Disusun oleh :
MUTIARANI HUSLI
DELIMA XENA HARAHAP
MEGA RISKI GUSPITA
RIZQI NOVRIANDA
ROBY
Kelas : 3M Hukum
FAKULTAS HUKUM
PEKANBARU
TA. 2018/2019
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah inidividu HUKUM KELUARGA dan
PERIKATAN Yang berjudul “Perjanjian Untung - untungan“ yang teramat sederhana ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini bukanlah sebuah proses akhir melainkan tahap
awal yang masih memerlukan perbaikan-perbaikan, oleh karena itu usul serta saran yang
membangun sangatlah kami perlukan untuk penyempurnaan makalah ini. Atas usul serta
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 15
A. Latar Belakang
Dalam melakukan berbagai bisnis maka akan menimbulkan berbagai macam
perjanjian yang dilakukan oleh para pelaku usaha tersebut dimana perjanjian-perjanjian
tersebut harus sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Salah satunya yaitu perjanjian
bernama yang telah dijelaskan dalam Pasal 1319 KUH Perdata bahwa semua perjanjian, baik
yang mempunyai nama khusus, maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu,
tunduk pada peraturan umum.
Perjanjian pertanggungan mengandung unsur untung rugi yang digantungkan pada
keadaan yang tidak tentu. Dewasa ini juga semakin banyak pekerjaan yang tidak dapat
diselesaikan individu dengan kata lain membutuhkan bantuan orang lain. Dalam hal ini
seseorang yang telah diberikan kekuasaan atau wewenang untuk melakukan perbuatan hukum
atas nama orang lain dapat dikatakan bahwa ia mewakili si pemberi kuasa. Artinya bahwa
apa yang dilakukan si penerima kuasa adalah tanggungan dari si pemberi kuasa dan segala
hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan yang dilakukannya itu menjadi hak dan
kewajiban orang yang memberi kuasa. Dalam suatu perjanjian kadang terjadi perselisihan
yang terjadi diantara keduanya karena adanya salah satu pihak yang dirugikan. Maka dari itu
perselisihan yang terjadi diperlukan perdamaian untuk mengakhiri perselisihan tersebut.
Pada makalah ini akan dijelaskan empat perjanjian yang termasuk perjanjian bernama
yaitu perjanjian untung-untungan, pemberian kuasa, perjanjian penanggungan, dan perjanjian
perdamain.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan perjanjian?
2. Sebutkan Jenis-jenis perjanjian?
3. Sebutkan syarat sahnya Perjanjian dan Asas-asas Perjanjian?
4. Apa yang dimaksud dengan perjanjian untung-untungan?
5. Apakah asuransi termasuk kedalam perjanjian untung-untungan?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Perjanjian
Dalam hukum asing dijumpai istilah overeenkomst (bahasa Belanda), contract /agreement
(bahasa Inggris), dan sebagainya yang merupakan istilah yang dalam hukum kita dikenal
sebagai ”kontrak” atau ”perjanjian”. Umumnya dikatakan bahwa istilah-istilah tersebut
memiliki pengertian yang sama, sehingga tidak mengherankan apabila istilah tersebut
digunakan secara bergantian untuk menyebut sesuatu konstruksi hukum.
Istilah kontrak atau perjanjian dapat kita jumpai di dalam KUHP, bahkan didalam ketentuan
hukum tersebut dimuat pula pengertian kontrak atau perjanjian. Disamping istilah tersebut,
kitab undang-undang juga menggunakan istilah perikatan, perutangan, namun pengertian dari
istilah tersebut tidak diberikan.
Pada pasal 1313 KUHP merumuskan pengertian perjanjian, adalah : suatu perbuatan satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.
Namun para ahli hukum mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai pengertian
perjanjian, Abdulkadir Muhammad mengemukakan bahwa perjanjian adalah suatu
persetujuan dengan dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu
hal mengenai harta kekayaan. Ahli hukum lain mengemukakan bahwa suatu perjanjian adalah
suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seseorang yang lain atau dimana dua orang
itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal yang menimbulkan perikatan berupa suatu
rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau
ditulis. Menurut J.Satrio perjanjian dapat mempunyai dua arti, yaitu arti luas dan arti sempit,
dalam arti luas suatu perjanjian berarti setiap perjanjian yang menimbulkan akibat hukum
sebagai yang dikehendaki oleh para pihak termasuk didalamnya perkawinan, perjanjian
kawin, dll, dan dalam arti sempit perjanjian disini berarti hanya ditujukan kepada hubungan-
hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan saja, seperti yang dimaksud oleh buku III
kitab undang-undang hukum perdata.
Jenis-jenis Perjanjian
Berdasar ketentuan hukum yang berlaku pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
suatu perjanjian dinyatakan sah apabila telah memenuhi 4 syarat komulatif yang terdapat
dalam pasal tersebut, yaitu :
1. Adanya kesepakatan para pihak untuk mengikatkan diri
Bahwa semua pihak menyetujui/sepakat mengenai materi yang diperjanjikan, dalam hal ini
tidak terdapat unsur paksaan, intimidasi ataupun penipuan.
2. Kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian
Kata kecakapan yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa para pihak telah dinyatakan
dewasa oleh hukum, (ukuran dewasa sesuai ketentuan KUHPerdata adalah telah berusia 21
tahun; sudah atau pernah menikah), tidak gila, tidak dibawah pengawasan karena perilaku
yang tidak stabil dan bukan orang-orang yang dalam undang-undang dilarang membuat suatu
perjanjian tertentu.
Bahwa obyek yang diperjanjikan dapat ditentukan dan dapat dilaksanakan oleh para pihak.
Suatu sebab dikatakan halal apabila sesuai dengan ketentuan pasal 1337 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata, yaitu :
• tidak bertentangan dengan ketertiban umum
• tidak bertentangan dengan kesusilaan
• tidak bertentangan dengan undang-undang
Berakhirnya Perjanjian
Dalam Pasal 1381 KUH Perdata menyebutkan tentang cara berakhimya suatu
perikatan, yaitu : “Perikatan-perikatan hapus karena
a. pembayaran;
b. karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan;
c. karena pembaharuan hutang;
d. karena perjumpaan hutang atau kompensasi;
e. karena percampuran hutang;
f. karena pembebasan hutangnya;
g. karena musnahnya barang yang terhutang;
h. karena kebatalan atau pembatalan;
i. karena berlakunya suatu syarat batal, yang diatur dalam bab kesatu buku ini;
j. karena lewatnya waktu, hal mana akan diatur dalam suatu bab tersendiri
Wanprestasi
Apabila salah seorang debitur tidak memenuhi kewajibannya dalam suatu perjanjian,
maka ia dikatakan ingkar janji atau wanprestasi.
Tidak dipenuhinya kewajiban oleh debitur disebabkan oleh dua kemungkinan alasan,
yaitu :
1. Karena kesalahan debitur, baik dengan sengaja tidak dipenuhi kewajiban maupun karena
kelalaian.
2. Karena keadaan memaksa (overmacht), force majeure, jadi di luar kemampuan debitur.
Pembatalan Perjanjian
Pembelokan pelaksanaan kontrak sehingga menimbulkan kerugian yang disebabkan
oleh kesalahan salah satu pihak konstruksi tersebut dikenal dengan sebutan wanprestasi atau
ingkar janji. Wanprestasi adalah tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban sebagaimana
mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang
disebutkan dalam kontrak.
Perjanjian Untung-Untungan
Sesuai yang diatur pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dalam
Pasal 1774 bahwa perjanjian untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya
mengenai untung-ruginya baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak bergantung
pada suatu kejadian yang belum tentu.
Perjanjian untung-untungan dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. Perjanjian pertanggungan (asuransi)
Menurut undang-undang, asuransi adalah suatu perjanjian dimana seorang
penanggung dengan menerima suatu premie, menyanggupi kepada orang yang ditanggung
untuk memberikan penggantian suatu kerugian atau kehilangan keuntungan, yang mungkin
akan diderita oleh orang yang ditanggung itu sebagai akibat suatu kejadian yang tidak tentu.
2. Bunga cagak hidup
Bunga cagak hidup adalah bunga yang dibayarkan setiap tahun (bulan) oleh
seseorang kepada orang yang ditunjuk selama ia masih hidup untuk keperluan sehari-hari.
Seorang yang mengadakan suatu perjanjian cagak hidup dapat dipersamakan dengan seorang
yang mengadakan sebuah “dana pensiun” bagi dirinya sendiri atau bagi orang lain yang
diberikan kenikmatan atas bunga tersebut. Jika ia berusia panjang maka beruntunglah diaatas
kerugian pihak lawannya, sebaliknya jika ia tidak berumur panjang maka beruntunglah pihak
lawannya. Disitulah letaknya unsur untung-untungan dalam perjanjian cagak hidup.
Cara terjadinya bunga cagak hidup telah diatur dalam Pasal 1775 KUH Perdata
menjadi tiga cara yaitu perjanjian, hibah, dan wasiat. Sedangkan orang yang berhak
menerima bunga cagak hidup telah diatur dalam Pasal 1776 s.d 1778 KUH Perdata yaitu atas
diri orang yang memberikan pinjaman; atas diri orang yang diberi manfaat dari bunga
tersebut; atas diri seorang pihak ketiga, walaupun orang ini tidak mendapat manfaat
daripadanya; atas diri satu orang atau lebih; dan dapat diadakan untuk seorang pihak ketiga,
meskipun uangnya diberikan oleh orang lain.
3. Perjudian dan pertaruhan
Perjudian dan pertaruhan telah diatur dalam Pasal 1788 sampai dengan 1791 KUH
Perdata. Perjudian merupakan perbuatan untuk mempertaruhkan sejumlah harta dalam
permainan tebakan berdasarkan kebetulan dengan tujuan untuk mendapatkan harta yang lebih
besar daripada harta semula. Sedangkan pertaruhan adalah harta benda yang dipasang ketika
berjudi. Perjudian dan pertaruhan termasuk perikatan wajar. Artinya para pihak yang
mengadakan perjanjian ini tidak mempunyai hak menuntut ke pengadilan, apabila salah satu
pihak wanprestasi karena dalam undang-undang No 7 tahun 1974 tentang perjudian
disebutkan bahwa perjudian pada hakikatnya bertentangan agama, kesusilaan, dan moral
Pancasila serta membahayakan bagi kehidupan bangsa dan Negara. Di samping itu sifat tidak
ada gugatan hukum dapat disimpulkan dari Pasal 1359 ayat (2) KUH Perdata bahwa terhadap
perikatan bebas yang secara sukarela telah dipenuhi tidak dapat dituntut kembali.
Persetujuan Untung-Untungan
Bagian 1
Ketentuan Umum
1774. Suatu persetujuan untung-untungan ialah suatu perbuatan yang hasilnya, yaitu
mengenai untung ruginya. baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak, tergantung
pada suatu kejadian yang belum pasti.
Demikian adalah:
persetujuan pertanggungan;
BAGIAN 2
Persetujuan Bunga Cagak Hidup dan Akibat-akibatnya
1775. Bunga cagak hidup dapat diadakan dengan suatu persetujuan atas beban atau dengan
suatu akta hibah.
1777. Bunga cagak hidup dapat diadakan atas diri satu orang atau lebih.
1778. Bunga cagak hidup dapat diadakan untuk seorang pihak ketiga, meskipun uangnya
diberikan oleh orang lain.
Akan tetapi dalam hal tersebut bunga cagak hidup tidak tunduk pada tata cara penghibahan.
1779. Bunga cagak hidup yang diadakan atas diri seseorang yang meninggal pada hari
persetujuan tidak mempunyai kekuatan hukum.
1780. Bunga cagak hidup dapat diadakan dengan perjanjian sampai sedemikian tinggi
menurut kehendak kedua belah pihak.
1781. Orang yang atas dirinya diadakan bunga cagak hidup dengan beban, dapat menuntut
pembatalan persetujuan itu jika debitur tidak memberikan jaminan yang telah dijanjikan.
Jika persetujuan dibatalkan maka debitur wajib membayar tunggakan bunga yang telah
diperjanjikan, sampai pada hari dikembalikannya yang pokok.
1782. Penunggakan pembayaran bunga cagak hidup tidak memberikan hak kepada penerima
bunga untuk meminta kembali uang pokok atau barang yang boleh diberikannya untuk dapat
menerima bunga itu; ia hanya berhak menuntut debitur membayar bunga yang wajib
dibayarnya, menyita kekayaannya untuk melunasi utangnya dan meminta jaminan untuk
bunga yang sudah dapat ditagih.
1784. Debitur tidak dapat membebaskan diri dari pembayaran bunga cagak hidup dengan
menawarkan pengembalian uang pokok dan dengan berjanji tidak akan menuntut
pengembalian bunga yang telah dibayarnya. Ia wajib terus-menerus membayar cagak hidup
selama hidup orang atau orang-orang yang atas diri mereka telah dijanjikan bunga cagak
hidup itu, betapapun beratnya pembayaran bunga itu bagi dirinya.
1785. Pemilik bunga cagak hidup hanya berhak atas bunga itu menurut jumlah hari seumur
hidup orang yang atas dirinya telah diadakan bunga cagak hidup itu.
Akan tetapi jika menurut persetujuan harus dibayar terlebih dahulu bunganya, maka hak atas
angsuran yang sedianya sudah harus terbayar, baru diperoleh mulai hari pembayaran itu
seharusnya dilakukan.
1786. Mengadakan penjanjian bahwa suatu bunga cagak hidup takkan tunduk pada suatu
penyitaan, tidak diperbolehkan kecuali bila bunga cagak hidup itu diadakan dengan cuma-
cuma.
1787. Penerima bunga tidak dapat menagih bunga yang sudah harus dibayar selain dengan
menyatakan bahwa orang yang atas dirinya telah dipenjanjikan bunga cagak hidup itu masih
hidup.
BAGIAN 3
Perjudian dan Pertaruhan
1788. Undang-undang tidak memberikan hak untuk menuntut secara hukum dalam hal suatu
utang yang terjadi karena perjudian atau pertaruhan.
1789. akan tetapi dalam ketentuan tersebut di atas itu tidak termasuk permainan-permainan
yang dapat dipergunakan untuk olah raga, seperti, anggar, lari cepat, dan sebagainya.
Meskipun demikian, Hakim dapat menolak atau mengurangi tuntutan bila menurut
pendapatnya uang taruhan lebih dari yang sepantasnya.
1790. Ketentuan-ketentuan dalam dua pasal yang lalu tidak boleh digunakan untuk
menghindari utang dengan cara pembaruan utang.
1791. Seorang yang secara sukarela membayar kekalahannya dengan uang, sekali-kali tak
boleh menuntut kembali uangnya kecuali bila pihak yang menang itu telah melakukan
kecurangan atau penipuan.
Asuransi dalam bahasa Belanda di sebut verzekering yang berarti pertanggungan atau
asuransi dan dalam bahasa Inggris disebut Insurance.1[1] Ada 2 (dua) pihak yang terlibat
dalam Asuransi , yaitu pihak penanggung sebagai pihak yang sanggup menjamin serta
menanggung pihak lain yang akan mendapat suatu penggantian kerugian yang mungkin akan
dideritanya sebagai suatu akibat dari suatu peristiwa yang belum tentu terjadi dan pihak
tertanggung akan menerima ganti kerugian, yang mana pihak tertanggung diwajibkan
membayar sejumlah uang kepada pihak penanggung.2[2]
Subekti, dalam bukunya memberikan definisi mengenai asuransi yaitu, Asuransi atau
pertanggungan sebagai suatu perjanjian yang termasuk dalam golongan perjanjian untung-
untungan (kansovereenkomst). Suatu perjanjian untung-untungan ialah suatu perjanjian yang
dengan sengaja digantungkan pada suatu kejadian yang belum tentu terjadi, kejadian mana
akan menentukan untung-ruginya salah satu pihak.
Menurut Ketentuan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD),
Asuransi atau Pertanggungan adalah Perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan penggantian kepadanya
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin
dideritanya akibat dari suatu evenemen (peristiwa tidak pasti).
Dalam pengertian yang terdapat dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD) dapat di simpulkan adanya 3 (tiga) unsur penting dalam Asuransi,
yaitu:3[3]
1. Pihak tertanggung yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung,
sekaligus atau secara berangsur-angsur.
2. Suatu peristiwa yang tidak tentu jelas akan terjadi.
3. Kepentingan yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tak tertentu.
B. Prinsip-prinsip Asuransi
C. Tujuan asuransi
Tujuan dari asuransi adalah untuk meringankan beban risiko yang dihadapi oleh
tertanggung dengan memperoleh ganti rugi dari penanggung sedemikian rupa hingga:6[6]
1. Tertanggung terhindari dari kebangkrutan sehingga dia masih mampu berdiri seperti
sebelum menderita kerugian
2. Mengembalikan tertanggung kepada posisinya semula seperti sebelum menderita kerugian
D. Jenis-Jenis Asuransi
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Pasal 1 ayat (1) digariskan ada dua
jenis asuransi, yaitu:7[7]
1. Asuransi kerugian (loss insurance), dapat diketahui dari rumusan: “Untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita oleh tertanggung.”
2. Asuransi jumlah (sum insurance), yang meliputi asuransi jiwa dan asuransi sosial, dapat
diketahui dari rumusan: “Untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”
Rumusan dalam undang-undang di atas searah dengan praktik asuransi pada
umumnya yang dibagi menjadi dau bagian besar, yaitu Asuransi Kerugian dan Asuransi Jiwa.
a. Asuransi Kerugian
Asuransi kerugian adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh tertanggung dan
penanggung (perusahaan asuransi), dimana tertanggung bersedia membayar sejumlah uang
(premi asuransi) kepada penanggunguntuk jangka waktu tertentu, dan penanggung
bersediamemberikan ganti kerugian kepada tertanggung manakala akibat peristiwa yang tidak
diduga-duga.
Inti asuransi kerugian adalah menutup asuransi untuk suatu peristiwa karena
kerusakan atau kemusnahan harta benda yang dipertanggungkan (sebab-sebab atau bahaya-
bahaya yang disebut dalam kontrak atau polis asuransi). Dalam asuransi kerugian,
penanggung menerima premi dari tertanggung dan apabila terjadi kerusakan atau
kemusnahan atas harta benda yang dipertanggungkan, maka ganti kerugian akan dibayarkan
kepada tertanggung.
Adapun jenis asuransi kerugian:8[8]
a. Asuransi kebakaran
b. Asuransi kehilangan dan kerusakan
c. Asuransi laut
d. Asuransi pengangkutan
e. Asuransi kredit
f. Asuransi kendaraan bermotor
g. Asuransi kerangka kapal
h. Construction All Risk (CAR)
i. Property / Industrial All Risk
j. Asuransi Customs Bond
k. Asuransi Surety Bond
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Ketentuan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Asuransi
atau Pertanggungan adalah Perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya
akibat dari suatu evenemen (peristiwa tidak pasti).
Sedangkan menurut Ketentuan Undang–undang No.2 tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian (UU Asuransi), Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
Dan menurut Pasal 1774 KUH Perdata, Asuransi adalah suatu perbuatan yang hasilnya,
mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak, bergantung
kepada suatu kejadian yang belum tentu. Demikian adalah perjanjian pertanggungan, bunga
cagak hidup, perjudian dan pertaruhan. Perjanjian yang pertama diatur didalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang.”