Anda di halaman 1dari 10

Tugas paper mata kuliah aspek hukum dalam bisnis

TUGAS PAPER
MATA KULIAH
ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Dosen Pengajar :
1. Trias Arimurti S.E.,M.Ak.
2. Novy Trianthy Noegraha S.Ak., M.Ak.

JUDUL PAPER :
PENGERTIAN DAN JENIS JENIS PERJANJIAN HUKUM DI INDONESIA
MENURUT SUTARNO, ACHMAD BUSRO DAN ABDULKADIR MUHAMMAD

Oleh :
Isna Meliniyati
Nim : 20416262201033

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari istilah


Overeenkomst dalam bahasa Belanda, atau "Contract" dalam bahasa Inggris.Hukum
perikatan dalam Buku ke-III KUHPerdata mencakup semua bentuk perikatan dan juga
termasuk ikatan hukum yang berasal dari perjanjian, maka istilah hukum perjanjian
hanya sebagai pengaturan tentang ikatan hukum yang terbit dari perianjian saja. Pada
umumnya Buku III KUHPerdata mengatur tentang perikatan-perikatan yang timbul
dari persetujuan atau perjanjian. Istilah Hukum Perikatan,terdiri dari dua golongan
besar, yaitu, hukum perikatan yang berasal dari undang-undang dan hukum perikatan
yang berasal dari Perjanjian. Menurut Subekti perikatan berisi hukum perjanjian,
perikatan merupakan suatu pengertian yang abstrak, sedangkan suatu perjanjian
adalah suatu peristiwa hukum yang konkrit.
Menurut ketentuan pasal 1233 KUHPerdata, perjanjian merupakan salah satu
sumber yang bisa menimbulkan perikatan. Adapun pengertian dari perikatan adalah
suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak
yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain
berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.Meskipun bukan yang paling dominan,
namun pada umumnya perikatan yang lahir dari perjanjian merupakan yang paling
banyak terjadi dalam kehidupan manusia sehari-hari, dan yang juga ternyata banyak
dipelajari oleh ahli hukum, serta dikembangkan secara luas oleh legislator, para
praktisi hukum serta juga pada cendekiawan hukum, menjadi aturan-aturan hukum
positif yang tertulis, yurisprudensi dan doktrin-doktrin hukum yang dapat kita temui
dari waktu ke waktu.
KUHPerdata menggunakan istilah overeenkomst dan contract untuk
pengertian yang sama. Hal ini dapat dilihat jelas dari judul Bab II Buku III
KUHPerdata. Judul dari Bab II Buku III KUHPerdata adalah "Tentang Perikatan-
Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian". Dari judul tersebut dapat
diberikan makna bahwa kontrak adalah perjanjian, dan perjanjian adalah kontrak.
Menurut Pasal 1233 KUHPerdata menjelaskan tentang ptikatan, lahir karena
suatu persetujuan atau karena undang-undang. Menurut Pasal 1234 KUHPerdata
menjelaskan tentang perikatan ditunjukan untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat
sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu. Mengutip apa yang terdapat dalam Black's
Law Dictionary disebutkan bahwa kontrak adalah perjanjian antara 2 (dua) orang atau
lebih yang menciptakan kewajiban untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu hal
khusus.(Contract is agreement betwen two or more persons which creates an
obligation, to do or not a particular thing) . Dimana dalam KUHPerdata disamakan
pengertian antara perjanjian atau persetujuan overeenkoms dengan istilah kontrak.
Selain itu dalam praktik kedua istilah tersebut juga dipergunakan dalam kontrak
komersial, misalnya dalam perjanjian waralaba, perjanjian sewa guna usaha, kontrak
kerjasama, perjanjian kerjasama, kontrak kerja konstruksi. Didalam KUHPerdata,
pengertian perjanjian terdapat dalam ketentuan pasal 1313 KUHPerdata yaitu Suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih. Perbuatan yang disebutkan dalam ketentuan pasal 1313
KUHPerdata hendak menjelaskan bahwa perjanjian hanya mungkin terjadi jika ada
suatu perbuatan nyata, baik dalam bentuk ucapan, maupun tindakan secara fisik, dan
tidak hanya dalam bentuk pikiran semata-mata.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa perjanjian


mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

a. Ada pihak-pihak yang menjadi subjek. Sedikitnya dua pihak dan


masingmasing bisa terdiri atas orang dengan orang atau orang dengan badan
hukum atau badan hukum dengan badan hukum. Dengan demikian tidak
mungkin dikatakan ada perjanjian jika subjeknya hanya satu; Ada persetujuan
(kesepakatan) diantara para pihak. Kesepakatan digambarkan sebagai
pernyataan kehendak para pihak yang saling mengisi. Kesepakatan tersebut
terbentuk melalui penawaran-penawaran yang disampaikan oleh para pihak
yang kemudian bertemu pada satu titik.
b. Ada objek yang berupa benda. Objek perjanjian adalah harta benda yang dapat
diperdagangkan.
c. Ada tujuan yang bersifat kebendaan (mengenai harta kekayaan). Dengan
perkataan lain bahwa perjanjian bermaksud mengalihkan hak atas harta benda
yang menjadi objek perjanjian.
d. Ada bentuk tertentu, lisan atau tertulis. Berdasarkan asas kebebasan
berkontrak atau partij otonomie sebenarnya perjanjian dapat dibuat secara
lisan sehingga dikenal sebagai kontrak lisan, bisa pula berbentuk tertulis
kecuali Undang-Undang menentukan lain, yaitu yang dalam teori dikenal
dengan sebutan kontrak formal seperti kontrak perdamaian, kontrak
penjaminan tanah, kontrak pendirian perseroan terbatas, perjanjian hibah.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang akan kita bahas adalah :
a. Apakah pengertian perjanjian hukum
b. Jenis jenis perjanjian hukum Menurut Sutarno, Achmad Busro dan Abdulkadir
Muhammad

C. Tujuan dan manfaat penulisan Paper


a. Tujuan
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perjanjian hukum
2) Untuk mengetahui jenis jenis perjanjian hukum yang ada di Indonesia
b. Manfaat
Diharapkan dapat berguna bagi pembaca mengenai perjanjian hukum yang ada di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perjanjian Hukum
Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum yang dilakukan antara satu atau
lebih subjek hukum dengan satu atau lebih subjek hukum lainnya yang sepakat
mengikatkan diri satu dengan lainnya tentang hal tertentu dalam lapangan
harta kekayaan.
Istilah perjanjian merupakan terjemahan dari bahasa Belanda,
yaitu overeenkomst atau bahasa Inggris yaitu contract yang artinya perikatan,
perutangan dan perjanjian. Pengertian perjanjian berdasarkan Buku III Bab II
KUH Perdata Pasal 1313 adalah suatu perjanjian (persetujuan) adalah satu
perbuatan dengan mana satu orang, atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang atau lebih.
Perjanjian adalah salah satu sumber perikatan, di samping sumber-sumber
lain. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju
untuk melakukan sesuatu. Perikatan yang lahir dari perjanjian, memang
dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat suatu perjanjian,
sedangkan perikatan yang lahir dari undang-undang diadakan oleh undang-
undang di luar kemauan para pihak yang bersangkutan. Apabila dua orang
mengadakan suatu perjanjian maka mereka bermaksud agar antara mereka
berlaku suatu perikatan hukum.

Berikut definisi dan pengertian perjanjian dari beberapa sumber buku:

1. Menurut Subekti (1994), perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang


berjanji kepada seorang lain, atau dimana dua orang itu saling berjanji
untuk melaksanakan sesuatu hal. 
2. Menurut Setiawan (2008), perjanjian adalah perbuatan hukum dimana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih. 
3. Menurut Projodikoro (1993), perjanjian adalah suatu perhubungan hukum
mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji itu
dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak
melakukan sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu. 
4. Menurut Muhammad (2000), perjanjian adalah suatu persetujuan dengan
mana dua orang atau lebih saling mengikat diri untuk melaksanakan
sesuatu hal mengenai harta kekayaan. 
5. Menurut Salim (2008), perjanjian adalah hubungan hukum antara subjek
yang satu dengan subjek yang lain dalam bidang harta kekayaan, dimana
subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum
yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan
yang telah disepakatinya

Abdulkadir Muhammad menyimpulkan perjanjian sebagai “suatu


persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri
melakukan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan”. Dari beberapa
pengertian perjanjian tersebut diatas dapat dimengerti bahwa maka
perjanjian mengandung beberapa hal yang esensi, yaitu :
 Ada dua pihak atau lebih;
 Ada kata sepakat diantara para pihak;
 Ada tujuan yang hendak dicapai;
 Ada prestasi yang hendak dipenuhi.
Pengertian perjanjian terdapat dalam ketentuan pasal 1313,
yaitu Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Perbuatan yang disebutkan
dalam ketentuan pasal 1313 BW hendak menjelaskan bahwa perjanjian
hanya mungkin terjadi jika ada suatu perbuatan nyata, baik dalam
bentuk ucapan, maupun tindakan secara fisik, dan tidak hanya dalam
bentuk pikiran sematamata.
B. Jenis jenis perjanjian hukum di Indonesia
Secara umum perjanjian dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
perjanjian obligatoir dan perjanjian non obligatoir. Perjanjian obligatoir adalah
perjanjian yang mewajibkan seseorang untuk menyerahkan atau membayar
sesuatu. Sedangkan perjanjian non obligatoir adalah perjanjian yang tidak
mewajibkan seseorang untuk menyerahkan atau membayar sesuatu. 

Perjanjian obligatoir terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik.

 Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang membebankan


prestasi hanya pada satu pihak. Misalnya perjanjian hibah,
perjanjian penanggungan (borgtocht), dan
 perjanjian pemberian kuasa tanpa upah. Sedangkan perjanjian
timbal balik adalah perjanjian yang membebankan prestasi
pada kedua belah pihak. Misalnya jual beli. 

2. Perjanjian cuma-cuma dan perjanjian atas beban.

 Perjanjian cuma-cuma adalah perjanjian di mana pihak yang


satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain
tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya. Misalnya hibah,
pinjam pakai, pinjam meminjam tanpa bunga, dan penitipan
barang tanpa biaya.
 Sedangkan perjanjian atas beban adalah perjanjian yang
mewajibkan pihak yang satu untuk melakukan prestasi
berkaitan langsung dengan prestasi yang harus dilakukan oleh
pihak lain. Contoh perjanjian atas beban adalah jual beli, sewa
menyewa, dan pinjam meminjam dengan bunga. 

3. Perjanjian konsensuil, perjanjian riil dan perjanjian formil.


 Perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang mengikat sejak
adanya kesepakatan dari kedua belah pihak.  Contohnya
perjanjian jual beli dan perjanjian sewa menyewa. 
 Sedangkan perjanjian riil adalah perjanjian yang tidak hanya
mensyaratkan kesepakatan, namun juga mensyaratkan
penyerahan obyek perjanjian atau bendanya. Misalnya
perjanjian penitipan barang dan perjanjian pinjam pakai. 
 Perjanjian formil adalah perjanjian yang selain dibutuhkan kata
sepakat, juga dibutuhkan formalitas tertentu, sesuai dengan apa
yang telah ditentukan oleh undang-undang. Contohnya
pembebanan jaminan fidusia. 

4. Perjanjian bernama, perjanjian tak bernama dan perjanjian


campuran.

 Perjanjian bernama adalah perjanjian yang secara khusus diatur


di dalam undang-undang. Perjanjian-perjanjian yang
disebut serta diatur dai dlam Buku III KUHPerdata
atau di dalam KUHD, seperti : perjanjian jual-beli,
perjanjian pemberian kuasa, perjanjian kredit,
perjanjian asuransi, dll.
 Perjanjian tak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur
secara khusus di dalam udang-undang. Perjanjian yang tidak
diatur dalam KUHPerdata dan KUHD, antara lain :
perjanjian penyerahan hak milik sebagai jaminan,
perjanjian jual-beli dengan angsuran/cicilan, perjanjian
leaseing, franchising dan factoring.
 Sedangkan perjanjian campuran adalah perjanjian yang
merupakan kombinasi dari dua atau lebih perjanjian bernama.
Misalnya perjanjian pemondokan (kost) yang merupakan
campuran dari perjanjian sewa menyewa dan perjanjian untuk
melakukan suatu pekerjaan (mencuci baju, menyetrika baju,
dan membersihkan kamar).
 
Perjanjian non obligatoir terbagi menjadi:

1. Zakelijk overeenkomst, adalah perjanjian yang menetapkan dipidindahkannya


suatu hak dari seseorang kepada orang lain. Misalnya balik nama hak atas
tanah. 
2. Bevifs overeenkomst, adalah perjanjian untuk membuktikan sesuatu. 
3. Liberatoir overeenkomst, adalah perjanjian dimana seseorang membebaskan
pihak lain dari suatu kewajiban. 
4. Vaststelling overenkomst, adalah perjanjian untuk mengakhiri keraguan
mengenai isi dan luas perhubungan hukum di antara para pihak.
Menurut Sutarno, perjanjian dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
a) Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang dibuat dengan meletakkan hak dan
kewajiban kepada kedua pihak yang membuat perjanjian. Misalnya perjanjian jual
beli Pasal 1457 KUHPerdata dan perjanjian sewa menyewa Pasal 1548 KUHPerdata.
Dalam perjanjian jual beli hak dan kewajiban ada di kedua belah pihak. Pihak penjual
berkewajiban menyerahkan barang yang dijual dan berhak mendapat pembayaran dan
pihak pembeli berkewajiban membayar dan hak menerima barangnya.
b) Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang dibuat dengan meletakkan kewajiban pada
salah satu pihak saja. Misalnya perjanjian hibah. Dalam hibah ini kewajiban hanya
ada pada orang yang menghibahkan yaitu memberikan barang yang dihibahkan
sedangkan penerima hibah tidak mempunyai kewajiban apapun. Penerima hibah
hanya berhak menerima barang yang dihibahkan tanpa berkewajiban apapun kepada
orang yang menghibahkan.
c) Perjanjian dengan percuma adalah perjanjian menurut hukum terjadi keuntungan bagi
salah satu pihak saja. Misalnya hibah (schenking) dan pinjam pakai Pasal 1666 dan
1740 KUHPerdata.
d) Perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang dianggap sah apabila telah terjadi
kesepakatan antara pihak yang membuat perjanjian.
e) Perjanjian riil adalah perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi barangnya harus
diserahkan. Misalnya perjanjian penitipan barang pasal 1741 KUHPerdata dan
perjanjian pinjam mengganti Pasal 1754 KUHPerdata.
a) Perjanjian formil adalah perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi undang-
undang mengharuskan perjanjian tersebut harus dibuat dengan bentuk tertentu secara
tertulis dengan akta yang dibuat oleh pejabat umum notaris atau PPAT. Misalnya jual
beli tanah, undang-undang menentukan akta jual beli harus dibuat dengan akta PPAT,
perjanjian perkawinan dibuat dengan akta notaris.
Perjanjian bernama atau khusus dan perjanjian tak bernama
 Perjanjian bernama atau khusus adalah perjanjian yang telah diatur dengan ketentuan
khusus dalam KUHPerdata Buku ke tiga Bab V sampai dengan bab XVIII. Misalnya
perjanjian jual beli, sewa menyewa, hibah dan lain-lain.
 Perjanjian tak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur secara khusus dalam
undang-undang. Misalnya perjanjian leasing, perjanjian keagenan dan distributor,
perjanjian kredit. 8
Sedangkan menurut Achmad Busro, jenis perjanjian dapat dibedakan menurut
berbagai cara, adapun perbedaannya adalah sebagai berikut:
a. Perjanjian timbal balik dan perjanjian sepihak
 Perjanjian timbal balik yaitu perjanjian yang dapat menimbulkan kewajiban pokok
bagi kedua belah pihak yang melakukannya. Misalnya: kewajiban yang timbul dalam
perjanjian jual beli, pihak penjual mempunyai kewajiban pokok menyerahkan barang
yang dijualnya, dipihak lain pembeli mempunyai kewajiban untuk membayar harga
yang telah disepakati.
 Perjanjian sepihak yaitu perjanjian dimana salah satu pihak saja yang dibebani suatu
kewajiban. Misal: dalam perjanjian pemberian hibah, hanya satu pihak saja yang
mempunyai kewajiban.
b. Perjanjian cuma-cuma dan perjanjian dengan alas hak membebani
 Perjanjian cuma-cuma yaitu suatu perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah
satu pihak tanpa adanya imbalan dari pihak lain.
 Perjanjian dengan alas hak yang membebani adalah perjanjian dimana terhadap
prestasi dari pihak yang lain, antara prestasi dan kontra prestasi tersebut terdapat
hubungan menurut hukum meskipun kedudukannya tidak harus sama. Misal: Disatu
pihak berprestasi sepeda, di pihak lain berprestasi kuda. Jadi disini yang penting
adanya prestasi dan kontra prestasi.
c. Perjanjian konsensuil, riil dan formil
 Perjanjian konsensuil yaitu adanya suatu perjanjian cukup dengan adanya kata sepakat
dari para pihak.
Misalnya: Masing-masing pihak sepakat untuk mengadakan jual beli kambing.
 Perjanjian riil yaitu perjanjian disamping adanya kata sepakat masih diperlukan
penyerahan bendanya.
Misalnya: Dalam jual beli kambing tersebut harus ada penyerahan dan masih
diperlukan adanya formalitas tertentu.
 Adapun untuk perjanjian formil dalam perjanjian jual beli kambing di atas dengan
dibuatkan akta tertentu.
d. Perjanjian bernama, tidak bernama dan perjanjian campuran.
 Perjanjian bernama adalah perjanjian yang telah ada namanya seperti dalam buku III
KUHPerdata Bab V sampai dengan Bab XVIII.
 Perjanjian tidak bernama adalah perjanjian yang tidak ada namanya. Ketentuannya
diatur dalam buku III KUHPerdata Bab I sampai dengan Bab IV yang merupakan
ketentuan umum.
 Perjanjian campuran adalah perjanjian yang terdiri dari beberapa perjanjian bernama
juga kemungkinan pula terdapat perjanjian tidak bernama.
e. Perjanjian kebendaan dan obligatoir
 Perjanjian kebendaan yaitu perjanjian untuk menyerahkan hak kebendaan.
 Sedangkan perjanjian obligatoir yaitu perjanjian yang dapat menimbulkan kewajiban
kepada pihak-pihak, misal: jual beli.
f. Perjanjian yang sifatnya istimewa
 Perjanjian liberatoir yaitu perjanjian untuk membebaskan dari kewajiban. Misal dalam
Pasal 1438 KUHPerdata mengenai pembebasan hutang dan pasal-pasal berikutnya
(Pasal 1440 dan Pasal 1442 KUHPerdata).
 Perjanjian pembuktian, yaitu perjanjian dimana para pihak sepakat menentukan
pembuktian yang berlaku bagi para pihak.
 Perjanjian untung-untungan, seperti yang ada dalam Pasal 1774 yaitu perjanjian yang
pemenuhan prestasinya digantungkan pada kejadian yang belum tentu terjadi.
 Perjanjian publik, yaitu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh
hukum publik karena salah satu pihak bertindak sebagai penguasa. Contoh: Perjanjian
yang dilakukan antara mahasiswa tugas belajar (ikatan dinas).9
Abdulkadir Muhammad juga mengelompokkan perjanjian menjadi beberapa jenis,
yaitu:
a. Perjanjian timbal balik dan perjanjian sepihak
 Perjanjian timbal balik (bilateral contract) adalah perjanjian yang memberikan hak
dan kewajiban kepada kedua belah pihak. Perjanjian timbal balik adalah pekerjaan
yang paling umum terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, misalnya perjanjian jual
beli, sewa menyewa, pemborongan bangunan, tukar menukar.
 Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang memberikan kewajiban kepada satu pihak
dan hak kepada pihak lainnya, misalnya perjanjian hibah, hadiah. Pihak yang satu
berkewajiban menyerahkan benda yang menjadi obyek perikatan dan pihak yang
lainnya berhak menerima benda yang diberikan itu. Yang menjadi kriteria perjanjian
jenis ini adalah kewajiban berprestasi kedua belah pihak atau salah satu pihak.
Prestasi biasanya berupa benda berwujud baik bergerak maupun tidak bergerak, atau
benda tidak berwujud berupa hak, misalnya hak untuk menghuni rumah.
b. Perjanjian percuma dan perjanjian dengan alas hak yang membebani
 Perjanjian percuma adalah perjanjian yang hanya memberikan keuntungan pada satu
pihak saja, misalnya perjanjian pinjam pakai, perjanjian hibah.
 Perjanjian dengan alas hak yang membebani adalah perjanjian dalam mana terhadap
prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lainnya,
sedangkan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut hukum. Kontra
prestasinya dapat berupa kewajiban pihak lain, tetapi juga pemenuhan suatu syarat
potestatif (imbalan). Misalnya A menyanggupi memberikan kepada B sejumlah uang,
jika B menyerahlepaskan suatu barang tertentu kepada A.
d. Perjanjian kebendaan dan perjanjian obligatoir.
 Perjanjian kebendaan (zakelijke overeenkomst, delivery contract) adalah perjanjian
untuk memindahkan hak milik dalam perjanjian jual beli. Perjanjian kebendaan ini
sebagai pelaksanaan perjanjian obligatoir.
 Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang menimbulkan perikatan, artinya sejak
terjadi perjanjian, timbullah hak dan kewajiban pihak-pihak. Pembeli berhak
menuntut penyerahan barang, penjual berhak atas pembayaran harga. Pembeli
berkewajiban membayar harga, penjual berkewajiban menyerahkan barang.
Pentingnya pembedaan ini adalah untuk mengetahui apakah dalam perjanjian itu ada
penyerahan (levering) sebagai realisasi perjanjian dan penyerahan itu sah menurut hukum
atau tidak.
e. Perjanjian konsensual dan perjanjian real.
 Perjanjian konsensual adalah perjanjian yang timbul karena ada persetujuan kehendak
antara pihak-pihak.
 Perjanjian real adalah perjanjian disamping ada persetujuan kehendak juga sekaligus
harus ada penyerahan nyata atas barangnya, misalnya jual beli barang bergerak,
perjanjian penitipan pinjam pakai (Pasal 1694, 1740 dan 1754 KUHPerdata).

DAFTAR PUSTAKA
Munir Fuady, Pengatar Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002.
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa Cetakan ke-XXXIII, Jakarta, 2008.
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa. Jakarta, 2002.
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Raja Grafmdo
'Persada, Jakarta, 2003,
F. X. Suhardana, Contract Drafting : Kerangka Dasar dan Teknik Penyusunan Kontrak,
Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2008
Indonesia, Kitab Undang-Undang hukum perdata Pasal 1233 tentang perikatan
Indonesia, Kitab Undang-Undang hukum perdata Pasal 1234 tentang perikatan di tunjukan
untuk memberikan sesuatu 8 ibid hal. 11
Indonesia, Kitab Undang-Undang hukum perdata Pasal 1233 tentang perikatan ditentukan
bahwa pihak yang lalai memenuhinya harus membayar suatu jumlah uang tertentu sebagai
ganti kerugian
Yapi tambayong , ensiklopedia musik jilid dua (2) 13
http://berbagidefinisi.blogspot.com/2013/07/pengertian-artis.html di akses tanggal 5 Oktober
2022, jam 18.56

Anda mungkin juga menyukai