Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS KASUS BERAKHIRNYA PERJANJIAN DENGAN MENGACU

KEPADA HUKUM PERDATA

Disusun oleh:
Jidny izham al fasha 110110180151
Muqtarib 110110180152
Lilis Desyana Sipahutar 110110180153
Bima Chrismanuel 110110180154
Anisa Aurora Pradipta 110110180155

UINVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Manusia dalam kehidupannya selaku makhluk sosial selalu berhubungan


dan berintraksi antar manusia lainnya dengan meliputi beberapa aspek,
diantaranya aspek sosial, budaya dan hukum, termasuk perdata. Khususnya
perjanjian dimana pada saat ini bisnis yang dilakukan manusia adalah selalu
berkembang dan diharapkan selalu terus berkembang mengikuti perkembangan
zaman. Sehingga perlu ditanyakan bagaimana suatu hubungan usaha atau bisnis
antar manusia dituangkan ke dalam sebuah perjanjian yang bisa mengakomodir
segala kepentingan mereka termasuk adadnya batasan-batasan sebagai cara
pelaksanaan kehidupan didalamnya berdasarkan hukum, baik tertulis maupun
tidak tertulis yang dalam pelaksanaannya dijalankan secara bersama pemerintah
dan rakyat. sementara pengertian perjanjian adalah implementasi dari poin-poin
hubungan usaha dan bisnis manusia yang dituangkan secara tertulis dalam
lembar perjanjian memiliki kesepakatan para pihak.1

Perjanjian merupakan terjemahan dari kata overeenkomst (Belanda). Ada


dua macam teori yang membahas tentang pengertian perjanjian. Menurut teori
yang lama yang disebut perjanjian adalah perbuatan hukum berdasarkan kata
sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Dari definisi tersebut telah tampak
adanya konsensualisme dan timbulnya akibat hukum (tumbuh atau lenyapnya
hak dan kewajiban). Menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne,
perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih
berdasarkan kata sepakat untuk menimbilkan akibat hukum. Perjanjian memiliki
hubungan erat dengan perikatan sebagaimana Buku III KUHPerdata pasal 1233

1
Hartana, Hukum Perjanjian (Dalam Perspektif Perjanjian Karya Pengusahaan
PertambanganBatubara), Jurnal Komunikasi Hukum, Vol.2, No.2. 2016. Hlm 148

2
yang menyebutkan tentang terjadinya perikatan yangb mengemukakan bahwa
perikatan timbul dari persetujuan atau undang-undang.2

Menurut Subekti, perjanjian merupakan bentuk konkrit dari perikatan


sedangkan perikatan merupakan bentuk abstrak dari perjanjian, hal ini dapat
diartikan adanya hubungan hukum antara dua pihak yang isinya adalah hak dan
kewajiban, suatu hak untuk menuntut sesuatu dan sebaliknya suatu kewajiban
untuk memenuhi tuntutan tersebut. pasal 1313 Bab II Buku III KUHPerdata
memberikan pengertian tentang perjanjian. ” Suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”
perjanjian juga adalah satu peristiwa dimana seseorang kepada orang lain atau
keduanya berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Para pihak dalam perjanjian
yang akan diadakan dan telah sepakat tentang apa yang mereka sepakati berupa
janji-janji yang diperjanjikan dengan sesuatu hal yang harus dilaksanakan
dinamakan “prestasi”, dapat menyerahkan suatu barang dan tidak melakukan
suatu perbuatan.

Sahnya suatu perjanjian dikelompokan dalam dua kelompok, yaitu syarat


subjektif dan syarat objektif. Syarat subjektif yaitu syarat yang menyangkut para
pihak dan apabila syarat subjektif dalam suatu perjanjian tidak terpenuhi maka
perjanjian tersebut dapat dibatalkan (vernietigbaar), selama perjanjian yang
mengandung cacat subjektif belum dibatalkan, maka ia tetap mengikat para
pihak layaknya perjanjian yang sah. Sedangkan syarat objektif adalah syarat yang
menyangkut objek perjanjian dimana ketentuannya tercantum dalam pasal 1320
KUHPerdata.3

Mengenai berakhirnya perjanjian berbeda dengan berakhirnya suatu


perikatan, suatu perikatan dapat hapus sementara perjanjian menjadi
sumbernya masih tetap ada. Suatu perjanjian baru akan berakhir apabila segala

2
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, 2003, hlm, 127-128
3
Hartana. Op.cit.hlm 149

3
suatu perikatan yang timbul dari perjanjian tersebut telah hapus seluruhnya,
dengan berakhirnya suatu perjanjian maka perikatan-perikatan yang terdapat di
dalamnya secara otomatis menjadi hapus.

Berakhirnya perjanjian ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak.


Suatu perjanjian berakhir pada saat yang telah ditentukan oleh para pihak dalam
perjanjian. Batas berlakuny perjanjian ditentukan oleh undang-undang, misalnya
dalam pasal 1066 KUHPerdata bahwa para ahli waaris dapat mengadakan
perjanjian untuk tidak melakukan pemecahan harta selama jangka waktu
tertentu, dengan hanya mengikat selama lima tahun. Apabila tujuan perjanjian
telah tercapai, dengan dicapainya tujuan tersebut maka perjanjian itu akan
berakhir. Pernyataan menghentikan perjanjian baik oleh kedua belah pihak
maupun salah satu pihak (Opzegging). Hanya dapat dilakukan pada perjanjian
yang bersipat sementara, misalnya dalam pasal 1603 ayat (1) ditentukan bahwa
para pihak dapat mengakhiri perjanjian kerja jika diperjanjiakan suatu waktu
percobaan atau pada perjanjian sewa-menyewa.

Identifikasi masalah

1. Bagaimana analisis kasus kecelakaan kerja yang terjadi di PT Mandiri Jaya


Succesindo dikaitkan dengan unsur berakhirnya perjanjian?
2. Bagaimana analisis kasus wanprestasi dalam perjanjian rawat inap antara
pasien dengan RSUD Tebing Tinggi dikaitkan dengan unsur berakhirnya
perjanjian?

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Istilah Perjanjian

Dalam hukum perdata Belanda dan hubungannya dengan istilah


perjanjian dikenal dua istilah yaitu verbintenis dan overeenkomst, kedua istilah
tersebut diterjemahkan secara berbeda oleh para ahli hukum perdata Indonesia.
Menurut Utrecht, verbintenis diterjemahkan sebagai perutangan dan
overeenkomst sebagai perjanjian. Achmat Ichsan, menterjemahkan istilah
perjanjian untuk verbintenis dan persetujuan untuk overeenkomst. KUHPerdata
yang diterjemahan Subekti, SH dan Tjitro Sudibio memakai istilah perikatan
untuk verbintenis dan istilah persetujuan untuk overeenkomst.4 Dari pendapat
beberapa pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa belum ada persamaan
pendapat dalam menafsirkan istilah yang bersumber pada hukum perdata
Belanda. Pandangan yang berbeda-beda hanya akan menimbulkan persoalan-
persoalan dan menyulitkan dalam mempelajari hukum perjanjian.

Dari kamus bahasa Belanda istilah verbintenis berasal dari kata binden yang
artinya ikat atau mengikat sedangkan kata perjanjian dalam bahasa Indonesia
berasal dari kata dasar janji yang dalam bahasa Belanda diartikan overeenkomst.
Sedangkan istilah overeenkomst bisa diterjemahkan sebagai persetujuan dan
persetujuan berasal dari kata dasar setuju dan kata setuju sendiri dalam bahasa
Belanda diartikan overeenkomtig. Dalam hal ini memang terdapat perbedaan
antara para ahli hukum. Perbedaan pandangan mengenai istilah tergantung dari
sudut pandang, tinjauan dan argumentasi ahli hukum itu sendiri.

4
Gunawan Widjaya, Seri Hukum Bisnis Memahami Prinsip Keterbukaan (aanvullend recht) dalam
Hukum Perdata (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005), hal. 247.

5
Perjanjian merupakan salah satu sumber hukum perikatan yang diatur dalam
Buku III KUH Perdata. Dikatakan sebagai salah satu sumber hukum perikatan
karena sumber hukum perikatan bukan hanya perjanjian tetapi masih ada
sumber hukum lainnya yaitu undang-undang, yurisprudensi, hukum tertulis dan
tidak tertulis, dan ilmu pengetahuan hukum.

Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan bahwa ”Tiap-tiap perikatan dilahirkan


karena persetujuan atau karena undang-undang”. Dari bunyi pasal tersebut
secara jelas bahwa sumber hukum perikatan yaitu:

1. Perjanjian atau persetujuan adalah sumber penting yang melahirkan


perikatan karena perjanjian ini yang paling banyak dilakukan di dalam
kehidupan masyarakat. Misalnya, jual beli, sewa menyewa adalah
perjanjian menerbitkan perikatan.
2. Undang-undang sebagai sebagai sumber perikatan dibagi dua (Pasal 1352
KUHPerdata) yaitu:
a. Bersumber pada undang-undang saja misalnya orang tua yang
berkewajiban untuk memberikan nafkah adalah perikatan yang lahir
dari undang-undang saja.
b. Bersumber pada undang-undang karena perbuatan manusia
dibedakan menjadi dua :
- Perbuatan manusia menurut hukum, misalnya mewakili urusan
orang lain Pasal 1354 KUHPerdata (zaakwaarneming).
- Perbuatan manusia karena perbuatan melawan hukum, (Pasal
1365 KUHPerdata).

Untuk perikatan yang bersumber pada undang-undang ini, undang-undang tidak


mensyaratkan dipenuhinya syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam
Pasal 1320 KUHPerdata karena perikatan yang bersumber pada undang-undang
sudah tentu terlepas dari keinginan dan kesepakatan para pihak.

Unsur - unsur dalam perjanjian atau kontrak menurut Abdulkadir Muhammad:

6
1. Ada pihak-pihak, minimal ada dua orang yang terdiri orang dan badan
hukum (rechtperson).
2. Ada persetujuan antara pihak berdasarkan keabsahan untuk mengadakan
consensus atau tawar menawar dalam suatu perjanjian.
3. Ada tujuan tertentu yang ingin dicapai, yang tidak boleh bertentangan
dengan Undang-Undang, ketertiban umum, kebiasaan yang diakui
masyarakat dan kesusilaan.
4. Ada prestasi yang harus dilaksanakan oleh suatu pihak dan dapat dituntut
oleh pihak lainnya, begitu juga sebaliknya.
5. Ada bentuk tertentu, yang harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta
autentik maupun di bawah tangan, bahkan secara lisan.
6. Ada syarat-syarat tertentu menurut Undang-Undang, agar suatu kontrak
yang dibuat menjadi sah.5

Asas-Asas Perjanjian

Menurut para sarjana perdata terdapat lima asas yang penting, yaitu:

1. Asas Kebebasan Berkontrak


Asas kebebasan berkontrak berarti bahwa setiap orang bebas membuat
perjanjian dengan siapapun, apapun isinya, apapun bentuknya sejauh
tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Asas
kebebasan berkontrak dapat dilihat dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1)
KUH Perdata, yang dinyatakan bahwa : “semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”
Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan
kebebasan bagi para pihak untuk :
a. Membuat atau tidak membuat perjanjian.
b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun.

5
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2008), hal. 78.

7
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya.
d. Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.6
2. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme terdapat pada Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata.
Dalam pasal itu dinyatakan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian
yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak.7 Asas konsensualisme
merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya
tidak diadakan secara formal, tetapi cukup dengan adanya kesepakatan
kedua belah pihak. Kesepakatan merupakan penyesuaian antara
kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak, hal ini
mengandung makna bahwa suatu perjanjian dianggap telah terjadi pada
saat salah satu pihak menyatakan sepakat pada pokok perjanjian yang
dinyatakan oleh pihak lainnya.
3. Asas Kepastian Hukum
Asas ini menyatakan bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati
isi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah
undang-undang. Hakim dan pihak ketiga tidak diperkenankan melakukan
intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas
kepastian hukum dapat disimpulkan pada Pasal 1338 ayat (1) KUH
Perdata, yang dinyatakan “Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”
4. Asas Iktikad Baik (Geode Trouw)
Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang menyatakan bahwa: “Suatu
perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik”. Asas iktikad baik
bermakna bahwa dalam suatu perjanjian yang dibuat hendaknya dari
sejak perjanjian ditutup, perjanjian tersebut sama sekali tidak

6
Handri Raharjo, Hukum Perjanjian DiIndonesia, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2002), hal 44.
7
Salim H.S (2), Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,
2014), hal 10.

8
dimaksudkan untuk merugikan kepentingan debitur maupun kreditor,
maupun pihak lain atau pihak ketiga lainnya di luar perjanjian.8
5. Asas Kepribadian (Personalia)
Asas kepribadian berarti bahwa pada umumnya setiap pihak yang
membuat perjanjian tersebut untuk kepentingannya sendiri atau dengan
kata lain tidak seorang pun dapat membuat perjanjian untuk kepentingan
pihak lain.

Jenis Perjanjian

Menurut Sutarno, perjanjian dapat di bedakan menjadi beberapa jenis yaitu:

1. Perjanjian timbal balik


Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang dibuat dengan meletakkan
hak dan kewajiban kepada kedua pihak yang membuat perjanjian.
Misalnya perjanjian jual beli Pasal 1457 KUHPerdata dan perjanjian sewa
menyewa Pasal 1548 KUHPerdata. Dalam perjanjian jual beli hak dan
kewajiban ada di kedua belah pihak. Pihak penjual berkewajiban
menyerahkan barang yang dijual dan berhak mendapat pembayaran dan
pihak pembeli berkewajiban membayar dan hak menerima barangnya.
2. Perjanjian sepihak
Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang dibuat dengan meletakkan
kewajiban pada salah satu pihak saja. Misalnya perjanjian hibah, dalam
hibah ini kewajiban hanya ada pada orang yang menghibahkan yaitu
memberikan barang yang dihibahkan sedangkan penerima hibah tidak
mempunyai kewajiban apapun. Penerima hibah hanya berhak menerima
barang yang dihibahkan tanpa berkewajiban apapun kepada orang yang
menghibahkan.
3. Perjanjian dengan percuma

8
Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, (1) Seri Hukum Perikatan (Perikatan yang Lahir dari
Perjanjian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal.80.

9
Perjanjian dengan percuma adalah perjanjian menurut hukum terjadi
keuntungan bagi salah satu pihak saja. Misalnya hibah (schenking) dan
pinjam pakai Pasal 1666 dan 1740 KUHPerdata.
4. Perjanjian konsensuil
Perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang dianggap sah apabila telah
terjadi kesepakatan antara pihak yang membuat perjanjian. Dalam
perjanjian konsensuil terdapat perjanjian rill dan formil. Perjanjian riil
adalah perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi barangnya harus
diserahkan. Misalnya perjanjian penitipan barang Pasal 1741 KUHPerdata
dan perjanjian pinjam mengganti Pasal 1754 KUHPerdata. Perjanjian
formil adalah perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi undang-
undang mengharuskan perjanjian tersebut harus dibuat dengan bentuk
tertentu secara tertulis dengan akta yang dibuat oleh pejabat umum
Notaris atau PPAT. Misalnya jual beli tanah, undang-undang menentukan
akta jual beli harus dibuat dengan akta PPAT, perjanjian perkawinan
dibuat dengan akta notaris.
5. Perjanjian bernama atau khusus dan perjanjian tak bernama
Perjanjian bernama atau khusus adalah perjanjian yang telah diatur
dengan ketentuan khusus dalam KUHPerdata Buku ketiga Bab V sampai
dengan Bab XVIII. Misalnya perjanjian jual beli, sewa menyewa, hibah dan
lain-lain. Perjanjian tak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur
secara khusus dalam undang-undang. Misalnya perjanjian leasing,
perjanjian keagenan dan distributor, perjanjian kredit.9

9
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 82.

10
BAB III

CONTOH KASUS BERAKHIRNYA PERJANJIAN

1. Kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan berakhirnya perjanjian


kerja.
Kecelakaan kerja terjadi di pabrik pengolahan kayu PT Mandiri Jaya
Succesindo di Desa Pajurangan, Gending, Kabupaten Probolinggo. Salah
seorang karyawan tewas setelah masuk ke mesin produksi. Korban adalah
Heru Lintang Cahyono (23), warga Dusun Pasar, Desa Pajurangan,
Kabupaten Probolinggo. Korban tewas dengan luka parah di bagian dada
dan tangannya.
Kecelakaan kerja yang merenggut nyawa Heru terjadi sekitar pukul 05.30
WIB Sabtu (6/7/2019). Korban sendiri, diketahui bekerja masuk shift
malam. Rekan kerja korban, Dani Wahyu Saputra, mengatakan saat
kejadian korban sedang bekerja di bagian mesin pengepresan dan
pengeleman.
Nahas, korban secara tak sengaja menginjak alas mesin dan membawa
tubuh korban ke arah belakang. Seketika tubuh korban pun, lantas
terjepit ke mesin pengeleman.
"Alasnya bisa bergerak, karena ada rodanya. Makanya tubuh korban
langsung masuk ke mesin, dan terjepit. Karyawan lain yang tahu kejadian
itu, ya langsung mematikan mesinnya," terang Dani.
Setelah dievakuasi, korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Wonolangan,
Dringu guna mendapatkan pertolongan medis. Namun sayang, tiba di RS
nyawa korban tak dapat tertolong.
Sementara Kapolsek Gending, AKP Ohim menyebut, usai kejadian korban
diketahui Dibalik tewasnya korban, rupanya tempat kerja korban yang
merupakan pabrik pengolahan kayu belum mengantongi izin berproduksi.

11
Itu dikatakan Kasatpol PP Kabupaten Probolinggo Dwi Joko. Bahkan
menurut Joko, sebelumnya areal pabrik pengolahan kayu tersebut telah
dipasangi segel Satpol PP agar tidak beroperasi dahulu hingga
menyelesaikan izinnya.
Pihak pabrik sendiri sangat tertutup, bagi awak media terkait peristiwa
kecelakaan kerja tersebut. Bahkan saat sejumlah wartawan hendak
masuk areal pabrik guna konfirmasi, pihak satpam pabrik langsung
melakukan pelarangan.10
2. Kasus wanprestasi yang menyebabkan berakhirnya perjanjian pada
perjanjian rawat inap.
Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi Kabupaten Empat lawang
memiliki beberapa masalah terkait dengan wanprestasi pada perjanjian
rawat inap rumah sakit. Bentuk wanprestasi tersebut terjadi ketika
beberapa pasien yang berada dalam rumah sakit itu tidak memenuhi
prestasi terkait pembayaran rawat inapnya. Hal tersebut sudah terjadi
dalam kurun waktu yang cukup lama. Pasien dinyatakan wanprestasi
dikarenakan tiga hal, yaitu:
a. Pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi
Kabupaten Empat Lawang tidak membayar uang sebagaimana yang telah
dihitung pada akhir masa rawatnya. Untuk kasus semacam ini umumnya
dilakukan oleh pasien yang kurang mampu, dan hal ini terjadi 142 kasus
pertahun dari jumlah 540 pasien yang dirawat.
b. Pihak ke tiga sebagai penanggung jawab pasien tidak memenuhi
kewajibannya atau semua biaya perawatan pasien selama pasien dirawat
di Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang,
sebagaimana disepakati sebelumnya. Untuk kasus semacam ini sangat
sedikit terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi Kabupaten

10
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4613631/masuk-ke-mesin-produksi-pekerja-
pabrik-kayu-di-probolinggo-tewas diakses pada 04 November 2019

12
Empat Lawang, hanya sekitar 42 kasus dari jumlah 140 pasien yang
dirawat.
c. Pasien yang melarikan diri sebelum masa perawatannya berakhir atau
dengan kata lain pasien yang belum dinyatakan sembuh menurut
pertimbangan dokter yang merawatnya atau menanganinya. Untuk
pasien yang melarikan diri ini, umumnya dilakukan oleh pasien yang
ekonominya kurang mampu dan kurang pengetahuan atau kurang
menyadari akan kewajibannya sebagai seorang pasien.
Kasus ini terjadi sekitar 40 kasus pertahun dari jumlah 1282 pasien yang
dirawat. Wanprestasi pihak pasien timbul dalam perjanjian rawat inap,
yang merupakan transaksi therapeutik dimana aspek hukum dari
perjanjian ini menyangkut hukum kesehatan atau hukum medik, tetapi
hukum medik sama sekali tidak mengatur khusus ketentuan yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam
transaksi therapeutik melalui ketentuan perdata yang berlaku umum
sehingga wanprestasi pasien didasari pada ketentuan KUH Perdata.
Tetapi dalam praktiknya penyelesaian wanprestasi pasien dalam
perjanjian rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi
Kabupaen Empat Lawang umumnya diselesaikan secara musyawarah
dalam mencapai suatu kesepakatan, hal ini terbukti sampai saat ini belum
pernah sampai ke tingkat pengadilan.11

11
http://repository.unib.ac.id/8856/1/I%2CII%2CIII%2CII-14-ing.FH.pdf diunduh pada 04
November 2019

13
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Kasus pertama

Analisi kasus :

Kasus ini bisa disebut sebagai sebuah perjanjian karena sesuai dengan
unsur-unsur yang tercantum dalam pasal 1320 KUHPerdata yaitu :

1. Kata sepakat. Kesepakatan para pihak tampak ketika heru sudah


mulai bekerja di pabrik sehingga dapat disimpulkan ia sudah sepakat
akan gaji dan kewajiban pekerjaannya berikut dengan konsekuensi
pekerjaannnya. Dari hal tersebut syarat sepakat menurut kami
terpenuhi
2. Cakap. Heru dalam hal ini sudah berusia 23 tahun sehingga dalam
hukum perdata, sudah dianggap dewasa (dewasa ketika berusia 21
tahun bagi pria). Selain itu Heru bukan orang yang kurang waras
maupun dalam pengampuan. Sementara PT Mandiri Jaya Succesindo
adalah badan hukum yang secara jelas merupakan subjek hukum
privat.
3. Objek/ prestasi. objek perjanjiannya adalah pekerjaan atau jasa. Jasa
tidak termasuk dalam pengertian benda. Namun berdasarkan pasal
1313, Dalam suatu Perjanjian meliputi kegiatan (prestasi):
- Menyerahkan sesuatu, misalnya melakukan pembayaran uang;
- Melakukan sesuatu, misalnya melakukan suatu pekerjaan; dan
- Tidak melakukan sesuatu, misalnya hari Minggu adalah hari libur,
maka pekerja boleh tidak bekerja.
4. klausa yg halal. Pekerjaan yg dilakukan heru adalah sebagai karyawan
pabrik yang merupakan pekerjaan yang tidak di larang baik dalam per

14
undang-undangan maupun dalam norma masyarakat sehingga syarat
ini terpenuhi.
Dari hal-hal tersebut dapat dikatakan bahwa pada kasus tersebut
dapat dikatakan bahwa perjanjian yang dilakukan para pihak adalah
sah. Kemudian bahwa akibat perjanjian tersebut sah maka
pembatalan oleh karna adanya unsur yang salah.

Dilihat dari unsur-unsur diatas, dapat disimpulkan bahwa Heru dan PT


Mandiri Jaya Succesindo terikat oleh sebuah perjanjian kerja. Perjanjian
kerja tersebut melahirkan prestasi yang mensyaratkan Heru untuk
bekerja pada PT Mandiri Jaya Succesindo. Timbulnya perjanjian tidak
terlepas dari berakhirnya perjanjian itu sendiri. Berikut adalah unsur-
unsur berakhirnya sebuah perjanjian :

1. Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak. Suatu perjanjian


berakhir pada saat yang telah ditentukan oleh para pihak dalam
perjanjian.
2. Batas berlakunya suatu perjanjian ditentukan oleh undang-undang.
Misalnya dalam pasal 1066 KUHPerdata bahwa para ahli waris dapat
mengadakan perjanjian untuk tidak melakukan pemecahan harta
selama jangka waktu tertentu, yaitu hanya mengikat selama lima
tahun.
3. Perjanjian menjadi hapus dengan terjadinya suatu peristiwa baik yang
ditentukan oleh para pihak maupun oleh undang-undang, misalnya :
a. Pasal 1603j KUHPerdata yang menentukan bahwa perjanjian kerja
berakhir dengan meninggalnya si buruh.
b. Pasal 1646 KUHPerdata menentukan salah satu sebab berakhirnya
suatu persekutuan adalah :
- Musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi
pokok persekutuan.

15
- Jika sekutu meninggal, dalam pengampuan, atau dinyatakan pailit.
c. Pernyataan menghentikan perjanjian baik oleh kedua pihak
maupun oleh salah satu pihak. Hanya dapat dilakukan pada
perjanjian yang bersifat sementara, misalnya dalam pasal 1603
ayat (1) ditentukan bahwa para pihak dapat mengakhiri perjanjian
kerja jika diperjanjikan suatu waktu percobaan atau pada
perjanjian sewa-menyewa.
d. Adanya putusan hakim, misalnya dalam sebuah perjanjian sewa
menyewa rumah tidak ditentukan kapan berakhirnya maka
pengadilan lah yang akan memutuskan.
e. Apabila tujuan dari perjanjian sudah tercapai
Dengan terpenuhinya perjanjian tersebut maka secara langsung
perjanjian terseut berakhir atau tidak berlaku lagi bagi pihak yang
bersangkutan.
f. Dengan adanya perjanjian para pihak. Pasal 1338 ayat (2)
KUHPerdata memberi kemungkinan berakhirnya suatu perjanjian
dengan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak.

Jika mengacu kepada unsur-unsur berakhirnya perjanjian diatas, maka


kasus berakhirnya perjanjian kerja Heru dengan PT Mandiri Jaya
Succesindo termasuk kedalam hapusnya perjanjian karena terjadinya
suatu peristiwa baik yang ditentukan oleh para pihak maupun oleh
undang-undang.

Hal tersebut dikarenakan berakhirnya perjanjian itu didasarkan pada


pasal 1603j KUHPerdata yang berbunyi :

“Hubungan kerja berakhir dengan meninggalnya buruh”

Berakhirnya perjanjian antara Heru dengan perusahaan tempat Ia bekerja


disebabkan oleh meninggalnya Heru yang mengakibatkan berakhirnya

16
hubungan kerja. Hubungan kerja tersebut tertuaang dalam sebuah
perjanjian kerja antara Heru dan perusahaan tersebut.

Karena perjanjian antara Heru dan PT Mandiri Jaya Succesindo berakhir


maka prestasi yang harus dipenuhi Heru pun berakhir dan perusahaan
sudah tidak memiliki kewajiban untuk memberi upah kepada Heru.

2. Kasus kedua

Menurut pasal 1381 KUH Perdata tentang hapusnya perikatan yang terdapat di
dalamnya hapusnya perikatan karena pembebasan hutang yang dinyatakan
kreditur kepada debitur yang dibebaskan dari perutangan, yang diatur dalam
pasal 1438-1443 KUH Perdata.

Hapusnya Perikatan karena pembebasan utang dilakukan oleh RSUD Tebing


Tinggi kepada Pasien rawat inap yang kurang mampu dengan pembuktian
melalui musyawarah untuk mencapai kesepakatan atas daluwarsa yang
dilakukan para pasien.Dari musywarah yang menghasilkan pembebasan utang ini
membuat berakhirnya perjanjian.

Adapun upaya yang dilakukan pihak Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi
Kabupaten Empat Lawang dalam menyelesaikan wanprestasi adalah dengan
jalan melakukan dengan menuntut pemenuhan perikatan, sebagai berikut :

1. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang
akan menyelidiki atau mencari informasi mengenai alamat dari pasien
yang telah melakukan wanprestasi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari
bukti diri atau tanda pengenal pasien yang ditinggalkannya di Rumah
Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang, atau dapat
dinyatakan kepada Camat ataupun Lurah ataupun Kepala Desa tempat
tinggal pasien. Setelah pihak Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi
Kabupaten Empat Lawang mengetahui identitas atau informasi mengenai

17
diri pasien, maka pihak Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi
Kabupaten Empat Lawang melakukan upaya yang kedua.
2. Memberikan surat penagihan kepada pihak pasien
Surat penagihan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah
Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang kepada pihak pasien untuk
melaksanakan kewajibannya, dan apabila surat tagihan dari pihak rumah
sakit tidak ditanggapi oleh pihak pasien, maka pihak Rumah Sakit Umum
Daerah Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang mengambil tindakan
selanjutnya.

Upaya yang dilakukan kepada pasien yang mampu namun kurang pengetahuan
tentang perjanjian yang ada adalah melakukan surat somasi kepada pasien
ataupun keluarga pasien yang telah daluwarsa untuk membayar biaya rawat
inap.

18
BAB V

KESIMPULAN I

Perjanjian pada hakikatnya adalah sebuah kesepakatan yang dibuat untuk


mecapai suatu tujuan tertentu, kesepakatan tersebut disetujui oleh pihak-pihak
yang bersangkutan. Perjanjian merupakan salah satu sumber dari timbulnya
perikatan, selain dari undang-undang.

Dalam kasus pertama bahawa sudah jelas kedua belah pihak bersepakat
pihak kesatu untuk memberikan gaji dan pihak kedua sebagai pekerja, objek
perjanjian dari kasus pertama merupakan pekerjaan atau jasa. Dilihat dari unsur-
unsur dalam kasus tersebut, dapat disimpulkan bawah Heru dan PT Mandiri Jaya
Succesindo terkait oleh sebuah perjanjian kerja. Perjanjian kerja tersebut
melahirkan prestasi yang mensyaratkan Heru untuk bekerja pada PT Mandiri Jaya
Succeindo. Timbulnya perjanjian tidak terlepas dari berakhirnya perjanjian itu
sendiri. Dalam perjanjian ditentukan oleh kedua belah pihak, suatu perjanjian
akan berakhir pada saaat yang telah ditentukan dalam perjanjian yang telah
disepakati oleh para pihak. Batas berlakunya suatu perjanjian yang di tentukan
oleh undang-undang yang misalnya pada pasal 1066 KUHPerdata.

Berakhirnya suatu perjanjian kerja pada Heru dengan PT Mandiri Jaya


Succeindo termasuk kedalam hapusnya perjanjian karena terjadi suatu peristiwa
baik yang ditentukan oleh kedua pihak maupun ditentukan oleh undng-undang.
Karena perjanjian antara Heru dan PT Mandiri Jaya Succesindo berakhir maka
prestasi yang harus dipenuhi Heru pun berakhir dan perusahaan sudah tidak
memiliki kewajiban untuk memberi upah kepada Heru.

19
KESIMPULAN II

Perjanjian merupakan salah satu sumber dari timbulnya perikatan, selain dari
undang-undang. Dalam sebuah perjanjian terdapat unsur-unsur terjadinya
perjanjian dan unsur-unsur berakhirnya perjanjian.

Kasus wanprestasi yang terjadi di RSUD Tebing Tinggi merupakan salah satu
contoh kasus berakhirnya perjanjian. Kasus tersebut awalnya mengenai tentang
perjanjian rawat inap yang terjadi antara pasien rawat inap dan pihak RSUD
Tebing Tinggi, isi perjanjian tersebut adalah berupa; pasien memenuhi
prestasinya dalam bentuk uang kepada pihak RSUD selaku pemberi layanan
rawat inap. Hal yang terjadi diluar kemauan RSUD adalah ketika banyak dari
pasien yang wanprestasi atas perjanjian rawat inap tersebut. Wanprestasi
tersebut pada umumnya disebabkan dari 3 hal yaitu; pasien tidak mampu
membayar, ketidakcakapan pihak ketiga, dan pasien yang melarikan diri. Atas
dasar hal-hal tersebut perjanjian rawat inap antara RSUD dan pihak yan
bersangkutan menjadi berakhir.

20
DAFTAR PUSTAKA

Buku

1) Abdulkadir Muhammad,2008, Hukum Perikatan (Bandung: PT. Citra


Aditya Bakti, hal. 78.
2) Gunawan Widjaya,2005, Seri Hukum Bisnis Memahami Prinsip
Keterbukaan (aanvullend recht) dalam Hukum Perdata, Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, hal. 247.
3) Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi,2003, (1) Seri Hukum Perikatan
(Perikatan yang Lahir dari Perjanjian (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
hal.80.
4) Handri Raharjo,2022, Hukum Perjanjian DiIndonesia, Yogyakarta: Pustaka
Yustisia, hal 44.
5) Salim H.S, 2014 (2), Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di
Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, hal 10.
6) Subekti, 2003, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, hlm,
127-128.
7) Sutarno,2008, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank Bandung:
Alfabeta, hal. 82.

Jurnal

1) Hartana, Hukum Perjanjian (Dalam Perspektif Perjanjian Karya


Pengusahaan PertambanganBatubara), Jurnal Komunikasi Hukum, Vol.2,
No.2. 2016. Hlm 148

Internet

21
1. https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4613631/masuk-ke-mesin-
produksi-pekerja-pabrik-kayu-di-probolinggo-tewas. Senin, 04 November
2019
2. http://repository.unib.ac.id/8856/1/I%2CII%2CIII%2CII-14-ing.FH.pdf
Senin, 04 November 2019

22
LAPORAN HASIL DISKUSI BERAKHIRNYA PERJANJIAN

Pertanyaan

1. Fadhila Shaffa 110110180168


Novasi itu merupakan suatu pengakhiran perjanjian karena ada perjanjian
baru. Kalau diperjanjian lama prestasi belum dipenuhi oleh debitur, tapi
ada perjanjian baru , apakah perjanjian yang lama langsung bisa
dikesampingkan atau bagaimana penyelesaiannya?
Jawab :
Muqtarib 1110110180152
Karena novasi adalah pembuatan perjanjian baru maka prestasi yang ada
di perjanjian lama bisa dicantumkan juga dalam perjanjian baru tersebut.
Jadi dalam perjanjian yang baru, ada prestasi yang terdahulu dan prestasi
yang baru dibuat. Prestasi yang lama tidak bisa dikesampingkan.
2. Antonius jonathan 110110180172
Jika ada orang yang membuat kerjasama lalu seiringnya waktu salah satu
pihak ada yang merasa rugi dan akhirnya pihak tersebut mengakhiri
perjanjian tersebut secara sepihak karena merasa dirugikan, apakah hal
tersebut di perbolehkan atau tidak?
Jawab :
Anisa Aurora Pradipta 110110180155
Pengakhiran perjanjian yang didasarkan pada suatu kerugian yang dialami
oleh salah satu pihak, apabila hal ini tidak diatur sebelumnya dalam
perjanjian, maka pihak yang dirugikan tidak dapat melakukan pembatalan
secara sepihak. Perjanjian dibuat atas dasar kata sepakat, maka
pengakhiran pun harus didasari pada suatu kesepakatan. Terjadinya
pembatalan suatu perjanjian yang tidak diatur di dalam perjanjian hanya
dapat terjadi atas dasar kesepakatan para pihak. Secara umum, pembatalan
perjanjian harus dimintakan kepada pengadilan, kecuali para pihak
menyepakati untuk mengakhiri perjanjian tanpa adanya putusan
pengadilan terlebih dahulu. Jika tidak diatur mengenai pengesampingan

23
pengakhiran (pembatalan) perjanjian tanpa adanya putusan pengadilan,
maka menjadi mutlak bahwa pembatalan tersebut harus dilakukan dengan
mengajukan gugatan di pengadilan (Pasal 1266 KUHPerdata).

3. Priliyani Nugroho Putri 110110180178


Dalam suatu perjanjian sewa menyewa rumah/mengontrak rumah yang
telah jatuh tempo, dan debitur masih menduduki rumah tersebut lebih dari
sebulan dari jatuhnya tempo yang telah diperjanjiakan, hingga debitur pun
ingin ngontrak di rumah tersebut lagi, apakah membuat perjanjian yang
baru lagi atau bagaimana ?
Jawab :
Jidny Izham Al Fasha 110110180151
Dalam habisnya waktu atau jatuh tempo waktu yang telah diperjanjikan
dalam sewa menyewa, maka debitur wajib mengurus atau mengklarifikasi
terhadap debitur mengenai perjanjian tersebut. misalnya dalam sewa
menywa rumah telah jatuh tempo perjanjian yang telah di buat dan kedua
belah pihak telah bersepakat mengenai perjanjian tersebut, hingga
perjanjian tersebut dapat di perpanjang tempo waktunya berdasarkan
keinginan debitur dan atas prestasi debitur terhadap kreditur hingga
kreditur dan debitur bersepakat untuk mengubah atau memperpanjang
waktu perjanjian sewa menyewa.
Contoh. A menyewa/mengontrak rumah B selama 1 tahun dalam
perjanjian tersebut jatuh temponya tanggal 30 desember 2019, dan debitur
masih menetap hingga bulan januari dan debitu (A) memenuhi prestasi
terhada kreditur (B) hingga waktu dalam perjanjian tersebut di perpanjang
sesuai kesepakatan (masih menggunakan perjanjian yang lama namun
waktu dalam perjanjian tersebut di perpanjang.

Masukan dari dosen

Materi yang di paparkan oleh kelompok ini ada kekeliruan, yang seharusnya
berakhirnya perjanjian akan tetapi yang di paparkan materi berakhirnya perikatan.

24
25

Anda mungkin juga menyukai