Disusun dan diajukan guna memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Hukum Perdata
Dosen Pengampu :
Olivia Rizka Vinanda S.H.,M.H
Disusun Oleh :
M Rizqi Pratama
2221020122
M Rizqi Pratama
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2
1. Definisi Hukum Perjanjian...................................................................2
2. Syarat Sahnya Perjanjian......................................................................4
3. Definisi Kebendaan...............................................................................6
4. Asas-asas Hukum Dalam Perjanjian.....................................................6
BAB III PENUTUP………...………………………………………………....9
A. Kesimpulan...........................................................................................9
B. Daftar Pustaka……….……………………………………………….10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perjanjian pada hakikatnya sering terjadi di dalam masyarakat bahkan sudah
menjadi suatu kebiasaan. Perjanjiaan itu menimbulkan suatu hubungan hukum
yang biasa disebut dengan perikatan. Perjanjian merupakan suatu perhubungan
hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak
berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain
menuntut pelaksanaan janji itu.1 Sedangkan pengertian perjanjian dalam Pasal
1313 KUHPerdata adalah “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih.” Dalam hukum perjanjian menganut asas kebebasan berkontrak.
Kebebasan berkontrak merupakan kebebasan para pihak yang terlibat dalam
suatu perjanjian untuk dapat menyusun dan menyetujui klausul-klausul dari
perjanjian tersebut, tanpa campur tangan pihak lain.2 Asas kebebasan
berkontrak dapat ditemukan dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang
menyatakan bahwa: semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hukum Perjanjian?
2. Bagaimana Syarat Sahnya Perjanjian?
3. Apa itu definisi Kebendaan?
4. Bagaimana Asas-asas Hukum Dalam Perjanjian?
C. Tujuan
1. Ingin Mengetahui definisi Hukum Perjanjian.
2. Ingin Mengetahui Syarat Sah Perjanjian.
3. Ingin Mengetahui definisi Kebendaan.
4. Ingin Mengetahui Asas-asas Hukum Dalam Perjanjian.
1
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Syarat Sah Perjanjian
Syarat sahnya perjanjian dapat dilihat dalam Hukum Eropa Kontinental
yang diatur di dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Pasal tersebut menentukan
empat syarat sahnya perjanjian, yaitu:
• Adanya kesepakatan kedua belah pihak
Syarat pertama sahnya kontrak adalah adanya kesepakatan atau consensus
para pihak. Kesepakatan ini diatur dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata.
Yang dimaksud dengan kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak
antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya. Yang sesuai itu adalah
pernyataannya, karena kehendak itu tidak dapat dilihat/diketahui orang lain.
• Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum
Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan
perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan
menimbulkan akibat hukum. Menurut R. Soeroso :
Yang dimaksud kecakapan adalah adanya kecakapan untuk membuat suatu
perjanjian. Menurut hukum, kecakapan termasuk kewenangan untuk
melakukan tindakan hukum pada umumnya, dan menurut hukum setiap orang
adalah cakap untuk membuat perjanjian kecuali orang -orang yang menurut
undang-undang dinyatakan tidak cakap.
Orang-orang yang akan mengadakan perjanjian haruslah orang-orang yang
cakap dan mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum,
sebagaimana yang ditentukan oleh UU. Orang yang cakap mempunyai
wewenang untuk melakukan perbuatan hukum adalah orang yang sudah
dewasa. Ukuran kedewasaan adalah telah berumur 21 tahun dan atau sudah
5
C. Definisi Kebendaan
Hukum benda adalah terjemahann dari istilah bahasa Belanda, yaitu
“zakenrecht”. Menurut Prof. Soediman Kartohadiprodjo, hukum kebendaan
ialah semua kaidah hukum yang mengatur apa yang diartikan dengan benda
dan mengatur hak – hak atas benda. Adapun menurut Prof. L.J.Apeldoorn,
hukum kebendaan adalah peraturan mengenai hak – hak kebendaan. Menurut
Prof. sri Soedewi Masjchoen Sofwan, yang diatur dalam Hukum Benda, ialah
pertama-tama mengatur pengertian dari benda, kemudian pembedaan macam-
macam benda, dan selanjutnya bagian yang terbesar mengatur mengenai
macam-macam hak kebendaan. Jadi hukum benda adalah peraturan-peraturan
hukum yang mengatur mengenai hak hak kebendaan yang sifatnya mutlak.
Hukum benda merupakan cabang hukum yang mengatur hak-hak dan
kewajiban terkait dengan benda. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa
hukum benda mencakup aturan-aturan mengenai kepemilikan, pengalihan,
penggunaan, dan perlindungan hukum terhadap benda.7
6
• Asas Konsensualisme
Asas Konsensualisme merupakan asas dalam hukum perjanjian yang penting
karena asas ini menekankan pada awal mula penyusunan perjanjian. Konsensus
berasal dari kata consensus yang berarti persetujuan umum. Asas Konsensualisme
diatur dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata. Ketentuan Pasal 1320 ayat (1)
tersebut memberikan petunjuk bahwa hukum perjanjian dikuasai oleh “asas
konsensualisme”. Ketentuan Pasal 1320 ayat (1) tersebut juga mengandung
pengertian bahwa kebebasan suatu pihak untuk
menentukan isi kontrak dibatasi oleh sepakat pihak lainnya. Dengan kata, lain asas
kebebasan berkontrak dibatasi oleh asas konsensualisme.”
Perjanjian harus didasarkan pada konsensus atau kesepakatan dari pihak- pihak
yang membuat perjanjian. Dengan asas konsensualisme, perjanjian dikatakan
telah lahir jika ada kata sepakat atau persesuaian kehendak diantara para pihak
yang membuat perjanjian tersebut. Berdasarkan asas konsensualisme itu, dianut
paham bahwa sumber kewajiban kontraktual adalah bertemunya kehendak
(convergence of wills) atau konsensus para pihak yang membuat kontrak
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hukum perjanjian merupakan hukum yang terbentuk akibat adanya suatu pihak
yang mengikatkan dirinya kepada pihak lain. Atau dapat juga dikatakan hukum
perjanjian adalah suatu hukum yang terbentuk akibat seseorang yang berjanji
kepada orang lain untuk melakukan sesuatu hal
2. Adapun Syarat Sah Perjanjian dapat dilihat dalam Hukum Eropa Kontinental
yang diatur di dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Pasal tersebut menentukan empat
syarat sahnya perjanjian, yaitu:
9
DAFTAR PUSTAKA
Syahrani, Riduan. 1992. Seluk Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata. Bandung :
Alumni.
Widjaja, Gunawan & Ahmad Yani. 1988. Jaminan Fidusia. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
10