Anda di halaman 1dari 11

M A K A L A H

Hukum Kontrak

Disusun oleh kelompok 2 :


1. Agnestasia Mandang
2. Syalomita Pandey
3. Reina Mandak

PROGRAM STUDI D4 PERHOTELAN


JURUSAN PARIWISATA
POLITEKNIK NEGERI MANADO
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah tentang hukum kontrak ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pengembangan
parawisata.
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada dosen yang telah membimbing penulis untuk menyelesaikan makalah
singkat ini. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah.
Demikian makalah ini penulis buat, apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada
makalah ini, kami mohon maaf. Penulis menerima kritik dan saran seluas-
luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada
kesempatan berikutnya.

Manado, 14 Febuari 2023

Penulis

Daftar Isi
KATA PENGANTAR..........................................................................................I
DAFTAR ISI........................................................................................................II
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................2
2.1 Pengertian Hukum Kontrak...................................................................2
2.2 Asas-asas Hukum Kontrak.....................................................................3
2.3 Syarat sah Hukum Kontrak....................................................................4
 Poin-poin penting yang harus Anda perhatikan dalam kontrak kerja........5
 Prinsip-prinsip Dasar Kontrak....................................................................5
BAB III PENUTUP..............................................................................................6
1.1 Kesimpulan............................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................7

BAB I
Pendahuluan
1.1Latar Belakang
Pengertian Hukum – Dalam kehidupan bermasyarakat, ada peraturan berupa
norma dan sanksi yang dibuat dengan kesepakatan bersama. Hukum dibuat dengan
tujuan mengatur dan menjaga ketertiban, keadilan sehingga kekacauan bisa terkendali
atau dicegah.
Setiap negara memiliki peraturan hukum yang berbeda-beda,termasuk negara
Indonesia. Sesuai dengan pasa 1 ayat 3, Indonesia merupakan negara hukum dan setiap
warga negara Indonesia harus mematuhi aturan hukum yang berlaku di Indonesia.
Hukum di setiap negara merupakan peraturan yang secara adat, resmi dianggap
mengikat dan diresmikan oleh penguasa negara atau pemerintah. Ada banyak sekali
hukum di Indonesia, Undang-Undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, sampai
peraturan daerah.
Jika ada warga negara Indonesia yang tidak mematuhi hukum-hukum tersebut,
maka akan dikenakan sanksi, bisa berupa penjara atau membayar denda. Berikut adalah
rangkuman mengenai hukum, mulai dari pengertian, tujuan, fungsi, unsur sampai jenis-
jenisnya.
Hukum adalah undang-undang yang dibuat dan ditegakkan melalui lembaga
sosial atau pemerintah untuk mengatur perilaku masyarakat. Hukum yang ditegakkan
oleh negara dapat dibuat oleh legislatif kelompok atau oleh seorang legislator tunggal,
yang menghasilkan undang-undang; oleh eksekutif melalui keputusan dan peraturan; atau
ditetapkan oleh hakim melalui preseden.
Seseorang juga bisa membuat kontrak yang mengikat secara hukum, termasuk
perjanjian arbitrase yang mengadopsi cara-cara alternatif untuk menyelesaikan
perselisihan dengan litigasi pengadilan standar.
Penciptaan hukum itu sendiri dapat dipengaruhi oleh konstitusi, tertulis atau
diam-diam, dan hak-hak yang dikodekan di dalamnya. Hukum membentuk politik,
ekonomi, sejarah, dan masyarakat dalam berbagai cara dan berfungsi sebagai mediator
hubungan antar manusia.
Sistem hukum bervariasi di setiap negara. Dalam yurisdiksi hukum perdata,
legislatif atau badan pusat lainnya mengkodifikasi dan mengkonsolidasikan hukum.
Secara historis, hukum agama mempengaruhi hal-hal sekuler, dan masih digunakan di
beberapa komunitas agama.
1.2 Rumusan Masalah
 Apa itu hukum kontrak!
 Apa saja asas-asas hukum kontrak?
 Apa syarat sah hukum kontrak?
1.1 Tujuan
Adalah mengetahui dan memahami apa itu hukum kontrak, Untuk mengetahui ,
perlindungan hukum terhadap pihak yang dilakukan pemutusan kontrak secara sepihak
dalam kontrak kerja konstruksi menurut Hukum Perdata. Mengetahui apa saja asas-asas
hukum kontrak dan apa syarat sah hukum kontrak.
BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian Hukum Kontrak


Menurut terjemahan dari Black’s Law Dictionary, definisi kontrak adalah suatu perjanjian
antara dua orang atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu hal yang khusus. Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer),
kontrak melahirkan suatu perikatan antara pihak yang mengikatkan dirinya. Sehingga dari
kontrak inilah lahir suatu perikatan di mana para pihak yang mengikatkan diri memiliki
kewajibannya masing-masing sesuai yang ditentukan dalam kontrak.
Hukum Kontrak mengandung pengertian keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur
hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan
akibat hukum.
Kontrak atau perjanjian adalah kesepakatan antara dua orang atau lebih tentang hal-hal
tertentu yang telah mereka sepakati. Ketentuan umum tentang kontrak diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia.
Ricardo Simanjuntak menjelaskan bahwa perjanjian merupakan bagian dari pengertian
perjanjian, artinya perjanjian juga merupakan perjanjian, meskipun perjanjian belum tentu
merupakan perjanjian. Perjanjian yang mempunyai akibat hukum yang mengikat disamakan
dengan perjanjian.
Perjanjian tanpa akibat hukum bukanlah suatu kontrak. Dasar untuk menentukan apakah
suatu kontrak mempunyai akibat hukum yang mengikat atau hanya merupakan suatu kontrak
yang berkonsekuensi moral timbul dari kehendak dasar para pihak yang berkontrak.
Hukum perjanjian meliputi pengertian umum dari asas-asas hukum yang mengatur
hubungan-hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan perjanjian yang sah.
Hukum kontrak Indonesia tetap menggunakan ketentuan pemerintah kolonial Belanda yang
tertuang dalam Buku III KUH Perdata.
Buku III KUH Perdata menganut sistem terbuka, artinya para pihak bebas mengadakan
perjanjian dengan siapa saja, menentukan syarat-syarat, berlakunya dan bentuk perjanjian itu
baik secara tertulis maupun lisan. Selain itu, ia memiliki hak untuk membuat kontrak sipil
dan non-sipil. Ini juga sesuai dengan Pasal 1338 ayat (1) KUH , yang menyatakan: “Semua
yang secara sah masuk ke dalam kontrak diatur oleh hukum mereka yang masuk ke
dalamnya.”
Mendengar kata kontrak, sekilas kita langsung berpikir bahwa itu adalah perjanjian tertulis.
Dengan kata lain, kesepakatan dianggap dalam arti sempit kesepakatan. Dalam arti luas,
kontrak adalah perjanjian yang mengatur hubungan antara dua pihak atau lebih.
Dua orang yang bersumpah untuk menikah satu sama lain masuk ke dalam kontrak
pernikahan; Seseorang yang memilih makanan di pasar membuat kontrak untuk membeli
sejumlah tertentu dari makanan itu. Kontrak tidak lain adalah kontrak itu sendiri (kontrak
yang mengikat tentunya).
Dalam hukum kontrak Indonesia yang masih menggunakan acuan hukum dari bekas
pemerintahan kolonial belanda, kontrak yaitu Burgerlijk Wetboek (BW) disebut
overeenkomst, yang dalam bahasa Indonesia berarti kontrak.
Salah satu alasan mengapa banyak kontrak yang dibuat tidak selalu dapat disamakan dengan
kontrak adalah karena kontrak menurut pasal 1313 KUH tidak mengandung kata “kontrak
tertulis”. Konsep perjanjian dalam pasal 1313 KUH hanya menyebutkan suatu perbuatan di
mana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang atau lebih.
Perkembangan Hukum Kontrak- Perkembangan hukum kontrak di negara-negara yang
menganut Common Law system mendasarkan pada doktrin Promissory Estoppel dan
consideration, dimana adanya kesepakatan yang diikuti dengan perbuatan hukum tertentu
untuk memenuhi perjanjian sudah dapat menuntut ganti kerugian, dan adanya hubungan
timbal balik. Perkembangan hukum kontrak di Indonesia masih berpijak pada pemenuhan
syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata, sehingga dapat disebut
dengan hukum kontrak yang klasik. Perbuatan-perbuatan hukum yang belum dilandasi Pasal
1320 KUHPerdata belum mempunyai akibat hukum, sehingga kerugian yang timbul dari pra
kontrak tidak memperoleh ganti kerugian Pengkajian hukum kontrak sekarang, perlu
mencermati perkembangan lain melalui perkembangan hukum kontrak di negara lain atau
melalui peraturan perundang-undangan, misalnya UU No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen yang sudah menganut asas itikad baik, yang mana pihak yang
dirugikan pada waktu kesepakatan dapat menuntut ganti kerugian.

2.2 Asas-asas Hukum Kontrak


 Asas kebebasan berkontrak (freedom of contract)
Dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata menyatakan bahwa
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya.”
Asas ini merupakan asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:
MoMembuat atau tidak membuat perjanjian;
Mengadakan perjanjian dengan siapa pun;
Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya; dan
Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan.
Namun kebebasan yang dimaksud dalam KUHPerdata juga tidak dapat diartikan
bahwa kontrak dapat dengan bebas dibuat tanpa memperhatikan ketentuan hukum
yang berlaku. Kebebasan dalam berkontrak juga tetap harus memenuhi syarat sahnya
perjanjian agar dapat dilaksanakan.
 Asas Konsensualisme (concensualism)
Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata telah menentukan bahwa salah satu syarat sahnya
perjanjian adalah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak.
 Asas Kekuatan Mengikat (pacta sunt servanda)
Asas ini juga merujuk pada Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, di mana para pihak akan
terikat dengan perjanjian yang telah dibuatnya layaknya undang-undang.
 Asas Itikad Baik (good faith)
Asas ini telah tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yang berbunyi:
“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, para pihak dalam membuat kontrak maupun saat
melaksanakan isi kontrak tersebut harus dilakukan dengan itikad dan niat baik.
 Asas Keseimbangan
Asas ini menerapkan adanya suatu posisi tawar yang sama atau seimbang ketika
membuat perjanjian di antara para pihak.
 Asas Kepatutan
Asas ini tercermin dari Pasal 1339 KUHPerdata yakni:
“Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang secara tegas dinyatakan di
dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan
oleh (1) kepatutan, (2) kebiasaan, (3) undang-undang.”
Artinya, kontrak tersebut juga harus memperhatikan kepatutan dan keadilan bagi para
pihak
 Asas Kepastian Hukum
Asas ini merupakan cerminan dari Pasal 1338 ayat (2) KUHPer yang menyatakan
bahwa pihak dalam perjanjian dilarang untuk membatalkan perjanjian secara sepihak.
 Asas Kepribadian (personality)
Asas ini menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan/atau membuat
kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini tertulis dalam Pasal 1315
KUHPerdata dan Pasal 1340 KUHPerdata yang menegaskan bahwa
“Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain
untuk dirinya sendiri.”
Inti ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk mengadakan suatu perjanjian, orang
tersebut harus untuk kepentingan dirinya sendiri.
 Asas Kebiasaan
Maksudnya bahwa perjanjian wajib mengikuti norma yg lazim dilakukan, sinkron
menggunakan isi pasal 1347 BW yg berbunyi hal-hal yg berdasarkan norma
selamanya diperjanjikan dipercaya secara membisu-membisu dimasukkan ke pada
perjanjian, meskipun nir menggunakan tegas dinyatakan. Hal ini adalah perwujudan
menurut unsur alami pada perjanjian.

2.3 Syarat sah Hukum Kontrak


1. Kesepakatan Para Pihak
Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya disederhanakan menjadi kesepakatan
para pihak. Jika diartikan, kesepakatan berarti adanya penyesuaian kehendak yang
bebas antara para pihak mengenai hal-hal pokok yang diinginkan dalam perjanjian.
Dalam hal ini, setiap pihak harus memiliki kemauan yang bebas (sukarela) untuk
mengikatkan diri, di mana kesepakatan tersebut dapat dinyatakan secara tegas
maupun diam-diam. Adapun makna dari bebas adalah lepas dari kekhilafan, paksaan,
dan penipuan.
Apabila adanya unsur kekhilafan, paksaan, atau penipuan hal ini berarti melanggar
syarat sah perjanjian. Ketentuan tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 1321 KUH
Perdata yang menerangkan bahwa tiada suatu persetujuan pun mempunyai kekuatan
jika diberikan karena kekhilafan atau diperoleh dengan paksaan atau penipuan.
2. Kecakapan Para Pihak
Dalam konteks kecakapan untuk membuat suatu perikatan, yang menjadi subjek
adalah pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Pasal 1329 KUH Perdata
menerangkan bahwa tiap orang berwenang untuk membuat perikatan, kecuali ia
dinyatakan tidak cakap untuk hal itu.
Terkait siapa yang dinyatakan tidak cakap, Pasal 1330 KUH Perdata menerangkan
bahwa yang tidak cakap untuk membuat persetujuan adalah anak yang belum dewasa;
orang yang ditaruh di bawah pengampuan; dan perempuan yang telah kawin dalam
hal yang ditentukan undang-undang dan pada umumnya semua orang yang oleh
undang-undang dilarang untuk membuat persetujuan tertentu.
3. Mengenai Suatu Hal Tertentu
Terkait suatu pokok persoalan atau hal tertentu bermakna apa yang menjadi perjanjian
atau diperjanjikan oleh kedua belah pihak. Pada intinya, barang yang dimaksud dalam
perjanjian ditentukan jenisnya, yakni barang yang dapat diperdagangkan. Hal ini
sesuai ketentuan Pasal 1332 KUH Perdata yang menerangkan bahwa hanya barang
yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok persetujuan.
Kemudian, Pasal 1333 KUH Perdata menerangkan bahwa suatu persetujuan harus
mempunyai pokok berupa suatu barang yang sekurang-kurangnya ditentukan
jenisnya. Jumlah barang itu tidak perlu pasti, asal saja jumlah itu kemudian dapat
ditentukan atau dihitung.
4. Sebab yang Halal
Makna suatu sebab yang tidak terlarang atau halal dalam konteks perjanjian berkaitan
dengan isi perjanjiannya atau tujuan yang hendak dicapai oleh para pihak yang
terlibat. Isi dari suatu perjanjian tidak boleh bertentangan dengan undang-undang,
kesusilaan, maupun dengan ketertiban umum.Hal tersebut sebagaimana ketentuan
Pasal 1337 KUH Perdata yang menerangkan bahwa suatu sebab adalah terlarang, jika
sebab itu dilarang oleh undang-undang atau bila sebab itu bertentangan dengan
kesusilaan atau dengan ketertiban umum.

 Poin-poin penting yang harus Anda perhatikan dalam kontrak kerja


1. Ada hak emisi dan THR
Di tempat kerja, setiap perusahaan harus menawarkan tunjangan karyawannya.
Dengan demikian, kewajiban masing-masing perusahaan harus dikelola sesuai dengan
kebijakan.
2. Kebijakan Pemberhentian dan Pemberhentian
Maka Anda harus tahu bahwa surat itu berisi kebijakan pembatalan dan pembatalan
perusahaan. Agar nanti ketika ingin berhenti dan ada masalah yang menyebabkan
PHK, tidak bingung dalam melangkah.
3. Adanya status ketenagakerjaan
Selain itu, Anda harus tahu bahwa Anda memiliki status pekerjaan yang jelas setiap
kali Anda bekerja. Bisa jadi karyawan kontrak yang sudah lama bekerja di
perusahaan, atau karyawan tetap.
 Prinsip-prinsip Dasar Kontrak
1. Prinsip kesepakatan
Meskipun dalam suatu kontrak baku disangsikan adanya kesepakatan kehendak
yangbenar-benarseperti diinginkan oleh para pihak, tetapi kedua belah pihak
akhirnya juga menandatangani keduakontrak tersebut. Dengan penandatanganan
tersebut, maka dapat diasumsi bahwa kedua belah pihak telah menyetujui isi
kontrak tersebut, sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwakata sepakat
telah terjadi.
2. Prinsip Asumsi Resiko
Dalam suatu kontrak setiap pihak tidak dilarang untuk melakukan asumsi resiko.
Artinya bahwa jika ada resiko ada resiko tertentu yang mungkin terbit dari suatu
kontrak tetapi salah satu pihak bersedia menanggung risiko tersebut sebagai hasil
dari tawar menawarnya, maka jika memang jikarisiko tersebut benar-benar terjadi,
pihak yang mengasumsi risiko tersebutlah yang harusmenagunggung risikonya.
Dalam hubungan dengan kontrak baku, maka dengan menandatanganikontrak
yang bersangkutan, berart segala risiko apapun bentuknyaakan ditanggung oleh
pihakyang menandatanganinya sesuai isi dari kontrak tersebut
3. Prinsip Kewajiban membaca
Sebenarnya, dalam ilmu hukum kontrak diajarkan bahwa ada kewajiban membaca
(duty to read) bagi setiap pihak yang akan menandatangani kontrak. Dengan
demikian, jika dia telahmenandatangani kontrak yang bersangkutan, hukum
mengasumsikanbahwa dia telahmembacanyadan menyetujui apa yang telah
dibancanya.
4. Prinsip Kontrak mengikuti kebiasaan
Memang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari bahwa banyak kontrak dibuat
secara baku. Karenakontrak baku tersebutmenjai terikat, antara lain juga karena
keterikatan suatu kontrak tidak hanyaterhadap kata-kata yang ada dalam kontrak
tersebut, tapi juga terhadap hal-hal yang bersifatkebiasaan. Lihat pasal 1339
KUHPerdata Indonesia. Dan kontrak baku merupakan suatu kebiasaansehari-hari
dalam lalu lintas perdagangan dan sudah merupakan suatu kebutuhan
masyarakat,sehingga eksistensinya mestinya tidak perlu dipersoalkan lagi.
BAB III
Penutup

1.1 Kesimpulan
Pengertian Perjanjian atau kontrak diatur Pasal 1313 KUH Perdata. Pasal 1313
KUH Perdata Berbunyi : “perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu
pihak atau lebih mengikat dirinyaterhadap satu orang atau lebih.”
Menurut teori baru yang dIkemukakan oleh Van Dunne, yang diartikan dengan
perjanjian, adalah “Suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih
berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan Akibat hukum.”
Daftar Pustaka

https://www.hukumonline.com/berita/a/4-syarat-sah-perjanjian-di-mata-hukum-
lt6273669575348/?page=3
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-hukum-kontrak/
https://www.academia.edu/37799328/Makalah_Hukum_Bisnis_Kontrak_atau_Perjanjian

Anda mungkin juga menyukai