Anda di halaman 1dari 43

HUKUM

PERJANJIAN
DR. NYNDA FATMAWATI,
S.H.,M.H.
DEFINISI PERJANJIAN
Menurut Ps. 1313 KUHPerdata:
“Suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap suatu orang atau lebih lainnya”

Menurut Subekti :
Perjanjian → suatu peristiwa dimana seorang berjanji pada
orang lain atau 2 orang saling berjanji untuk melakukan suatu
prestasi
DEFINIS Dalam praktek tidak dibedakan istilah

I kontrak atau perjanjian atau perikatan.


Dalam teori dibedakan istilah perjanjian
PERJANJ atau perikatan

IAN
HUKUM PERIKATAN

Buku III KUH Perdata mengatur tentang “Verbintenissenrecht”


dimana tercakup juga istilah “overeenkomst”
Selanjutnya istilah perikatan dipakai sebagai terjemahan dari
verbintenis sedangan perjanjian sebagai terjemahan
overeenkomst
KUH Perdata hanya memberikan definisi perjanjian
(Pasal 1313) sedangkan perikatan tidak ada
perikatan mengandung 4
unsur:

1.Hubungan hukum

2.Kekayaan,

3.Pihak-pihak

4.Prestasi
OBJEK PERIKATAN
Objek Perikatan ialah prestasi

Macam Prestasi menurut Pasal 1234 KUHPerdata :


a. Memberikan Sesuatu (definisi ada di Pasal 1235)
Misalnya : menyerahkan suatu barang (seperti dalam
perjanjian jual beli, sewa menyewa, tukar menukar)
b. Berbuat Sesuatu (definisi ada di pasal 1239)
Misalnya : melaksanakan suatu perbuatan tertentu,
membangun rumah atau jalan seperti yang ada dalam
perjanjian kerja pemborongan.
c. Tidak berbuat Sesuatu (definisi di pasal 1242)
Misalnya : tidak melakukan suatu pekerjaan tertentu seperti
membangun tembok tinggi sesuai perjanjian
pasal 499 KUHPerdata :
Menurut Undang-undang, barang adalah tiap
benda dan tiap hak yang dapat menjadi
obyek dari hak milik.
TENTAN
G Dari Pasal 503 dan Pasal 504 tentang
kebendaan, dapat berupa:
KEBEND
AAN Benda berwujud
Benda tidak berwujud
Benda bergerak
Benda tidak bergerak
2 sumber perikatan (1233 BW):

a. Persetujuan (Perjanjian)
b. Undang-undang
PERIKATAN YANG LAHIR DARI UU
TERDIRI DARI DUA BAGIAN (1352 BW):

1. Perikatan yang bersumber dari undang-undang saja.


(mis: Perkawinan)

2. Perikatan yang bersumber dari undang-undang sebagai akibat


perbuatan manusia.
1353 BW membedakan menjadi dua:
Bersumber dari perbuatan manusia yang menurut hukum atau
perbuatan yang halal. (mis: mengurus dengan sukarela)
Bersumber dari perbuatan manusia yang melanggar hukum (mis:
wanprestasi).
Menurut Pasal 1233 KUHPerdata
Perikatan lahir karena suatu Perjanjian
(Pasal 1313) atau karena Undang-Undang
(Pasal 1352)

Menurut beberapa ahli sumber perikatan SUMBER


PERIKAT
seharusnya tidak hanya berdasarkan pasal
1233 tersebut melainkan masih ada
sumber lainnya yaitu : doktrin, keputusan

AN
hakim, dan hukum yang tidak tertulis

Perikatan merupakan suatu pengertian


hukum sehingga tidak ada wujudnya,
sedangkan yang kelihatan adalah
perjanjian tertulis itu sendiri
UNSUR PERJANJIAN
UNSUR ESENSIALIA
Unsur yang harus ada dalam suatu perjanjian, misalnya untuk
suatu perjanjian jual beli harus ada barang dan harga

UNSUR NATURALIA
Unsur yang telah diatur dalam undang-undang, sehingga
walaupun tidak diatur para pihak maka tunduk pada undang-
undang. Misalnya biaya akta jual-beli, pajak dan BPHTB,
serta biaya yang timbul kecuali diperjanjikan lain.
UNSUR PERJANJIAN
UNSUR AKSIDENTALIA
Unsur yang ditambahkan dalam perjanjian oleh para
pihak karena undang-undang tidak mengaturnya.
Misalnya dalam perjanjian sewa menyewa rumah,
diperjanjikan apabila pihak penyewa terlambat
menyerahkan rumah yang disewa setelah kontrak
berakhir, maka akan dikenakan denda perhari.
JENIS-JENIS PERJANJIAN
SECARA UMUM
PERJANJIAN SEPIHAK DAN PERJANJIAN TIMBAL BALIK
Menimbulkan kewajiban pada satu pihak saja, pihak yang lain hanya ada
hak. Misalnya : Hibah dan perjanjian pemberian kuasa
PERJANJIAN BERNAMA (NOMINAT) DAN TIDAK BERNAMA
(INOMINAT)
Perjanjian bernama adalah perjanjian yang mempunyai nama dan diatur
dalam KUHPerdata. Misal : jual beli, sewa menyewa
Perjanjian tidak bernama yaitu perjanjian yang tidak diatur khusus dalam
KUHPerdata. Misal : Tarif angkot jauh dekat sama, dsb
JENIS-JENIS PERJANJIAN
SECARA UMUM
PERJANJIAN OBLIGATOIR DAN PERJANJIAN KEBENDAAN
Perjanjian Obligatoir merupakan suatu perjanjian yang hanya
membebankan kewajiban bagi para pihak, sehingga dengan perjanjian di
situ baru menimbulkan perikatan (contoh: pada perjanjian jual-beli, maka
dengan sahnya perjanjian jual-beli itu belum akan menyebabkan
beralihnya benda yang dijual. Tetapi dari perjanjian itu menimbulkan
perikatan, yaitu bahwa pihak penjual diwajibkan menyerahkan barang
dan pihak pembeli diwajibkan membayar sesuai dengan harganya.
Selanjutnya untuk beralihnya suatu benda secara nyata harus ada
levering/penyerahan, baik secara yuridis maupun empiris
PERJANJIAN FORMIL

JENIS- merupakan suatu perjanjian yang harus


diadakan dengan bentuk tertentu, seperti
JENIS harus dibuat dengan akta notariil. Jadi
perjanjian semacam ini baru dianggap sah
PERJANJ jika dibuat dengan akta notaris dan tanpa itu
maka perjanjian dianggap tidak pernah ada.
IAN PERJANIAN KONSENSUAL

SECARA merupakan perjanjian yang dianggap sah


kalau sudah ada consensus diantara para
UMUM pihak yang membuat. Perjanjian semacam
ini untuk sahnya tidak memerlukan
bentuk tertentu.
PERJANJIAN STANDAR/BAKU
Perjanjian yang menggunakan bentuk
tertulis berupa formulir standar yang telah
dibakukan. Bersifat masal dan
diberlakukan untuk semua konsumen.
Misal : Kontrak dalam rangka KPR di
bank
TEORI DALAM
PERJANJIAN
Untuk menentukan saat terjadinya perjanjian dalam arti
adanya persesuaian kehendak ada beberapa teori :

- Teori Pengiriman (Venzendtheorie)


Menurut teori pengiriman, kesepakatan terjadi apabila pihak
yang menerima penawaran mengirimkan jawaban
penerimaan atau akseptasi.
- Teori Pengetahuan (Vernemingstheorie)
Teori pengetahuan berpendapat bahwa kesepakatan terjadi
apabila pihak yang menawarkan itu mengetahui adanya
akseptasi.

- Teori Penerimaan (Ontvangstheorie)


Menurut teori penerimaan, bahwa kesepakatan terjadi apabila
pihak yang menawarkan itu mengetahui adanya akseptasi,
tetapi penerimaan itu belum diterimanya (tidak diketahui
secara langsung).
- Teori Kehendak (Wilstheorie)
Menurut teori kehendak, faktor yang menentukan adanya perjanjian
adalah kehendak. Meskipun demikian, terdapat hubungan yang tidak
terpisahkan antara kehendak dan pernyataan.
Kelemahan dari teori ini adalah akan timbul kesulitan apabila terdapat
ketidaksesuaian antara kehendak dan pernyataan.
- Teori Pernyataan (Verklaringstheorie)
Menurut teori pernyataan, pembentukan kehendak terjadi dalam ranah kejiwaan
seseorang. Sehingga pihak lawan tidak mungkin mengetahui apa yang
sebenarnya terdapat dalam benak seseorang.
Dengan demikian suatu kehendak yang tidak dapat dikenali oleh pihak lain tidak
mungkin menjadi dasar dari terbentuknya perjanjian.
Teori penyataan lahir sebagai jawaban terhadap kelemahan teori kehendak.
Namun teori ini juga memiliki kelamahan, karena teori pernyataan hanya
berfokus pada pernyataan dan tidak memperhatikan kehendak seseorang.
Sehingga terdapat potensi kerugian yang terjadi apabila tidak terdapat
kesesuaian antara kehendak dan pernyataan. Misalnya seseorang menjual mobil
dengan harga pasarannya adalah Rp.100.000.000,- namun karena sesuatu hal ia
menuliskan angka Rp.10.000.000,- pada penawarannya. Apabila kita berpatok
pada teori pernyataan, maka penjual akan mengalami kerugian yang sangat
besar karena kesalahan penulisan tersebut.
- Teori Kepercayaan (Vertrouwenstheorie)
Teori kepercayaan berusaha untuk mengatasi kelemahan dari teori
pernyataan. Teori ini dapat dikatakan juga sebagai teori pernyataan yang
diperlunak.
Menurut teori ini, tidak semua pernyataan melahirkan perjanjian.
Suatu pernyataan hanya akan melahirkan perjanjian apabila pernyataan
tersebut menurut kebiasaan yang berlaku di dalam masyarakat
menimbulkan kepercayaan bahwa hal yang dinyatakan memang benar
dikehendaki.
Atau dengan kata lain, hanya pernyataan yang disampaikan sesuai dengan
keadaan tertentu (normal) yang menimbulkan perjanjian.
ASAS-ASAS DALAM
PERJANJIAN
- ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK
Dalam Pasal 1338 ayat 1 BW menegaskan “semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.”
Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan
kebebasan kepada pihak untuk membuat atau tidak membuat perjanjian,
mengadakan perjanjian dengan siapapun, menentukan isi perjanjian/
pelaksanaan dan persyaratannya, menentukan bentuknya perjanjian yaitu
tertulis atau lisan.
Asas kebebasan berkontrak merupakan sifat atau ciri khas dari Buku III
BW, yang hanya mengatur para pihak, sehingga para pihak dapat saja
mengesampingkannya, kecuali terhadap pasal-pasal tertentu yang sifatnya
memaksa.
ASAS-ASAS DALAM
PERJANJIAN
-ASAS KONSENSUALISME
Asas konsensualisme dapat disimpulkan melalui Pasal 1320 ayat 1
KUHPerdata. Bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya
kesepakatan kedua belah pihak. Dengan adanya kesepakatan oleh para
pihak, maka melahirkan hak dan kewajiban
ASAS-ASAS DALAM
PERJANJIAN
-ASAS PACTA SUNT SERVANDA
Asas pacta sunt servanda atau disebut juga sebagai asas kepastian hukum,
berkaitan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan
asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak
yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-
undang, mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi
kontrak yang dibuat oleh para pihak.
Asas pacta sunt servanda didasarkan pada Pasal 1338 ayat 1 BW yang
menegaskan “perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang.”
ASAS-ASAS DALAM
PERJANJIAN
-ASAS IKTIKAD BAIK
Ketentuan tentang asas iktikad baik diatur dalam Pasal 1338 ayat 3 BW
yang menegaskan “perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.”
Asas iktikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak Kreditur
dan Debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan
kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para
pihak.
SYARAT SAH PERJANJIAN
(1320 BW):

1. Sepakat
2. Kecakapan
3. Obyek
4. Sebab yang halal
KESEPAKATAN:

 persesuaian kehendak (bertemu-nya penawaran-penerimaan)


 dianggap tdk terjadi jika terdapat cacat kehendak.
FAKTOR PENYEBAB CACAT
KEHENDAK

Kekhilafan/kesesatan (dwaling)
Paksaan (dwang)
Penipuan (bedrog)
Penyalahgunaan keadaan (misbruik van omstadigheden / undue
influence)

Ps 1321 BW
KECAKAPAN PARA PIHAK

Seseorang dikatakan cakap :


-dewasa (telah 21 tahun atau telah kawin)
-tidak dibawah pengampuan

 Badan Hukum selalu dianggap cakap unt melakukan perbuatan


hukum
OBYEK / HAL TERTENTU

Yang merupakan obyek perjanjian :


-tertentu atau dapat ditentukan
-Diperbolehkan (tdk bertentangan dengan UU, kesusilaan dan
ketertiban umum)
-dimungkinkan

-(suatu prestasi yang tidak mungkin (dilaksanakan)


 syarat potestatif BDH)
SEBAB YANG HALAL

merupakan sebab/dasar dibuatnya suatu perjanjian

tidak ber-tentangan dng UU, ketertiban umum dan kesusilaan


WANPRESTASI
Tidak dipenuhinya kewajiban (prestasi) dalam suatu
perjanjian yang dapat disebabkan oleh dua hal :
a. Karena kesalahan debitor baik sengaja atau karena
kelalaian;
b. Karena keadaan memaksa (overmacht / Forcemajeur)
WANPRESTASI
Suatu keadaan dinyatakan sebagai wanprestasi :
a. Tidak dipenuhinya prestasi
b. Terlambat memenuhi prestasi
c. Memenuhi prestasi namun tidak sesuai / baik
d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukan
WANPRESTASI
Sejak kapan seorang debitor dinyatakan wanprestasi ???
a. Apabila tenggang waktu ditentukan dalam perjanjian,
maka wanprestasi terjadi setelah lewat jangka waktu yang
ditentukan tersebut;
b. Apabila tenggang waktu tidak ditentukan maka sejak
debitor tidak memenuhi peringatan/teguran secara tertulis
ataupun lisan.
AKIBAT HUKUM
WANPRESTASI
Debitor diharuskan membayar ganti rugi (Pasal 1243
KUHPerdata)
Kreditor dapat minta pembatalan perjanjian melalui
Pengadilan (Pasal 1266 KUHPerdata)
Kreditor dapat minta pemenuhan perjanjian, atau pemenuhan
perjanjian disertai ganti rugi dan pembatalan perjanjian
dengan ganti rugi (Pasal 1267 KUHPerdata)
AKIBAT HUKUM
WANPRESTASI
Ganti Rugi (menurut Pasal 1243 KUHPerdata) terdiri dari :
a. Biaya : Setiap pengeluaran yang dikeluarkan secara nyata
oleh pihak yang dirugikan akibat wanprestasi
b. Rugi / Kerugian : Berkurangnya nilai kekayaan kreditor
akibat wanprestasi, misalnya : busuknya sayuran saat
pengiriman, musnahnya barang karena terbakar.
c. Bunga : Suatu keuntungan yang harusnya diperoleh
KEADAAN MEMAKSA
(FORCEMAJEUR)
Menurut Pasal 1245 KUHPerdata dalam keadaan memaksa
debitor tidak dapat dimintai pertanggungjawaban apabila
terjadi diluar kemauan dan kemampuan debitor.
Menurut Pasal 1244 keadaan memaksa harus dibuktikan oleh
debitor dimana hal tersebut dapat terjadi karena :
a. Objek perikatan musnah; dan
b. Kehendak debitor untuk berprestasi terhalang
PS 1244 -1245 BW
merupakan pembatasan terhadap keberlakuan asas pacta sunt
servanda
Pasal 1244 KUH Perdata, menurut terjemahan (Prof. Subekti) :

“Jika ada alasan untuk itu, si berutang harus dihukum mengganti


biaya, rugi dan bunga apabila ia tak dapat membuktikan, bahwa hal
tidak atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perikatan itu,
disebabkan karena suatu hal yang tak terduga, pun tak dapat
dipertanggungawabkan padanya, kesemua itu pun jika iktikad buruk
tidaklah ada pada pihaknya”.
PENYEBAB TIDAK
MELAKSANAKAN
(a) karena sesuatu hal yang tidak terduga;

(b) ia tak bertanggung jawab atas hal itu; dan

(c) ia tak punya iktikad buruk


[untuk tidak melaksanakan suatu perikatan atau tidak melaksanakan
suatu perikatan tepat waktu].
Pasal 1245
“Tidak ada penggantian biaya. kerugian dan bunga. bila karena
keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi secara kebetulan,
debitur terhalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang
diwajibkan, atau melakukan suatu perbuatan yang terlarang baginya”
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai