Anda di halaman 1dari 17

1

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

            Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan tugas hukum bisnis dan regulasi dengan tema hukum perjanjian tepat pada
waktunya.

 Sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan, begitu juga halnya dengan saya.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi
penulisan maupun isi. Karnanya, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat
lebih baik lagi untuk selanjutnya.           

            Akhir kata, saya berharap dengan disusunya makalah ini dapat memberikan sedikit gambaran
bagaimana hukum perjanjian yang ada di indonesia

Terimakasih.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A.    Latar Belakang..............................................................................................................................1
B.     Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
C.    Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................3
A. Pengertian Hukum Perjanjian.........................................................................................................3
B. Standar Kontrak Dalam Perjanjian..................................................................................................4
C. Asas asas perjanjian........................................................................................................................5
D. Macam-Macam Perjanjian..............................................................................................................6
E. Syarat-syarat Sah Perjanjian............................................................................................................7
F. Saat Lahirnya Perjanjian..................................................................................................................8
G. Pelaksanaan dan Pembatalan Suatu Perjanjian................................................................................9
BAB III......................................................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................................................12
A. Kesimpulan................................................................................................................................12
B. Saran.........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Perjanjian pada hakikatnya sering terjadi di dalam masyarakat bahkan sudah menjadi suatu
kebiasaan. Perjanjiaan itu menimbulkan suatu hubungan hukum yang biasa disebut dengan
perikatan. Perjanjian merupakan suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua
pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal,
sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu.

Sedangkan pengertian perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah “Suatu perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih.”

Dalam hukum perjanjian menganut asas kebebasan berkontrak. Kebebasan berkontrak


merupakan kebebasan para pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian untuk dapat menyusun
dan menyetujui klausul-klausul dari perjanjian tersebut, tanpa campur tangan pihak lain.2 Asas
kebebasan berkontrak dapat ditemukan dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang menyatakan
bahwa: semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya. Ada pula yang mendasarkan tentang syarat sahnya perjanjian pada Pasal
1320 KUHPerdata menyatakan:

untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

3. Suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal

Perjanjian hutang-piutang dapat dilakukan secara tertulis (kontrak) maupun Non


Contractual (lisan). Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam
bentuk tulisan atau kontrak. Perjanjian Non Contractual (lisan) merupakan suatu perjanjian
yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan (cukup kesepakatan lisan para pihak

1
B.     Rumusan Masalah

1.      Jelaskan pengetian, dan standart kontrak  tentang hukum perjanjian?

2. Jelaskan asas asas pejanjian?

3.      Jelaskan macam-macam hukum perjanjian serta syarat sahnya?

4.      Jelaskan kapan lahirnya perjanjian serta pelaksanaan dan pembatalan perjanjian?

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian dan standart kontrak dalam hukum perjanjian.

2. Untuk mengetahui asas asas perjanjian

3.      Untuk mengetahui macam-macam hukum perjanjian serta syarat sahnya.

4.      Untuk mengetahui kapan lahirnya perjanjian serta pelaksanaan dan pembatalan perjanjian.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Perjanjian
Dalam hukum asing dijumpai istilah overeenkomst (bahasa Belanda), contract /agreement
(bahasa Inggris), dan sebagainya yang merupakan istilah yang dalam hukum kita dikenal sebagai
”kontrak” atau ”perjanjian”. Umumnya dikatakan bahwa istilah-istilah tersebut memiliki
pengertian yang sama, sehingga tidak mengherankan apabila istilah tersebut digunakan secara
bergantian untuk menyebut sesuatu konstruksi hukum.

Istilah kontrak atau perjanjian dapat kita jumpai di dalam KUHPerdata, bahkan didalam
ketentuan hukum tersebut dimuat pula pengertian kontrak atau perjanjian. Disamping istilah
tersebut, kitab undang-undang juga menggunakan istilah perikatan, perutangan, namun
pengertian dari istilah tersebut tidak diberikan.

Pada pasal 1313 KUHPerdata merumuskan pengertian perjanjian, adalah : suatu perbuatan satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.Namun para ahli hukum
mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai pengertian perjanjian, Abdulkadir
Muhammad mengemukakan bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan dengan dua orang atau
lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan. Ahli
hukum lain mengemukakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang
berjanji kepada seseorang yang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal yang menimbulkan perikatan berupa suatu rangkaian perkataan yang
mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Menurut J.Satrio
perjanjian dapat mempunyai dua arti, yaitu arti luas dan arti sempit, dalam arti luas suatu
perjanjian berarti setiap perjanjian yang menimbulkan akibat hukum sebagai yang dikehendaki
oleh para pihak termasuk didalamnya perkawinan, perjanjian kawin, dll, dan dalam arti sempit
perjanjian disini berarti hanya ditujukan kepada hubungan-hubungan hukum dalam lapangan
hukum kekayaan saja, seperti yang dimaksud oleh buku III kitab undang-undang hukum perdata.

Dalam menjalankan perbuatan hukum, subyek hukum memiliki wewenang. Wewenang subyek
hukum ini di bagi menjadi dua. Pertama, wewenang untuk mempunyai hak (rechtsbevoegdheid)
dan Kedua, wewenang untuk melakukan (menjalankan) perbuatan hukum dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. 

1. Pembagian Subyek Hukum

a) Manusia
3
Pengertian secara yuridisnya ada dua alasan yang menyebutkan alasan manusia sebagai
subyek hukum yaitu Pertama, manusia mempunyai hak-hak subyektif dan Kedua, kewenangan
hukum. Dalam hal ini kewenangan hukum berarti, kecakapan untuk menjadi subyek hukum,
yaitu sebagai pendukung hak dan kewajiban.

Pada dasarnya manusia mempunyai hak sejak dalam kendungan (Pasal 2 KUH Perdata), namun
tidak semua manusia mempunyai kewenangan dan kecakapan untuk melakukan perbuatan
hukum, orang yang dapat melakukan perbuatan hukum adalah orang yang sudah dewasa
(berumur 21 tahun atau sudah kawin), sedangkan orang-orang yang tidak cakap melakukan
perbuatan hukum adalah orang yang belum dewasa, orang yang ditaruh dibawah pengampuan,
seorang wanita yang bersuami (Pasal 1330 KUH Perdata).

b) Badan Hukum

Menurut sifatnya badan hukum ini dibagi menjadi dua yaitu:

1)        Badan hukum publik, yaitu badan hukum yang di dirikan oleh pemerintah.

Contohnya : Provinsi, kotapraja, lembaga-lembaga dan bank-bank negara

2)        Badan hukum privat, adalah badan hukum yang didirikan oleh perivat (bukan pemerintah)

Contohnya : Perhimpunan, Perseroan Terbatas, Firma, Koprasi, Yayasan.

Pengertian Obyek Hukum

Obyek hukum ialah segala sesuatu yang dapat menjadi hak dari subyek hukum. Atau segala
sesuatu yang dapat menjadi obyek suatu perhubungan hukum. Obyek hukum dapat pula disebut
sebagai benda. Merujuk pada KUHPerdata, benda adalah tiap-tiap barang atau tiap-tiap hak yang
dapat dikuasai oleh hak milik. Benda itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu benda berwujud dan
benda tidak berwujud.

B. Standar Kontrak Dalam Perjanjian


 Standar Kontrak adalah perjanjian yang isinya telah ditetapkan terlebih dahulu secara tertulis
berupa formulir-formulir yang digandakan dalam jumlah tidak terbatas, untuk ditawarkan kepada
para konsumen tanpa memperhatikan perbedaan kondisi para konsumen

Menurut Mariam Darus, standar kontrak terbagi dua yaitu umum dan khusus.

4
 1.    Kontrak standar umum artinya kontrak yang isinya telah disiapkan lebih dahulu oleh
kreditur dan disodorkan kepada debitur.

2. Kontrak standar khusus, artinya kontrak standar yang ditetapkan pemerintah baik adanya dan
berlakunya untuk para pihak ditetapkan sepihak oleh pemerintah.

Menurut Remi Syahdeini, keabsahan berlakunya kontrak baru tidak perlu lagi dipersoalkan
karena kontrak baru eksistensinya sudah merupakan kenyataan.

Kontrak baru lahir dari kebutuhan masyarakat. Dunia bisnis tidak dapat berlangsung dengan
kontrak baru yang masih dipersoalkan.

Suatu kontrak harus berisi:

 Nama dan tanda tangan pihak-pihak yang membuat kontrak.

 Subjek dan jangka waktu kontrak

 Lingkup kontrak

 Dasar-dasar pelaksanaan kontrak

 Kewajiban dan tanggung jawab

 Pembatalan kontrak

C. Asas asas perjanjian


Asas perjanjian terdiri dari tujuh asas, yaitu asas kepribadian, asas kesepakatan, perjanjian
batal demi hukum, keadaan memaksa, asas canseling, asas kebebasan berkontrak, dan asas
obligator.

1) Asas kepribadian, yaitu asas yang menyatakan seseorang hanya boleh melakukan
perjanjian untuk dirinya sendiri

2) Asas kesepakatan, yaitu suatu kontrak sudah sah dan mengikat ketika tercapai kata sepakat,
selama syarat syarat lainya terpenuhi. Asas kesepakatan ini merupakan suatu syarat untuk suatu
perjanjian sebagaimana yang telah ditentukan dalam pasal 1320 KUH perdata.

3) Perjanjian batal demi hukum, yaitu asas yang menyatakan bahwa suatu pejanjian akan batal
jika tidak memenuhi syarat objektif

5
4) Keadaan memaksa (overmacht) yaitu status kejadian yang tak terduga yang terjadi diluar
kemampuanya sehingga bebas dari keharusan membayar ganti rugi

5) Asas canseling, yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak memenuhi
syarat subjektif dapat dimintakan pembatalan

6) Asas kebebasan berkontrak, artinya para pihak bebas membuat kontrak dan menentukan
sendiri isi kontrak tersebut sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban
umum, dan kebiasaan yang didasari iktikad baik

7) Asas obligator, yaitu setelah sahnya suatu kontrak, kontrak tersebut sudah mengikat. Tetapi
sebatas menimbulkan hak dan kewajiban diantara para pihak

D. Macam-Macam Perjanjian
Macam-macam perjanjian ialah sebagai berikut:

1)    Perjanjian dengan cuma-cuma dan perjanjian dengan beban.

 Perjanjian dengan cuma-cuma ialah suatu perjanjian dimana pihak yang satu memberikan
suatu keuntungan kepada yang lain tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri.
(Pasal 1314 ayat (2) KUHPerdata).

 Perjanjian dengan beban ialah suatu perjanjian dimana salah satu pihak memberikan
suatu keuntungan kepada pihak lain dengan menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri.

2)    Perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik.

 Perjanjian sepihak adalah suatu perjanjian dimana hanya terdapat kewajiban pada salah
satu pihak saja.

 Perjanjian timbal balik ialah suatu perjanjian yang memberi kewajiban dan hak kepada
kedua belah pihak.

3)    Perjanjian konsensuil, formal dan riil.

 Perjanjian konsensuil ialah perjanjian dianggap sah apabila ada kata sepakat antara kedua
belah pihak yang mengadakan perjanjian tersebut.

 Perjanjian formil ialah perjanjian yang harus dilakukan dengan suatu bentuk tertentu,
yaitu dengan cara tertulis.

6
 Perjanjian riil ialah suatu perjanjian dimana selain diperlukan adanya kata sepakat, harus
diserahkan.

4)    Perjanjian bernama, tidak bernama, dan campuran.

 Perjanjian bernama ialah suatu perjanjian dimana UU telah mengaturnya dengan


ketentuan-ketentuan khusus yaitu dalam Bab V sampai bab XIII KUHPerdata ditambah
titel VIIA.

 Perjanjian tidak bernama ialah perjanjian yang tidak diatur secara khusus.

 Perjanjian campuran ialah perjanjian yang mengandung berbagai perjanjian yang sulit di
kualifikasikan.

E. Syarat-syarat Sah Perjanjian


     Suatu kontrak dianggap sah (legal) dan mengikat, maka perjanjian tersebut harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Menurut ketentuan pasal 1320 KUHPerdata, ada empat syarat yang harus
dipenuhi untuk sahnya suatu perjanjian, yaitu:

1.  Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya Syarat pertama merupakan awal dari terbentuknya
perjanjian, yaitu adanya kesepakatan antara para pihak tentang isi perjanjian yang akan mereka
laksanakan. Oleh karena itu timbulnya kata sepakat tidak boleh disebabkan oleh tiga hal, yaitu
adanya unsur paksaan, penipuan, dan kekeliruan. Apabila perjanjian tersebut dibuat berdasarkan
adanya paksaan dari salah satu pihak, maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan.

2.  Kecakapan untuk membuat suatu perikatan Pada saat penyusunan kontrak, para pihak
khususnya manusia secara hukum telah dewasa atau cakap berbuat atau belum dewasa tetapi ada
walinya. Di dalam KUHPerdata yang disebut pihak yang tidak cakap untuk membuat suatu
perjanjian adalah orang-orang yang belum dewasa dan mereka  yang berada dibawah
pengampunan.

3.  Mengenai suatu hal tertentu Secara yuridis suatu perjanjian harus mengenai hal tertentu yang
telah disetujui. Suatu hal tertentu disini adalah objek perjanjian dan isi perjanjian. Setiap
perjanjian harus memiliki objek tertentu, jelas, dan tegas. Dalam perjanjian penilaian, maka
objek yang akan dinilai haruslah jelas dan ada, sehingga tidak mengira-ngira.

4.  Suatu sebab yang halal Setiap perjanjian yang dibuat para pihak tidak boleh bertentangan
dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Dalam akta perjanjian sebab dari
perjanjian dapat dilihat pada bagian setelah komparasi, dengan syarat pertama dan kedua disebut
7
syarat subjektif, yaitu syarat mengenai orang-orang atau subjek hukum yang mengadakan
perjanjian, apabila kedua syarat ini dilanggar, maka perjanjian tersebut dapat diminta
pembatalan. Juga syarat ketiga dan keempat merupakan syarat objektif, yaitu mengenai objek
perjanjian dan isi perjanjian, apabila syarat tersebut dilanggar, maka perjanjian tersebut batal
demi hukum. Namun,apabila perjanjian telah memenuhi unsur-unsur sahnya suatu perjanjian dan
asas-asas perjanjian, maka perjanjian tersebut sah dan dapat dijalankan.

F. Saat Lahirnya Perjanjian


Menetapkan kapan saat lahirnya perjanjian mempunyai arti penting bagi :

a) kesempatan penarikan kembali penawaran.

b) penentuan resiko.

c) saat mulai dihitungnya jangka waktu kadaluwarsa

d) menentukan tempat terjadinya perjanjian.

Berdasarkan Pasal 1320 jo 1338 ayat (1) BW/KUHPerdata dikenal adanya asas konsensual, yang
dimaksud adalah bahwa perjanjian/kontrak lahir pada saat terjadinya konsensus/sepakat dari para
pihak pembuat kontrak terhadap obyek yang diperjanjikan.Pada umumnya perjanjian yang diatur
dalam BW bersifat konsensual. Sedang yang dimaksud konsensus/sepakat adalah pertemuan
kehendak atau persesuaian kehendak antara para pihak di dalam kontrak. Seorang dikatakan
memberikan persetujuannya/kesepakatannya (toestemming), jika ia memang menghendaki apa
yang disepakati.

Mariam Darus Badrulzaman melukiskan pengertian sepakat sebagai pernyataan kehendak yang
disetujui (overeenstemende wilsverklaring) antar pihak-pihak. Pernyataan pihak yang
menawarkan dinamakan tawaran (offerte). Pernyataan pihak yang menerima penawaran
dinamakan akseptasi (acceptatie). Jadi pertemuan kehendak dari pihak yang menawarkan dan
kehendak dari pihak yang akeptasi itulah yang disebut sepakat dan itu yang
menimbulkan/melahirkan kontrak/perjanjian.

Ada beberapa teori yang bisa digunakan untuk menentukan saat lahirnya kontrak yaitu:

A. Teori Pernyataan (Uitings Theorie)Menurut teori ini, kontrak telah ada/lahir pada saat atas
suatu penawaran telah ditulis surat jawaban penerimaan. Dengan kata lain kontrak itu ada pada
saat pihak lain menyatakan penerimaan/akseptasinya.

8
B. Teori Pengiriman (Verzending Theori).Menurut teori ini saat pengiriman jawaban akseptasi
adalah saat lahirnya kontrak. Tanggal cap pos dapat dipakai sebagai patokan tanggal lahirnya
kontrak.

C. Teori Pengetahuan (Vernemingstheorie).Menurut teori ini saat lahirnya kontrak adalah pada
saat jawaban akseptasi diketahui isinya oleh pihak yang menawarkan.

D. Teori penerimaan (Ontvangtheorie).Menurut teori ini saat lahirnya kontrak adalah pada saat
diterimanya jawaban, tak peduli apakah surat tersebut dibuka atau dibiarkan tidak dibuka. Yang
pokok adalah saat surat tersebut sampai pada alamat si penerima surat itulah yang dipakai
sebagai patokan saat lahirnya kontrak.

G. Pelaksanaan dan Pembatalan Suatu Perjanjian


Yang dimaksud dengan pelaksanaan disini adalah realisasi atau pemenuhan hak dan
kewajiban yang telah diperjanjikan oleh pihak- pihak supaya perjanjian itu mencapai tujuannya.
Pelaksanaan perjanjian pada dasarnya menyangkut soal pembayaran dan penyerahan barang
yang menjadi objek utama perjanjian. Pembayaran dan penyerahan barang dapat terjadi secara
serentak. Mungkin pembayaran lebih dahulu disusul dengan penyerahan barang atau sebaliknya
penyerahan barang dulu baru kemudian pembayaran.

Pembayaran:

1) Pihak yang melakukan pembayaran pada dasarnya adalah debitur yang menjadi pihak dalam
perjanjian

2) Alat bayar yang digunakan pada umumnya adalah uang

3) Tempat pembayaran dilakukan sesuai dalam perjanjian

4) Media pembayaran yang digunakan

5) Biaya penyelenggaran pembayaran

Penyerahan Barang

Yang dimaksud dengan lavering atau transfer of ownership adalah penyerahan suatu barang oleh
pemilik atau atas namanya kepada orang lain, sehingga orang lain ini memperoleh hak milik atas
barang tersebut. Syarat- syarat penyerahan barang atau lavering adalah sebagai berikut:

9
1) Harus ada perjanjian yang bersifat kebendaan

2) Harus ada alas hak (title), dalam hal ini ada dua teori yang sering digunakan yaitu teori kausal
dan teori abstrak

3) Dilakukan orang yang berwenang mengusai benda

4) Penyerahan harus nyata (feitelijk)

Penafsiran dalam Pelaksanaan Perjanjian

Dalam suatu perjanjian, pihak- pihak telah menetapkan apa- apa yang telah disepakati. Apabila
yang telah disepakati itu sudah jelas menurut kata- katanya, sehingga tidak mungkin
menimbulkan keraguan- keraguan lagi, tidak diperkenankan memberikan pengewrtian lain.
Dengan kata laintidak boleh ditafsirkan lain (pasal 1342 KUHPerdata). Adapun pedoman untuk
melakukan penafsiran dalam pelaksanaan perjanjian, undang- undang memberikan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:

1) Maksud pihak- pihak


2) Memungkinkan janji itu dilaksanakan
3) Kebiasaan setempat
4) Dalam hubungan perjanjian keseluruhan
5) Penjelasan dengan menyebutkan contoh
6) Tafsiran berdasarkan akal sehat

Pembatalan perjanjian

Pengertian pembatalan dalam uraian ini mengandung dua macam kemungkinan alasan, yaitu
pembatalan karena tidak memenuhi syarat subyektif, dan pembatalan karena adanya wanprestasi
dari debitur. Wanprestasi adalah tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban sebagaimana
mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan
dalam kontrak.

Ada tiga bentuk ingkar janji, yaitu :

1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali

2. Terlambat memenuhi prestasi, dan

3. Memenuhi prestasi secara tidak sah akibat munculnya wanprestasi ialah timbulnya hak pada
pihak yang dirugikan untuk menuntut penggantian kerugian yang dideritanya terhadap pihak

10
yang wanprestasi. Pihak yang wansprestasi memiliki kewajiban untuk membayar ganti rugi
kepada pihak yang menderita kerugian.

Tuntutan pihak yang dirugikan terhadap pihak yang menyebabkan kerugian berupa :

a. Pemenuhan perikatan.

b. Pemenuhan perikatan dengan ganti rugi

c. Ganti rugi

d. Pembatalan persetujuan timbal balik.

e. Pembatalan dengan ganti rugi.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam makalah ini membahas tentang pengertian hukum perjanjian, sebagai mana yang
dijelaskan bahwa hukum perjanjian adalah suatu perbuatan satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih. sedangkan Standar Kontrak adalah perjanjian yang isinya
telah ditetapkan terlebih dahulu secara tertulis berupa formulir-formulir yang digandakan dalam
jumlah tidak terbatas, untuk ditawarkan kepada para konsumen tanpa memperhatikan perbedaan
kondisi para konsumen.

Suatu kontrak dianggap sah (legal) dan mengikat, maka perjanjian tersebut harus memenuhi
syarat-syarat tertentu, antara lain:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

3. Mengenai suatu hal tertentu Secara yuridis suatu perjanjian harus mengenai hal tertentu
yang telah disetujui.

Menurut Mariam Darus Badrulzaman melukiskan pengertian sepakat sebagai pernyataan


kehendak yang disetujui (overeenstemende wilsverklaring) antar pihak-pihak. Pelaksanaan
perjajian sendiri adalah realisasi atau pemenuhan hak dan kewajiban yang telah diperjanjikan
oleh pihak- pihak supaya perjanjian itu mencapai tujuannya. Sedangkan dalam pembatalan
sendiri terjadi karena tidak memenuhi syarat subyektif, dan karena adanya wanprestasi dari
debitur .

B. Saran
Setelah disusunnya makalah mengenai Hukum Perjanjian ini, diharapkan dapat menambah
wawasan pembaca khususnya di mata kuliah Hukum bisnis dan regulasi. Disamping itu kami
juga menyadari bahwa pada makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
menerima kritik maupun saran yang membangun agar dalam pembuatan tugas selanjutnya lebih
baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA
www.shanovasha.blogspot.co.id/2015/04/tugas-2-aspek-hukum-dalam-ekonomi-bab-5 diakses pada
jam 6:50 tgl 14-10-2015

www.sendyego.blogspot.com/2011/05/hukum-perjanjian-standar-kontrak.html diakses pada jam


07:00 tgl 14-10-2015

www.taniaanjani.blogspot.com/2013/05/hukum-perjanjian.html diakses pada jam 07:02 tlg 14-10-2015

www.dhit333-thehalfevil.blogspot.com/2012/04/macam-macam-perjanjian.html diakses pada jam


7:10 tgl 14-10-2015

www.makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/07/makalah-hukum-perikatan.html diakses pada jam


7:15 tgl 14-10-2015

www./wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/pelaksanaan-perjanjian/diakses pada jam 7:20 tgl 14-10-


2015

[1] www.shanovasha.blogspot.co.id/2015/04/tugas-2-aspek-hukum-dalam-ekonomi-bab-5 diakses pada


jam 6:50 tgl 14-10-2015

[2] www.sendyego.blogspot.com/2011/05/hukum-perjanjian-standar-kontrak.html diakses pada jam


07:00 tgl 14-10-2015

[3] www.taniaanjani.blogspot.com/2013/05/hukum-perjanjian.html diakses pada jam 07:02 tlg 14-10-


2015

13
[4] www.dhit333-thehalfevil.blogspot.com/2012/04/macam-macam-perjanjian.html diakses pada jam
7:10 tgl 14-10-2015

[5] www.shanovasha.blogspot.co.id/2015/04/tugas-2-aspek-hukum-dalam-ekonomi-bab-5 diakses pada


jam 6:50 tgl 14-10-2015

[6] www.makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/07/makalah-hukum-perikatan.html diakses pada jam


7:15 tgl 14-10-2015

[7] www./wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/pelaksanaan-perjanjian/diakses pada jam 7:20 tgl 14-


10-2015

[8] www.shanovasha.blogspot.co.id/2015/04/tugas-2-aspek-hukum-dalam-ekonomi-bab-5 diakses pada


jam 6:50 tgl 14-10-2015

14

Anda mungkin juga menyukai