Disusun oleh:
Jidny izham al fasha 110110180151
Muqtarib 110110180152
Lilis Desyana Sipahutar 110110180153
Bima Chrismanuel 110110180154
Anisa Aurora Pradipta 110110180155
UINVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
Hartana, Hukum Perjanjian (Dalam Perspektif Perjanjian Karya Pengusahaan
PertambanganBatubara), Jurnal Komunikasi Hukum, Vol.2, No.2. 2016. Hlm 148
2
yang menyebutkan tentang terjadinya perikatan yangb mengemukakan bahwa
perikatan timbul dari persetujuan atau undang-undang.2
2
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, 2003, hlm, 127-128
3
Hartana. Op.cit.hlm 149
3
suatu perikatan yang timbul dari perjanjian tersebut telah hapus seluruhnya,
dengan berakhirnya suatu perjanjian maka perikatan-perikatan yang terdapat di
dalamnya secara otomatis menjadi hapus.
Identifikasi masalah
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Istilah Perjanjian
Dari kamus bahasa Belanda istilah verbintenis berasal dari kata binden yang
artinya ikat atau mengikat sedangkan kata perjanjian dalam bahasa Indonesia
berasal dari kata dasar janji yang dalam bahasa Belanda diartikan overeenkomst.
Sedangkan istilah overeenkomst bisa diterjemahkan sebagai persetujuan dan
persetujuan berasal dari kata dasar setuju dan kata setuju sendiri dalam bahasa
Belanda diartikan overeenkomtig. Dalam hal ini memang terdapat perbedaan
antara para ahli hukum. Perbedaan pandangan mengenai istilah tergantung dari
sudut pandang, tinjauan dan argumentasi ahli hukum itu sendiri.
4
Gunawan Widjaya, Seri Hukum Bisnis Memahami Prinsip Keterbukaan (aanvullend recht) dalam
Hukum Perdata (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005), hal. 247.
5
Perjanjian merupakan salah satu sumber hukum perikatan yang diatur dalam
Buku III KUH Perdata. Dikatakan sebagai salah satu sumber hukum perikatan
karena sumber hukum perikatan bukan hanya perjanjian tetapi masih ada
sumber hukum lainnya yaitu undang-undang, yurisprudensi, hukum tertulis dan
tidak tertulis, dan ilmu pengetahuan hukum.
6
1. Ada pihak-pihak, minimal ada dua orang yang terdiri orang dan badan
hukum (rechtperson).
2. Ada persetujuan antara pihak berdasarkan keabsahan untuk mengadakan
consensus atau tawar menawar dalam suatu perjanjian.
3. Ada tujuan tertentu yang ingin dicapai, yang tidak boleh bertentangan
dengan Undang-Undang, ketertiban umum, kebiasaan yang diakui
masyarakat dan kesusilaan.
4. Ada prestasi yang harus dilaksanakan oleh suatu pihak dan dapat dituntut
oleh pihak lainnya, begitu juga sebaliknya.
5. Ada bentuk tertentu, yang harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta
autentik maupun di bawah tangan, bahkan secara lisan.
6. Ada syarat-syarat tertentu menurut Undang-Undang, agar suatu kontrak
yang dibuat menjadi sah.5
Asas-Asas Perjanjian
Menurut para sarjana perdata terdapat lima asas yang penting, yaitu:
5
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2008), hal. 78.
7
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya.
d. Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.6
2. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme terdapat pada Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata.
Dalam pasal itu dinyatakan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian
yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak.7 Asas konsensualisme
merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya
tidak diadakan secara formal, tetapi cukup dengan adanya kesepakatan
kedua belah pihak. Kesepakatan merupakan penyesuaian antara
kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak, hal ini
mengandung makna bahwa suatu perjanjian dianggap telah terjadi pada
saat salah satu pihak menyatakan sepakat pada pokok perjanjian yang
dinyatakan oleh pihak lainnya.
3. Asas Kepastian Hukum
Asas ini menyatakan bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati
isi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah
undang-undang. Hakim dan pihak ketiga tidak diperkenankan melakukan
intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas
kepastian hukum dapat disimpulkan pada Pasal 1338 ayat (1) KUH
Perdata, yang dinyatakan “Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”
4. Asas Iktikad Baik (Geode Trouw)
Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang menyatakan bahwa: “Suatu
perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik”. Asas iktikad baik
bermakna bahwa dalam suatu perjanjian yang dibuat hendaknya dari
sejak perjanjian ditutup, perjanjian tersebut sama sekali tidak
6
Handri Raharjo, Hukum Perjanjian DiIndonesia, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2002), hal 44.
7
Salim H.S (2), Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,
2014), hal 10.
8
dimaksudkan untuk merugikan kepentingan debitur maupun kreditor,
maupun pihak lain atau pihak ketiga lainnya di luar perjanjian.8
5. Asas Kepribadian (Personalia)
Asas kepribadian berarti bahwa pada umumnya setiap pihak yang
membuat perjanjian tersebut untuk kepentingannya sendiri atau dengan
kata lain tidak seorang pun dapat membuat perjanjian untuk kepentingan
pihak lain.
Jenis Perjanjian
8
Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, (1) Seri Hukum Perikatan (Perikatan yang Lahir dari
Perjanjian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal.80.
9
Perjanjian dengan percuma adalah perjanjian menurut hukum terjadi
keuntungan bagi salah satu pihak saja. Misalnya hibah (schenking) dan
pinjam pakai Pasal 1666 dan 1740 KUHPerdata.
4. Perjanjian konsensuil
Perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang dianggap sah apabila telah
terjadi kesepakatan antara pihak yang membuat perjanjian. Dalam
perjanjian konsensuil terdapat perjanjian rill dan formil. Perjanjian riil
adalah perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi barangnya harus
diserahkan. Misalnya perjanjian penitipan barang Pasal 1741 KUHPerdata
dan perjanjian pinjam mengganti Pasal 1754 KUHPerdata. Perjanjian
formil adalah perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi undang-
undang mengharuskan perjanjian tersebut harus dibuat dengan bentuk
tertentu secara tertulis dengan akta yang dibuat oleh pejabat umum
Notaris atau PPAT. Misalnya jual beli tanah, undang-undang menentukan
akta jual beli harus dibuat dengan akta PPAT, perjanjian perkawinan
dibuat dengan akta notaris.
5. Perjanjian bernama atau khusus dan perjanjian tak bernama
Perjanjian bernama atau khusus adalah perjanjian yang telah diatur
dengan ketentuan khusus dalam KUHPerdata Buku ketiga Bab V sampai
dengan Bab XVIII. Misalnya perjanjian jual beli, sewa menyewa, hibah dan
lain-lain. Perjanjian tak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur
secara khusus dalam undang-undang. Misalnya perjanjian leasing,
perjanjian keagenan dan distributor, perjanjian kredit.9
9
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 82.
10
BAB III
11
Itu dikatakan Kasatpol PP Kabupaten Probolinggo Dwi Joko. Bahkan
menurut Joko, sebelumnya areal pabrik pengolahan kayu tersebut telah
dipasangi segel Satpol PP agar tidak beroperasi dahulu hingga
menyelesaikan izinnya.
Pihak pabrik sendiri sangat tertutup, bagi awak media terkait peristiwa
kecelakaan kerja tersebut. Bahkan saat sejumlah wartawan hendak
masuk areal pabrik guna konfirmasi, pihak satpam pabrik langsung
melakukan pelarangan.10
2. Kasus wanprestasi yang menyebabkan berakhirnya perjanjian pada
perjanjian rawat inap.
Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi Kabupaten Empat lawang
memiliki beberapa masalah terkait dengan wanprestasi pada perjanjian
rawat inap rumah sakit. Bentuk wanprestasi tersebut terjadi ketika
beberapa pasien yang berada dalam rumah sakit itu tidak memenuhi
prestasi terkait pembayaran rawat inapnya. Hal tersebut sudah terjadi
dalam kurun waktu yang cukup lama. Pasien dinyatakan wanprestasi
dikarenakan tiga hal, yaitu:
a. Pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi
Kabupaten Empat Lawang tidak membayar uang sebagaimana yang telah
dihitung pada akhir masa rawatnya. Untuk kasus semacam ini umumnya
dilakukan oleh pasien yang kurang mampu, dan hal ini terjadi 142 kasus
pertahun dari jumlah 540 pasien yang dirawat.
b. Pihak ke tiga sebagai penanggung jawab pasien tidak memenuhi
kewajibannya atau semua biaya perawatan pasien selama pasien dirawat
di Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang,
sebagaimana disepakati sebelumnya. Untuk kasus semacam ini sangat
sedikit terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi Kabupaten
10
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4613631/masuk-ke-mesin-produksi-pekerja-
pabrik-kayu-di-probolinggo-tewas diakses pada 04 November 2019
12
Empat Lawang, hanya sekitar 42 kasus dari jumlah 140 pasien yang
dirawat.
c. Pasien yang melarikan diri sebelum masa perawatannya berakhir atau
dengan kata lain pasien yang belum dinyatakan sembuh menurut
pertimbangan dokter yang merawatnya atau menanganinya. Untuk
pasien yang melarikan diri ini, umumnya dilakukan oleh pasien yang
ekonominya kurang mampu dan kurang pengetahuan atau kurang
menyadari akan kewajibannya sebagai seorang pasien.
Kasus ini terjadi sekitar 40 kasus pertahun dari jumlah 1282 pasien yang
dirawat. Wanprestasi pihak pasien timbul dalam perjanjian rawat inap,
yang merupakan transaksi therapeutik dimana aspek hukum dari
perjanjian ini menyangkut hukum kesehatan atau hukum medik, tetapi
hukum medik sama sekali tidak mengatur khusus ketentuan yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam
transaksi therapeutik melalui ketentuan perdata yang berlaku umum
sehingga wanprestasi pasien didasari pada ketentuan KUH Perdata.
Tetapi dalam praktiknya penyelesaian wanprestasi pasien dalam
perjanjian rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi
Kabupaen Empat Lawang umumnya diselesaikan secara musyawarah
dalam mencapai suatu kesepakatan, hal ini terbukti sampai saat ini belum
pernah sampai ke tingkat pengadilan.11
11
http://repository.unib.ac.id/8856/1/I%2CII%2CIII%2CII-14-ing.FH.pdf diunduh pada 04
November 2019
13
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Kasus pertama
Analisi kasus :
Kasus ini bisa disebut sebagai sebuah perjanjian karena sesuai dengan
unsur-unsur yang tercantum dalam pasal 1320 KUHPerdata yaitu :
14
undang-undangan maupun dalam norma masyarakat sehingga syarat
ini terpenuhi.
Dari hal-hal tersebut dapat dikatakan bahwa pada kasus tersebut
dapat dikatakan bahwa perjanjian yang dilakukan para pihak adalah
sah. Kemudian bahwa akibat perjanjian tersebut sah maka
pembatalan oleh karna adanya unsur yang salah.
15
- Jika sekutu meninggal, dalam pengampuan, atau dinyatakan pailit.
c. Pernyataan menghentikan perjanjian baik oleh kedua pihak
maupun oleh salah satu pihak. Hanya dapat dilakukan pada
perjanjian yang bersifat sementara, misalnya dalam pasal 1603
ayat (1) ditentukan bahwa para pihak dapat mengakhiri perjanjian
kerja jika diperjanjikan suatu waktu percobaan atau pada
perjanjian sewa-menyewa.
d. Adanya putusan hakim, misalnya dalam sebuah perjanjian sewa
menyewa rumah tidak ditentukan kapan berakhirnya maka
pengadilan lah yang akan memutuskan.
e. Apabila tujuan dari perjanjian sudah tercapai
Dengan terpenuhinya perjanjian tersebut maka secara langsung
perjanjian terseut berakhir atau tidak berlaku lagi bagi pihak yang
bersangkutan.
f. Dengan adanya perjanjian para pihak. Pasal 1338 ayat (2)
KUHPerdata memberi kemungkinan berakhirnya suatu perjanjian
dengan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak.
16
hubungan kerja. Hubungan kerja tersebut tertuaang dalam sebuah
perjanjian kerja antara Heru dan perusahaan tersebut.
2. Kasus kedua
Menurut pasal 1381 KUH Perdata tentang hapusnya perikatan yang terdapat di
dalamnya hapusnya perikatan karena pembebasan hutang yang dinyatakan
kreditur kepada debitur yang dibebaskan dari perutangan, yang diatur dalam
pasal 1438-1443 KUH Perdata.
Adapun upaya yang dilakukan pihak Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi
Kabupaten Empat Lawang dalam menyelesaikan wanprestasi adalah dengan
jalan melakukan dengan menuntut pemenuhan perikatan, sebagai berikut :
1. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang
akan menyelidiki atau mencari informasi mengenai alamat dari pasien
yang telah melakukan wanprestasi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari
bukti diri atau tanda pengenal pasien yang ditinggalkannya di Rumah
Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang, atau dapat
dinyatakan kepada Camat ataupun Lurah ataupun Kepala Desa tempat
tinggal pasien. Setelah pihak Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi
Kabupaten Empat Lawang mengetahui identitas atau informasi mengenai
17
diri pasien, maka pihak Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi
Kabupaten Empat Lawang melakukan upaya yang kedua.
2. Memberikan surat penagihan kepada pihak pasien
Surat penagihan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah
Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang kepada pihak pasien untuk
melaksanakan kewajibannya, dan apabila surat tagihan dari pihak rumah
sakit tidak ditanggapi oleh pihak pasien, maka pihak Rumah Sakit Umum
Daerah Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang mengambil tindakan
selanjutnya.
Upaya yang dilakukan kepada pasien yang mampu namun kurang pengetahuan
tentang perjanjian yang ada adalah melakukan surat somasi kepada pasien
ataupun keluarga pasien yang telah daluwarsa untuk membayar biaya rawat
inap.
18
BAB V
KESIMPULAN I
Dalam kasus pertama bahawa sudah jelas kedua belah pihak bersepakat
pihak kesatu untuk memberikan gaji dan pihak kedua sebagai pekerja, objek
perjanjian dari kasus pertama merupakan pekerjaan atau jasa. Dilihat dari unsur-
unsur dalam kasus tersebut, dapat disimpulkan bawah Heru dan PT Mandiri Jaya
Succesindo terkait oleh sebuah perjanjian kerja. Perjanjian kerja tersebut
melahirkan prestasi yang mensyaratkan Heru untuk bekerja pada PT Mandiri Jaya
Succeindo. Timbulnya perjanjian tidak terlepas dari berakhirnya perjanjian itu
sendiri. Dalam perjanjian ditentukan oleh kedua belah pihak, suatu perjanjian
akan berakhir pada saaat yang telah ditentukan dalam perjanjian yang telah
disepakati oleh para pihak. Batas berlakunya suatu perjanjian yang di tentukan
oleh undang-undang yang misalnya pada pasal 1066 KUHPerdata.
19
KESIMPULAN II
Perjanjian merupakan salah satu sumber dari timbulnya perikatan, selain dari
undang-undang. Dalam sebuah perjanjian terdapat unsur-unsur terjadinya
perjanjian dan unsur-unsur berakhirnya perjanjian.
Kasus wanprestasi yang terjadi di RSUD Tebing Tinggi merupakan salah satu
contoh kasus berakhirnya perjanjian. Kasus tersebut awalnya mengenai tentang
perjanjian rawat inap yang terjadi antara pasien rawat inap dan pihak RSUD
Tebing Tinggi, isi perjanjian tersebut adalah berupa; pasien memenuhi
prestasinya dalam bentuk uang kepada pihak RSUD selaku pemberi layanan
rawat inap. Hal yang terjadi diluar kemauan RSUD adalah ketika banyak dari
pasien yang wanprestasi atas perjanjian rawat inap tersebut. Wanprestasi
tersebut pada umumnya disebabkan dari 3 hal yaitu; pasien tidak mampu
membayar, ketidakcakapan pihak ketiga, dan pasien yang melarikan diri. Atas
dasar hal-hal tersebut perjanjian rawat inap antara RSUD dan pihak yan
bersangkutan menjadi berakhir.
20
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Jurnal
Internet
21
1. https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4613631/masuk-ke-mesin-
produksi-pekerja-pabrik-kayu-di-probolinggo-tewas. Senin, 04 November
2019
2. http://repository.unib.ac.id/8856/1/I%2CII%2CIII%2CII-14-ing.FH.pdf
Senin, 04 November 2019
22
LAPORAN HASIL DISKUSI BERAKHIRNYA PERJANJIAN
Pertanyaan
23
pengakhiran (pembatalan) perjanjian tanpa adanya putusan pengadilan,
maka menjadi mutlak bahwa pembatalan tersebut harus dilakukan dengan
mengajukan gugatan di pengadilan (Pasal 1266 KUHPerdata).
Materi yang di paparkan oleh kelompok ini ada kekeliruan, yang seharusnya
berakhirnya perjanjian akan tetapi yang di paparkan materi berakhirnya perikatan.
24
25