH Perdata, bahwa “Pada umumnya tak seorang dapat mengikatkan diri
atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk dirinya sendiri” dan
pasal 1340 menegaskan “perjanjian hanya berlaku antara para pihak yang membuatnya.”

• ASAS IKTIKAD BAIK

Makna iktikat baik pada asas ini adalah para pihak harus jujur dan saling percaya serta tidak
ada niat untuk menipu pihak lainnya sehubungan perjanjian yang mereka sepakati. Asas
Iktikad tersebut juga disebutkan dalam pada pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, bahwa
“perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik..

D.Syarat-Syarat Syahnya Perjanjian

•Syarat Sah Perjanjian

1. Kesepakatan Para Pihak

Unsur ini menjadi hal yang pertama untuk diperhatikan baik-baik karena tentunya tidak akan
ada sebuah perjanjian tanpa sebuah kesepakatan. Kesepakatan itu sendiri adalah kesadaran
dalam penyataan kehendak antara para pihak yang mengikat perjanjian. Oleh karena itu, para
pihak pun diharuskan untuk sepakat terhadap hal-hal yang diperjanjikan tanpa adanya unsur
paksaan, kekhilafan, serta penipuan yang menyebabkan salah satu pihak menyatakan
kesepakatannya.

2. Kecakapan Bertindak

Kecakapan ialah kemampuan untuk melakukan sebuah perbuatan hukum. Perbuatan hukum
yang dimaksud yakni perbuatan yang apabila dilakukan akan menimbulkan konsekuensi
hukum. Perjanjian haruslah dilakukan oleh pihak yang telah cakap dalam bertindak untuk
mampu mewakili dirinya sendiri secara sah dan bertanggung jawab. Orang-orang yang tidak
cakap dalam melakukan perjanjian antara lain:

Seseorang yang belum dewasa (Kedewasaan berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum


Perdata yakni berusia 21 tahun dan/atau telah menikah);

Seseorang yang berada dibawah pengampuan (Hal ini dapat berupa seseorang yang
mengalami gangguan kejiwaan, berperliku boros dan telah dinyatakan berada dibawah
pengampuan, serta seseorang yang telah dinyatakan pailit oleh pengadilan).

3. Adanya Objek Perjanjian

Objek perjanjian erat kaitannya dengan prestasi yang harus dipenuhi masing-masing pihak.
Prestasi ialah perbuatan berupa kewajiban yang harus dilakukan oleh debitur dan hak yang
akan diterima oleh kreditur. Prestasi sendiri terdiri dari memberikan sesuatu, berbuat sesuatu,
dan tidak berbuat sesuatu. Secara sederhana, hal yang dimaksud dengan objek perjanjian
yakni adanya barang atau jasa yang disepakati sebagai objek dari perjanjian. Dalam hal ini
contohnya A membeli sebuah mobil dari B dengan harga Rp 200.000.000. Objek yang
diperjanjikan yaitu mobil dengan kewajiban A untuk menyerahkan uang yang disepakati serta
B memberikan mobil yang telah dibayar oleh A.

4. Adanya Sebab yang Halal

Syarat terakhir ini berhubungan dengan isi dari sebuah perjanjian. Para pihak dharuskan
memperjanjikan suatu hal yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang, ketertiban, dan
norma kesusilaan yang ada di masyarakat. Sebagai contoh jika perjanjian yang
mengaharuskan seseorang mencuri atau merusak barang dari orang lain maka perjanjian
tersebut menjadi tidak sah karena kedua hal yang diperjanjikan tersebut bertentangan dengan
Undang-Undang.

E.Bentuk-Bentuk Perjanjian

Bentuk-bentuk Perjanjian

Bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tertulis dan lisan. Perjanjian
tertulis adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan, sedangkan
perjanjian lisan adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan (cukup
kesepakatan para pihak). Ada tiga jenis perjanjian tertulis.
F.Penyusunan Perjanjian/Anatomi Kontrak

Kontrak atau perjanjian adalah kesepakatan antara dua orang atau lebih mengenai hal tertentu
yang disetujui oleh mereka. Ketentuan umum mengenai kontrak diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata Indonesia. Untuk dapat dianggap sah secara hukum, ada 4 syarat
yang harus dipenuhi sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Indonesia:

Kesepakatan para pihak

Kecakapanpara pihak

Mengenai hal tertentu yang dapat ditentukan secara jelas

Sebab/causayang diperbolehkan secara hukum.

Kontrak sendiri memiliki 2 fungsi yaitu, fungsi yuridis dan ekonomis yang memiliki
pengertian yang berbeda. Fungsi yuridis kontrak adalah memberikan kepastian hukum bagi
para pihak sedangkan fungsi ekonomis adalah menggerakkan sumber daya dari nilai
penggunaan yang lebih rendah menjadi nilai yang lebih tinggi.

Pada dasarnya perancangan yang dilakukan para pihak sebelum melakukan penandatanganan
perjanjian/kontrak yang disebut dengan fase “prakontraktual”. Prakontraktual yang dilakukan
perlu dilandasi oleh itikat baik para pihak sebagai acuan filosofisnya, sementara kepatutan
atau kebiasaan yang baik sebagai acuan sosiologisnya, sehingga dapat menghasilkan
rancangan perjanjian/kontrak yang mengakomodasi dan memfasilitasi kehendak dan
pertukaran kepentingan bisnis para pihak dengan pasti dan efesien, serta menjamin
terwujudnya keadilan dalam proses pengayaan kekayaan di antara para pihak yang akan
membuat perjanjian/kontrak.

Menurut Suhardana, terdapat 2 (dua) aspek yang perlu diperhatikan dalam perancangan
sebuah perjanjian/kontrak, yaitu:
Aspek akomodatif, artinya perancangan perjanjian/kontrak harus mempu kebutuhan dan
keinginan yang sah, yang terbentuk dalam transaksi bisnis mereka ke dalam kontrak bisnis
yang dicangnya;

Aspek legalitas, artinya perancang kontrak harus mampu menuangkan transaksi bisnis para
pihak ke dalam kontrak yang sah dan dapat dilaksanakan;

~Dalam penyusunan sebuah kontrak ada beberapa tahap yang perlu diperhatikan sebagai
berikut,

Pembuatan Draft pertama, yang meliputi:

1) Judul kontrak, dalam kontrak harus diperhatikan kesesuaian isi dengan judul serta
ketentuan hukum yang mengaturnya, sehingga kemungkinan adanya kesalahpahaman
dapat dihindari.

2) Pembukaan, biasanya berisi tanggal pembuatan kontrak.

3) Pihak-pihak dalam kontrak, Perlu diperhatikan jika pihak tersebut orang pribadi serta
badan hukum, terutama kewenangannya untuk melakukan perbuatan hukum dalam
bidang kontrak.

4) Premis/Racital, yaitu penjelasan resmi/latar belakang terjadinya suatu kontrak.

5) Isi kontrak, bagian yang merupakan inti kontrak. Yang memuat apa yang dikehendaki,
hak, dan kewajiban termasuk pilihan penyelesaian sengketa.

6) Penutup, memuat tata cara pengesahaan suatu kontrak.


Saling Menukar Draft Kontrak. Proses pertukaran ini bagian dari proses negosiasi diantara
para pihak yang akan membuat kontrak.

Jika Perlu Diadakan Revisi. Jika dirasakan ada yang tidak sesuai, maka draft kontrak tersebut
dapat dilakukan perbaikan.

Dilakukan Penyelesaian Akhir. Penyelesaian akhir ini memastikan kembali seluruh klausula
sudah disepakati oleh para pihak.

Penutup yang ditandai dengan Penandatanganan Kontrak Oleh Masing-Masing Pihak

G.Wanprestasi(Ingkar Janji)

•Pengertian Wanprestasi

Wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak dipenuhi atau ingkar janji atau
kelalaian yang dilakukan oleh debitur baik karena tidak melaksanakan apa yang telah
diperjanjikan maupun malah melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukan.

Istilah wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu “wanprestatie” yang artinya tidak
dipenuhinya prestasi atau kewajiban yang telah ditetapkan terhadap pihak-pihak tertentu di
dalam suatu perikatan, baik perikatan yang dilahirkan dari suatu perjanjian ataupun perikatan
yang timbul karena undang-undang.

•Penyebab Terjadinya Wanprestasi

Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya wanprestasi adalah sebagai berikut
(Satrio, 1999):

a. Adanya Kelalaian Debitur (Nasabah)


Kerugian itu dapat dipersalahkan kepadanya (debitur) jika ada unsur kesengajaan atau
kelalaian dalam peristiwa yang merugikan pada diri debitur yang dapat
dipertanggungjawabkan kepadanya. Kelalaian adalah peristiwa dimana seorang debitur
seharusnya tahu atau patut menduga, bahwa dengan perbuatan atau sikap yang diambil
olehnya akan timbul kerugian.

Sehubungan dengan kelalaian debitur, perlu diketahui kewajiban-kewajiban yang dianggap


lalai apabila tidak dilaksanakan oleh seorang debitur, yaitu:

Kewajiban untuk memberikan sesuatu yang telah dijanjikan.

Kewajiban untuk melakukan suatu perbuatan.

Kewajiban untuk tidak melaksanakan suatu perbuatan.

b. Karena Adanya Keadaan Memaksa (overmacht/force majure)

Keadaan memaksa ialah keadaan tidak dapat dipenuhinya prestasi oleh pihak debitur karena
terjadi suatu peristiwa bukan karena kesalahannya, peristiwa mana tidak dapat diketahui atau
tidak dapat diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan. Dalam keadaan memaksa ini
debitur tidak dapat dipersalahkan karena keadaan memaksa tersebut timbul di luar kemauan
dan kemampuan debitur.

Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam keadaan memaksa adalah sebagai berikut:

Tidak dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang membinasakan benda yang menjadi
objek perikatan, ini selalu bersifat tetap.

Tidak dapat dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang menghalangi perbuatan debitur
untuk berprestasi, ini dapat bersifat tetap atau sementara.

Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan
baik oleh debitur maupun oleh kreditur. Jadi bukan karena kesalahan pihak-pihak, khususnya
debitur.
Akibat Hukum Wanprestasi

Akibat hukum atau sangsi yang diberikan kepada debitur karena melakukan wanprestasi
adalah sebagai berikut:

a. membayar ganti rugi

Ganti rugi adalah membayar segala kerugian karena musnahnya atau rusaknya barang-barang
milik kreditur akibat kelalaian debitur. Untuk menuntut ganti rugi harus ada penagihan atau
(somasi) terlebih dahulu, kecuali dalam peristiwa-peristiwa tertentu yang tidak memerlukan
adanya teguran.

. Pembatalan perjanjian

Sebagai sangsi yang kedua akibat kelalaian seorang debitur yaitu berupa pembatalan
perjanjian. Sangsi atau hukuman ini apabila seseorang tidak dapat melihat sifat
pembatalannya tersebut sebagai suatu hukuman dianggap debitur malahan merasa puas atas
segala pembatalan tersebut karena ia merasa dibebaskan dari segala kewajiban untuk
melakukan prestasi.

Menurut KUHPerdata pasal 1266: Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam
persetujuan-persetujuan yang bertimbal balik, manakala salah satu pihak tidak memenuhi
kewajibannya.

BAB IV

PENUTUP

•KESIMPULAN

Kesimpulan Kontrak adalah sebuah bentuk perjanjian, yang mana para pihak terikat dalam
perjanjian tersebut. Suatu perjanjian memiliki syarat sah agar perjanjian tersebut dapat
dilakukan, tertuang dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Hal-hal pokok perlu diperhatikan
dalam pembuatan perjanjian, seperti sistem pengaturan hukum kontrak, asas, juga syaratnya.
Dalam membuat sebuah kontrak, terdapat tahapan-tahapan, yakni pra penyusunan
kontrak, penyusunan kontrak, dan pasca penyusunan kontrak. Kontrak memiliki kerangka
yang terdiri atas identitas para pihak, tanggal pembuatan kontrak, substansi kontrak, tanda
tangan pihak terkait, dan lain-lain. Bentuk kontrak dapat dilakukan secara lisan atau tulisan,
sebagai contohnya surat perjanjian kerjasama pemasaran buku.

Anda mungkin juga menyukai